A. PENDAHULIAN
Dinasti Ayyubiyah merupakan dinasti muslim sunni yang beretnis Kurdi. Daerah
kekuasaannya adalah Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekah, Hejaz dan Dyarbakir.
Setelah Khalifah al-Adid wafat, kekuasaan Dinasti Fatimiyah pun telah berakhir pada tahun
1171 M, setelah berdiri selama 262 tahun sejak 909 M. Selama tiga tahun, Mesir sempat
kembali menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Abbasiyah. Hingga tahun 1174 M,
Shalahuddin Al-Ayyubi mendeklarasikan berdirinya Dinasti Ayyubiyah yang berbaiat
langsung pada Dinasti Abbasiyah. Salahuddin al-Ayyubi tetap mempertahankan Mesir
sebagai pusat pemerintahannya, sehingga ia berhasil mengatasi perkembangan mazhab Syiah
yang pernah dikembangkan oleh pemerintahan Dinasti Fatimiyah sebelumnya.
Salahuddin al-Ayyubi merupakan tokoh Muslim yang dikenal dunia Barat, dengan
nama Saladin. Salahuddin al-Ayyubi adalah aktor kunci dalam Perang Salib, yang berhasil
merebut Yerusalem dari kekusaan pasukan Salib. Perang Salib merupakan perang yang
sangat dikenal oleh Islam dan oleh peradaban barat.
A. PENDAHULUAN
Daulah Ayyubiyah adalah dinasti Muslim Sunni keturunan elnis Kurdi yang pernah
berkuasa selama sekitar satu abad, antara 1174-1250. Perkembangan dinasti ini, tidak terlepas
dari peran besar Salahuddin sendiri. Di tangan Salahuddin, dinasti Ayyubiyah berkembang
pesat terutama di bidang ilmu pengetahuan yang berpengaruh terhadap kemajuan peradaban
Islam.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti al Ayyubiyah ditandai oleh banyak
hal. seperti munculnya ilmuwan Islam dan kedatangan para pelajar dari pelosok dunia untuk
belajar di al- Azhar. Bahkan, beberapa ulama masyhur dari berbagai negeri juga datang untuk
mengajar di al- Azhar. Kemajuan pengetahuan juga didukung oleh diciptakannya karya-karya
besar ilmuwan muslim.
Pada masa kejayaannya, dinasti yang berpusat di Mesir ini pemah menguasai hampir
seluruh wilayah Timur Tengah. Dinasti Ayyubiyah, yang berdiri menggantikan Dinasti
Fatimiyah, juga mencapai kemajuan di berbagai bidang, salah satunya di bidang ilmu
pengetahuan. Salah satu buktinya, lahimya ilmuwan-ilmuwan Muslim terkemuka yang mahir
dalam bidangnya Peran ilmuwan Muslim dalam membawa kegemilangan Dinasti Ayyubiyah
pun sangat besar. Berikut ini ilmuwan- ilmuwan Muslim masa Daulah Ayyubiyah dan
karyanya.
B. PEMIMPIN BESAR DAULAH AYYUBIYAH
Sejak 1171 M. Dinasti Ayubiyah mulai berkuasa, selama kurang lebih 79 tahun
lamanya. Khalifah al-Mustadi (Khalifah bani Abbasiyah) memberikan gelar al-Mu'iz li
amirul mukmin kepada Salahuddin al-Ayyubi karena dianggap berhasil dalam menjalankan
pemerintahannya. Kemudian, pada tahun 1175 M. Khalifah al-Mustadi memberikan wilayah
Mesir. An-Naubah Yaman, Tripoli, Syiria dan Magrib (Maroko) sebagai wilayah kekuasaan.
Maka, daerah kekuasaan Salahuddin menjadi sangat luas terbentang mulai dari sungai Tigris
hingga sungai Nil.
Selama periode kekuasaan Dinasti al-Ayyubiyah itu, terdapat sembilan orang pemimpin
besar yang berkuasa, yaitu sebagai berikut.
1. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)
2. Malik al-Aziz Imaduddin (589-596 H/1193-1198 M)
3. Malik al-Mansur Nasiruddin (595-596 H/ (1198-1200 M)
4. Malik al-Adil Saifuddin (596-615 H/1200-1218 M)
5. Malik al-Kamil Muhammad (615-635 H/ 1218-1238 M)
6. Malik al-Adil Saifuddin (635-637 H/ 1238-1240 M)
7. Malik as-Saleh Najmuddin (637-647 H/ 1240-1249 M)
8. Malik al-Mu'azzam Turansyah (647 H/ 1249-1250 M)
9. Malik al-Asyraf Muzaffaruddin (647-650 H/ 1250-1252 M)
Di antara sembilan penguasa tersebut terdapat beberapa penguasa yang menonjol, yaitu
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (1171-1193 M), Malik al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-
1218 M), dan Malik al-Kamil Muhammad (1218-1238 M).
C. Peranan Ilmuwan Muslim Pada Masa Dinasti Ayyubiyah Dalam
KemajuanPeradaban Islam
Pada masa Dinasti Ayyubiyah, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi beserta keluarga dan
pendiri- pendiri dinasti sangat memperhatikan kelangsungan berbagai bidang termasuk
bidang pendidikan dan pengetahuan. Tokoh-tokoh ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh
pada perkembangan kebudayaan atau peradaban Islam mulai bermunculan yaitu As-
Suhrawadi al-Maqtul(Ilmuan Teosofis), Ibn Al-Adhim(sejarawan Masyhur), Al-
Bushiri(Sastrawan Penulis Qasidah Burdah), Abdul Latif Al- Baghdadi(Ahli Mantik dan
Bayan), Abu Abdullah Al-Qoda’i(Ahl Ilmu Fiqih), Ibnu Baitar(Alpetragius) dan Pada ilmuan
lainnya.
A. PENDAHULUAN
Daulah Mamluk, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, merupakan daulah para
budak, yang berasal dari beragam kelompok suku non-daulah membentuk sebuah
pemerintahan, menggantikan Daulah Ayyubiyah yang telah berkuasa selama 79 tahun di
Mesir (1171-1250 M). Para penguasa ini menegaskan kekuasaan mereka atas wilayah Suriah-
Mesir yang dikuasai oleh tentara salib.
Daulah Mamluk mampu bertahan dari serangan pasukan Mongol pimpinan Hulagu
Khan dan Timurlenk. Seandainya mereka gagal bertahan, tentu seluruh tatanan sejarah dan
kebudayaan di Asia Barat dan Mesir akan berubah drastis. Berkat kegigihan mereka,
penduduk Mesir bisa tetap menyaksikan kesinambungan budayadan institusi politik.
Mamluk atau Mamalik merupakan julukan yang diberikan kepada para budak asal
Turki yang telah memeluk Islam dan direkrut menjadi tentara oleh penguasa Islam pada Abad
Pertengahan. Mereka akhirnya menjadi tentara yang paling berkuasa sepanjang sejarah Islam
dan juga pernah mendirikan Kesultanan Mamluk di dua tempat berbeda.
Daulah Mamalik membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Sejarah daulah ini
hanya berlangsung sampai tahun 1517 M, ketika dikalahkan oleh Bani Utsmani.
3. Ilmu Pengetahuan
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan terlihat pada perkembangan ilmu-ilmu, seperti
ilmu sejarah, kedokteran, astronomi, matematik, dan ilmu agama. Apalagi Mesir
menjadi tempat pelarian ilmuan-ilmuan asal Baghdad dan serangan tentara Mongol Di
bidang ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, ibn Taghribardi,
dan Ibn Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-tusi. Di bidang
kedokteran pula, Abu Hasan Ali Al-Nafis. Sedangkan, dalam bidang ilmu keagamaan.
tersohor nama Ibn Taimiyah, Al-Sayuthi, dan Ibn Hajar Al-Asqalani.
4. Budaya Politik dan Militer
Daulah Mamluk membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan
dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qallawun
(1280-1290 M) menerapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qallawun
berkuasa hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297
M) Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir.
Kedudukan amir menjadi sangat penting. Para amir berkompetisi dalam prestasi,
karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam
bebagai bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu
pengetahuan. Daulah Mamluk juga memilik pengaruh besar dalam bidang militer.
Para tentara yang dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi pasukan pendukung
kebijaksanaan pemimpin. Sultan akan diangkat di antara pemimpin tentara terbaik,
paling berprestasi, dan mempunyai kemampuan untuk menghimpun kekuatan.
