Anda di halaman 1dari 86

Sabtu, 19 Januari 2013

LP SIROSIS HEPATIS
A.

Pengertian

Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan
jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel
hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat
penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare,
2001).
B.

Etiologi

Ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :


1.
Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2.
Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3.
Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikulus biliaris
dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu baru. Dengan
demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama terdiri atas saluran
empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut.
C.

Manifestasi Klinis

Penyakit ini mencakup gejala ikterus dan febris yang intermiten.


Pembesaran hati. Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-selnya
dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat
diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati
yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati
(kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang
setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi,
permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler).
Obstruksi Portal dan Asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi
hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organorgan digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Karena hati
yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut
akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-

organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut
akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien
dengan keadaan semacam ini cenderung menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan
pasien secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal
ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan.
Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial
menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi
terhadap wajah dan keseluruhan tubuh.
Varises Gastrointestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan
fibrofik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal
dan pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam pernbuluh darah dengan
tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan
distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen
(kaput medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal. Esofagus,
lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan
pembuluh darah kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises atau
temoroid tergantung pada lokasinya.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi akibat
sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan.
Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui perdarahan yang nyata
dan tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Kurang lebih 25% pasien akan mengalami
hematemesis ringan; sisanya akan mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada
lambung dan esofagus.
Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis.
Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema.
Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi
kalium.
Defisiensi Vitamin dan Anemia. Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin
tertentu yan tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda defisiensi
vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan
dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersamasama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia
yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien
yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk
melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Kemunduran Mental. Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan
ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu
dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif,
orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara.

D.

Patofisiologi

Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi
paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan
asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang
berlebihan merupakan faktor penyebab utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang
ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak
memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi
alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida,
naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak
daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan sel-sel hati
dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang dihancurkan itu
secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang melampaui jumlah jaringan hati
yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil
regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik
memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang
khas.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus dan perjalanan penyakit yang sangat
panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun/lebih.
E.

Proses Keperawatan Pada Pasien Sirosis Hepatis

Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan riwayat faktor-faktor pencetus,
khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan
makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita. Pola penggunaan
alkohol yang sekarang dan pada masa lampau (durasi dan jumlahnya) dikaji serta dicatat.
Yang juga harus dicatat adalah riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja atau
selama melakukan aktivitas rekreasi. Pajanan dengan obat-obat yang potensial bersifat
hepatotoksik atau dengan obat-obat anestesi umum dicatat dan dilaporkan.
Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan pasien; orientasi terhadap
orang, tempat dan waktu harus diperhatikan. Kemampuan pasien untuk melaksanakan
pekerjaan atau kegiatan rumah tangga memberikan informasi tentang status jasmani dan
rohani. Di samping itu, hubungan pasien dengan keluarga, sahabat dan teman sekerja dapat
memberikan petunjuk tentang kehilangan kemampuan yang terjadi sekunder akibat
meteorismus (kembung), perdarahan gastrointestinal, memar dan perubahan berat badan
perlu diperhatikan.

Status nutrisi yang merupakan indikator penting pada sirosis dikaji melalui penimbangan
berat yang dilakukan setiap hari, pemeriksaan antropometrik dan pemantauan protein plasma,
transferin, serta kadar kreatinin.
Intervensi Keperawatan Rasional

Hasil yang diharapkan

Diagnosa Keperawatan : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan


berat badan.
Tujuan

: peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas.

1. Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).


2.

Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)

3.

Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat

4. Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang
ditingkatkan secara bertahap
1.

Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.

2.

Memberikan nutrien tambahan.

3. Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam
batas toleransi pasien.
4. Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri
peningkatan kekuatan dan kesehatan pasien.

Melaporkan

Merencanakan aktivitas untuk memberikan kesempatan istirahat yang cukup.

Meningkatkan aktivitas dan latihan bersamaan dengan bertambahnya kekuatan.

Memperlihatkan asupan nutrien yang adekuat dan menghilangkan alkohol dari diet.

Diagnosa keperawatan
inflamasi pada sirosis.

: perubahan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan proses

Tujuan

: pemeliharaan suhu tubuh yang normal.

1.

Catat suhu tubuh secara teratur.

2.

Motivasi asupan cairan

3.

Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh.

4.

Berikan antibiotik seperti yang diresepkan.

5.

Hindari kontak dengan infeksi.

6. Jaga agar pasien dapat beristirahat sementara suhu tubuhnya tinggi.


dasar untuk deteksi hati dan evaluasi intervensi.

