DISUSUN OLEH :
1701016
MANADO
T/A 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut penderita atau
korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan aman tanpa memperberat
keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai.
Dewasa ini banyak pasien yang harus bisa kita ajarkan untuk dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, karena jika tidak, pasien-pasien itu tidak akan bisa berjalan dengan mandiri.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang
bagaimana caranya memenuhi kebutuhan mobilisasi dan transportasi pasien kepada masyarakat
luas yang mana di negara Indonesia masih kurang mengetahuinya.
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Aktivitas fisik yang kurang
memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal seperti atrofi otot,
sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.
(Towarto, Wartonah 2007)
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga
kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi
sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas oto. (Towarto,
Wartonah 2007)
a. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis
untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat
penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat
susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
pelindung organ-organ dalam. Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang
kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang
panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada
kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago
dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis
terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak
serta akan menyatu pada masa dewasa.
b. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak
sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan
dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan
atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
c. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi.
Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus
akan mengakibatkan ketidakstabilan.
d. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem
saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan
otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan
pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan
kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial akan
mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan.
e. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai
derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang
merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi
bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan
simpisis.
3. Epidemiologi
4. Fisiologis Pergerakan
Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistem skeletal, otot
skelet, dan sistem saraf. Karena ketiga sistem ini berhubungan erat dengan mekanisme
pendukung tubuh, sistem ini dapat dianggap sebagai satu unit fungsional. Sistem skeletal
berfungsi menyokong jaringan tubuh, melindungi bagian tubuh yang lunak, sebagai tempat
melekatnya otot dan tendon, sebagai sumber mineral dan berperan dalam proses hematopoeisis
(proses pembentukan dan perkembangan sel-sel darah). Sedangan otot berperan dalam proses
pergerakan,memberi bentuk pada postur tubuh,dan memproduksi panas melalui aktivitas
kontraksi otot. (Potter dan Perry, 2005)
Pengaturan pergerakan dapat dibedakan menjadi gerak yang disadari atau volunter, dan
gerak yang tidak disadari atau involunter atau yang disebut dengan refleks. Proses gerak yang
disadari mekanismenya melalui jalur yang panjang mulai dari reseptor, saraf sensorik, kemudian
dibawa ke otak untuk selanjutnya diasosiasi menjadi respons yang akan dibawa oleh saraf
motorik dan efektor. Sedangkan gerakan refleks atau involunter berjalan dengan sangat cepat dan
respons terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak.
(Tarwoto dan Wartonah, 2006)
a. Kebutuhan Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
b. Kebutuhan Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas,
dan sebagainya. Jenis imobilitas :
Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien
hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis
sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengubah tekanan.
Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami keterbatasan
berpikir, seperti pada pasien yang mengalami gangguan otak akibat suatu
penyakit.
Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
Seperti keadaan stress berat karena diamputasi ketika mengalami kehilangan
bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam
berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya
dalam kehidupan sosial.
Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat badan atau kemampuan
olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh, dan
membantu mencegah penyakit seperti penyakit kardiovaskular, Diabetes tipe 2 dan obesitas.
a. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas seseorang
karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari.
b. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemmapuan aktivitas
karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh.
c. Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan,
contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan aktivitas (sakit)
karena budaya dan adat dilarang beraktivitas.
d. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
e. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan
dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina,
Depresi mood dan cema
8. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas
a. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal, mengingat
imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh.
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan
mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi protein serum berkurang
sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan
dari intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan
kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dan
tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme,
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal, karena imobilitas dapat
menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat menyebabkan gangguan proses
eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat imobilitas,
kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot,
f. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa hipotensi ortostatik,
meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas, dapat
menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.
Gangguan Skeletal : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan
skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
h. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena
menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
i. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
j. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan,
bingung, cemas, dan sebagainya.
B. TEKNIK MOBILISASI
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
lain
dan peralatan
a Normal
0 0 Paralisis sempurna
dengan topangan
penuh
8. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan
imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, dan sebagainya.
9. Pola Kesehatan
a. Aktivitas / Istirahat
Tanda : Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
b. Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri) atau
hipotensi (kehilangan darah).
c. Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, dan kesemutan (parestesis).
Tanda : Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi
berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi. Agitasi (mungkin
berhubungan dengan nyeri / ansietas atau trauma lain).
d. Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan / kerusakan tulang dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat
kerusakan saraf. Spasme / kram otot (setelah imobilitasi).
e. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, dan perubahan warm.
Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
C. INTERVENSI
1. Hambatan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan asuhan Label NIC : Bed rest-care 1. Memberikan
Definisi : Keterbatasan keperawatan ….x 24 jam kenyamanan pada klien
1. Tempatkan pasien pada
dalam pergerakan fisik pada diharapkan pasien mampu 2. Memberikan
tempat tidur terapeutik yang
bagian tubuh tertentu atau dalam mobilisasi secara kenyamanan pada klien
sesuai
pada satu atau lebih mandiri dengan kriteria untuk tirah baring yang
2. Jaga agar tempat tidur
ekstremitas . Suatu kondisi hasil: cukup lama
tetap bersih, kering, dan rapi
dimana individu tidak saja NOC label : Mobility 3. Mengurangi resiko
3. Pasang side rail
kehilangan kemampuan jatuh pada klien
Kemampuan klien (pembatas tempat tidur)
bergeraknya secara total, 4. Mencegah dekubitus
mencapai 4. Ubah posisi klien
tetapi juga mengalami 5. Mendeteksi ada tanda-
keseimbangan setidaknya setiap 2 jam
penurunan aktivitas. tanda infeksi
Kemampuan klien 5. Observasi kondisi kulit
6. Membantu klien dalam
menggerakan otot 6. Bantu pemenuhan ADL
Batasan karakteristik : beraktivitas
Kemampuan klien Label NIC : Exercise Therapy :
1. Postur tubuh tidak 7. Mengetahui
menggerakan sendi Joint Mobility
stabil selama keterbatasan sendi klien
Kemampuan klien
melakukan aktifitas 7. Lakukan pengkajian 8. Membantu pemulihan
berpindah
rutin mengenai keterbatasan sendi klien
2. Keterbatasan pergerakan sendi dan fungsi
kemampuan sendi klien. 9. Mencegah terjadinya
melakukan 8. Anjurkan klien untuk komplikasi lebih lanjut
keterampilan motorik melakukan latihan Range of 10. Dapat memeberikan
kasar Motion (ROM) secara aktif motivasi kepada klien
3. Keterbatasan maupun pasif sesuai untuk berlatih dan
kemampuan indikasi secara reguler. cepat pulih
melakukan 9. Lindungi klien dari trauma 11. Merencanakan program
ketererampilan selama melakukan latihan. pemulihan klien
motorik halus 10. Kembangkan/berikan
4. Tidak ada koordinasi reinforcement positif selama
gerak atau gerakan tak latihan.
ritmis Kolaboratif
5. Keterbatasan ROM
11. Kolaborasikan dengan
6. Sulit berbalik
fisioterapist dalam
7. Perubahan gaya
pengembangan program
berjalan (missal
latihan bagi klien, secara
menjadi pelan, sulit
tepat.
memulai langkah, kaki
diseret, goyah pada
posisi lateral)
8. Penurunan waktu
reaksi
9. Gerakan menjadi
napas pendek
10. Usaha yang kuat
untuk perubahan
gerak (peningkatan
perhatatian dalam
aktivitas lain,
mengontrol perilaku,
focus dalam tidak
mampu beraktivitas)
11. Gerak lambat
12. Gerakan
menyebabkan tremor
Faktor – Faktor yang
Berhubungan
1. Pengobatan
2. Terapi pembatasan
gerak
3. Kurang pengetahuan
mengenai manfaat
pergerakan fisik
4. IMT diatas 75 %
sesuai dengan usia
5. Kerusakan sensori
persepsi
6. Nyeri, tidak nyaman
7. Kerusakan
musculoskeletal dan
neuromuscular
8. Intoleransi aktivitas
9. Depresi mood atau
cemas
10. Kerusakan kognitif
11. Penurunan kekuatan
otot, control, dan
massa
12. Keengganan untuk
memulai gerak
13. Gaya hidup menetap,
tidak fit
14. Malnutrisi umum atau
spesifik
15. Kehilangan integritas
struktur tulang
16. Keterlambatan
perkembangan
17. Kekakuan sendi atau
kontraktur
18. Keterbatasan daya
tahan kardiovaskuler
19. Berhubungan dengan
metabolisme seluler
20. Keterbatasan dukungan
lingkungan fisik atau
social
21. Kepercayaaan terhadap
budaya berhubungan
dengan aktivitas yang
tepat disesuaikan
dengan umur
2. Intoleran Aktivitas Setelah dilakukan asuhan Label NIC : Activity Therapy 1. Semakin meningkat
keperawatan ….x 24 jam aktivitas yang dicapai
Definisi : Ketidakcukupan 1. Anjurkan pasien untuk
diharapkan pasien dapat maka semakin cepat
energi secara fisiologis atau meningkatkan batasan
melakukan aktivitasnya pasien mandiri dalam
psikologis dalam memenuhi aktivitas yang dicapainya
dengan normal dengan pemenuhan kebutuhan
aktivitas sehari hari yang 2. Fokuskan pada aktivitas yang
kriteria hasil: 2. Tidak memaksakan
dibutuhkan atau diperlukan. bisa dilakukan pasien
NOC label : Activity melakukan aktivitas
3. Anjurkan keluarga untuk
Tolerance apabila pasien tidak
Batasan karakteristik: membantu memenuhi
Pemenuhan kebutuhan mampu melakukan
1. Laporan verbal : kebutuhan pasien
oksigen mencukupi 3. Pasien akan terbantu
kelelahan dan 4. Kolaborasikan dengan
dalam memenuhi dalam pemenuhan
kelemahan terapis dalam latihan
aktivitas dalam batas kebutuhan selama
2. Respon terhadap pemenuhan aktivitas
normal belum bisa melakukan
aktivitas menunjukan
Rata-rata TD dalam secara mandiri
nadi dan tekanan
batas normal 4. Dengan adanya
darah abnormal
Rata-rata pernapasan kolaborasi akan lebih
3. Perubahan EKG
dalam batas normal efektif dan efisien
menunjukan aritmia
Warna kulit normal dalam memenuhi keb.
