Anda di halaman 1dari 3

‫اليقين ال يزول بالشك‬

“Sesuatu yang meyakinkan tidak dapat hilang hanya dengan keraguan“

Makna dari kaidah ‫( اليقين ال يزول بالشك‬Sesuatu yang meyakinkan tidak dapat hilang hanya
dengan keraguan) adalah berasal dari kata ُ‫اليَقِيْن‬ secara bahasa adalah kemantapan hati, diambil
dari kalimat bahasa Arab ‫“ يقن الماء في الحوض‬air itu tenang di dalam kolam”. Yakin juga dapat
diartikan dengan ilmu yang tidak ada keraguan di dalamnya. Adapun ‫الشك‬secara bahasa artinya
adalah keraguan. Maksudnya adalah keraguan dan kebimbangan terhadap dua hal yang tidak
bisa dikuatkan salah satu dari keduanya. Jadi, makna kaidah diatas adalah:
“Bahwa suatu perkara yang diyakini telah terjadi tidak bisa dihilangkan kecuali dengan
dalil yang pasti dan meyakinkan. Dengan kata lain, tidak bisa dihilangkan hanya dengan
sebuah keraguan. Demikian pula sebaliknya, suatu perkara yang diyakini belum terjadi maka
tidak bisa dihukumi telah terjadi kecuali dengan dalil yang meyakinkan pula.” ( Al-Qowaid Al-
Fiqhiyyah Al-Kubro oleh DR. Shalih bin Ghanim As-Sadlan hal.101).
1. Adapun dalil kaidah ini dilandasi banyak ayat dalam Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya : Firman Allah Ta’ala:

ِّ ‫َو َما يَتَّبِ ُع أَ ْكثَ ُرهُ ْم إِاَّل ظَنًّا إِ َّن الظَّ َّن اَل يُ ْغنِي ِمنَ ْال َح‬
‫ق َش ْيئًا‬
Artinya: “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran .”
(QS. Yunus: 36)
2. Firman Allah Ta’ala:
‫ض الظَّنِّ إِ ْث ٌم‬
َ ‫يَا أَيُّهَا ال َّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِي ًرا ِمنَ الظَّنِّ إِ َّن بَ ْع‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari persangkaan,
sesungguhnya kebanyakan dari persangkaan itu adalah dosa.” (QS. Al-Hujurat: 12)
3. Hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫صوْ تًا أَوْ يَ ِج َد‬ ْ َ‫إِ َذا َو َج َد أَ َح ُد ُك ْم فِى ب‬


