Anda di halaman 1dari 12

NAMA : ALIFA AL HAMMAMI

NIM : 1914301050

LOGBOOK GANGGUAN HEPATOBILIER

SIROSIS HEPATIS

Kasus 4

Seorang laki-laki didiagnosa menderita Sirosis Hepatis. Keluhan yang dirasakan perut makin
membesar, mual, tidak nafsu makan, badan lemas, dan kadang – kadang nafas terasa agak
sesak. Hasil pemeriksaan diperoleh sklera ikterik, kulit jaundice, spider nevi pada daerah
leher dan dada, kaki odem, shifting dullness (+), fluid wave (+), eritema palmaris (+)
ginekomastia (-),caput medusae (-). Hasil lab. kadar albumin serum 1,5 gr/dl

1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan penyakit sirosis
hepatis dan sebutkan bagian-bagiannya

2. Identifikasi istilah yang belum anda ketahui, dan jelaskan definisinya!

1.Sirosis : adalah kondisi rusaknya organ hati akibat terbentuknya jaringan parut
2.asites : adalah kondisi di mana terdapat cairan pada rongga perut, tepatnya antara
dinding perut bagian dalam dengan organ dalam perut
3. jaundice : merupakan suatu kondisi medis ketika terjadinya perubahan warna
menjadi kekuningan pada kulit, bagian putih dari mata, dan juga membran mukosa
seseorang

3. Apakah yang dimaksud dengan sirosis hepatis ? (tuliskan referensi yang anda
gunakan)
Sirosis hepatis merupakan penyakit pada hepar yang merupakan bentuk lanjutan dari
fibrosis hepar berupa konversi jaringan hepar normal menjadi nodul abnormal.
Sirosis yang tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan penyakit hepar stadium
akhir (end stage liver disease). https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-
hepatologi/sirosis-hepatis
4. Sebutkan dan jelaskan proses terjadinya sirosis hepatis!
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi
minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi
dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi
gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada
sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab yang
utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun
demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan
minum minuman keras dan pada individuyang dietnya normal tetapi dengan
konsumsi alkohol yang tinggi (Smeltzer & Bare, 2001).Sebagian individu tampaknya
lebih rentan terhadap penyakit ini dibanding individu lain tanpa ditentukan apakah
individu tersebut memiliki kebiasaan meminum minuman keras ataukah menderita
malnutrisi. Faktor lainnya dapat memainkan peranan, termasuk pajanan dengan zat
kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi, asen atau fosfor) atau
infeksi skistosomiasis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua kali
lebih banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40-60 tahun
(Smeltzer & Bare, 2001).Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Laennec
ditandai oleh pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan sel-sel hati yang
uniform, dan sedikit nodul regeneratif. Sehingga kadang-kadang disebut sirosis
mikronodular. Sirosis mikronodular dapat pula diakibatkan oleh cedera hati lainnya.
Tiga lesi utama akibat induksi alkohol adalah perlemakan hati alkoholik, hepatitis
alkoholik, dan sirosis alkoholik (Tarigan, 2001).

5. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis sirosis hepatis !


1.Pembesaran Hati
Pada awal perjalanan sirosis hati, hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi
oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat
diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari
pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan
pada selubung fibrosa hati(kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih
lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan
jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol
(noduler).
2.Obstruksi Portal dan Asites
Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang kronis dan
sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-organ digestif
praktis akanberkumpul dalam vena porta dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik
tidak memungkinkan perlintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan
kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa
organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua
organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja
dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita dyspepsia
kronis dan konstipasi atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur
mengalami penurunan.Cairan yang kaya protein dan menumpuk dirongga peritoneal
akan menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting
dullnessatau gelombang cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring
telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru
kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan
keseluruhan tubuh.
3.Varises Gastrointestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik juga
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem
gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke dalam
pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita
sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok
serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan distensi pembuluh darah
diseluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah
merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral.
Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises atau hemoroid tergantung
pada lokasinya.Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan
tekanan yang tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur
dan menimbulkan perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi
untuk mengetahui perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus
gastrointestinal. Kurang lebih 25% pasien akan mengalami hematemesis ringan;
sisanya akan mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada lambung dan
esofagus.
4.Edema
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis.
Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya
edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium
serta air dan ekskresi kalium.
5.Defisiensi Vitamin dan Anemia
Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu yang tidak
memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut
sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan
defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-
sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan
anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta
kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu
kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
6.Kemunduran MentalManifestasi klinis lainnya adalah kemunduran fungsi mental
dengan ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan
neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien,
kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara

6. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi dari sirosis hepatis !


