Anda di halaman 1dari 4

FAZLURRAHMAN

220201139
SEJARAH PERADABAN ISLAM
KELOMPOK 11

DINASTI IDRISIYAH DI MAROKO


(788 M-927M)

Dinasti idrisiyah atau adarisiyah adalah dinasti islam pertama yg berdiri di maghrib al-Aqsha
(Maroko).Selain sebagai dinasti islam pertama maroko ,idrisiyah juga merupakan dinasti islam
pertama yg berupaya memasukkan doktrin syiah, meskipun dalam bentuk lunak ke wilayah kecil,
dinasti ini merupakan pusat perjuangan islam di maroko ,yang dikelilingi oleh pemerintahan
lokal dengan bermacam-macam kepercyaan.
Dinasti ini didirikan oleh idris bin Abdullah bin al-Hasan bin al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib di
maghrib al-aqhsa pada tahun 788 M, dan dapat bertahan cukup lama hingga tahun 927 M.
Sebagai Daulah kedua (pertama Umayyah di Andalusia) yang terikat dengan kekhalifahan,
idrisiyah dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.

1.Latar Belakang Berdirinya Dinasti Idrisiyah


Pertempuran fakh yang berlangsung pada tahun 786 di hijaz , menorehkan jejak panjang
dalam sejarah syiah. Pertempuran itu melibatkan simpatisan Ali (syiah) melawan kekhalifahan
Abbasiyah. Dalam pertempuran tersebut golongan syiah yang memberontak mengalami
kekalahan.Pemberontak syiah luluh lantah pasca pertempuran, akan tetapi terdapat dua keturunan
Ali yang berhasil selamat dari pertempuran itu. Mereka adalah Yahya bin Abdullah bin al-Hasan
yang pergi ke dailam dan saudaranya yang bernama idris bin al-Hasan yang pergi ke Afrika
utara.Idris berhasil sampai ke maghrib al-Aqsha ditemani oleh orang kepercayaannya bernama
Rasyid pada tahun 786 M. Setibanya di Maghrib, idris segera mencari dukungan dari tokoh-
tokoh Maroko untuk membangun suatu hal yang berbau politik.
Situasi dan kondisi kawasan utara maghrib al-aqsha sendiri sangat mendukung politik bagi
keterbukaannya jalan menuju sebuah kepemimpinan. Kondisi ini muncul akibat konflik internal
yang memecah belah wilayah itu. Konflik tersebut melibatkan kabilah-kabilah Barbar, antara
suku shanhajiyah(sanhadja), masmudiyah (masmouda) yang masih memegang teguh as-Sunnah,
dengan suku Burghuathah (Berghwata), yang menciptakan ideologi agama baru.
Ditempat lain idris dan rasyid yang telah melakukan pengembaraan selama dua tahun tiba
dikota Tangier, ibu kota Maghrib al- aqsha saat itu. Dikota tersebut rasyid mulai
mempropagandakan pengangkatan seorang amir alawi yang mampu mengangkat panji islam dan
membebaskan masyarakat dari penyelesain, dan kezindiqan.Propaganda yang mencabut seorang
pemimpin dari keturunan ahlul bait ternyata mampu menarik dan menggalang banyak dukungan.
Dalam waktu yang relatif singkat, banyak masyarakat bergabung berkat usaha rasyid yang begitu
gencar mempromosikan ide dan gagasannya di tengah-tengah kabilah awarba. Mayoritas
simpatistan itu berasal dari wallili (Volubilis) yang salah satu itu menjadi pusat perdangangan
kabilah-kabilah maroko.Setelah persiapan dan pendukung telah siap dan solid maka rasyid pun
mengajukan idris untuk diangkat sebagai pemimpin kabilah-kabilah Maroko. Usulan itu segera
mendapatkan sambutan hangat dari pemuka Awarba.Selanjutnya idris pun dating ke walili pada
agustus 788M, lalu diangkat oleh para penduduknya sebagai pemimpin mereka mereka sekaligus
ketua kabilah Awarba Maghrib.Cabang-cabang awarba lain yang sudah muak dengan
Burghuathah segera menyusul bergabung, di antaranya Lawatah, Miknsah, dan Zuwarah.

