LP SIROSIS HEPATIS
A.
Pengertian
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan
jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel
hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat
penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare,
2001).
B.
Etiologi
Manifestasi Klinis
organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut
akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien
dengan keadaan semacam ini cenderung menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan
pasien secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal
ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan.
Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial
menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi
terhadap wajah dan keseluruhan tubuh.
Varises Gastrointestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan
fibrofik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal
dan pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam pernbuluh darah dengan
tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan
distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen
(kaput medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal. Esofagus,
lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan
pembuluh darah kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises atau
temoroid tergantung pada lokasinya.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi akibat
sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan.
Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui perdarahan yang nyata
dan tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Kurang lebih 25% pasien akan mengalami
hematemesis ringan; sisanya akan mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada
lambung dan esofagus.
Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis.
Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema.
Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi
kalium.
Defisiensi Vitamin dan Anemia. Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin
tertentu yan tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda defisiensi
vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan
dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersamasama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia
yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien
yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk
melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Kemunduran Mental. Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan
ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu
dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif,
orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara.
D.
Patofisiologi
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi
paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan
asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang
berlebihan merupakan faktor penyebab utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang
ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak
memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi
alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida,
naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak
daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan sel-sel hati
dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang dihancurkan itu
secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang melampaui jumlah jaringan hati
yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil
regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik
memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang
khas.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus dan perjalanan penyakit yang sangat
panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun/lebih.
E.
Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan riwayat faktor-faktor pencetus,
khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan
makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita. Pola penggunaan
alkohol yang sekarang dan pada masa lampau (durasi dan jumlahnya) dikaji serta dicatat.
Yang juga harus dicatat adalah riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja atau
selama melakukan aktivitas rekreasi. Pajanan dengan obat-obat yang potensial bersifat
hepatotoksik atau dengan obat-obat anestesi umum dicatat dan dilaporkan.
Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan pasien; orientasi terhadap
orang, tempat dan waktu harus diperhatikan. Kemampuan pasien untuk melaksanakan
pekerjaan atau kegiatan rumah tangga memberikan informasi tentang status jasmani dan
rohani. Di samping itu, hubungan pasien dengan keluarga, sahabat dan teman sekerja dapat
memberikan petunjuk tentang kehilangan kemampuan yang terjadi sekunder akibat
meteorismus (kembung), perdarahan gastrointestinal, memar dan perubahan berat badan
perlu diperhatikan.
Status nutrisi yang merupakan indikator penting pada sirosis dikaji melalui penimbangan
berat yang dilakukan setiap hari, pemeriksaan antropometrik dan pemantauan protein plasma,
transferin, serta kadar kreatinin.
Intervensi Keperawatan Rasional
3.
4. Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang
ditingkatkan secara bertahap
1.
2.
3. Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam
batas toleransi pasien.
4. Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri
peningkatan kekuatan dan kesehatan pasien.
Melaporkan
Memperlihatkan asupan nutrien yang adekuat dan menghilangkan alkohol dari diet.
Diagnosa keperawatan
inflamasi pada sirosis.
Tujuan
1.
2.
3.
Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh.
4.
5.
1.
Memberikan
2. Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat
kenyamanan pasien.
3. Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan tingkat
kenyaman pasien.
4.
5.
Diagnosa keperawatan
edema.
Tujuan
mengalami edema.
1.
2.
3.
4. Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari.
5.
6.
Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya.
1.
2. Jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap
tekanan serta trauma.
3.
4. Memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi serta
kehilangan cairan dengan cara yang paling baik.
5.
6. Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan benar.
Memperlihatkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubun.
Memperlihatkan jaringan yang normal tanpa gejala eritema, perubahan warna atau
peningkatan suhu di daerah tonjolan tulang.
Diagnosa keperawatan : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status
imunologi yang terganggu.
Tujuan
1.
2. Lakukan perawatan yang sering pada kulit, mandi tanpa menggunakan sabun dan
melakukan masase dengan losion pelembut (emolien).
3.
1.
2.
Menggunakan emolien dan menghindari pemakaian sabun dalam menjaga higiene seharihari.
Diagnosa keperawatan : Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
Tujuan
1.
4.
Pantang alkohol.
5.
6.
7.
Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.
8.
Motivasi peningkatan asupan cairan dan latihan jika pasien melaporkan konstipasi.
2.
Makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh penderita anoreksia.
3.
4. Menghilangkan makanan dengan kalori kosong dan menghindari iritasi lambung oleh
alkohol.
5.
6.
7. Mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut yang mengurangi
selera makan dan keinginan terhadap makanan.
8. Meningkatkan pola defekasi yang normal dan mengurangi rasa tidakenak serta distensi
pada abdomen.
9. Mendeteksi komplikasi gastrointestinal yang serius.
Memperlihatkan asupan
makanan yang tinggi kalori, tinggi protein dengan jumlah memadai.
Mengenali makanan dan minuman yang bergizi dan diperbolehkan dalam diet.
Mengenali dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering.
Turut serta dalam upaya memelihara higiene oral sebelum makan dan menghadapi mual.
1. Amati setiap feses yang dieksresikan untuk memeriksa warna, konsistensi dan
jumlahnya.
2.
Waspadai gejala ansietas, rasa penuh pada epigastrium, kelemahan dan kegelisahan.
3.
Periksa setiap feses dan muntahan untuk mendeteksi darah yang tersembunyi.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
b.
c.
Menyediakan sikat gigi yang lunak dan menghindari penggunaan tusuk gigi.
f.
g.
15. Berikan obat dengan hati-hati; pantau efek samping pemberian obat.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Memudahkan insersi kateter kontraumatik untuk mengatasi perdarahan dengan segera
pada pasien yang cemas dan melawan.
8.
Memungkinkan deteksi reaksi transfusi (resiko ini akan meningkat dengan pelaksanaan
lebih dari satu kali transfusi yang diperlukan untuk mengatasi perdarahan aktif dari varises
esofagus)
9.
10. Mengurangi resiko aspirasi isi lambung dan meminimalkan resiko trauma lebih lanjut
pada esofagus dan lambung.
11. Meningkatkan pembekuan dengan memberikan vitamin larut lemak yang diperlukan
untuk mekanisme pembekuan darah.
12. Menenangkan pasien yang merasa cemas dan memungkinkan pemantauan serta deteksi
terhadap kebutuhan pasien selanjutnya.
13. Mengurangi resiko perdarahan lebih lanjut dengan meningkatkan vasokontriksi
pembuluh darah esofagus dan lambung.
14. Meningkatkan keamanan pasien.
a. Mengurangi resiko trauma dan perdarahan dengan menghindari cedera, terjatuh,
terpotong, dll.
b.
