Anda di halaman 1dari 3

10 Adab Dalam Majelis dan Dalilnya

Sebagai seorang muslim, hendaknya kita menghadiri majelis ilmu dengan adab yang
sesuai dengan syariat Islam. Adab menunjukkan kepribadian dari seorang muslim.
Rasulullah sendiri telah mencontohkan bagaimana seharusnya beradab dalam setiap
aktivitas, termasuk majelis. Berikut ini adalah beberapa adab dalam majelis yang perlu
diketahui:

1. Memberi salam

Salam adalah penanda keramahanm seorang muslim. Memberi salam sama dengan
mendoakan para hadirin di majelis ilmu lainnya.

Abu Hurairah ra telah meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, “Bila salah seorang
kamu sampai di suatu majlis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika dilihat layak
baginya duduk maka duduklah ia. Kemudian jika bangkit (akan keluar) dari majlis
hendaklah memberi salam pula. Bukanlah yang pertama lebih berhak daripada yang
selanjutnya.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidz

2. Tidak berbisik berduaan

Dalam sebuah majelis tentu akan terdapat banyak orang di dalamnya. Maka dari itu,
tidak seharusnya kita saling berbisik-bisik hanya dengan satu orang saja. Hal ini dapat
melukai perasaan orang lain sehingga kurang pantas dilakukan. Ibnu Mas`ud
Radhiallaahu ‘anhu menuturkan : Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda, “Bila kamu tiga orang, maka dua orang tidak boleh berbisik-bisik tanpa
melibatkan yang ketiga sehingga kalian bercampur baur dengan orang banyak,
karena hal tersebut dapat membuatnya sedih.” (Muttafaq’alaih).

3. Duduk di kursi yang kosong

Jika Anda baru saja tiba di majelis, maka hendaknya janganlah duduk di kursi yang
telah ditempati oleh orang lain. Duduklah di kursi yang kosong sehingga tidak akan
mengganggu orang lain.

Jabir bin Samurah telah menuturkan: “Adalah kami, apabila kami datang kepada
Nabi SAW maka masing-masing kami duduk di tempat yang masih tersedia di
majelis.” (HR. Abu Daud).
Nabi SAW telah bersabda, “Seseorang tidak boleh memindahkan orang lain dari
tempat duduknya, lalu ia menggantikannya, akan tetapi berlapanglah dan perluaslah.”
(Muttafaq’alaih)

4. Tidak banyak tertawa


Majelis ilmu merupakan tempat kita mencari ilmu dan sudah seharusnya kita tidak
banyak berbicara apalagi tertawa. Bahkan Rasul sendiri pernah memperingatkan
bahwa tertawa yang berlebihan dapat menyebabkan matinya hati.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan nasihat kepada Abu


Hurairah radhiallahu ‘anhu,
َ ‫يت ْالقَ ْل‬
(( ‫ب‬ ُ ‫ك تُ ِم‬ ِ ‫فَِإ َّن َك ْث َرةَ الض‬ , َ‫َّحك‬
ِ ‫َّح‬ ِ ‫ َوالَ تُ ْكثِ ِر الض‬.))

“Janganlah banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati.”


(HR At-Tirmidzi no. 2305. Syaikh Al-Albani berkata, “Hasan.” (Shahih Sunan At-
Tirmidzi.)

5. Tidak duduk di tengah majelis

Seorang yang memiliki adab tentu tidak akan mengambil posisi di tengah majelis,
apalagi jika ia datang terlambat. Tidak boleh seseorang duduk di antara orang lain
tanpa izin orang di sekitarnya.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak halal bagi seseorang memisah di antara dua orang
kecuali seizin keduanya.” (HR. Ahmad)

6. Tidak menempati kursi orang yang kembali

Dalam sebuah majelis ilmu, sering kali kita lihat orang yang keluar untuk urusan
sementara seperti buang air atau lainnya kemudian kembali lagi. Jika begitu, maka
tidak diperbolehkan untuk menempati kursi milik orang tersebut.