atau disritmia
4. Dispneu dan Laporan dalam
Berhubungan
1. Tirah baring atau
imobilisasi
2. Kelemahan secara
menyeluruh
3. Ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan
suplai oksigen
4. Gaya hidup yang
menetap
3. Risiko Cedera dengan Setelah dilakukan asuhan Label NIC : Environmental 1. Untuk mengamankan
faktor risiko fisik (gangguan keperawatan ….x 24 jam Management pasien dari risiko
mobilitas) diharapkan pasien dapat cedera dan risiko jatuh
1. Jauhkan benda – benda
terhindar dari risiko cedera 2. Lingkungan yang aman
Batasan karakteristik: berbahaya di dekat pasien
dengan kriteria hasil: mengurangi risiko
seperti benda- benda kecil
Eksternal cedera bagi pasien
NOC label : Risk Control yang menyebabkan
1. Mode transpor atau cara
tersandung.
perpindahan Pasien mengetahui
2. Buat lingkungan yang aman
2. Manusia atau penyedia faktor risiko cedera
bagi pasien, dengan
pelayanan kesehatan Pasien dapat
lingkungan yang nyaman,
(contoh : agen mengetahui perilakunya
mengurangi benda- benda
nosokomial) yang dapat memicu
(furniture) yang dapat
3. Pola kepegawaian : cedera
bergerak.
kognitif, afektif, dan
faktor psikomotor
4. Fisik (contoh :
rancangan struktur dan
arahan masyarakat,
bangunan dan atau
perlengkapan)
5. Nutrisi (contoh :
vitamin dan tipe
makanan)
6. Biologikal ( contoh :
tingkat imunisasi dalam
masyarakat,
mikroorganisme)
Kimia (polutan, racun, obat,
agen
Internal
1. Psikolgik (orientasi
afektif)
2. Mal nutrisi
3. Bentuk darah abnormal,
contoh :
leukositosis/leukopenia,
perubahan faktor
pembekuan,
trombositopeni, sickle
cell, thalassemia,
penurunan Hb, Imun-
autoimum tidak
berfungsi.
4. Biokimia, fungsi
regulasi (contoh : tidak
berfungsinya sensoris)
5. Disfugsi gabungan
6. Disfungsi efektor
7. Hipoksia jaringan
8. Perkembangan usia
(fisiologik, psikososial)
9. Fisik (contoh :
kerusakan kulit/tidak
utuh, berhubungan
dengan mobilitas)
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup
2. Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga
kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh
3. Sistem yang berperan aktivitas dan latihan meliputi: tulang, otot, tendon dan ligamen
serta syaraf.
4. Beberapa teknik dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan seperti Latihan ROM,
pengaturan Posisi, Ambulasi Dini dll.
5. Proses keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan terdiri dari
Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implemetasi dan Evaluasi.
B. SARAN
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa keperawatan agar lebih memahami konsep asuhan
keperawatan pada Kebutuhan Aktivitas dan Latihan serta dapat melakukan pengkajian, diagnosa,
dan perencanaan yang benar mengenai pemenuhan kebutuhan Aktivitas dan Latihan pasien
sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan dapat dengan tepat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi W. Gunawan. 2004. Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika
Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008.Nursing Outcomes Classification Fifth Edition.
Mosby, Inc : Missouri.
Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi
dalam praktik. Jakarta : EGC
McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth Edition.
Mosby, Inc : Missouri.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC
Tucker, Susan, Mary, Eleaner, Majorie. 1998.Standar perawatan pasien : proses keperawatan,
diagnosis, dan evaluasi. Jakarta : EGC