Mengurangi resiko epistaksis sekunder akibat trauma dan penurunan pembekuan darah.
c.
Mencegah trauma pada mukosa oral sementara higiene oral yang baik ditingkatkan.
f. Memungkinkan deteksi tempat perdarahan yang baru dan pemantauan tempat perdarahan
sebelumnya.
g.
15. Mengurangi resiko efek samping yang terjadi sekunder karena ketidakmampuan hati
yang rusak untuk melakukan detoksifikasi (memetabolisasi) obat secara normal.
Tidak memperlihatkan adanya kegelisahan, rasa penuh pada epigastrium dan indikator
lain yang menunjukkan hemoragi serta syok.
Mengenali rasional untuk melakukan transfusi darah dan tindakan guna mengatasi
perdarahan.
Melakukan tindakan untuk mencegah trauma (misalnya, menggunakan sikat gigi yang
lunak, membuang ingus secara perlahan-lahan, menghindari terbentur serta terjatuh,
menghindari mengejan pada saat defekasi).
1.
Pertahankan tirah baring ketika pasien mengalami gangguan rasa nyaman pada abdomen.
2.
Mengurangi kebutuhan
2. Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan nyeri serta gangguan rasa nyaman
pada abdomen.
3. Memberikan dasar untuk mendeteksi lebih lanjut kemunduran keadaan pasien dan untuk
mengevaluasi intervensi.
4.
Menggunakan antipasmodik dan sedatif sesuai indikasi dan resep yang diberikan.
Melaporkan pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman pada abdomen.
Mengurangi asupan natrium dan cairan sesuai kebutuhan hingga tingkat yang
diinstruksikan untuk mengatasi asites.
Memperlihatkan pengurangan lingkar perut dan perubahan berat badan yang sesuai.
Diagnosa keperawatan
pembentukan edema.
Tujuan
1.
2.
3.
4.
1.
Meminimalkan pembentukan
4.
Menggunakan diuretik, suplemen kalium dan protein sesuai indikasi tanpa mengalami
efek samping.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Batasi pengunjung.
7.
8.
9.
1.
2. Meningkatkan asupan karbohidrat yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan energi dan
mempertahankan protein terhadap proses pemecahannya untuk menghasilkan tenaga.
3.
4.
5.
Memberikan perlindungan kepada pasien jika terjadi koma hepatik dan serangan kejang.
6.
7. Melakukan pemantauan ketat terhadap gejala yang baru terjadi dan meminimalkan
trauma pada pasien yang mengalami gejala konfusi.
8. Mencegah penyamaran gejala koma hepatik dan mencegah overdosis obat yang terjadi
sekunder akibat penurunan kemampuan hati yang rusak untuk memetabolisme preparat
narkotik dan barbiturat.
9. Memberikan stimulasi kepada pasien dan kesempatan untuk mengamati tingkat
kesadaran pasien.
Diagnosa keperawatan : Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan
restriksi pengembangan toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam
rongga toraks.
Tujuan
3.
4.
a.
b.
c. Melakukan observasi terhadap bukti terjadinya batuk, peningkatan dispnu atau frekuensi
denyut nadi. 1. Mengurangi tekanan abdominal pada diafragma dan memungkinkan
pengembangan toraks dan ekspansi paru yang maksimal.
2.
3.
4. Parasentesis dan torakosentesis (yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari rongga
toraks) merupakan tindakan yang menakutkan bagi pasien. Bantu pasien agar bekerja sama
dalam menjalani prosedur ini dengan meminimalkan resiko dan gangguan rasa nyaman.
b. Menghasilkan catatan tentang cairan yang dikeluarkan dan indikasi keterbatasan
pengembangan paru oleh cairan.
c. Menunjukkan iritasi rongga pleura dan bukti adanya gangguan fungsi respirasi oleh
pneumotoraks atau hemotoraks (penumpukan udara atau darah dalam rongga pleura).
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana
asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: FKUI.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.
Definisi
Sirosis hepatis adalah stadium akhir dari penyakit hati, yang menahun dimana secara
anatomis didapatkan proses fibrosis dengan pembentukan nodul regenerasi dan nekrosis.
(Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001)
Sirosis hepatis adalah penyakit kronik hati yang dikarakteristikkan oleh gangguan struktur
dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi seluler, dan selanjutnya aliran darah ke hati
(Doenges, dkk, 2000, hal: 544).
B. Etiologi
Beberapa penyebab dari sirosis hepatis yang sering adalah :
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus hepatitis
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatica
5. Penyakit ewlson
6. Hemok romatosis
7. Zat toksik
C. Manifestasi klinis.
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya
kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan tanda dan gejala sebagai berikut
(Mansjoer, 1999)
1.
Gejala-gejala gastrointestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah, dan
diare.
2.
3.
4.
5.
Hepatomogali.
6.
D.
Patofisiologi,
Penyebab dari sirosis hepatis seperti, malnutrisi, alkoholisme, virus hepatitis, penyakit
welson, hemokromatosis, zat toksik , kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena
hepatica. Mengakibatkan hepatitis, dari hepatitis yang akur mengakibatkan sirosis hepatis,
yaitu stadium akhir dari penyakit hati
Sirosis hepatic bisa menimbulkan
1.
Kegagalan prikim hati, mengakibatkan mual-mual, nafsu makan menurun kelemahan
otot, cepat lelah. Serta mengakibatkan perubahan nutrisi, dari sini bisa menimbulkan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.
Hipertensi, mengakibatkan varises esophagus, dari situ mengakibatkan tekanan
meningkat, dan pembuluh darah pecah, serta terjadi melena dan menimbulkan gangguan
perpusi jaringan
3. Asites mengakibatkan penekanan diafragma terus ruang paru-paru menyempit terjadi
sesak nafas. Dan menimbulkan gangguan pola nafas.
4.
Ensefalopati mengakitbatkan kesadaran menurun serta menimbulkan kerusakan
komunikasi.
Penyebab
Hepatitis
Sirosis hepatis
Kegagalan
Hipertensi
Asites
Ensefalopati
parenkim hati
Mual mual,
Varises Esophagus
Penekanan diafragma
Kesadaran
Ruang paru
Tekanan meningkat
menyempit
Kerusakan
Komunikasi
Perubahan
Nutrisi
Sesak Napas
Pembuluh darah
Pecah
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
Gangguan Pola
Melena
Napas
( Sumber :
E.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik.
-
skan / biopsy hati : mendeteksi infiltrate lemat, fibrosis, kerusakan jaringan hati.
Bilirubin serum : meningkat karma gangguan seluler, ketidak mampuan hati untuk
mengkonjugasi, atau obstruksi bilier.
AST (SBOT) ALT (SGPT). LDH : meningkat karena kerusakan seluler dan
menularkan enzim.
