Anda di halaman 1dari 12

‫‪KHUTBAH PERTAMA:‬‬

‫ِإَّن‬
‫اْلَح ْم َد َنْح َم ُد ُه َو َنْس َتِع ْيُنُه َو َنْس َتْغ ِفُرُه َو َنُعْو ُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َسِّيَئاِت‬
‫َأْع َم اِلَنا‪َ ،‬م ْن َيْه ِدِه ُهللا َفَال ُم ِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال َهاِدَي َلُه‪َ ،‬أْش َهُد َأْن َال‬
‫‪ِ.‬إَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِرْيَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫َٰٓي َأُّي َه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنوْا ٱَّتُقوْا ٱَهَّلل َح َّق ُتَقاِتِهۦ َو اَل َت ُموُتَّن ِإاَّل َو َأنُتم ُّم ۡس ِلُموَن ‪١٠٢‬‬
‫َٰٓي َأُّي َه ا ٱلَّن اُس ٱَّتُقوْا َر َّب ُك ُم ٱَّلِذي َخ َلَقُك م ِّمن َّن ۡف ٖس َٰو ِحَدٖة َو َخ َلَق ِم ۡن َه ا َز ۡو َج َه ا َو َب َّث ِم ۡن ُهَم ا ِر َج ااٗل‬
‫َك ِثيٗر ا َو ِنَس ٓاۚٗء َو ٱَّتُقوْا ٱَهَّلل ٱَّلِذي َت َس ٓاَء ُلوَن ِبِهۦ َو ٱَأۡلۡر َح اَۚم ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن َع َلۡي ُك ۡم َر ِقيٗب ا ‪١‬‬
‫َٰٓي َأُّي َه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنوْا ٱَّتُقوْا ٱَهَّلل َو ُقوُلوْا َقۡو اٗل َس ِد يٗد ا ‪ُ ٧٠‬يۡص ِلۡح َلُك ۡم َأۡع َٰم َلُك ۡم َو َي ۡغ ِفۡر َلُك ۡم ُذ ُنوَب ُك ۗۡم‬
‫َو َم ن ُيِط ِع ٱَهَّلل َو َر ُسوَلُهۥ َفَقۡد َفاَز َفۡو ًز ا َع ِظ يًما ‪٧١‬‬
‫َأَّم ا َبْعُد ‪َ :‬فِإَّن َأْص َدَق اْلَح ِد ْيِث َكاَل ُم ِهللا َو َخ ْيَر اْلَهْد ِي َهْد ُي ُم َح َّم ٍد َو َش َّر ْاُألُم ْو ِر‬
‫ُم ْح َد َثاُتَها‪َ ،‬فِإَّن ُك َّل ُم ْح َد َثٍة ِبْدَع ٌة َو ُك َّل ِبْدَع ٍة َض َالَلٌة َو ُك َّل َض َالَلٍة ِفي الَّناِر ‪َ .‬أَّم ا‬
‫َبْع ُد؛‬

‫‪Ibadallah,‬‬

‫‪Setiap orang yang melepaskan satu kata dari mulutnya, satu kata‬‬
‫‪itu pasti akan dihisab. Allah Ta’ala berfirman,‬‬

‫َم ا َي ْلِفُظ ِمْن َقْو ٍل ِإَّال َلَد ْي ِه َر ِقيٌب َع ِتيٌد‬


‫‪“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di‬‬
‫]‪dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” [Quran Qaf: 18‬‬

‫‪Ucapan yang baik dan lurus akan mengangkat derajat‬‬


‫‪pengucapnya ke tingkatan yang tinggi. Sedangkan ucapan yang‬‬
‫‪buruk dan tercela akan menjatuhkan pengucapnya ke tingkatan‬‬
‫‪yang rendah. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya‬‬
‫‪waspada dan memerhatikan lisannya. Mengoreksinya. Dan‬‬
‫‪merenungkan keadaannya hasil dari ucapannya.‬‬
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫وإن العبد ليتكلم بالكلمة ال ُيلقي لها بااًل تهوي به سبعيًن ا خريًفا‬
‫في النار‬

“Sesungguhnya ada seseorang yang berkata dengan suatu


perkataan yang dia anggap remeh, namun akibatnya dilemparkan
ke neraka sedalam 70 tahun.”

