1. LETAK RUMAH
A. Dianjurkan bagi seorang muslim untuk mencari rumah atau membangun
rumah yang dekat dengan masjid
Hal ini dimaksudkan agar memudahkan baginya untuk menunaikan shalat berjama’ah dan
ibadah yang lainnya di masjid.
B. Mencari rumah atau membangun rumah yang jauh dari lingkungan maksiat
atau tetangga yang buruk.
Lingkungan yang dekat dengan kemaksiatan atau tetangga yang buruk memiliki pengaruh
yang luar biasa pada sebuah keluarga.Sebagaimana kisah yang panjang,yaitu kisah perjalanan
taubatnya seseorang yang telah membunuh 100 orang.
ِ ْ فَا ْعبُ ِدهللاَ َم َعهُ ْم َوالَ تَرْ ِج ْع ِإلَى َأر,َ فَِإ َّن بِهَا ُأنَاسًا يَ ْعبُ ُدوْ نَ هللا, ض َك َذا َو َك َذا
فَِإنَّهَا َأرْ ضُ سُوْ ٍء,َضك ِ ْاِ ْنطَلِ ْق ِإلَى َأر
“Pergilah engkau ke sebuah negeri seperti ini dan seperti ini (yang disifatkan padanya
negeri tersebut), karena sesungguhnya di dalamnya terdapat kaum yang beribadah kepada
Allah Ta’ala, beribadahlah bersama mereka dan jangan kembali ke negerimu, karena
negerimu adalah negri yang jelek (banyak kemaksiatannya). (HR. Muttafaqun ‘alaih No :
2766 dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu’anhu)
« ْأ َم فَ َوجَ ْدنَاg الش َ و َأيggُ قَا َل َأب. » واggُ ِّرقُوا َأوْ َغ ِّربg َولَ ِك ْن َش، تَ ْدبِرُوهَاg تَ ْقبِلُوا ْالقِبْلَةَ َوالَ ت َْسg ِإ َذا َأتَ ْيتُ ُم ْالغَاِئطَ فَالَ ت َْس
َّ ُّوب فَقَ ِد ْمنَا
فَنَ ْن َح ِرفُ َونَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ تَ َعالَى، ت قِبَ َل ْالقِ ْبلَ ِة
ْ َيض بُنِي
َ َم َرا ِح
“Jika kalian mendatangi jamban, maka janganlah kalian menghadap kiblat dan
membelakanginya. Akan tetapi, hadaplah ke arah timur atau barat.” Abu Ayyub
mengatakan, “Dulu kami pernah tinggal di Syam. Kami mendapati jamban kami dibangun
menghadap ke arah kiblat. Kami pun mengubah arah tempat tersebut dan kami memohon
ampun pada Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari no. 394 dan Muslim no. 264).
Hadits kedua, hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma yang mengatakan,
تَ ْدبِ َر ْالقِبْلَ ِةgى َحا َجتَهُ ُم ْسgض
ِ لم – يَ ْقggه وسggلى هللا عليggُول هَّللا ِ – ص ُ فَ َرَأي، ْض َحا َجتِى
َ ْت َرس َ ت َح ْف
ِ صةَ لِبَع ِ ق ظَه ِْر بَ ْي ُ ارْ تَقَي
َ ْْت فَو
ْأ
ُم ْستَ ْقبِ َل ال َّش ِم
“Aku pernah menaiki rumah Hafshoh karena ada sebagian keperluanku. Lantas aku melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam buang hajat dengan membelakangi kiblat dan
menghadap Syam.”
(HR. Bukhari no. 148, 3102 dan Muslim no. 266).
Pendapat yang lebih tepat dalam masalah ini sebagaimana yang dianut oleh madzhab
Syafi’i, yaitu tidak boleh menghadap atau membelakangi kiblat ketika berada di luar
bangunan, namun tidak terlarang di dalam bangunan yang ada penghalang (pembatas). Yang
mendukung hal ini adalah dua dalil yang telah disebutkan di atas dan hasil kompromi.
Syaikh Prof. Dr. Musthofa Al Bugho dalam At Tadzhib (hal. 20) berkata, “Larangan
menghadap atau membelakangi kiblat dibawa pada makna larangan ketika berada di luar
bangunan yang tidak tertutup. Sedangkan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
menunjukkan bolehnya dipahami bolehnya didalambangunan.” Sebagaimana dinukil pula
oleh penulis Kifayatul Akhyar, Imam Nawawi berkata bahwa jika di hadapan orang yang
buang hajat terdapat penutup (penghalang) yang tingginya 2/3 hasta sampai 3 hasta, maka
boleh saja menghadap kiblat baik ketika berada di dalam bangunan atau di luar bangunan.
Artinya, patokannya adalah adanya penghalang ataukah tidak di arah kiblat. Kalau ada
penghalang berarti tidak menghadap langsung ke kiblat, maka tidaklah masalah. Demikian
faedah dari Kifayatul Akhyar, hal. 73.
C. DAPUR
Dalam islam, dapur adalah sebuah hal yang penting untuk diperhatikan karena dari
dapurlah seorang muslim dan keluarganya mengolah makanannya.