Ada 3 tipe sirosis atau pembetukan parut dalam hati :
1.Sirosis Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2.Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadisebelumnya.
3.Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar
saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).

8. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis sirosis hepatis dan jelaskan


hasilnya!
Pemeriksaan penunjanga.Pemeriksaan laboratoriumMenurut Smeltzer & Bare (2001)
yaitu:
1)Darah lengkapHb/ Ht dan SDM mungkin menurun karena perdarahan. Kerusakan
SDM dan anemia terlihat dengan hipersplenisme dan defisiensi besi. Leukopenia
mungkin ada sebagai akibat hiperplenisme.
2)Kenaikan kadar SGOT, SGPT
3)Albumin serum menurun
4)Pemeriksaan kadar elektrolit : hypokalemia
5)Pemanjangan masa protombin
6)Glukosa serum : hipoglikemi
7)Fibrinogen menurun8)BUN meningkat

9. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien sirosis hepatis !


Penatalaksanaan menurut Tarigan (2001) adalah:
1.Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol yang
teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori tinggi protein, lemak
secukupnya.
2.Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :
a.Alkohol dan obat-obatan dianjurkan menghentikan penggunaannya. Alkohol
akanmengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh. Dengan diet tinggi kalori
(300 kalori), kandungan protein makanan sekitar 70-90 gr sehari untuk
menghambat perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan pemberian D
penicilamine dan Cochicine.
b.Hemokromatis Dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi/ terapi
kelasi (desferioxamine). Dilakukan vena seksi 2x seminggu sebanyak 500cc selama
setahun.
c.Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid.
3.Terapi terhadap komplikasi yang timbul
a.AsitesTirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2
gram/ hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretik. Awalnya
dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respons
diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/ hari, tanpa adanya
edema kaki atau 1 kg/ hari dengan adanya edema kaki. Bilamana pemberian
spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi dengan furosemid dengan dosis 20-
40 mg/ hari. Pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya bila tidak ada respons,
maksimal dosisnya 160 mg/ hari. Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar.
Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian
albumin.
b.Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis dengan melena atau
melena saja)
1)Lakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah untuk mengetahui apakah
perdarahan sudah berhenti atau masih berlangsung.
2)Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg, nadi diatas 100
x/menit atau Hb dibawah 99% dilakukan pemberian IVFD dengan pemberian
dextrose/ salin dan tranfusi darah secukupnya.
3)Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500cc D5% atau normal salin
pemberian selama 4 jam dapat diulang 3 kali.
c.Ensefalopati
1)Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL padahipokalemia.
2)Mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi diet sesuai.
3)Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises.
4)Pemberian antibiotik campisilin/ sefalosporin pada keadaan infeksi sistemik
.5)Transplantasi hati.
d.Peritonitis bakterial spontanDiberikan antibiotik pilihan seperti cefotaksim,
amoxicillin, aminoglikosida.
e.Sindrom hepatorenal/ nefropatik hepatikMengatur keseimbangan cairan dan
garam
10. Rumuskan diagnosis keperawatan pada pasien sirosis hepatis!
1.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asites.
2.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat
3.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites, edema

11. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan pasien
dengan sirosis hepatis !
1.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asites.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas
menjadi efektif.
Kriteria hasil :
a.Melaporkan pengurangan gejala sesak nafas.
b.Memperlihatkan frekuensi respirasi yang normal (12-18 x/ menit) tanpa
terdengarnya suara pernapasan tambahan.
c.Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernapasan
dangkal.
d.Tidak mengalami gejala sianosis.
Intervensi :
1)Awasi frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan.Rasional : Pernapasan dangkal
cepat/ dispnea mungkin ada hubungan dengan akumulasi cairan dalam abdomen.
2)Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, posisi miring.Rasional : Memudahkan
pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma.
3)Ubah posisi dengan sering, dorong latihan nafas dalam, dan batuk.Rasional :
Membantu ekspansi paru dan memobilisasi sekret.
4)Berikan tambahan oksigen sesuai indikasi.
Rasional : Untuk mencegah hipoksia.