Pada kesempatan yang singkat ini, khotib menasihatkan pada diri


khotib pribadi dan jamaah sekalian tentang beberapa ucapan
keliru yang bersinggungan dengan akidah.

Pertama: Mencela Allah Rabbul ‘alamin Subhanahu wa Ta’ala.


Atau merendahkan-Nya. Atau merendahkan agama Islam.

Ucapan seperti ini tersebar di tengah kaum muslimin. Saat ia


marah dengan kemarahan yang bukan berasal dari seseorang, lalu
ia mencela Allah Ta’ala. Atau dia melaknat agama Islam. Atau
ucapan-ucapan lainnya. Kemudian ia berkata, “Saya kafir
sekarang.” Ia ulangi ucapannya dua atau tiga kali. Seakan ia
mengatakan suatu ucapan yang ringan. Bukan ucapan yang
membinasakan.

Tidakkah ia tahu, orang ini dengan ucapannya itu telah membuat


seluruh amalannya terhapus. Dan dia sendiri menjebeloskan
dirinya ke neraka. Sebuah tempat yang tidak dimasuki kecuali oleh
orang-orang yang celaka. Ia halangi dirinya sendiri dari surga.
Padahal surga itu luasnya seluas langit dan bumi. Ia telah kufur
padahal sebelum seorang muslim. Murtad setelah sebelumnya
beriman.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫) ال َت ْع َت ِذ ُر وا َقْد‬65( ‫ُقْل َأِباِهَّلل َو آَي اِتِه َو َر ُس وِلِه ُك نُتْم َت ْس َت ْه ِز ُئوَن‬


‫َك َفْر ُتْم َبْع َد ِإيَم اِنُك ْم‬
Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya
kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena
kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan
kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab
golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang
selalu berbuat dosa. [Quran At-Taubah: 65-66].

Orang-orang seperti ini mengucapkan kalimat ejekan dan hinaan


karena bergurau saja. karena ia mengatakan, “Kami hanya main-
main saja.” Dan Allah tidak membantah ucapan mereka bahwa
mereka hanya bergurau. Namun Allah menjelaskan walaupun
mereka mencela Allah, syariat-Nya, dan Rasul-Nya dalam keadaan
bergurau, mereka telah murtad keluar dari agama. Mereka telah
kufur setelah beriman.

Karena itu, bertakwalah kepada Allah dalam setiap kata yang


keluar dari lisan kita. Dan ia didik dirinya dan anak-anaknya agar
dapat mengontro lisan kita. Betapa cepat tersebarnya kebatilan.
Terutama di era sosial media saat ini. Melalui youtube, whatsap,
twitter, dan lain-lain.

Kedua: Mengucapkan kata Dan antara Allah dan hamba-Nya


dalam permasalahan takdir.

Tidak dibenarkan seseorang mengatakan, “Saya berharap


kepadamu dan kepada Allah.” Atau “Karena Allah dan karena si
Fulan.” Dan kalimat-kalimat yang lain. Karena kata Dan dalam
kalimat-kalimat seperti ini berarti penyetaraan antara Allah dan
makhluknya. Dan dalam bahasa Indonesia, kita mengenal ada
kalimat setara dan ada kalimat bertingkat. Sampai dalam ucapan
pun kita tidak boleh menyetarakan antara Allah dan makhluknya.

Diriwayatkan oleh an-Nasai dari Abdullah bin Abbas radhiallahu


‘anhu.

.‫ ما شاء هللا وشئت‬:-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫أن رجاًل قال للنبي‬
‫ «أجعلتني هلل نًد ا؟ قلت ما شاء هللا‬:-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫فقال‬
‫وحده‬
“Bahwa ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam : “Atas kehendak Allah dan kehendakmu. Maka ketika itu
bersabdalah beliau: Apakah kamu menjadikan diriku sebagai
sekutu bagi Allah ? Hanya atas kehendak Allah saja. [HR. An-Nasai]

Hukum ucapan seperti ini adalah syirik kecil.


Ketiga: bersumpa dengan menyebut selain Allah.

Di antara yang sering diucapkan seseorang adalah bersumpah


dengan nama bapaknya, “demi bapak saya.” Atau menyebut nama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “demi Rasulullah”. Atau
dengan menyebut “Demi Ka’bah.” Dll. ucapan sumpah seperti ini
termasuk syirik kecil. Dan syirik kecil adalah dosa besar.