َ ‫طنِ ِه َش ْيئًا فَأ َ ْش َك َل َعلَ ْي ِه أَ َخ َر َج ِم ْنهُ َش ْى ٌء أَ ْم الَ فَالَ يَ ْخ ُر َج َّن ِمنَ ْال َم ْس ِج ِد َحت َّى يَ ْس َم َع‬
‫ِري ًح ا رواه مسلم‬
Artinya: “Apabila salah seorang dari kalian merasakan sesuatu dalam perutnya,
kemudian dia kesulitan untuk memastikan apakah telah keluar sesuatu (kentut) atau
belum, maka janganlah dia keluar dari masjid (membatalkan salatnya) hingga dia
mendengar suara atau mencium bau.” (HR. Muslim: 362)
4. Hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:
َّ ‫صل َّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َّ َم ال َّر ُج ُل ال َّ ِذي يُ َخي َّ ُل إِلَ ْي ِه أَنَّهُ يَ ِج ُد ال‬
‫ش ْي َء فِي‬ َ ِ ‫ع َْن َعب َّا ٍد ْب ِن تَ ِم ٍيم ع َْن َع ِّم ِه أَنَّهُ َش َكا إِلَى َرسُو ِل هَّللا‬
‫صوْ تًا أَوْ يَ ِج َد ِري ًح ا رواه البخاري ومسلم‬ َ ‫ف َحت َّى يَ ْس َم َع‬ ْ ‫ص ِر‬ َ ‫اَل يَ ْنفَتِلْ أَوْ اَل يَ ْن‬:‫صاَل ِة فَقَا َل‬ َّ ‫ال‬
Artinya: Dari ‘Abbad bin Tamim dari pamannya berkata, “Bahwasanya ada seseorang
yang mengadu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa dia merasakan
seakan-akan ingin kentut di dalam salatnya. Maka Rasulullah bersabda, “Janganlah dia
membatalkan salatnya hingga dia mendengar suara atau mencium bau.” (HR. Bukhari:
137 dan Muslim: 361)
5. Hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:
‫ك َو ْليَ ْب ِن َعلَى َما ا ْستَ ْيقَنَ ثُ َّم يَ ْس ُج ُد َسجْ َدتَ ْي ِن‬ ْ
َّ ‫ح ال‬
َّ ‫ش‬ ِ ‫صل َّى ثَالَثًا أَ ْم أَرْ بَعًا فَ ْليَط َر‬ َ ‫ك أَ َح ُد ُك ْم فِى‬
َ ‫صالَتِ ِه فَلَ ْم يَ ْد ِر َك ْم‬ َّ ‫إِ َذا َش‬
‫ش ْيطَا ِن رواه مسلم‬ َّ ‫صل َّى إِ ْت َما ًما ألَرْ بَ ٍع َكانَتَا تَرْ ِغي ًما لِل‬
َ َ‫صالَتَهُ َوإِ ْن َكان‬ َ ُ‫صل َّى َخ ْمسًا َشفَ ْعنَ لَه‬ َ َ‫قَ ْب َل أَ ْن يُ َسلِّ َم فَإ ِ ْن َكان‬
Artinya: “Apabila salah seorang dari kalian ragu-ragu dalam salatnya, sehingga dia
tidak tahu sudah berapa rakaat dia salat, maka hendaklah dia mengabaikan
keraguannya dan melakukan yang dia yakini kemudian hendaklah dia sujud dua kali
sebelum salam. Seandainya dia salat lima rakaat maka kedua sujud itu bisa
menggenapkan salatnya, dan jikalau salatnya telah sempurna maka kedua sujud itu
bisa membuat setan marah dan jengkel” (HR. Muslim: 571)
Tidak hanya dalil-dalil dari Al-quran dan sunnah saja yang melandasi kaidah ini, akan tetapi
para ulama pun telah sepakat tentang penerapan kaidah ini. Imam Al-Qorofi berkata: “Kaidah
ini telah disepakati oleh para ulama, dan bahwasanya setiap hal yang diragukan dianggap
seperti tidak ada.” (Al-Furuq juz.1 hal.222)
Adapun kedudukan kaidah menunjukkan kepada kita kesempurnaan agama Islam yang
kita cintai ini. Apabila kita menerapkan kaidah ini, maka kita akan semakin yakin bahwa Islam
adalah agama yang membawa rahmat bagi semesta alam, karena kita semua sadar bahwa
kehidupan kita tidak akan pernah terlepas dari kondisi yang disebut dengan keraguan, yang mana
dari keraguan ini dapat muncul was-was yang pada akhirnya mengganggu kegiatan ibadah
seseorang, terutama di dalam permasalahan taharah dan salat. Akan tetapi Islam dengan dengan
segala kesempurnaannya memberikan jalan keluar kepada umatnya, yaitu dengan adanya kaidah
yang agung ini.
Adapun cabang-cabang dari dari kaidah tersebut sebagai berikut :
1. ‫ األصل بقاء ما كان على ما كان‬Hukum asal adalah ketetapan yang telah dimiliki sebelumnya

2. ‫ األصل براءة الذمة‬Hukum asal adalah bebasnya seseorang dari tanggung jawab
3. ‫ من شك أفعل شيئا ً ام ال فاألصل أنه لم يفعل‬Barang siapa ragu-ragu apakah ia mengerjakan sesuatu
atau tidak, maka menurut asalnya ia dianggap tidak melakukannya
4. ‫ من تيقن الفعل وشك في القليل او كثير حمل على القليل ألنه المتقين‬Barang siapa telah yakin melakukan
perbuatan dan ragu tentang banyak atau sedikitnya, maka (perbuatan itu) dibawa kepada
yang sedikit
5. ‫ ان م اثبت يقين اليرتف غ إال بيقين‬Apa yang ditetapkan atas dasar keyakinan tidak bisa hilang
kecuali dengan keyakinan lagi.
6. ‫ األصل العدم‬Hukum asal adalah tidak adanya sesuatu
7. ‫ ألص ل في ك ل ح ادث تق ديره ب أقرب زمنه‬Hukum asal setiap peristiwa penetapan hukumnya
menurut masa yang terdekat dengan kejadianya
8. ‫ االصل في المعامالت اإلباحة ح تى ي دت ال دليل على التح ريم‬Hukum asal semua mu‟amalat adalah
boleh, hingga ada dalil yang menunjukkan kebolehanya
9. ‫ االصل في العبادت التحريم حتى ي دل ال دليل على اإلباحة‬Hukum asal semua ibadat adalah haram,
hingga ada dalil yang menunjukkan kebolehanya

Anda mungkin juga menyukai