Anda di halaman 1dari 15

DAKWAH KAMI

DI ZAMAN BARU
#RUN06
Risalah Dakwah Kami di Zaman Baru
• Krisis yang dialami negeri ini membuat kran kebebasan terbuka. Kemudian
bermunculanlah diagnosis dan alternatif pemecahan bagi permasalahan yang
diderita. Maka ramailah bursa pemikiran di negeri ini. Adalah sebuah kebutuhan
bagi setiap orang untuk mempersepsi dakwah ini secara terang.
• Terangnya tujuan dan metodologi pemecahan masalah akan membuat masyarakat
menjadi penuh harap, cinta dan siap untuk merealisasikan dakwah tersebut.
Penerangan tidaklah cukup dengan membangun retorika, pidato-pidato maupun
agitasi massa semata, tetapi penerangan yang bertolak dari basis ilmiah, argumen
ilmiah. Penting bagi kita untuk memahami karakter utama dakwah ini, karakter
rabbaniyah ‘alamiyah dakwah, agar kita memiliki persepsi yang jelas dan
argumentatif atasnya.
Rabbaniyah
• Poros utama dakwah ini adalah bagaimana manusia mengenal Tuhannya,
bagaimana membangun ikatan transendetal dengan Allah SWT.
• Di atas ikatan inilah tegaklah spiritualitas yang mensucikan dan memuliakan
kehidupan manusia. Saat ini begitu banyak manusia yang mengingkari
penciptanya entah karena ateismenya atau karena pilihan agnostiknya.
• Hilangnya relasi transendetal ini membuat manusia jatuh ke cara pandang
materialistik dalam hidupnya. Bahwa semuanya bermula dan berporos pada
materi sebagai sebab awalnya, manusia semata makhluk materi, kehidupan ini
harus dibangun dari dasar dan motif material, entah ekonomi atau naluri seksual,
kemudian kemajuan pun adalah kemajuan material.
Rabbaniyah (cont…)
• Kemajuan materi tidaklah identik dengan kebahagiaan hidup manusia. Pada taraf
tertentu materialisme itu berubah menjadi tirani terhadap jiwa manusia. Tirani
materialisme membuat jiwa manusia terperangkap dalam kehampaan dan
kegersangan nirmakna. Manusia tercerabut dari dasar, pusat jiwanya (ruh).
• Dakwah ini adalah dakwah Rabbaniyah.  Substansi rabbaniyah dakwah ini pada
dasarnya adalah cinta kepada Allah.
Antara Pemikiran Metafisis dan Logika Ilmiah
• Jatuhnya seseorang kepada materialisme bermula dari pola pemikirannya. Pola
pemikiran umat manusia selama tidak terbimbing oleh wahyu akan jatuh ke
dalam dua kemungkinan ini :
o Pemikiran yang penuh dengan khayalan metafisis, khurafat terhadap yang
ghaib yang padanya disandarkan urusan kehidupan dan menafsiri sebab-
sebab kejadian dunia.
o Pemikiran rasional materialistis yang menolak keberadaan yang ghaib diluar
jangkauan indera dan akal. Pemikiran jenis ini banyak dianut manusia
modern. Banyak di antara mereka berdasarkan keyakinan dasar ini menolak
eksistensi Tuhan, kenabian, hari akhir dan ruh.
Antara Pemikiran Metafisis dan Logika
Ilmiah...
• Dua cara berpikir di atas adalah bentuk kesalahan dan mencerminkan kelemahan
manusia. Islam menegaskan bahwa realitas terdiri dari realitas ghaib dan realitas
empirik (syahadah).
• Wahyu/ Iman memberikan putusan yang tegas, jelas dan final mengenai
pengetahuan dan problem metafisis, gaib. Akal diformat untuk memikirkan ayat-
ayat Allah baik yang Qurani maupun Kauni. Iman dan Aqal berinteraksi secara
harmonis.
Kebangkitan Ruh : Iman, Kemuliaan dan
Harapan
• Sebuah gerakan dakwah tidak semata dilihat dari sisi lahiriah dan formal.
Gerakan dakwah memiliki motivasi dan inspirasi spiritual bagi usaha meraih
tujuan mereka. Dinamika batin yang menggerakkan, mengontrol dan memberi
kekuatan untuk mewujudkan cita-cita.
• Oleh karenanya hal mendasar yang harus diperhatikan dalam kerja dakwah
adalah kebangkitan spiritual ini [kebangunan ruh, hidupnya hati dan ketajaman
intuisi]. Dakwah ini menekankan pembinaan ruhani di atas operasionalisasi.
Dakwah ini menginginkan terbangunnya jiwa-jiwa yang hidup, kuat dan
tangguh; hati yang segar; jiwa yang optimis.