Sumpah itu tidak boleh diucapkan kecuali dengan menyebut nama


Allah. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin
Umar radhiallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mendengar seseorang bersumpah dengan menyebut nama
ayahnya. Kemudian beliau merespon,

‫ َفَم ْن َك اَن َح اِلًفا‬، ‫َأَال ِإَّن َهللا َع َّز َو َج َّل َي ْن َه اُك ْم َأْن َت ْح ِلُفوا ِبآَب اِئُك ْم‬
‫َفْلَيْح ِلْف ِباِهلل َأْو ِلَيْص ُم ْت‬

“Ingatlah bahwa sesungguhnya Allah l melarang kalian bersumpah


atas nama ayah-ayah kalian, maka barangsiapa bersumpah
hendaklah dia bersumpah atas nama Allah atau hendaklah dia
diam.” [HR. Muslim].

Dalam hadits riwayat at-Turmudzi, Rasululah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

‫َم ْن َح َلَف ِبَغ ْي ِر ِهللا َفَقْد َأْش َر َك‬


“Barangsiapa bersumpah atas nama selain Allah, maka sungguh
dia telah mempersekutukan Allah.” [HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan
Al-Hakim]

Keempat: seseorang mengatakan, “Aku minta kepada Allah agar


berbuat zalim kepadamu sebagaimana engkau telah zalim
kepadaku.” Atau “Sebagaimana engkau mengkhianatiku. Semoga
Allah mengkhianatimu.” Ini adalah kesalahan besar. Karena Allah
mengharamkan atas dirinya sendiri perbuatan zalim. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫َو ال َي ْظ ِلُم َر ُّب َك َأَح دًا‬


“Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun.” [Quran Al-
Kahfi: 49]

Kelima: mencela waktu, cuaca, keadaan (miskin, kaya, musibah,


dll), musim, dan sejenisnya.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah


radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ ِبَي ِدي‬، ‫ ُيْؤ ِذيِني اْب ُن آَد َم َيُسُّب الَّد ْه َر َو َأَن ا الَّد ْه ُر‬:‫َقاَل ُهَّللا َع َّز َو َج َّل‬
‫اَألْم ُر ُأَقِّلُب الَّلْي َل َو الَّن َه اَر‬
“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Anak Adam telah menyakiti-Ku
(karena) dia suka mencela waktu (masa). Padahal Aku-lah pencipta
(pengatur) masa. Aku-lah yang menggilir antara siang dan
malam”.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Betapa banyak saat ini orang-orang mencela masa seperti ini.


Terlebih para penyair dan pembuat lagu. Dan orang-orang semisal
mereka.

Keenam: ucapan insyaallah saat berdoa.

Sebagian orang berkata, “Aku meohon kepada Allah agar


mengampuni kita insyaallah (jikalau Allah mengehendaki). Atau
menerima taubat kita insyaallah. Ucapan ini haram hukumnya.
Sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Abdil Bar rahimahullah ketika
menyebut hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim
dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alahi
wa sallam bersabda,

،‫ اللهم ارحمني إن شئت‬،‫ اللهم اغفر لي إن شئت‬:‫ال يقل أحدكم‬


‫ فإن هللا ال يتعاظمه شيء‬،‫ ولُيعظم الرغبة‬،‫وليعزم المسألة‬
‫»أعطاه‬.

Janganlah kalian berdoa dengan mengatakan: ” Ya Allah


ampunilah aku jika Engkau menghendaki, atau berdoa ” Ya Allah
limpahkanlah rahmat-Mu jika Engkau menghendaki ” tetapi
hendaklah berkeinginan kuat dalam permohonannya itu, karena
sesungguhnya Allah tiada sesuatu pun yang memaksa-Nya untuk
berbuat sesuatu.
Ucapan insyaallah itu diucapkan pada sesuatu yang akan
dilakukan di masa mendatang. Seperti seorang mengatakan, “Saya
akan datang ke rumahmu insyaallah.” Atau “Saya akan melakukan
ini insyaallah.” Seperti firman Allah Ta’ala,

‫َو ال َت ُقوَلَّن ِلَش ْي ٍء ِإِّن ي َفاِع ٌل َذ ِلَك َغ دًا * ِإَّال َأْن َي َش اَء ُهَّللا‬
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu:
“Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali
(dengan menyebut): “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu
jika kamu lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan
memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari
pada ini”. [Quran Al-Kahfi: 23-24]

Adapun doa, maka tidak tepat disertakan ucapan insyaallah.