1.

Memberikan

2. Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat
kenyamanan pasien.
3. Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan tingkat
kenyaman pasien.
4.

Meningkatkan konsentrasi antibiotik serum yang tepat untuk mengatasi infeksi.

5.

Meminimalkan resiko peningkatan infeksi, suhu tubuh serta laju metabolik.

6. Mengurangi laju metabolik.

Melaporkan suhu tubuh yang normal dan tidak


terdapatnya gejala menggigil atau perspirasi.

Memperlihatkan asupan cairan yang adekuat.

Diagnosa keperawatan
edema.

: gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan

Tujuan
mengalami edema.

: memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan yang

1.

Batasi natrium seperti yang diresepkan.

2.

Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.

3.

Balik dan ubah posisi pasien dengan sering.

4. Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari.
5.

Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematus.

6.

Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya.

1.

Meminimalkan pembentukan edema.

2. Jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap
tekanan serta trauma.
3.

Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema.

4. Memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi serta
kehilangan cairan dengan cara yang paling baik.
5.

Meningkatkan mobilisasi edema.

6. Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan benar.
Memperlihatkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubun.

Tidak memperlihatkan luka pada kulit.

Memperlihatkan jaringan yang normal tanpa gejala eritema, perubahan warna atau
peningkatan suhu di daerah tonjolan tulang.

Mengubah posisi dengan sering.

Diagnosa keperawatan : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status
imunologi yang terganggu.
Tujuan
1.

: Memperbaiki integritas kulit dan meminimalkan iritasi kulit.

Observasi dan catat derajat ikterus pada kulit dan sklera.

2. Lakukan perawatan yang sering pada kulit, mandi tanpa menggunakan sabun dan
melakukan masase dengan losion pelembut (emolien).
3.

Jaga agar kuku pasien selalu pendek.

1.

Memberikan dasar untuk deteksi perubahan dan evaluasi intervensi.

2.

Mencegah kekeringan kulit dan meminimalkan pruritus.

3. Mencegah ekskoriasi kulit akibat garukan.


tanpa terlihat luka atau infeksi.

Memperlihatkan kulit yang utuh

Melaporkan tidak adanya pruritus.

Memperlihatkan pengurangan gejala ikterus pada kulit dan sklera.

Menggunakan emolien dan menghindari pemakaian sabun dalam menjaga higiene seharihari.
Diagnosa keperawatan : Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
Tujuan
1.

: Perbaikan status nutrisi.

Motivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan.

2. Tawarkan makan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.


3.

Hidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik dalam penyajiannya.

4.

Pantang alkohol.

5.

Pelihara higiene oral sebelum makan.

6.

Pasang ice collar untuk mengatasi mual.

7.

Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.

8.

Motivasi peningkatan asupan cairan dan latihan jika pasien melaporkan konstipasi.

9. Amati gejala yang membuktikan adanya perdarahan gastrointestinal.


1.

Motivasi sangat penting bagi penderita anoreksia dan gangguan gastrointestinal.

2.

Makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh penderita anoreksia.

3.

Meningkatkan selera makan dan rasa sehat.

4. Menghilangkan makanan dengan kalori kosong dan menghindari iritasi lambung oleh
alkohol.
5.

Mengurangi citarasa yang tidak enak dan merangsang selera makan.

6.

Dapat mengurangi frekuensi mual.

7. Mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut yang mengurangi
selera makan dan keinginan terhadap makanan.
8. Meningkatkan pola defekasi yang normal dan mengurangi rasa tidakenak serta distensi
pada abdomen.
9. Mendeteksi komplikasi gastrointestinal yang serius.

Memperlihatkan asupan
makanan yang tinggi kalori, tinggi protein dengan jumlah memadai.

Mengenali makanan dan minuman yang bergizi dan diperbolehkan dalam diet.

Bertambah berat tanpa memperlihatkan penambahan edema dan pembentukan asites.

Mengenali dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering.

Melaporkan peningkatan selera makan dan rasa sehat.

Menyisihkan alkohol dari dalam diet.

Turut serta dalam upaya memelihara higiene oral sebelum makan dan menghadapi mual.

Menggunakna obat kelainan gastrointestinal seperti yang diresepkan.

Melaporkan fungsi gastrointestinal yang normal dengan defekasi yang teratur.

Mengenali gejala yang dapat dilaporkan: melena, pendarahan yang nyata.

Diagnosa keperawatan : Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan


mekanisme pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.
Tujuan

: Pengurangan resiko cedera.