-
Darah lengkap : Hb/Ht dan SDM mungkin menurun kara pendarahan kerusakan SDM
dan anemia terlihat dengan hipersplenisme dan defesiensi besi, vukopenia mungkin ada
sebagai akibat hipers plenesme
-
Fibrinogen : menurun
Amonia surum : meningkat karena ketidak mampuan untuk terobah dari ammonia
menjadi urea
-
Pemeriksaan Nukrien : defisiensi vitamin A, B12, C, K, asam folat dan mungkin besi
Pemeriksaan Penunjang
- Urine
- Feses
- Darah
Penatalaksanaan
Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.
b.
Diet rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg BB, 55 gr protein, 2.000 kalori). Bila
ada asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1.000-2000 mg). Bila proses
tidak aktif diperlukan diet tinggi kalori (2.000-3000 kalori) dan tinggi protein (80-125
gr/hari).
Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein dalam makanan
dihentikan (diet hati II) untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit sesuai
toleransi dan kebutuhan tubuh. Pemberian protein yang melebihi kemampuan pasien atau
meningginya hasil metabolisme protein, dalam darah viseral dapat mengakibatkan timbulnya
koma hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup perlu diperhatikan.
c.
Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan yang jelas tidak
hepatotoksik.
d.
Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai
cabang dengan glukosa.
e.
Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang makan dan minum bahan yang
mengandung alkohol.
Penatalaksanaan asitesis dan edema adalah :
a.
Istirahat dan diet rendah garam. Dengan istirahat dan diet rendah garam (200-500 mg
perhari), kadang-kadang asitesis dan edema telah dapat diatasi. Adakalanya harus dibantu
dengan membatasi jumlah pemasukan cairan selama 24 jam, hanya sampai 1 liter atau
kurang.
b.
Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan diuretik berupa
spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hari bila setelah
3 4 hari tidak terdapat perubahan.
c.
Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi
medikamentosa yang intensif), dilakukan terapi parasentesis. Walupun merupakan cara
pengobatan asites yang tergolong kuno dan sempat ditinggalkan karena berbagai
komplikasinya, parasentesis banyak kembali dicoba untuk digunakan. Pada umunya
parasentesis aman apabila disertai dengan infus albumin sebanyak 6 8 gr untuk setiap liter
cairan asites. Selain albumin dapat pula digunakan dekstran 70 % Walaupun demikian untuk
mencegah pembentukan asites setelah parasentesis, pengaturan diet rendah garam dan
diuretik biasanya tetap diperlukan.
d.
Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1 kg/hari. Hatihati bila cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam suatu saat, dapat mencetuskan ensefalopati
hepatik.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A.
Pengkajian
Aktivitas / Istirahat
Gejala
Tanda
: Letargi (gelisah)
- Elrminasi
Gejala
: Flatus
Tanda
Tanda
Penggunaan jaringan
Edema umumnya pada jaringan
Kulit kering, turgor buruk
Ikterik angioma spider
Napas berbau/fetor hepatikus, pendarahan guso
- Neurosensori
Gejala
Mental
Tanda
Tanda
: Prilaku berhati-hati/distraksi
Tanda
: Pruritas (gatat)
Tanda
Tanda
B.
Diagnosa Keperawatan
Kriteria hasil
Intervensi
1)
Rasional : Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan
tingkat kenyamanan pasien.
3)
Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh.
Rasional : Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan
tingkat kenyamanan pasien.
4)
Rasional
5)
Rasional
6)
Rasional
2.
Kriteria hasil : Volume cairan tubuh stabil, dengan keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal, dan tidak ada edema atau
asites.
Intervensi
1)
Rasional
2)
Rasional
4)
Rasional
5)
Kriteria hasil
Intervensi
1)
Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lama, intensitas (skala 0 - 10) dan karakteristiknya
(dangkal, tajam, konstan).
Rasional : Perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan
terjadinya komplikasi.
2)
Rasional
3)
Rasional
4)
Rasional
5)
Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, napas dalam, latihan relaksasi
atau visualisasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan mungkin meningkatkan kemampuan koping pasien
dengan memfokuskan kembali perhatian.
6)
Berikan perawatan mulut dengan sering. Hilangkan rangsangan lingkungan yang tidak
menyenangkan.
Rasional : Menurunkan mual atau muntah, yang dapat meningkatkan tekanan atau nyeri
intraabdomen.
4.
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan gastrointestinal.
Kriteria hasil
nutrisi baik.
Intervensi
1)
Rasional
2)
Rasional
3)
Rasional
6)
Pantang alkohol.
Rasional
5)
: Makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh penderita anoreksia.
Rasional
4)
Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.
Rasional : Mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut yang
mengurangi selera makan dan keinginan terhadap makanan.
7)
Motivasi peningkatan asupan cairan dan latihan jika pasien melaporkan konstipasi.
Rasional : Meningkatkan pola defekasi yang normal dan mengurangi rasa tidak enak serta
distensi pada abdomen.
8)
Rasional
5.
Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, gangguan faktor pembekuan
darah, dan gangguan mekanisme sirkulasi.
Kriteria hasil
Intervensi
1) Amati setiap feses yang di eksresikan untuk memeriksa warna, konsistensi dan
jumlahnya.
Rasional
2)
Waspadai gejala ansietas, rasa penuh pada epigastrium, kelemahan dan kegelisahan.
Rasional
3)
Periksa setiap feses dan muntahan untuk mendeteksi darah yang tersembunyi.
Rasional
6.
Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen.
Kriteria hasil : Mempertahankan pola napas yang efektif bebas dispnea dan sianosis
dengan nilai kapasitas vital dalam rentang normal.
Intervensi
1)
Rasional : Pernapasan dangkal cepat (dispnea) mungkin ada sehubungan dengan hipoksia
dan akumulasi cairan dalam abdomen.
2)
Rasional
3)
Rasional : Parasentesis dan torakosentesis (yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari
rongga toraks) merupakan tindakan yang menakutkan bagi pasien. Bantu pasien agar
bekerjasama dalam menjalani prosedur ini dengan meminimalkan resiko dan gangguan rasa
nyaman.
7.
Kriteria hasil
Intervensi
1)
Rasional
2)
Rasional
3)
Rasional : Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan
dalam batas toleransi pasien.
4)
Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang
ditingkatkan secara bertahap.
Rasional
8.
Kriteria hasil
: Pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri pada situasi yang ada.
Intervensi
1)
Diskusikan situasi atau dorong pernyataan takut atau masalah. Jelaskan hubungan
antara gejala dengan asal penyakit.
Rasional : Pasien sangat sensitive terhadap perubahan tubuh dan juga mengalami perasaan
bersalah bila penyebab berhubungan dengan alkohol (80 %) atau penggunaan obat lain.