Sebuah dapur muslim haruslah dibangun dengan efisien mengingat Allah SWT tidak
menyukai seseuatu yang berlebihan dan mengingat bahwa seorang muslim makan untuk
hidup dan bukannya hidup untuk makan. Dapur yang baik dalam islam haruslah diletakkan
dibagian rumah yang paling dalam atau diposisi yang paling belakang agar tidak terlihat oleh
tamu atau orang yang datang berkunjung dan memiliki batas yang jelas dengan ruangan
lainnya.
BAB II
ORNAMEN ISLAM DALAM RUMAH
Ajaran Islam melarang penggambaran figuratif manusia dan hewan. Pasalnya, hal itu
dikhawatirkan dapat mengarah pada penyembahan berhala.
Akan tetapi pelarangan itu tidak membuat para perupa muslim kehabisan akal untuk
menghias rumah dan masjid. Mereka pun mengekspresikan seni rupa dalam bentuk-bentuk
ornamen khas seperti kaligrafi, geometris, dan arabesk yang tak kalah indah.
1. Kaligrafi
Kaligrafi Islam atau kaligrafi Arab merupakan seni tulisan tangan indah yang
berkembang di negara-negara dengan warisan budaya Islam. Tulisan-tulisan yang dibuat
dalam kaligrafi umumnya menyitir ayat-ayat Al-Quran dan dijadikan salah satu sarana untuk
melestarikan Al-Quran.
Kaligrafi Islam memiliki beberapa gaya (khat) yang mempunyai bentuk yang khas, antara
lain Khat Naskh, Khufii, Tsuluts, Diwani, Farisi, dan Riq’ah. Selain dipakai menghias
dinding dan langit-langit masjid, kaligrafi juga digunakan sebagai penghias halaman-halaman
buku.
2. Hiasan Geometris
Motif geometris populer dalam dunia seni Islam dan dipakai untuk mendekorasi
berbagai media, seperti dinding, lantai, langit-langit, vas bunga, lampu, buku, dan tekstil.
Pola-pola geometris yang digunakan umumnya berbentuk lingkaran, segitiga, persegi,
dan segi enam. Perpaduan pola-pola geometris ini mampu menghasilkan hiasan yang indah
dan khas.
3. Arabesk
Arabesk (arabesque) adalah gambar atau ukiran yang bermotifkan sulur, daun,
cabang, atau pohon. Bentuk ornamen tumbuhan yang geometris dan terukur ini terlihat
menarik dengan nuansa modern kontemporer.
Seniman muslim mengembangkan seni arabesk dari budaya era Bizantium. Dalam
penerapannya, bentuk arabesk bisa dikombinasikan dengan kaligrafi dan ornamen geometris.
BAB III
LARANGAN KEMEGAHAN RUMAH DALAM ISLAM
Dalam prinsip arsitektur yang dikemukakan oleh vitrubius, kita mengenal 3 prinsip
yakni Firmitas (kekuatan), utilitas (kegunaan) dan venustas (keindahan). Dengan prinsip
keindahan ini, tentulah arsitek berusaha agar desain yang dibuat terlihat indah, boleh saja
berbangga dan merasa puas dengan hasil desain yang telah dibuat, namun perlu diperhatikan
bahwa jangan sampai rasa bangga tersebut menjadi kesombongan diri dan merendahkan
orang lain. Karena Allah membenci orang yang bersikap sombong. Sombong yang dimaknai
di sini adalah merasa diri lebih besar dari orang lain.
Seperti dalam sebuah hadist rasulullah SAW bersabda;
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan
dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wa salllam,
ِّ ْال ِك ْب ُر بَطَ ُر ْال َح
ِ َّق َو َغ ْمطُ الن
اس
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” [H.R. Muslim, no.
2749, dari ‘Abdullah bin Mas’ûd]
Dalam hal ini rumah seorang muslim harus menghindari segala perlengkapan yang sifatnya
bermewah-mewahan, yang mana hal itu menghilangkan karakteristik seorang muslim yang
mendambakan hidup mulia di surga Allah subhanahu wa ta’ala.
Disebutkan dalam hadits bahwa kesederhanaan adalah bagian dari iman. Nabi
shalallahu alaihi wasallam bersabda:
Lingkungan merupakan satu kesatuan segala mahluk ciptaan Allah yang juga bukti
kebesaran-Nya. Sesungguhnya salah satu tujuan hidup manusia adalah mensyukuri segala
nikmat yang diberikan Allah SWT, dan salah satu caranya adalah dengan menjaga
lingkungan. Sebagai khalifah di bumi, kita dituntut untuk menjaga lingkungan sebagai salah
satu tujuan hidup menurut Islam, sebagaimana firman Allah SWT:
PENUTUP
Jadi dalam membangun rumah tinggal, kita tidak boleh seenaknya. Banyak kaidah
kaidah yang ada baik itu kaidah pemerintah, kaidah arsitektur, maupun kaidah dalam agama.
Dalam membangun rumah tinggal kita harus mengikuti kaidah kaidah tersebut untuk
membangun rumah tinggal yang nyaman bagi penghuni rumah dan lingkungan sekitar rumah
tersebut.