1. Amati setiap feses yang dieksresikan untuk memeriksa warna, konsistensi dan
jumlahnya.

2.

Waspadai gejala ansietas, rasa penuh pada epigastrium, kelemahan dan kegelisahan.

3.

Periksa setiap feses dan muntahan untuk mendeteksi darah yang tersembunyi.

4.

Amati manifestasi hemoragi: ekimosis, epitaksis, petekie dan perdarahan gusi.

5.

Catat tanda-tanda vital dengan interval waktu tertentu.

6.

Jaga agar pasien tenang dan membatasi aktivitasnya.

7.

Bantu dokter dalam memasang kateter untuk tamponade balon esofagus.

8.

Lakukan observasi selama transfusi darah dilaksanakan.

9.

Ukur dan catat sifat, waktu serta jumlah muntahan.

10. Pertahankan pasien dalam keadaan puasa jika diperlukan.


11. Berikan vitamin K seperti yang diresepkan.
12. Dampingi pasien secara terus menerus selama episode perdarahan.
13. Tawarkan minuman dingin lewat mulut ketika perdarahan teratasi (bila diinstruksikan).
14. Lakukan tindakan untuk mencegah trauma :
a.

Mempertahankan lingkungan yang aman.

b.

Mendorong pasien untuk membuang ingus secara perlahan-lahan.

c.

Menyediakan sikat gigi yang lunak dan menghindari penggunaan tusuk gigi.

d. Mendorong konsumsi makanan dengan kandungan vitamin C yang tinggi.


e.

Melakukan kompres dingin jika diperlukan.

f.

Mencatat lokasi tempat perdarahan.

g.

Menggunakan jarum kecil ketika melakukan penyuntikan.

15. Berikan obat dengan hati-hati; pantau efek samping pemberian obat.
1.

Memungkinkan deteksi perdarahan dalam traktus gastrointestinal.

2.

Dapat menunjukkan tanda-tanda dini perdarahan dan syok.

3.

Mendeteksi tanda dini yang membuktikan adanya perdarahan.

4.

Menunjukkan perubahan pada mekanisme pembekuan darah.

5.

Memberikan dasar dan bukti adanya hipovolemia dan syok.

6.

Meminimalkan resiko perdarahan dan mengejan.

7.
Memudahkan insersi kateter kontraumatik untuk mengatasi perdarahan dengan segera
pada pasien yang cemas dan melawan.
8.
Memungkinkan deteksi reaksi transfusi (resiko ini akan meningkat dengan pelaksanaan
lebih dari satu kali transfusi yang diperlukan untuk mengatasi perdarahan aktif dari varises
esofagus)
9.

Membantu mengevaluasi taraf perdarahan dan kehilangan darah.

10. Mengurangi resiko aspirasi isi lambung dan meminimalkan resiko trauma lebih lanjut
pada esofagus dan lambung.
11. Meningkatkan pembekuan dengan memberikan vitamin larut lemak yang diperlukan
untuk mekanisme pembekuan darah.
12. Menenangkan pasien yang merasa cemas dan memungkinkan pemantauan serta deteksi
terhadap kebutuhan pasien selanjutnya.
13. Mengurangi resiko perdarahan lebih lanjut dengan meningkatkan vasokontriksi
pembuluh darah esofagus dan lambung.
14. Meningkatkan keamanan pasien.
a. Mengurangi resiko trauma dan perdarahan dengan menghindari cedera, terjatuh,
terpotong, dll.
b.

Mengurangi resiko epistaksis sekunder akibat trauma dan penurunan pembekuan darah.

c.

Mencegah trauma pada mukosa oral sementara higiene oral yang baik ditingkatkan.

d. Meningkatkan proses penyembuhan.


e.

Mengurangi perdarahan ke dalam jaringan dengan meningkatkan vasokontriksi lokal.

f. Memungkinkan deteksi tempat perdarahan yang baru dan pemantauan tempat perdarahan
sebelumnya.
g.

Meminimalkan perambesan dan kehilangan darah akibat penyuntikan yang berkali-kali.

15. Mengurangi resiko efek samping yang terjadi sekunder karena ketidakmampuan hati
yang rusak untuk melakukan detoksifikasi (memetabolisasi) obat secara normal.

Tidak memperlihatkan adanya perdarahan yang nyata dari traktus gastrointestinal.

Tidak memperlihatkan adanya kegelisahan, rasa penuh pada epigastrium dan indikator
lain yang menunjukkan hemoragi serta syok.