Nabi SAW bersabda, “Apabila seorang di antara kamu bangkit (keluar) dari tempat
duduknya, kemudian kembali, maka ia lebih berhak menempatinya.” (HR.Muslim)

7. Saling menghormati

Berkumpulnya banyak orang dalam sebuah majelis harusnya menimbulkan rasa saling
menghormati dan menghargai. Terutama pada guru atau ustadz yang memberikan
ilmu, hendaknya kita menghormati dengan mendengarkan pemaparan yang diberikan.

‫ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه‬

Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama. [Riwayat Ahmad
dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’].

8. Memperhatikan

Ketika sedang berada di sebuah majelis, perhatikanlah apa yang dibicarakan dan
didiskusikan di dalamnya. Selain menghargai pemberi ilmu, hal ini juga akan
menguatkan ingatan kita tentang ilmu yang disampaikan.
ُ‫ِّث ْالقَوْ َم َجا َءهُ َأ ْع َرابِ ٌّي فَقَا َل َمتَى السَّا َعة‬
ُ ‫س ي َُحد‬ ٍ ِ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي َمجْ ل‬
َ ‫ال بَ ْينَ َما النَّبِ ُّي‬ َ َ‫ع َْن َأبِي ه َُري َْرةَ ق‬
‫ُأ‬
‫ال َأ ْينَ َراهُ السَّاِئ ُل ع َْن السَّا َع ِة قَا َل هَا َأنَا يَا‬ َ َ‫ضى َح ِديثَهُ ق‬َ َ‫ِّث َحتَّى ِإ َذا ق‬ ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ي َُحد‬َ ِ ‫ضى َرسُو ُل هَّللا‬ َ ‫فَ َم‬
‫َأ‬ ‫َأْل‬
ْ‫ال ِإ َذا ُو ِّس َد ا ْم ُر ِإلَى َغي ِْر ْهلِ ِه فَا ْنت َِظر‬
َ َ‫ضا َعتُهَا ق‬
َ ‫ال َك ْيفَ ِإ‬ َ َ‫ت ا َمانَةُ فَا ْنتَ ِظرْ السَّا َعةَ ق‬ ‫َأْل‬ ْ ‫ضيِّ َع‬ُ ‫ال فَِإ َذا‬ ‫هَّللا‬
َ َ‫ُول ِ ق‬ َ ‫َرس‬
َ‫السَّا َعة‬

Dari Abu Hurairah, beliau berkata,“Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


berada di majelis menasihati kaum, datanglah seorang A’rabi dan bertanya,”Kapan
hari kiamat?” (Tetapi) beliau terus saja berbicara sampai selesai. Lalu (beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam) bertanya,“Mana tampakkan kepadaku yang bertanya
tentang hari kiamat?” Dia menjawab,”Saya, wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.” Lalu beliau berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat”.
Dia bertanya lagi, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Beliau menjawab, “Jika satu
perkara diberikan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat”. [Riwayat
Bukhari].

9. Berani bertanya

Sering kali dalam sebuah majelis diberikan sesi pertanyaan namun banyak yang justru
malu bertanya. Padahal dengan bertanya justru akan membuka wawasan lebih luas.
Rasul bersabda,

‫َأاَل َسَألُوا ِإ ْذ لَ ْم يَ ْعلَ ُموا فَِإنَّ َما ِشفَا ُء ْال ِع ِّي السَُّؤ ا ُل‬

Seandainya mereka bertanya! Sesungguhnya obatnya kebodohan adalah bertanya.


[Riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad dan Darimi dan dishahihkan Syeikh Salim
Al Hilali dalam Tanqihul Ifadah Al Muntaqa Min Miftah Daris Sa’adah, hal. 174].
Baca juga:

10. Meneladani adab sang guru

Guru yang memberikan ilmu dalam sebuah majelis tentu orang yang beradab, maka
sudah patut kita contoh semua akhlaknya yang baik. Abu Bakar Al Muthaawi’i
berkata,“Saya menghadiri majelis Abu Abdillah – beliau sedang mengimla’ musnad
kepada anak-anaknya- duabelas tahun. Dan saya tidak menulis, akan tetapi saya
hanya melihat kepada adab dan akhlaknya”.

Anda mungkin juga menyukai