2)
Dukung dan dorong pasien; berikan perawatan dengan positif, perilaku bersahabat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth .Buku Ajar Keperawatan Medikal - Bedah. Vol. 2. EGC. Jakarta.
Dongoes, Marilynn. E. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Ketiga Jilid 1. 2001. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. MS DENGAN DIAGNOSA MEDIS SIROSIS HEPATIS
No. Register
: OO7985
Ruang
: Ruang Anggrek
Tanggal/Jan MRS
Tanggal Pengkajian
: 23 September 2012
Diagnosa Medis
: Sirosis hepatis
1.
IDENTITAS
a.
Biodata Pasien
Nama
: Tn. MS
Alamat
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 41 Tahun
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Jawa barat/Indonesia
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Buruh
b.
Nama
: Ny. M
Alamat
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 40 Tahun
Suku/Bangsa
: Jawa barat/Indonesia
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
Hubungan dengan px
: Istri pasien
2.
a.
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama
b.
Pasien mengeluh perutnya sakit dan begah seperti ditusuk-tusuk dan terasa penuh di perut
bagian kanan atas sehingga pasien sulit untuk bergerak dan berkurang rasa sakitnya apabila
dibuat duduk dalam posisi semifowler. Rasa sakit itu muncul apabila pasien duduk dan saat
melakukan aktifitas terlalu berat sehingga pasien hanya berada di atas tempat tidur sepanjang
hari. Pasien mengatakan rasa sakitnya sudah dirasakan sejak 2 minggu lalu tanggal 6
september 2012, namun rasa sakitnya tidak dapat ditahan lagi mulai tiga hari sebelum masuk
rumah sakit yakni tanggal 19 September 2012. Pasien juga mengeluh mual dan tidak nafsu
makan serta nyeri di daerah perut. Nyeri pasien terkaji pada skala nyeri 7 (nyeri berat
terkontrol) menurut skala Smeltzer (0-10). Nyeri muncul saat pasien bergerak dan
beraktifitas, sehingga pasien hanya berbaring di tempat tidur. Nyeri itu muncul saat pasien
mulai kesulitan makan karena mual. Pasien juga mengatakan saat malam sering sesak napas
karena perutnya yang semakin membesar sehingga sulit digunakan untuk bernafas dan akan
berkurang jika pasien duduk dalam posisi semifowler. Sesak nafas itu selalu terjadi saat
malam hari dan sangat mengganggu aktifitas. Rasa sakitnya sangat dirasakan pasien terutama
di daerah dada dan paru-paru. Gejala di mulai sejak 2 minggu lalu sebelum pasien masuk
rumah sakit atau tepatnya tanggal 6 september 2012.
c.
Pasien mengatakan punya riwayat penyakit kuning 6 bulan yang lalu yakni sekitar bulan
Maret 2012 dan dirawat di RS Cilegon. Pasien juga mengatakan selama ini telah
mengkonsumsi obat-obatan seperti : Lactolac 3x CI, Sucralent 3 x CI, Spironolakton 4x25
mh/hari, dan Furosemid.
d.
Istri pasien mengatakan bahwa keluarghanya tidak ada yang mempunyai penyakit menurun
dan menular.
3.
1.
Pemenuhan NutrisiCairan
Di Rumah Sakit
Makan 3 x sehari,
Porsi - 1 piring/ makan dengan menu nasi, Lauk pauk dan sayur.
Minum: 6-10 gelas perhari
Jenis minuman: air putih, teh,kopi, ramuan jamu
sehari.
2.
Pemenuhan Eliminasi
teridentifikasi
Warnanya seperti teh pekat dan berlangsung 2 minggu.
Frekwensi 15-17 kali/24 jam
Kesulitan tidak ada
BAB :frekwensi 1hari
Warna : kuning
Konsistensi lunak
Kesulitan tidak ada
3. tidur-istirahat
Pasien saat
5. Personal Hygiene Pasien mandi 2x/hari, keramas 2 hari 1x, gosok gigi 2x/hari, ganti baju
2x/hari Pasien mandi dengan diseka 2x/hari, belum ketramas dan belum gosok gigi.
6. Ketergantungan
Pasien memiliki kebiasaan merokok dan sering minum jamu/obat
tradisional.
Pasien tidak melakukan kebiasaan merokok dan minum jamu, dan pasien
dapat mengikuti asuhan
keperawatan dengan baik
4. DATA PSIKOSOSIAL
a.
Status Emosi
Konsep Diri
Body Image
tetap kooperatif
Self Ideal
normal.
Self Esteam
Role
Self Identity
seorang buruh.
c.
Interaksi Sosial
Hubungan klien dengan keluarga, klien dengan perawat, dan klien dengan pasien lainnya
terjalin cukup baik.
d.
Spiritual
Di rumah sakit klien hanya berdoa dan memohon kesembuhan sambil berbaring ditempat
tidur.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a.
b.
c.
Tanda-Tanda Vital
RR = 24X/menit
Nadi=96X/menit (regular)
BB sebelum sakit : 69 kg dan BB saat sakit : 58 kg, TB: 167cm, LILA :27 cm
d.
Kepala
Simetris, pusing, benjolan tidak ada. Rambut tumbuh merata dan tidak botak, rambut
berminyak dan tidak rontok
Wajah
Simetris, odema , otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak ada, Wajah
menyeringai dan meringgis karena kesakitan
Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemia, pupil isokor dan sklera ikterus
(berwarna kuning), reflek cahaya positif serta tajam penglihatan menurun.
Telinga
Hidung
Deformitas (kelainan bentuk), mukosa, secret, bau, obstruksi, polip tidak ada, pernafasan
cuping hidung tidak ada.
Mulut
Leher
Fungsi menelan normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis, dan tidak ada kaku kuduk.
f.
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Terdapat ronchi
g.
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
:Nyeri tekan di daerah epigastrium dan didaerah sekitar organ hati saat di
palpasi terasa kenyal dan terdapat asites
Perkusi
h.
: Tympani
Ekstrimitas
Atas : Akral hangat, terpasang infus di tangan kanan, tidak ada luka ,dan tidak ada
kelumpuhan.
Bawah : tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada luka, dan tidak terpasang infus di kaki
kanan maupun kiri.
i.
Genetalia
Integumen
Seluruh bagian tubuh terlihat kekuningan, kulit tampak kusam dan kering serta turgor kulit
menurun.
ANALISA DATA
NAMA
Tn. Ms
RUANG
: Anggrek
UMUR
:
41 tahun
PENGELOMPOKAN DATA ETIOLOGI
1.
Data Subyektif:
NO.REGISTRASI
MASALAH
: 007985NO.