Kebangkitan Ruh
• Jalan yang dibentangkan untuk mencapai itu adalah
a. Iman dengan keagungan risalah Islam
b. Bangga dalam memeluk Islam
c. Yakin dengan dukungan dan pertolongan Allah
• Kebangkitan ruh harus berpengaruh nyata dalam kehidupan. Untuk ke sana harus
didahului dengan kebangkitan amal. Amal pembentukan pribadi, keluarga dan
masyarakat.
‘Alamiyah
• Dakwah ini adalah dakwah universal karena ditujukan kepada seluruh umat
manusia. Manusia pada asalnya adalah bersaudara. Semua manusia memiliki
martabat yang sama. Sehingga rasialisme dan chauvinisme haruslah ditolak.
• Karakter ‘alamiyah [insaniah/kemanusiaan] dakwah ini memberikan kita
perspektif untuk concern terhadap isu-isu kemanusiaan yang terjadi.
Kemiskinan, kebodohan [kebutahurufan], kekerasan dan penindasan hak-hak
asasi manusia, kelaparan dan bencana; merupakan bagian dari concern dakwah
ini.
POSISI RASIALISME, ARABISME, KETIMURAN, DAN
INTERNASIONALISME DALAM DAKWAH KAMI
• Dakwah kami memiliki karakter rabaniyah —yang menyeru manusia untuk
menjauhi, menentang, melawan tirani Materialisme, dan kembali beriman
kepada Allah, bersandar kepada-Nya, dan selalu merasa dalam pengawasan-Nya
pada setiap amal.
• Maka dakwah kami juga mempunyai karakter insaniyah yang mengajak kepada
persaudaraan di antara sesama manusia dan berusaha membahagiakan mereka,
karena dakwah ini bersifat islamiyah, dan Islam itu diperuntukkan bagi sekalian
manusia, bukan untuk jenis tertentu atau untuk bangsa tertentu saja.
Posisi Dakwah ikhwan
• Dakwah kami tidak pernah mengakui perbedaan derajat kemanusiaan
berdasarkan ras maupun warna kulit. Prinsip kami ini tidak akan berubah walau
dengan perubahan struktur teritorial suatu bangsa dan negara.
• Lantas di manakah posisi dakwah Ikhwan? Sesungguhnya, setiap kata dan setiap
pendapat itu mendapat tempat di dalam dakwah kami. Hal ini bukan karena
dakwah kami bertujuan untuk memuaskan semua pihak atau berbasa-basi dalam
masalah fikrah, tetapi secara global memang demikianlah tabiat Islam sebagai
agama yang universal.
Nasionalisme
• Apakah nasionalisme dalam konteks ini memiliki relevansi dengan dakwah kita ? Jawaban
mengenai hal ini bisa dirujuk ke dalam risalah yang sekarang dibahas dan risalah-risalah
lainnya. Pokok yang penting diperhatikan dalam hal ini adalah aspek metodologis untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Metode Hasan Al Banna menegaskan terlebih
dahulu makna-makna yang dimaksud dari isu-isu yang ada, apakah nasionalisme, arabisme,
internasionalisme/humanisme.
• Menegaskan penolakan terhadap sesuatu sebelum memahami makna yang dimaksud merupakan
sikap terburu-buru. Dengan pemahaman terhadap makna yang dimaksud kita dapat memahami
mana substansi yang perlu ditolak, mana yang memang merupakan concern kita karena
memang bagian dari kebutuhan kemanusiaan atau perjuangan dakwah kita, atau penegasan
penolakan total karena makna yang memang tidak ada interpretasi lain yang memang
mengharuskan untuk ditolak [karena menerima salah satu bagiannya merupakan kontradiksi
terhadap bangunan keyakinan dan pemikiran kita].
SARANA UMUM DAKWAH KAMI, ANTARA JAMAAH DAN FIKRAH
Kesimpulan dan Penutup
• Sarana untuk mewujudkan cita-cita ini juga bukanlah kekuatan fisik.
• Dakwah yang haq akan mengarahkan pembicaraan kepada ruh, menyeru kepada hati,
dan membuka tabir-tabir penutup jiwa.
• Sesungguhnya, sarana untuk penanaman nilai dalam setiap seruan dakwah — kiranya
sudah dimaklumi, dipahami, dan terbaca bagi siapa saja yang punya perhatian kepada
sejarah jamaah-jamaah — secara global terangkum dalam empat kata; iman, amal,
mahabah, dan ukhuwah.
• Kepada iman, amal, mahabah, dan ukhuwah-lah kami mengajak anda wahai Ikhwan
sekalian! Semoga Allah beserta kalian, dan Allah pasti akan memenangkan urusan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai