NIM : 1914301050
SIROSIS HEPATIS
Kasus 4
Seorang laki-laki didiagnosa menderita Sirosis Hepatis. Keluhan yang dirasakan perut makin
membesar, mual, tidak nafsu makan, badan lemas, dan kadang – kadang nafas terasa agak
sesak. Hasil pemeriksaan diperoleh sklera ikterik, kulit jaundice, spider nevi pada daerah
leher dan dada, kaki odem, shifting dullness (+), fluid wave (+), eritema palmaris (+)
ginekomastia (-),caput medusae (-). Hasil lab. kadar albumin serum 1,5 gr/dl
1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan penyakit sirosis
hepatis dan sebutkan bagian-bagiannya
1.Sirosis : adalah kondisi rusaknya organ hati akibat terbentuknya jaringan parut
2.asites : adalah kondisi di mana terdapat cairan pada rongga perut, tepatnya antara
dinding perut bagian dalam dengan organ dalam perut
3. jaundice : merupakan suatu kondisi medis ketika terjadinya perubahan warna
menjadi kekuningan pada kulit, bagian putih dari mata, dan juga membran mukosa
seseorang
3. Apakah yang dimaksud dengan sirosis hepatis ? (tuliskan referensi yang anda
gunakan)
Sirosis hepatis merupakan penyakit pada hepar yang merupakan bentuk lanjutan dari
fibrosis hepar berupa konversi jaringan hepar normal menjadi nodul abnormal.
Sirosis yang tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan penyakit hepar stadium
akhir (end stage liver disease). https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-
hepatologi/sirosis-hepatis
4. Sebutkan dan jelaskan proses terjadinya sirosis hepatis!
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi
minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi
dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi
gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada
sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab yang
utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun
demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan
minum minuman keras dan pada individuyang dietnya normal tetapi dengan
konsumsi alkohol yang tinggi (Smeltzer & Bare, 2001).Sebagian individu tampaknya
lebih rentan terhadap penyakit ini dibanding individu lain tanpa ditentukan apakah
individu tersebut memiliki kebiasaan meminum minuman keras ataukah menderita
malnutrisi. Faktor lainnya dapat memainkan peranan, termasuk pajanan dengan zat
kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi, asen atau fosfor) atau
infeksi skistosomiasis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua kali
lebih banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40-60 tahun
(Smeltzer & Bare, 2001).Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Laennec
ditandai oleh pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan sel-sel hati yang
uniform, dan sedikit nodul regeneratif. Sehingga kadang-kadang disebut sirosis
mikronodular. Sirosis mikronodular dapat pula diakibatkan oleh cedera hati lainnya.
Tiga lesi utama akibat induksi alkohol adalah perlemakan hati alkoholik, hepatitis
alkoholik, dan sirosis alkoholik (Tarigan, 2001).
11. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan pasien
dengan sirosis hepatis !
1.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asites.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas
menjadi efektif.
Kriteria hasil :
a.Melaporkan pengurangan gejala sesak nafas.
b.Memperlihatkan frekuensi respirasi yang normal (12-18 x/ menit) tanpa
terdengarnya suara pernapasan tambahan.
c.Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernapasan
dangkal.
d.Tidak mengalami gejala sianosis.
Intervensi :
1)Awasi frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan.Rasional : Pernapasan dangkal
cepat/ dispnea mungkin ada hubungan dengan akumulasi cairan dalam abdomen.
2)Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, posisi miring.Rasional : Memudahkan
pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma.
3)Ubah posisi dengan sering, dorong latihan nafas dalam, dan batuk.Rasional :
Membantu ekspansi paru dan memobilisasi sekret.
4)Berikan tambahan oksigen sesuai indikasi.
Rasional : Untuk mencegah hipoksia.
12. Identifikasi pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien sirosis hepatis !
Edukasi mengenai gaya hidup mencakup diet yang baik, menghentikan konsumsi
alkohol dan rokok. Perubahan gaya hidup dengan diet yang berfungsi mengurangi
berat badan dan mencegah diabetes dapat membantu dalam mengurangi risiko
terjadinya sirosis.
KOLELITIASIS-KOLESISTITIS
Kasus 5
Seorang wanita dirawat dengan Kolelitiasis. Keluhan yang dirasakan kadang-kadang timbul
nyeri secara mendadak di daerah perut sebelah kanan atas yang berangsur hilang ketika
klien merubah posisi tubuhnya. Hasil pemeriksaan terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan
atas dan sklera ikterus
1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan kolelitiasis dan
sebutkan bagian-bagiannya
2. Jelaskan yang dimaksud dengan kolelitiasis ? (tuliskan referensi yang anda gunakan)
Cholelitiasisadalah terdapatnya batu di dalam kandung empedu yang penyebab
secara pasti belum diketahui sampai saat ini, akan tetapi beberapa faktor
predisposisi yang paling penting tampaknya adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh perubahan susunan empedu dan infeksi yang terjadi pada kandung
empedu serta kolesterol yang berlebihan yang mengendap di dalam kandung
empedu tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti, faktor hormonal selama
proses kehamilan, dapat dikaitkan dengan lambatnya pengosongan kandung empedu
dan merupakan salah satu penyebab insiden kolelitiasis yang tinggi, serta terjadinya
infeksi atau radang empedumemberikan perandalampembentukan batu empedu.
(Rendi,2012) http://repository.poltekeskupang.ac.id/1481/1/KARYA%20TULIS
%20ILMIAH%20MAXIMUS%20NABU-dikonversi.pdf
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu
yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkembang
karena bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang
terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi
empedu dengan kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid
(terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal
kolesterol tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu
22dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti
sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan
lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah,
atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik(Garden,
2007).Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol
keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan.
Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel
yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih
pengkristalan(Hunter, 2014)
Penatalaksanaan Nonbedah
1.Penatalaksanaan pendukung dan diet Kurang lebih 80% dari pasien-pasien
inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, penghisapan
nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala
akut mereda dan evalusi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi
pasien memburuk.
Manajemen terapi :
1.Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
2.Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
3.Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign.
4.Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok.
5.Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati).
2.Disolusi medis Oral Dissolution Therapy adalah cara penghancuran batu dengan
pemberian obat-obatan oral. Ursodeoxycholic acid lebih dipilih dalam pengobatan
daripada chenodeoxycholic karena efek samping yang lebih banyak pada
penggunaan chenodeoxycholic seperti terjadinya diare, peningkatan aminotransfrase
dan hiperkolesterolemia sedang.Pemberian obat-obatan ini dapat menghancurkan
batu pada 60% pasien dengan kolelitiasis, terutama batu yang kecil. Angka
kekambuhan mencapai lebih kurang 10%, terjadidalam 3-5 tahun setelah terapi.
Disolusi medis sebelumnya harus memenuhi kriteria terapi nonoperatif diantaranya
batu kolesterol diameternya < 20 mm, batu kurang dari 4 batu, fungsi kandung
empedu baik dan duktus sistik paten. Pada anak-anak terapi ini tidak dianjurkan,
kecuali pada anak-anak dengan risiko tinggi untuk menjalani operasi.
3.Disolusi kontak
Terapi contact dissolution adalah suatu cara untuk menghancurkan batu kolesterol
dengan memasukan suatu cairan pelarut ke dalam kandung empedu melalui kateter
perkutaneus melalui hepar atau alternatif lain melalui kateter nasobilier. Larutan yang
dipakai adalah methyl terbutyl eter. Larutan ini dimasukkan dengan suatu alat khusus
ke dalam kandung empedu dan biasanya mampu menghancurkan batu kandung
empedu dalam 24 jam.Kelemahan teknik ini hanya mampu digunakan untuk kasus
dengan batu yang kolesterol yang radiolusen. Larutan yang digunakan dapat
menyebabkan iritasi mukosa, sedasi ringan dan adanya kekambuhan terbentuknya
kembali batu kandung empedu.
Penatalaksanaan Bedah
1.Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga kolelitiasis
simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera
duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk
prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi
adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
10. Identifikasi pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien dengan
kolelitiasis!
Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang Diet Rendah Lemakdan
nutrisi yang baik untuk klien, menciptakan lingkungan yang kondusif selama
pemberian pendidikan kesehatan , memberikan penyuluhan sesuai dengan tingkat
pemahaman klien, menggunakan media yang sesuai untuk kondisi klien, mengulangi
informasi bila diperlukan, memotivasi klien dan keluarga untuk mulai bersama-sama
mengawasi dan mengikuti program diet yang diberikan