Walaupun mereka adalah pendatang di wilayah Mesir, mereka berhasil menciptakan
ikatan yang kuat berdasarkan daerah asal mereka. Daulah Mamluk juga menghasilkan
buku ilmu kemiliteran. Minat para penulis semakin terpacu dengan keinginan mereka
untuk mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para sultan yang menjadi
penguasa saat itu.
5. Sistem Pemerintahan
Philip K. Hitti menyebutkan bahwa Dinasti Mamluk yang berkuasa di Mesir adalah
sebuah dinasti yang luar biasa karena dinasti tersebut dibangun oleh budak-budak
yang berasal dari berbagai ras yang dapat membentuk suatu pemerintahan oligarki
militer sehingga pola pemerintahannya unik. Pola pemerintahan oligarki militer
adalah suatu bentuk pemerintahan yang menerapkan kepemimpinan berdasarkan
kekuatan dan pengaruh, bukan berdasarkan garis keturunan. Siapa yang terkuat maka
dialah yang menjadi raja. Sistem pemerintahan oligarki ini merupakan kreativitas
tokoh-tokoh militer daulah Mamluk yang belum pernah berlaku sebelumnya dalam
perkembangan politik di pemerintahan Islam. Jika dibandingkan dengan sistem
pemerintahan yang dijalankan sebelumnya, yaitu sistem monarki dan sistem
aristokrasi atau pemerintahan para bangsawan, maka sistem pemerintahan oligarki
dapat dikatakan lebih demokratis.Sistem oligarki lebih mementingkan kecakapan,
kecerdasan, dan keahlian dalam peperangan. Sultan yang lemah bisa saja disingkirkan
atau diturunkan dari kursi jabatannya oleh seorang tentara yang lebih kuat dan
memiliki pengaruh besar di tengah-tengah masyarakat. Kelebihan lain dari sistem
oligarki ini adalah tidak adanya istilah senioritas 2 yang berhak atas juniornya untuk
menduduki jabatan sultan, melainkan lebih berdasarkan 1 keahlian dan kepiawaian
seorang tentara tersebut.
6. Lembaga dan Jabatan Penting
Lembaga utama yang mempunyai otoritas tertinggi dalam pemerintahan adalah sultan,
yang dalam menjalankan tugasnya, ia dibantu oleh beberapa pejabat berikut.
a) Na'ibus-Sulthanah (Wakil Sultan)
Sebagai pembantu sultan, Na'ibus-Sulthanah mempunyai tugas dan wewenang
untuk ikut serta menentukan keputusan-keputusan sultan, memberi gelar amir
membagi-bagikan tanah negara (iqtha) untuk para amir, dan mengangkat pejabat
tinggi la juga mempunyai tugas memerintah atas nama sultan, ketika sultan sedang
berperang, pergi menunaikan ibadah haji atau karena ada keperluan penting
lainnya. Selain itu, Na'ibus-Sulthanah juga berperan penting ketika sultan yang
diangkat adalah sultan-sultan yang masih belia.
b) Atabeg (Panglima Perang)
Atabeg adalah jabatan pada lembaga angkatan bersenjata atau panglima perang.
Dari segi bahasa, Ata berarti bapak, dan beg artinya tuan atau amir yang mengatur
para putra sultan (atabeg berarti bapak) para putra amir. Kata atabeg digunakan
untuk menyebut satu kedudukan atau posisi panglima perang yang berkuasa dalam
mengatur politik dalam negeri. Dengan posisinya yang strategis, beberapa atabeg
dapat menduduki jabatan sultan seperti Baybars yang menjadi atabeg Qutuz,
Qalawun atabeg Adil Salamisy dan Katbuga atabeg Nashir Muhammad bin
Qalawun.
c) Wazir (Perdana Menteri)
Wazir adalah pejabat penting meskipun keberadaannya kurang mendapat
perhatian karena wewenangnya sudah dijalankan oleh wakil Sultan. Wazir
mempunyai wewenang untuk membantu menangani tugas-tugas sultan dan wakil
sultan. Di samping itu, ia mempunyai wewenang dan tugas untuk menjalankan
perintah sultan dan wakilnya dan mengontrol keuangan negara bersama kepala
bidang keuangan.