Bahkan wajib bagi kita tatkala berdoa, mengucapkannya penuh
dengan keyakinan dan harapan besar. Karena tidak ada yang
memaksa Allah untuk memberikan sesuatu kepada kita.

Saudara-saudaraku seiman,

Sebenarnya masih banyak ucapan-ucapan yang haram seperti ini,


yang tersebar di tengah masyarakat. Namun yang khotib sebutkan
ini adalah beberapa di antaranya.

‫ اعصم ألسنتنا وأعمالنا وأفعالنا عما‬،‫اللهم يا من ال إله إال أنت‬


‫ُيسخطك يا رب العالمين‬.
‫ واجعلنا نلقاك‬،‫ وأمتنا على ذلك‬،‫اللهم أحينا على التوحيد والسنة‬
‫راضًي ا عنا‬.

Khutbah Kedua:

‫ أما بعد‬،‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬:

Ibadallah,

Lafadz-lafadz yang menyelisihi syariat dan menyelisihi tauhid


sangatlah banyak. Dan tersebar di tengah kaum muslimin.
Obatnya tidak ada melainkan seorang muslim harus mempelajari
agamanya. Sebenarnya waktu yang kita miliki ini banyak. Hanya
saja tidak ada keinginan dan prioritas. Jamaah sekalian bisa
melihat sendiri betapa banyak orang-orang yang sempat
mengikuti berita perkembangan politik. Ada pula yang
membuang-buang waktunya dengan facebook, youtube, dan
Instagram tanpa tujuan yang jelas. Namun kalau diajak untuk
mengaji agama mereka, mereka berkata sibuk. Mereka tidak
peduli dengan agama mereka. Tidak peduli kalau tidak mengerti
tuntunan hidup mereka.

Ini merupakan kesalahan besar. Wajib bagi kita untuk mempelajari


agama kita ini. Dengan mempelajari agama ini kita tidak terjatuh
pada ucapan dan perbuatan yang dilarang tanpa kita sadari.

Ketauhilah! Mempelajari ilmu agama ini lebih utama daripada


melakukan ketataan lainnya. Karena mempelajari agama itu
sendiri adalah ibadah yang agung. Yang menjadi sebab kita
selamat dari apa yang Allah haramkan. Diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ سَلك ُهللا به طريًقا ِمن ُط ُر ِق‬،‫َم ن سَلك طريًقا يطُلُب فيه ِع ْلًم ا‬
‫الَج َّن ِة‬
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan jalannya untuk menuju surga” [HR. At Tirmidzi dan
Abu Daud]

Ibadallah,

Wajib bagi kita untuk saling menasihati dan menampakkan syiar


syariat kita ini. Wajib bagi kita beramar makruf dan nahi mungkar.

Ketujuh: termasuk juga kesalahan yang tersebar di masyarakat


adalah apabila ada seseorang yang menegurnya karena suatu
perbuatan, ia jawab, “Yang paling penting adalah hati. Jangan kau
nilai saya dari ucapanku. Tapi hatiku.”

Tentu saja, hati adalah perkara utama. Anggota badan dan lisan
itu mengikuti hati. Namun kita ini juga dihisab dengan apa yang
kita ucapkan dan yang kita perbuat. Sebagaimana sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫وإن العبد ليتكلم بالكلمة ال ُيلقي لها بااًل تهوي به سبعيًن ا خريًفا‬
‫في النار‬

“Sesungguhnya ada seseorang yang berkata dengan suatu


perkataan yang dia anggap remeh, namun akibatnya dilemparkan
ke neraka sedalam 70 tahun.”

Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

‫ َو َلِكْن َي ْن ُظ ُر ِإَلى‬، ‫ َو ال ِإلى ُصَو ِر ُك ْم‬،‫ِإَّن هللا ال َي ْن ُظ ُر ِإلى َأْج ساِم ْك م‬


‫ُقُلوِبُك ْم وأعمالكم‬

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada tubuh kalian dan juga


tidak melihat pada wajah kalian, tetapi Dia melihat pada hati
kalian dan amal kalian.” [HR Muslim]

Artinya, kita juga mendapat hukuman akibat dari perbuatan dan


ucapan kita. Tidak benar seseorang berargumen atas kesalahan
perbuatan dan ucapannya, tapi hatinya bersih dan tulus. Tidak
benar kalau hati saja yang dimintai pertanggung-jawaban. Kalau
hatinya tulus dan bersih, pastilah lisan dan perbuatannya tidak
salah. Tidak jatuh pada apa yang Allah haramkan. Artinya, saat
ucapan dan perbuatan Anda salah, ada kesalahan juga pada hati
Anda. Karena kalau hati seseorang baik, akan baik pula anggota
badannya.
‫َباَر َك ُهللا ِلي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَك ِر يِم ‪َ ،‬و َنَفَعِني َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفيِه ِم َن اآْل َياِت َو الِّذ ْك ِر اْلَح ِك يمِ‪َ ،‬أُقوُل َم ا َتْس َم‬
‫ُعوَن ‪َ ،‬و َأْس َتْغ ِفُر َهللا ِلي َو َلُك ْم ‪َ ،‬فاْس َتْغ ِفُر وُه ِإَّنُه ُهَو اْلَغُفوُر الَّرِح يُم‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل اَّلِذْي َأَمَر َن ا ِبْاِالْع ِتَص اِم ِبَح ْب ِل ِهللا‪َ ،‬أْش َه ُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َلُه َو َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا‬

‫َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َال َن ِبَّي َب ْع َد ُه‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى سّيِدنا ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َم ْن َت ِبَع ُهَد اُه‪َ .‬أَّما َب ْع ُد ؛‬

‫أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‪ .‬بسم هللا الرحمن الرحيم‪ .‬إَّن َهللا ومالئكَت ُه يصُّلوَن على النِبِّي َي ا أُّي َه ا‬

‫الذيَن ءاَم نوا َص ُّلوا عليِه وَس ّلموا َت ْس ليًما الّلـُهَّم َص ّل على سّيِدنا محَّمٍد وعلى ءاِل سّيِدنا محَّمٍد كَم ا‬

‫صّليَت على سّيِدنا إبراهيَم وعلى ءاِل سّيِدنا إبراهيم وباِر ْك على سّيِدنا محَّمٍد وعلى ءاِل سّيِدنا محَّمٍد‬

‫كَم ا باَر ْك َت على سّيِدنا إبراهيَم وعلى ءاِل سّيِدنا إبراهيَم إّن َك حميٌد مجيٌد ‪َ .‬الَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُمْس ِلِمْي َن‬

‫َو اْلُمْس ِلَم اِت‪َ ،‬و اْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْل ُمْؤ ِم َن اِت ْاَألْح َي اِء ِم ْن ُهْم َو ْاَألْم َو اِت‪ِ ،‬إَّن َك َس ِم ْيٌع َقِر ْيٌب ُم ِج ْيُب الّد َعَو اِت ‪ .‬الَّلُهَّم‬

‫اْغ ِفْر َلَن ا ُذ ُنْو َب َن ا َو ُذ ُنْو َب َو اِلَدْي َن ا َو اْر َح ْمُهَم ا َك َم ا َر َّب َي اَن ا ِص َغاًر ا‬

‫َر َّبَنا اْغ ِفْر َلَنا َو ِإِل ْخ َو اِنَنا اَّلِذ يَن َسَبُقوَنا ِباِإْل يَم اِن َو اَل َتْج َع ْل ِفي ُقُلوِبَنا ِغ ًاّل ِّلَّلِذ يَن آَم ُنوا َر َّبَنا ِإَّنَك َر ُؤوٌف َّر ِح يٌم‬

‫َر َّبَنا َظَلْم َنا َأنُفَس َنا َو ِإن َّلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َحْم َنا َلَنُك وَنَّن ِم َن اْلَخاِس ِر يَن َر َبَنا َء اِتَنا ِفي الّد ْنَيا َحَس َنًة َو ِفي ْاَألِخَر ِة‬

‫َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الّناِر ‪ .‬عباد هللا‪ ،‬ان هللا يأمر بالعدل واالحسان وايتاء ذي القربي وينهي عن الفحشاء‬

‫والمنكر والبغي لعلكم تذكرون فاذكروا هللا العظيم يذكركم واسألوه من فضله يعطكم ولذكر هللا اكبر‬

Anda mungkin juga menyukai