2.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi
tubuh terpenuhi.
Kriteria hasil :
a.Menunjukkan peningkatan berat badan secara progresif.
b.Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.
Intervensi :
1)Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan.
2)Berikan makan sedikit tapi sering.Rasional : Buruknya toleransi terhadap makanan
banyak mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan intraabdomen/ asites.
3)Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.
Rasional : Klien cenderung mengalami luka dan perdarahan gusi dan rasa tidak enak
pada mulut dimana menambah anoreksia.
4)Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indikator langsung
status nutrisi karena ada gambaran edema/ asites.
5)Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh glukosa serum, albumin, total protein
dan amonia.
Rasional : Glukosa menurun karena gangguan glukogenesis, penurunan simpanan
glikogen, atau masukan tidak adekuat.

3.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites, edema.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam terjadi balance
cairan.
Kriteria hasil :
a.Menunjukkan volume cairan stabil dengan keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran.
b.Berat badan stabil.
c.Tanda vital dalam rentang normal dan tidak ada edema.
Intervensi :
1)Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif.
Rasional : Menunjukkan status volume sirkulasi.
2)Auskultasi paru, catat penurunan/ tidak adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi
tambahan.
Rasional : Peningkatan kongesti pulmonal dapat mengakibatkan konsolidasi,
gangguan pertukaran gas, dan komplikasi.
3)Dorong untuk tirah baring bila ada asites.
Rasional : Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis

12. Identifikasi pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien sirosis hepatis !
Edukasi mengenai gaya hidup mencakup diet yang baik, menghentikan konsumsi
alkohol dan rokok. Perubahan gaya hidup dengan diet yang berfungsi mengurangi
berat badan dan mencegah diabetes dapat membantu dalam mengurangi risiko
terjadinya sirosis.

LOGBOOK OBSTRUKSI SISTEM PENCERNAAN

KOLELITIASIS-KOLESISTITIS

Kasus 5

Seorang wanita dirawat dengan Kolelitiasis. Keluhan yang dirasakan kadang-kadang timbul
nyeri secara mendadak di daerah perut sebelah kanan atas yang berangsur hilang ketika
klien merubah posisi tubuhnya. Hasil pemeriksaan terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan
atas dan sklera ikterus

1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan kolelitiasis dan
sebutkan bagian-bagiannya
2. Jelaskan yang dimaksud dengan kolelitiasis ? (tuliskan referensi yang anda gunakan)
Cholelitiasisadalah terdapatnya batu di dalam kandung empedu yang penyebab
secara pasti belum diketahui sampai saat ini, akan tetapi beberapa faktor
predisposisi yang paling penting tampaknya adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh perubahan susunan empedu dan infeksi yang terjadi pada kandung
empedu serta kolesterol yang berlebihan yang mengendap di dalam kandung
empedu tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti, faktor hormonal selama
proses kehamilan, dapat dikaitkan dengan lambatnya pengosongan kandung empedu
dan merupakan salah satu penyebab insiden kolelitiasis yang tinggi, serta terjadinya
infeksi atau radang empedumemberikan perandalampembentukan batu empedu.
(Rendi,2012) http://repository.poltekeskupang.ac.id/1481/1/KARYA%20TULIS
%20ILMIAH%20MAXIMUS%20NABU-dikonversi.pdf

3. Sebutkan penyebab kolelitiasis dan jelaskan proses terjadinya!

Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu
yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkembang
karena bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang
terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi
empedu dengan kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid
(terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal
kolesterol tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu
22dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti
sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan
lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah,
atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik(Garden,
2007).Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol
keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan.
Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel
yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih
pengkristalan(Hunter, 2014)

4. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis kolelitiasis!


Penderita batu empedu sering mempunyai gejala-gejala kolestitis akut atau kronik.
Bentuk akut ditandai dengan nyeri hebat mendadak pada abdomen bagian atas,
terutama ditengah epigastrium. Lalu nyeri menjalar ke punggung dan bahu kanan
(Murphy sign). Penderitadapat berkeringat banyak dan berguling ke kanan-kiri saat
tidur. Nausea dan muntah sering terjadi. Nyeri dapat berlangsung selama berjam-jam
atau dapat kembali terulang(Doherty,2015).Gejala-gejala kolesistitis kronik mirip
dengan fase akut, tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata.
Seringkali terdapat riwayat dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati atau flatulen
yang berlangsung lama. Setelah terbentuk, batu empedu dapat berdiam dengan
tenang dalam kandung empedu dan tidak menimbulkan masalah, atau dapat
menimbulkan komplikasi. Komplikasi
28yang paling sering adalah infeksi kandung empedu (kolesistitis) dan obstruksi pada
duktus sistikus atau duktus koledokus. Obstruksi ini dapat bersifat sementara,
intermitten dan permanent. Kadang-kadang batu dapat menembus dinding kandung
empedu dan menyebabkan peradangan hebat, sering menimbulkan peritonitis, atau
menyebakan ruptur dinding kandung empedu(Alina, 2008)

5. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk kolelitiasis !


1.Radiologi
Pemeriksaan USGtelah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur diagnostik
pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan akurat, dan dapat
digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus. Disamping itu, pemeriksaan
USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini akan memberikan
hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga
kandung empedunya berada dalam keadan distensi. Penggunaan ultra sound
berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan kembali. Pemeriksan USG
dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koleduktus yang
mengalami dilatasi.
2.Radiografi: Kolesistografi
Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG meragukan.
Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji
kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya,
berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi tidak digunakan bila
pasien jaundice karena liver tidak dapat menghantarkan media kontras ke kandung
empedu yang mengalami obstruksi.
3.Sonogram
Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah dinding kandung
empedu telah menebal.
4.ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi)Pemeriksaan ini
memungkinkan visualisasi struktursecara langsung yang hanya dapat dilihat pada
saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optik yang fleksibel
ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah kanula
dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan
kontras disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan keberadaan batu di
duktus dan memungkinkan visualisassi serta evaluasi percabangan bilier.
5.Pemeriksaan Laboratorium
1.Kenaikan serum kolesterol.
2.Kenaikan fosfolipid.
3.Penurunan ester kolesterol.
4.Kenaikan protrombin serum time.
5.Kenaikan bilirubin total, transaminase (Normal < 0,4 mg/dl).
6.Penurunan urobilirubin.
7.Peningkatan sel darah putih: 12.000 -15.000/iu (Normal : 5000 -10.000/iu).
8.Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di duktus
utama (Normal: 17 -115 unit/100ml)
6. Sebutkan komplikasi yang dapat timbul dari kolelitiasis!
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis :
1.Asimtomatik
2.Obstruksi duktus sistikus
3.Kolik bilier
4.Kolesistitis akut
5.Perikolesistitis
6.Peradangan pankreas (pankreatitis)
7.Perforasi
8.Kolesistitis kronis
9.Hidrop kandung empedu
10.Empiema kandung empedu
11.Fistel kolesistoenterik
12.Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan batu
empedu muncul lagi)
13.Ileus batu empedu (gallstone ileus)

7. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien dengan kolelitiasis!


Penanganan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu penatalaksanaan non bedah
dan bedah. Ada juga yang membagi berdasarkan ada tidaknya gejala yang
menyertai kolelitiasis, yaitu penatalaksanaan pada kolelitiasis simptomatik dan
kolelitiasis yang asimptomatik.

Penatalaksanaan Nonbedah
1.Penatalaksanaan pendukung dan diet Kurang lebih 80% dari pasien-pasien
inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, penghisapan
nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala
akut mereda dan evalusi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi
pasien memburuk.
Manajemen terapi :
1.Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
2.Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
3.Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign.
4.Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok.
5.Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati).

2.Disolusi medis Oral Dissolution Therapy adalah cara penghancuran batu dengan
pemberian obat-obatan oral. Ursodeoxycholic acid lebih dipilih dalam pengobatan
daripada chenodeoxycholic karena efek samping yang lebih banyak pada
penggunaan chenodeoxycholic seperti terjadinya diare, peningkatan aminotransfrase
dan hiperkolesterolemia sedang.Pemberian obat-obatan ini dapat menghancurkan
batu pada 60% pasien dengan kolelitiasis, terutama batu yang kecil. Angka
kekambuhan mencapai lebih kurang 10%, terjadidalam 3-5 tahun setelah terapi.
Disolusi medis sebelumnya harus memenuhi kriteria terapi nonoperatif diantaranya
batu kolesterol diameternya < 20 mm, batu kurang dari 4 batu, fungsi kandung
empedu baik dan duktus sistik paten. Pada anak-anak terapi ini tidak dianjurkan,
kecuali pada anak-anak dengan risiko tinggi untuk menjalani operasi.

3.Disolusi kontak
Terapi contact dissolution adalah suatu cara untuk menghancurkan batu kolesterol
dengan memasukan suatu cairan pelarut ke dalam kandung empedu melalui kateter
perkutaneus melalui hepar atau alternatif lain melalui kateter nasobilier. Larutan yang
dipakai adalah methyl terbutyl eter. Larutan ini dimasukkan dengan suatu alat khusus
ke dalam kandung empedu dan biasanya mampu menghancurkan batu kandung
empedu dalam 24 jam.Kelemahan teknik ini hanya mampu digunakan untuk kasus
dengan batu yang kolesterol yang radiolusen. Larutan yang digunakan dapat
menyebabkan iritasi mukosa, sedasi ringan dan adanya kekambuhan terbentuknya
kembali batu kandung empedu.

4.Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)Prosedur non invasive ini menggunakan


gelombang kejut berulang (Repeated Shock Wave) yang diarahkan pada batu
empedu didalam kandung empedu atau duktus koledokus dengan maksud memecah
batu tersebut menjadi beberapa sejumlah fragmen.

5.Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)Pada ERCP, suatu


endoskop dimasukkan melalui mulut, kerongkongan, lambung dan ke dalam usus
halus. Zat kontras radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah selang
di dalam sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga
batu empedu yang menyumbat saluran akan berpindah ke usus halus. ERCP dan
sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap
1.000 penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi, sehingga prosedur
ini lebih aman dibandingkan pembedahan perut. ERCP saja biasanya efektif
dilakukan pada penderita batu saluran empedu yang lebih tua, yang kandung
empedunya telah diangkat.

Penatalaksanaan Bedah
1.Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga kolelitiasis
simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera
duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk
prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi
adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.

2.Kolesistektomi laparaskopiKolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada


tahun 1990 dan sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara
laparoskopi. 80-90% batu empedu di Inggris dibuang dengan cara ini karena
memperkecil resiko kematian dibanding operasi normal (0,1-
0,5% untuk operasi normal) dengan mengurangi komplikasi pada jantung dan paru.
Kandung empedudiangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di
dinding perut.Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya
kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli bedah
mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien
dengan batu duktus koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan ini dibandingkan
prosedur konvensional adalah dapat mengurangi perawatan di rumah sakit dan biaya
yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembalibekerja, nyeri menurun dan perbaikan
kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan adalah keamanan dari prosedur ini,
berhubungan dengan insiden komplikasi seperti cedera duktus biliaris yang mungkin
dapat terjadi lebih sering selama kolesistektomi laparoskopi

8. Rumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan kolelitiasis !


1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan Saat dilakukan
pengkajian, pasien mengatakan mengalami nyeri pada perut kanan atas, nyeri yang
di rasakan ilang timbul dan tertusuk -tusuk, skala nyeri 5 (1-10).
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi yang di
tandai dengan pasien mengatakan tidak mengerti tentang tentang proses penyakit
yang sedang di alami pasien
9. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan pasien
dengan kolelitiasis!
Perencanaan keperawatan merupakan tahap ketiga dan proses keperawatan, setelah
penegakkan diagnosa.
1.Diagnosa keperawatan pertama adalah Nyeri akut berhubungan dengan proses
inflamasi. Intervensi lakukan pengkajian secara komperhensif, observasi dan catat
lokasi, beratnya (skala 1-10) dan karakteristik nyeri (menetap, hilang
timbul),Observasi tanda -tanda vital tiap 8 jam, ciptakan lingkungan yang nyaman
dan tenang, beri posisi yang nyaman, anjurkan pasien untuk melakukan teknik
relaksasi dan kolaborasi dengan dokter pemberrian terapi secara farmakologis.
2.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Intervensi:
kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, jelaskan proses penyakit (tanda dan
gejala), menjelaskan program pengobatan alternatif, tanyakan kembali pengetahuan
klien tentang penyakit, prosedur perawatan dan cara pengobatan

10. Identifikasi pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien dengan
kolelitiasis!
Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang Diet Rendah Lemakdan
nutrisi yang baik untuk klien, menciptakan lingkungan yang kondusif selama
pemberian pendidikan kesehatan , memberikan penyuluhan sesuai dengan tingkat
pemahaman klien, menggunakan media yang sesuai untuk kondisi klien, mengulangi
informasi bila diperlukan, memotivasi klien dan keluarga untuk mulai bersama-sama
mengawasi dan mengikuti program diet yang diberikan

Anda mungkin juga menyukai