Oleh
1. Batasan meminta izin untuk bertemu ke rumah orang lain adalah sebanyak tiga kali saja.
ِِإَذ ا اْس َت ْأَذ َن َاَح ُد ُك ْم َث َالثًا َف َلْم ُيْؤ َذ ْن َلُه َف ْلَي ْر ِج ْع.
“Jika salah seorang di antara kalian sudah meminta izin tiga kali dan tidak diizinkan maka pulanglah.” [HR.
Al-Bukhari no. 6245 dan Muslim no. 2153 (33)]
2. Hendaknya tidak berdiri tepat menghadap di depan pintu ketika meminta izin.
Hal ini karena ada seseorang yang meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian
berdiri di depan pintu, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya:
َأ
َه َك َذ ا َع ْن َك ْو َه َك َذ ا َف ِإَّنَم ا ْاِالْس ِتْئَذ اُن ِمَن الَّن َظ ِر.
“(Harusnya engkau) begini (berdiri tidak di depan pintu) atau begini, sesungguhnya (disyari’atkan)
meminta izin (tidak lain untuk menjaga) pandangan mata.” [HR. Abu Dawud no. 5174 dan selainnya]
3. Apabila hendak masuk suatu rumah, maka katakanlah, “Assalamu’alaikum, bolehkah aku masuk.”
Hal ini karena seseorang dari Bani ‘Amir meminta izin untuk masuk ke rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam di saat beliau berada di rumahnya, ia berkata: “Bolehkah saya masuk?” Maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada pembantunya:
الَّس َالُم َع َلْي ُك ْم َأَأْد ُخ ُل؟ َف َأِذَن َلُه الَّن ِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم: ُقِل الَّس َالُم َع َلْي ُك ْم َأَأْد ُخ ُل؟ َفَس ِمَع ُه َفَقاَل: َف ُقْل َلُه، ُأْخ ُرْج ِإَلى َه َذ ا َفَع ِّلْم ُه ْاِالْس ِتْئَذ اَن
َف َد َخ َل.
“Keluarlah dan ajarkanlah kepada orang itu tentang tata cara meminta izin, katakanlah kepadanya,
‘Ucapkanlah assalamu’alaikum, bolehkah aku masuk?’ Orang itu mendengar apa yang disabdakan oleh
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia mengucapkan ‘Assalamu’alaikum, bolehkah aku masuk?’
Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi izin kepadanya dan ia pun terus masuk.” [HR. Abu
Dawud no. 5177, Ahmad III/414 dan selain keduanya, sanadnya jayyid]
4. Sangat dianjurkan untuk menggerakkan sandalnya dalam meminta izin ketika mau masuk rumahnya
atau berdehem yang dimaksudkan agar penghuni rumah tidak terlihat dalam kondisi yang tidak mereka
inginkan atau dia inginkan.[1]
ِبْس ِم ِهللا َو َلْج َن ا َو ِبْس ِم ِهللا َخ َر ْج َن ا َو َع َلى َر ِّب َن ا َت َو َّك ْلَن ا.
“Dengan menyebut nama Allah kami masuk, dan dengan menyebut nama Allah kami keluar dan hanya
kepada Rabb kami bertawakkal.” [HR. Abu Dawud no. 5096][2]
َف ِإَذ ا َد َخ ْلُتْم ُبُيوًت ا َفَس ِّلُموا َع َلٰى َأْنُفِس ُك ْم َت ِحَّيًة ِمْن ِع ْن ِد ِهَّللا ُم َب اَر َك ًة َط ِّي َب ًة ۚ َك َٰذ ِلَك ُيَب ِّيُن ُهَّللا َلُك ُم اآْل َياِت َلَع َّلُك ْم َت ْع ِقُلوَن
“Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam
kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi
Allah, yang diberi berkat lagi baik.” [An-Nuur/24: 61]
Referensi : https://almanhaj.or.id/4014-adab-adab-minta-izin-dan-memasuki-suatu-tempat-rumah.html