Data Subyektif:
Intake kurang
Data Subyektif:
Data Subyektif:
Pasien mengatakan sakit pada perutnya jika ditekan.
Data Obyektif:
- pasien terlihat kesakitan
- abdomen terasa nyeri jika ditekan
- pasien terlihat tidak nyaman Spasme otot abdomen Gangguan rasa nyaman dan nyeri
5.
Data Subyektif:
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA
UMUR
: Tn.MS
RUANG
: 41 tahun
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
: Anggrek
NO.REGISTRASI: 007985NO.
1.
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan mual jika makan
Data Obyektif:
-Pasien tidak bisa makan lewat oral
- BB sebelum sakit 69kg dan BB saat sakit 58kg
3.
24 September 2012 Gangguan keseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan
normal tubuh berhubungan dengan terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma
protein).
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan perutnya membesar dan terasa begah.
- Pasien mengatakan badan terasa lelah/lemas.
-Pasien mengatakan sulit untuk bergerak.
-Pasien juga mengeluh perutnya sakit.
Data Obyektif:
- Pasien mengalami asites di daerah abdomen.
- Pasien terlihat cemas dan tidak nyaman dengan keadannya.
- Pasien terbaring lemas ditempat tidur.
- Pasien dengan turgor kulit menurun
4.
25 September 2012
otot abdomen
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan sakit pada perutnya jika ditekan
Data Obyektif:
- Pasien terlihat kesakitan
- Abdomen terasa nyeri jika ditekan
- Pasien terlihat tidak nyaman
5.
26 September 2012 Gangguan Integritas kulit dan system perkemihan (urinaria)
berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin dalam darah akibat peradangan .
Data Subyektif:
NAMA
UMUR
: Tn. MS
: 41 th
Diagnosa Keperawatan
RUANG
Tujuan Intervensi
: Anggrek
NO.REGISTRASI: 007985No
Rasional
Paraf
1.
Gangguan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengumpulan cairan intra
abdomen, penurunan ekspansi paru akibat asites, akumulasi secret berlebihan.
Jangka Pendek:
Dalam 1x24 jam perbaikan status pernapasan dan pengurangan gejala sesak napas.
Jangka Panjang:
Dalam 2x24 jam pasien dapat bernapas secara normal kembali.
Kriteria Hasil:
-Memperlihatkan frekuensi respirasi yang normal (12-18/menit) tanpa terdengarnya suara
pernapasan tambahan.
-Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernapasan dangkal.
1.Awasi frekwensi, kedalaman dan upaya pernafasan.
2.Ubah posisi sering dorong nafas dalam latihan dan batuk.
3.Berikan posisi semi fowler
4.Monitor jumlah pernapasan dengan observasi TTV
5.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemantauan perkembangan pasien
2.
Jangka panjang :
Dalam 3x24 jam kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteia Hasil :
- BB dapat meningkat
- gangguan kebutuhan nutrisi dapat teratasi
-NGT dapat secepatnya dilepas dari pasien 1. Motivasi pasien untuk makan makanan
sesuai diit yang dianjurkan dan suplemen makanan.
2. Tawarkan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.
3.
4.
5.
Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.
6.
Motivasi peningkatan asupan cairan dan latihan jika pasien melaporkan konstipasi.
Motivasi
2.
Makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh penderita anoreksia.
3.
4.
Mengurangi cita rasa yang tidak enak dan merangsang selera makan.
5. Mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut yang dapat
mengurangi selera makan dan keinginan terhadap makanan.
6. Meningkatkan pola defekasi yang normal dan mengurangi rasa tidak enak serta distensi
pada abdomen.
7.
3.
Gangguan keseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan normal tubuh
berhubungan dengan terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein).
Jangka Pendek:
Dalam 1x24 jam terjadi Pengurangan kadar cairan (asites) pada pasien.
Jangka Panjang:
Dalam 3x24 jam Pasien dalam status hidrasi yang adekuat, volume cairan kembali dalam
keadaan seimbang.
Kriteria Hasil:
-Output urin sesuai dengan berat badan.
4.
Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan spasme otot abdomen
Jangka pendek : dalam 1x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang
Jangka panjang :
Dalam 3x24 jam diharapkan nyeri sudah tidak dirasakan
Kriteria Hasil:
-nyeri pada pasien berkurang
-nyeri pada pasien tidak dirasakan lagi.
1.
2.Kaji dan catat nyeri dan karakteristiknya : lokasi, kwalitas, frekuensi dan durasi
3.Berikan kompres hangat pada abdomen yang sakit
4.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
5.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi analgesik 1.
tingkat keparahan nyeri yang dirasakan pasien.
Dapat mengetahui
2.
3.
4. Agar pasien dapat mengalihkan pikirannya dari rasa nyeri ke hal-hal lain.
5.
5.
Gangguan Integritas kulit dan system perkemihan (urinaria) berhubungan dengan
peningkatan kadar bilirubin dalam darah akibat peradangan .
Jangka Pendek:
Dalam 2x24 jam, mampu mengurangi kadar bilirubin pasien.
Jangka Panjang:
Dalam 7x24 jam diupayakan mampu menormalkan kadar bilirubin dalam tubuh pasien.
Kriteria Hasil:
-Integritas kulit dan sistem perkemihan pasien dapat normal kembali.
-Warna dari kulit dan urin pasien kembali ke keadaan normal.
warna kulit pasien.
NAMA
: Tn. MS
UMUR
: 41 th
Keperawatan Tanggal/Jam Implementasi Paraf
RUANG
: Anggrek
NO.REGISTRASI: 007985Dx
2.
3.
4.
Memberikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.
5.
Gangguan keseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan normal tubuh berhubungan
dengan terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein).
24 September 2012
08.00 1.Monitor intake dan output cairan. Ukur kehilangan cairan melalui gastrointestinal
dan perkirakan kehilangan tak kasat mata, contoh; keringat, dll.
2.Monitor edema dan asites.
3.Membatasi asupan natrium dan cairan
4.Menjelaskan pada pasien dan keluar-ga tentang pembatasan cairan dan diet.
Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan spasme otot abdomen
25 September 2012
08.00 1.
2.
3.
EVALUASI
NAMA
: Tn.MS
RUANG
: Anggrek
UMUR
: 41 tahun
Diagnosa Keperawatan
Tanggal
NO.REGISTRASI: 007985No
Evaluasi
1.
Gangguan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengumpulan cairan intra
abdomen, penurunan ekspansi paru akibat asites ,akumulasi secret berlebihan.
24 September 2012
S: Pasien berkata Sesak napas sudah berkurang
O: K/U cukup
Observasi TTV
RR : 20 X/menit.
TD:100/70 mmHg
N: 96 X/menit S: 375 oC
A: masalah teratasi sebagian
P: Rencana dilanjutkan
1. Memberikan posisi semi fowler
2. Monitor jumlah pernapasan dengan observasi TTV
2.
24 September 2012
berkurang.
O: K/U cukup
Makan/minum lewat sonde
A: masalah teratasi sebagian.
P: Rencana dilanjutkan
1.
2.
3.
Gangguan keseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan normal tubuh
berhubungan dengan terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein).
25 September 2012
masih tarasa sakit.
O: K/U cukup
Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan spasme otot abdomen
26 September 2012
O: K/U cukup
Nyeri tekan pada abdomen.
A: masalah teratasi sebagian
P: Rencana dilanjutkan
1.
2.
5.
Gangguan Integritas kulit dan system perkemihan (urinaria) berhubungan dengan
peningkatan kadar bilirubin dalam darah akibat peradangan .
27 September 2012
O: Kulit dan daerah mata (khusus Sklera) pasien tampak berwarna kekuningan ( ikterus)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Rencana dilanjutkan
1. Mengkaji warna kulit urin pasien.
2. Melakukan perawatan yang sering pada kulit, mandi tanpa mengguna-kan sabun dan
melakukan masase dengan losion pelembut (emolien).
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sirosis Hepatis
Posted by pujawayan on May 19, 2011
Posted in: Askep. Tagged: Askep, keperawatan, Pencernaan, serosis hepatis. Leave a
Comment
A.PENGERTIAN
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul (Fkui, 1996). Sirosis hepatis juga didefinisikan
sebagai penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsitektur hati yang normal oleh
lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan
dengan vaskulatur normal (Price, 1996).
B.ETIOLOGI
Beberapa hal yang menjadi penyebab sirosis hepatis adalah (Fkui, 1996) :
2.Alkohol
3.Metabolik : DM
4.Kolestatis kronik
6.Malnutrisi
C.KLASIFIKASI
1.Sirosis mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim hati mengandung
nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar nodulnya sampai 3 mm. Sirosis
mikronodular ada yang berubah menjadi makronodular.
2.Sirosis makronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar nodul lebih
dari 3 mm.
3.Sirosis campuran
Sirosis ini berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronik. Sirosis jenis ini merupakan
50% atau lebih dari seluruh kasus sirosis. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan
alkohol adalah akumulasi lemak secara gradual didalam sel-sel hati (infiltrasi lemak).
Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolik. Pada kasus sirosis
laennec yang sangat lanjut, membagi parenkim menjadi nodula-nodula halus. Nodula-nodula
ini dapat membesar akibat aktifitas regenerasi sebagai usaha hati untuk mengganti sel-sel
yang rusak. Hati tampak terdiri dari sarang-sarang sel-sel degenerasi + regenerasi yang
dikemas padat dalam kapsula fibrosa yang tebal. Pada keadaan ini sirosis sering disebut
sebagai sirosis nodular halus.
Hati akan menciut, keras dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada stadium akhir
sirosis, dengan akibat hipertensi portal dan gagal hati.
Sekitar 25% kasus memiliki riwayat hepantis virus sebelumnya. Banyaknya pasien dengan
hasil tes HbsAg positif menunjukkan bahwa hepatitis kronik aktif agaknya merupakan
peristiwa yang besar peranannya.
Beberapa kasus berhubungan dengan intoksikasi bahan kimia industri, dan ataupun obatobatan seperti fosfat, kloroform dan karbon tetraklorida/jamur beracun. Sirosis jenis ini
merupakan predisposisi terhadap neoplasma hati primer.
3.Sirosis Billaris
Kerusakan sel hati dimulai disekitar duktus billaris, penyebabnya obstruksi billaris post
hepatik. Sifat empedu menyebabkan penumpukan empedu didalam masa hati dengan akibat
kerusakan sel-sel hati, terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus.
Sumber empedu sering ditemukan dalam kapiler-kapiler,duktulus empedu dan sel-sel hati
seringkali mengandung pigmen hijau.
Asites
PSE/ensefalopati
Nutrisi
Minimal
< 35
> 35
Nihil
Nihil
Sempurna
Sedang
35-50
30-35
Mudah dikontrol
Minimal
Baik
Berat
> 50
< 30
sukar
berat/koma
kurang/kurus
D.MANIFESTASI KLINIS
- Anorexia
- Mual
- Diare/konstipasi
- Kelemahan otot
- Cepat lelah
2.Fase dekompensasi
-Eritema palmaris
-Spider nevi
-Ikterus
-Edema pretibial
-Asites
-Hematemesis
-Melena
-Ensefalopati hepatik
E.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan Laboratorium
-Darah
HB darah, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik.
-Kadar albumin yang rendah cerminan kemampuan sel hati yang kurang
-Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin merupakan tanda kurangnya daya
tahan hati dalam menghadapi stress
-Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam
dalam diet
Pada ensefalopati, kadar Na kurang dari 4 mg/l menunjukkan kemungkinan telah terjadi
sindrom hepatorenal.
-Peningkatan kadar gula darah, pada sirosis hati fase lanjut disebabkan kurangnya
kemampuan sel hati membentuk glikogen
-Pemeriksaan AFP (Alfa Feto Protein) menentukan apakah telah terjadi transformasi ke arah
keganasan
Nilai AFP > 500-1000 mempunyai nilai diagnostik suatu kanker hati primer.
2.Radiologi
Dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hipertensi
portal.
3.Esofagoskopi
Dapat melihat langsung sumber pendarahan varises esofagus, besar dan panjang varises serta
kemungkinan terjadi perdarahan yang lebih besar.
4.USG
5.Sidikan hati
6.Tomografi komputerisasi
7.Angiografi
Mengukur tekanan vena porta, melihat keadaan sirkulasi portal, mendeteksi tumor.
F.KOMPLIKASI
-Hipertensi portal
-Bila penyakit berlanjut, dari kedua komplikasi diatas dapat timbul komplikasi lain, yaitu :
-Asites
-Encefalopali
-Sindrom hepatorenal
G.PENATALAKSANAAN
Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol yang teratur,
istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori dan protein, lemak secukupnya.
Alkohol akan mengurangi pemasukan protein kedalam tubuh. Dengan diet tinggi kalori (300
kalori), kandungan protein makanan sekitar 70-90 gr sehari untuk menghambat
perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan pemberian D. Penicilamine dan Colchicine.
-Hemokromatosis
1.Untuk asites
-Diberikan diet rendah garam 0,5 gr/hari + total cairan 1,5 lt/hari. Spironolakton (diuretik
bekerja pada tubulus distal) dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari, dinaikkan -sampai
total dosis 800 mg sehari, efek optimal terjadi setelah pemberian 3 hari. Idealnya
pengurangan berat badan dengan pemberian diuretik ini adalah 1 kg/hari. Bila perlu
dikombinasikan dengan furosemid (bekerja pada tubulus proksimal).