2.Upaya Khalifah Abbasiyah untuk melenyapkan Dinasti Idrisiyah


Berpusat di walili, idris terus aktif melakukan perluasan pengaruh usahanya membuahkan
hasil, hampir seluruh kawasan utara Maghrib al-Aqsha tunduk padanya. Ia lantas melakukan
ekspansi untuk memusatkan kabilah-kabilah lainnya dengan cara diplomasi atau jika terpaksa
melakukan kekerasan.Pada tahun 789 M, idris telah berhasil memperluas wilayah kekuasannya
mulai dari Qairuwan himgga samudera atlantik. Dalam perluasan itu, banyak merebut wilayah
kekuasaan daulah Abbasiyah. Khalifah, harun ar-Rasyid marah setelah mendengar kemunculan
dinasti idrisiyah yang telah menjelma sebagai ancaman bagi kekuasaan Daulah Abbasiyah di
kawasan ifriqiya (wilayah yang mencakup Tunisia, Tripolitinia, dan Konstantinios). Kemunculan
kekuatan Syiah di dunia islam mana pun merupakan persoalan yang tidak didiamkan begitu saja
oleh Daulah Abbasiyah. Oleh karena itu Khalifah mengambil langkah-langkah yan diperlukan
untuk melenyapkan Daulah idrisiyah beserta pemimpinnya.
Dalam hal ini, Yahya al-Barmaki salah satu wazir khalifah mengusulkan suatu cara untuk
menyingkirkan idris yaitu dengan menugaskan seseorang yang licik untuk melaksanakan misi
pembunuhan terhadap idris.Khalifah menyetujui ide tersebut selanjutnya, ia menunjuk seorang
tabib bernama Sulaiman bin Jarir yang terkenal dengan julukan Asy-Syamakh al-Yamami untuk
menjalankan misi itu.Sulaiman pun segera berangkat ke ifriqiya sambal membawa surat untuk
gubernur ifriqiya waktu itu Ibrahim bin al-Aghlab. Surat tersebut berisi instruksi agar gubernur
memfasilitasinya untuk menjalankan misi dari khalifah.Setelah berpura-pura seabagai oraang
Syiah, akhirnya dia berhasil mendapatkan kepercayaan idris.Sembari ia berpura-pura mengabdi
kepada idris, ia juga menunggu waktu yang tapat untuk melancarkan aksinya. Pada bulan juli
tahun 791 M ia mulai bergerak untuk melakukan pembunuhan usahanya berhasil. Setelah
berhasil membunuh idris menggunakan racun. Pasca terbunuhnya pemimpin dinasti idrisiyah, ia
pun melarikan diri ke ifriqiya dan melapor kepada Ibrahim bin al-Aghlab bahwa misinya sudah
selesai,dan laporan itu pun kemudian diteruskan kepada khalifah Harun ar-Rasyid.
3.Kemajuan Yang Dicapai
Kurang lebih satu setengah abad Dinasti Idrisiyah berkuasa di Maroko, dan telah dipimpin oleh
sembilan orang raja, yaitu Idris I (788-793), Idris II (793-828), Muhammad al-Muntasir (828-
836), Ali I (836-849), Yahya I, Yahya II, Ali II, dan Yahya III (849-904), Yahya IV (904-922).
Masa kemajuan Dinasti Idrisiyah mulai tercapai pada masa pemerintahan Idris I dan Idris II.
Keberhasilan yang dicapai pada masa itu adalah penyebaran Islam ke seluruh masyarakat dengan
mudah. Di samping itu, pertahanan dan keamanan cukup kuat, terbukti adanya Idris dan
pasukannya dapat menahan pasukan Romawi dan mempertahankan wilayahnya.
Setelah Idris II meninggal pada tahun 828, ia meninggalkan pemerintahan yang stabil dan telah
menguasai sebagian besar muslim Barbar. Tiga raja berikutnya, Muhammad, Ali I, dan Yahya I
adalah penguasa-penguasa yang kuat, yang lebih memapankan pemerintahan Idrisiyah.
Sepanjang pemerintahan Yahya I, Fez telah mencapai puncak kemakmurannya dengan menjadi
salah satu pusat perdagangan yang menghubungkan antara Afrika dan Eropa. Selama
pemerintahan Yahya yang damai, banyak imigran dari Andalusia dan daerah Afrika lainnya
berdatangan ke Fez. Kota ini lalu berkembang dengan pesat, baik dari segi penduduk maupun
pembangunan gedung-gedungnya. Di antara gedung yang dibangun pada masa itu ialah dua
masjid, Qarawiyyin dan Andalusia, yang didirikan pada tahun 859 M. Kota Fez kemudian
dianggap sebagai kota suci, tempat tinggal kaum syorfah (kaum syurafa’ atau orang-orang mulia)
keturunan istimewa Nabi.
Ira M. Lapidus mengatakan, bahwa meskipun wilayah pemerintahannya relatif kecil, Dinasti
Idrisiyah merupakan negara Maroko-Islam yang pertama, dan merupakan pusat perjuangan Islam
yang aktif.
Yahya I bin Muhammad meninggal pada tahun 863 M, ia kemudian digantikan oleh putranya,
Yahya II, yang pemerintahannya kurang sukses. Pada masanya mulai terjadi disintegrasi dengan
terjadinya pemberontakan dari bangsa Barbar yang memaksanya untuk lari bersembunyi. Dari
sinilah awal kemunduran Dinasti Idrisiyah.
Kemajuan yang pernah dicapai oleh Dinasti Idrisiyah dapat mengangkat citra umat Islam pada
umumnya, dan Afrika khususnya, dan telah memperlihatkan bahwa manajemen pemerintahan
sangat penting untuk mengatur negara dan wilayah kekuasaan. Hal itulah yang dilakukan oleh
Idris I sampai pada Yahya I, sehingga kemajuan itu dapat dicapai.
Namun setelah itu, saat kepemimpinan beralih, maka kondisinya berbeda akibat tipe pemimpin
berikutnya tidak belajar dari sejarah pendahulunya, sehingga dalam sejarah dicatat bahwa setelah
Yahya I, Dinasti Idrisiyah mengalami kemunduran.
4.Kemunduran Dan Kehancuran
Kemunduran dan kehancuran Dinasti Idrisiyah terjadi ketika dinasti ini dipimpin
oleh Muhammad al-Muntashir, beberapa wilayah kekuasaan dinasti ini mengalami
perpecahan sehingga sangat rentan akan serangan dari luar. Selain itu juga terdapat
ancaman serius yang datang dari kelompok khawarij Rustamiyah yang berkuasa di
Aljazair bagian barat meskipun pada akhirnya dapat dikalahkan. Dan bahaya yang lain
adalah ancaman dari dinasti baru yang lebih besar yaitu Dinasti Fathimiyah
pada tahun 985 M Dinasti Fathimiyah berhasil mengambil alih kekuasaan akibat
semakin melemahnya kekuatan dinasti Idrisiyah.

Anda mungkin juga menyukai