2.Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis dengan melena atau melena saja)
-Lakukan pemasangan UB tube untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari saluran
sama, disamping melakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah, untuk mengetahui
apakah perdarahan sudah berhenti/masih berlangsung
-Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg, nadi diatas 100 x/menit atau
Hb dibawah 99% dilakukan pemberian IVFD dengan pemberian dextrosa/salin dan transfusi
darah secukupnya
-Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500 cc cairan DS % atau salin pemberian selama 4
jam dapat diulang 3x
-Dapat dilakukan skleroterapi sesudah dilakukan endoskopi kalau ternyata perdarahan berasal
dari pecahnya varises
3.Untuk ensefalopati
-Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises
-Transplantasi hati
H.PROGNOSIS
-Kesadaran menurun (ensefalopati hepatik spontan faktor pencetus bagai hak tanpa faktor
pencetus luar mempunyai prognosis telah jelek daripada yang jelas faktor pencetusnya
-Hati mengecil
-Kadar natrium darah yang rendah (< 120 mg/l), tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg
-CHE rendah, sediaan biopsi yang banyak mengandung nekrosis fokal dan sedikit peradangan
I.ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a.Data dasar
-Riwayat kesehatan
-Sirkulasi
: Disritmia
-Eliminasi
: Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), Penurunan/tidak
adanya bising usus, Kesesuaian warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat
-Makanan/cairan
: Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, edema, kulit kering,
turgor buruk, ikterik, nafas bau (fetor hepatikus), perdarahan gusi.
-Neurosensori
-Kenyamanan
-Pernafasan : Dispnea, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, expansi paru
terbatas hipoxia.
-Keamanan
: Pruritus, ikterik.
c.Intoleransi aktivitas
g.Cemas
h.Nyeri
a.Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d Kehilangan berlebihan melalui
diare
Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, turgor kulit baik, pengisian kapiler nadi perifer dan haluan urine individu sesuai
-Intervensi :
Mandiri :
-Kajian tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Kolaborasi :
-Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht. Na+ albumin, dan waktu pembekuan.
Rasional : Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium kadar protein yang
dapat menimbulkan pembentukan edema. Defisit pada pembekuan potensi beresiko
pendarahan.
-Berikan :
Protein hidrolisat
Vitamin K
Rasional : Karena Absorbsi terganggu, penambahan dapat mencegah masalah koagulasi, yang
dapat terjadi bila faktor pembekuan waktu protrombin ditekan.
Antasida, simetidin
b.Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan b.d Gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic karena
anoreksia, mual/muntah.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi
-Intervensi :
Mandiri :
-Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan
tawarkan pagi paling besar
Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
Kolaborasi :
-Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien,
dengan memasukkan lemak dan protein sesuai toleransi
Rasional : Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu.
Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi dan pengeluaran empedu dan
perlunya pembatasan lemak jika terjadi diare. Pembatasan protein diidentifikasikan pada
hepatitis kronis karena akumulasi produk akhir dapat mencetuskan hepatic ensefalopati.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan teknik atau perilaku yang memampukan kembali
melakukan aktivitas
-Intervensi :
Mandiri :
-Tingkatkan tirah baring, berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai kebutuhan
-Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan gerak sendiri pasif/aktif.
-Intervensi :
Mandiri :
-Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar. Dorong diskusi perasaan masalah
Rasional : Penilaian dan orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut
Rasional : Masalah finansial mungkin terjadi karena kehilangan peran fungsi klien.
Rasional : Periode penyembuhan mungkin lama (lebih dari 6 bulan) potensial stress
keluarga/situasi dan memerlukan perencanaan, dukungan dan evaluasi.
-Anjurkan klien menggunakan warna merah terang atau biru/hitam daripada kuning atau
hijau
Kolaborasi :
e.Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan b.d akumulasi garam empedu dalam
jaringan
-Intervensi :
Mandiri :
-Gunakan air mandi dingin, hindari sabun alkali, berikan minyak kalamin sesuai indikasi
-Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk, usahakan kuku jari pendek, lepas
baju ketat, berikan sprei katun
Kolaborasi :
Rasional : Antihistamin untuk menghilangkan gatal dan antilipemik untuk asam empedu pada
usus dan mencegah absorbsinya.
f.Resiko tinggi perdarahan b.d Gangguan faktor pembekuan, gangguan absorpsi vit K
-Intervensi :
Mandiri :
-Kaji adanya perdarahan GI, observasi warna dan konsistensi feses, drainase NGT, atau
muntah
Rasional : Traktus GI paling biasa untuk sumber perdarahan sehubungan dengan mukosa
yang mudah rusak.
-Observasi adanya petekie, ekimosis, perdarahan dari satu atau lebih sumber
Intervensi :
Mandiri :
-Bantu pasien menyusun jadwal dan checklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri
-Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang
-Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya
-Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak mengerut, menangis,
intensitas dan lokasinya)
Intervensi :
Mandiri :
-Yakinkan pasien bahwa Anda mengetahui nyeri yang dialami pasien nyata dan akan
membantunya dalam menghadapi nyeri tersebut
-Kaji dan catat nyeri dan karakteristiknya : lokasi, kwalitas, frekuensi dan durasi
-Identifikasi dan dorong pasien untuk menggunakan strategi yang menunjukkan keberhasilan
pada nyeri sebelumnya
i.Pola pernafasan tidak efektif b.d Pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan
ekspansi paru, akumulasi sekret
Intervensi :
DAFTAR PUSTAKA
1.Doenges, Marilyn. E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa I Made Kaniasa, edisi 3, Jakarta, EGC,
1999.
2.Himawan. Sutisna, Patologi, Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI, 1996.
3.Hudak, Carolyn. M, Keperawatan Kritis, Alih bahasa Adiyanti Monica. E.D, edisi 6,
volume 2, Jakarta, EGC, 1997.
4.Price, Syivian Anderson, Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit, Alih bahasa
Agung Waluyo, edisi 8, Jakarta, EGC, 2001.
5.Sjaifoellah Noer, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3, Jakarta, FKUI, 1996.
6.Smeltzar, Suzanna. C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth, edisi
8, volume . 2, Jakarta : EGC, 2001.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2002 pada pukul 10.00 WIB.
1. Identitas
Nama
: Tn. A..A.
Tgl MRS
14-10- 2002
Umur
: 62 tahun
Register
: 711844
Diagnose
Suku Bangsa
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pensiunan
Pendidikan
: SMA
Alamat
Keluhan utama
: Sakit perut.
II Riwayat Keperawatan
2.1 Riwayat penyakit sebelumnya: Penderita pernah Batu ginjal dilakukan laser dan pernah
dioperasi batu buli di RSUD. Dr Soetomo Surabaya tahun 1987 .
2.2 Riwayat penyakit sekarang : Penderita muntah-muntahsejak 6 september 2002 kemudian
tanggal 12 September 2002 perut semakin besar dan tegang di IRD pada tanggal 14 oktober
2002 dapat muntah air sekali, mual-mual, perut kembung, perut sakit badan lemah
2.3 Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini,
2.4 Keadaan kesehatan lingkungan : Menurut keluarga, lingkunagn rumah cukup bersih
karena kebiasaan keluarga dan masyarakat sekitar membersihkan rumah dan lingkunagn
sekitar setiap minggu sekali.
2.5 Riwayat kesehatan lainnya
: taa
: --
:taa
:taa
2. Tanda vital
:S: 36,5 0C axilla, N: 100 x/mnt teratur dan kuat, TD: 100/70 mmHg lengan
kiri dalam posisi berbaring, RR: 24 x/mnt.
3. Body System
3.1 Pernafasan
Hidung
: taa.
Trachea
: taa
Dada
Bentuk
: simetris
Gerakan
: vesikuler +/+
Jenis nafas
: hidung
Batuk
: (-).
Sputum
: tidak ada
Cyanosis
: tidak ada
Frekwensi nafas
: 24 x/mnt.
3.2 Kardiovaskuler
Nyeri dada
: tidak ada
Pusing
: tidak ada.
Kram kaki
: tidak ada
Palpitasi
: --
Clubing finger
:--
Suara jantung
: S1 S2 tunggal.
Edema
: asites
: --
3.3 Persarafan
Kesadaran
: CM
GCS
: E4V5M6
: anemis (+),
Sklera
: ikterus
Konjunctiva
: merah muda.
Pupil
: isokor
Leher
: DVJ (-).
Reflek fisiologis
: dbn
Reflek patologis
: taa
Pendengaran
: dbn
Penciuman
: dbn
Pengecapan : dbn
Penglihatan
: dbn
Perabaan
: dbn
Lainnya
: --
Warna urine
: seperti teh.
Lainnya
: --
Tenggorokan
Abdomen
Rectum
: dbn
Bab
Obat pencahar : --
Lavement
: --
Lain-lain
: --
555
555
Extremitas
- Atas
- Bawah
- Tulang belakang
:dbn
Kulit:
- Warna kulit
- Akral
:hangat,
- Turgor
: baik
: --
Status klien dalam keluarga: ayah, seorang suami, kepala rumah tangga
Sumber kekuatan/harapan saat sakit: Tuhan, tenaga dokter dan perawat serta dukungan
keluarga.
Ritual agama yg berarti/diharapkan saat ini: dapat melaksanakan tuntunan dari pendeta
dengan baik (selama dirawat).
Sarana/peralatan/orang yg diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan
saat ini: lewat ibadah.
-
Pemeriksaan penunjang:
Tgl 14-10-2002
a.
Hb
b.
GDA : 79 mg/dl
c.
d.
BUN : 16 mg/dl
Leukosit : 10,8
e.
SC
Trombo : 76
f.
K+
: 4,53 mEg/dl
Albumin
: 6,89 g/dl
g.
Na+
: 147mEg/dl
Globulin
: 3,62 g/dl
h.
PCV- : 0,41
Terapi:
: 14 gr%
: 1,1mg/dl
Tgl 14-10-2002
a.
b.
Infus PZ 0,9
c.
Mefetran 3x1
d.
Ranitidin 2x1
ANALISA DATA:Data
Penyebab
Masalah
Anoreksia.
Ggn Pemenuhan
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1.
Data penunjang:
S: Klien mengatakan tidak ada selera makan dan perutnya mual.
O: Mukosa bibir kering, Muntah air ,Muka agak pucat, albumin 3,27 gr/dl.
2.
Data penunjang:
S: Klien mengeluh perutnya terasa penuh.
Data penunjang:
S: Klien dan keluarga banyak bertanya tentang pengobatan dan perawatan.
O: Wajah klien tampak murung, skala HARS: 7-8.
RENCANA INTERVENSI:
1.
Data penunjang:
S: Klien mengatakan tidak ada selera makan dan perutnya mual.
O: Mukosa bibir kering, muntah air,wajah agak pucat, albumin 3,27 gr/dl.
Tujuan: Setelah diberikan askep selama 3 hari, kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil: Klien dapat mengkonsumsi 1 porsi makanan yang disediakan.
Rencana tindakan:No Intervensi
1.
2.
3.
4.
5.
Rasional
Peningkatan tekanan intra abdominal akibat asites menekan saluran GI dan menurunkan
kapasitasnya.
Cairan dapat menurunkan nafsu makan dan masukan.
Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah bau dan rasa tak sedap yang
menurunkan nafsu makan.
Untuk mencukupi nutrisi intake harus adekuat.
2.
Data penunjang:
S: Klien mengeluh perutnya terasa penuh.
O: Asites (+), albumin 3,27 gr/dl, oedema ekstremitas bawah (+).
Tujuan: Setelah diberikan askep selama 3 hari, volume cairan stabil.
Kriteria hasil: tidak terdapat perluasan oedema.
Rencana tindakan:No Intervensi
1.
2.
Rasional
3.
4.
5.
6.
3.
Data penunjang:
S: Klien dan keluarga banyak bertanya tentang pengobatan dan perawatan.
Rasional
1.
2.
3.
4.
IMPLEMENTASI:Tanggal
14-10-2002
10.00
No Dx. Kep
Implementasi
10.30
10.40
Dx.No. 1
Dx No. 2
Dx. No 3
-
- Menganjurkan tidak minum banyak sebelum dan sesudah makan.Menganjurkan kumurkumur sebelum makan.
- Memantau seberapa banyak makanan yang dikonsumsi klien: porsi, minum gelas
(100 cc).
-
Membantu saat klien makan, habis porsi dan minum gelas (100 cc).
Membantu saat klien makan: diet TKRP RG habis 1 porsi dengan dimakan 3x tahapan.
- Menganjurkan keluarga untuk mencatat jumlah minum dan jumlah kencing selama 24
jam.
-
Melakukan obs gejala cardinal: T: 100/70 mmHg, N; 100 x/mnt; RR: 24 x/mnt; S: 360C.
Memantau intake minum 0 cc, infus 300 cc, jumlah urine 300 cc.
Melakukan obs gejala cardinal: T: 100/70 mmHg, N: 100 x/mnt, RR; 40 x/mnt; S: 360C.
Mengkaji dukungan: istri dan anaknya sangat memberikan dukungan selama klien sakit.
EVALUASI KEPERAWATAN:Tanggal
1.
2.
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
3.