Memperlihatkan hasil pemeriksaan yang negatif untuk perdarahan tersembunyi


gastrointestinal.

Bebas dari daerah-daerah yang mengalami ekimosis atau pembentukan hematom.

Memperlihatkan tanda-tanda vital yang normal.

Mempertahankan istirahat dalam keadaan tenang ketika terjadi perdarahan aktif.

Mengenali rasional untuk melakukan transfusi darah dan tindakan guna mengatasi
perdarahan.

Melakukan tindakan untuk mencegah trauma (misalnya, menggunakan sikat gigi yang
lunak, membuang ingus secara perlahan-lahan, menghindari terbentur serta terjatuh,
menghindari mengejan pada saat defekasi).

Tidak mengalami efek samping pemberian obat.

Menggunakan semua obat seperti yang diresepkan.

Mengenali rasional untuk melakukan tindakan penjagaan dengan menggunakan semua


obat.
Diagnosa keperawatan : Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hati yang
membesar serta nyeri tekan dan asites.
Tujuan

: Peningkatan rasa kenyamanan.

1.

Pertahankan tirah baring ketika pasien mengalami gangguan rasa nyaman pada abdomen.

2.

Berikan antipasmodik dan sedatif seperti yang diresepkan.

3. Kurangi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan. 1.


metabolik dan melindungi hati.

Mengurangi kebutuhan

2. Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan nyeri serta gangguan rasa nyaman
pada abdomen.
3. Memberikan dasar untuk mendeteksi lebih lanjut kemunduran keadaan pasien dan untuk
mengevaluasi intervensi.
4.

Meminimalkan pembentukan asites lebih lanjut.

Mempertahankan tirah baring dan mengurangi aktivitas ketika nyeri terasa.

Menggunakan antipasmodik dan sedatif sesuai indikasi dan resep yang diberikan.

Melaporkan pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman pada abdomen.

Melaporkan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman jika terasa.

Mengurangi asupan natrium dan cairan sesuai kebutuhan hingga tingkat yang
diinstruksikan untuk mengatasi asites.

Merasakan pengurangan rasa nyeri.

Memperlihatkan pengurangan rasa nyeri.

Memperlihatkan pengurangan lingkar perut dan perubahan berat badan yang sesuai.

Diagnosa keperawatan
pembentukan edema.

: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan

Tujuan

: Pemulihan kepada volume cairan yang normal.

1.

Batasi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan.

2.

Berikan diuretik, suplemen kalium dan protein seperti yang dipreskripsikan.

3.

Catat asupan dan haluaran cairan.

4.

Ukur dan catat lingkar perut setiap hari.

5. Jelaskan rasional pembatasan natrium dan cairan.


asites dan edema.

1.

Meminimalkan pembentukan

2. Meningkatkan ekskresi cairan lewat ginjal dan mempertahankan keseimbangan cairan


serta elektrolit yang normal.
3.

Menilai efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan.

4.

Memantau perubahan pada pembentukan asites dan penumpukan cairan.

5. Meningkatkan pemahaman dan kerjasama pasien dalam menjalani dan melaksanakan


pembatasan cairan.
Mengikuti diet rendah natrium dan pembatasan cairan seperti yang
diinstruksikan.

Menggunakan diuretik, suplemen kalium dan protein sesuai indikasi tanpa mengalami
efek samping.

Memperlihatkan peningkatan haluaran urine.

Memperlihatkan pengecilan lingkar perut.

Mengidentifikasi rasional pembatasan natrium dan cairan.

Diagnosa keperawatan : Perubahan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran


fungsi hati dan peningkatan kadar amonia.
Tujuan

: Perbaikan status mental.

1.

Batasi protein makanan seperti yang diresepkan.

2.

Berikan makanan sumber karbohidrat dalam porsi kecil tapi sering.

3.

Berikan perlindungan terhadap infeksi.

4.

Pertahankan lingkungan agar tetap hangat dan bebas dari angin.

5.

Pasang bantalan pada penghalang di samping tempat tidur.

6.

Batasi pengunjung.

7.

Lakukan pengawasan keperawatan yang cermat untuk memastikan keamanan pasien.

8.

Hindari pemakaian preparat opiat dan barbiturat.

9.

Bangunkan dengan interval.

1.

Mengurangi sumber amonia (makanan sumber protein).

2. Meningkatkan asupan karbohidrat yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan energi dan
mempertahankan protein terhadap proses pemecahannya untuk menghasilkan tenaga.
3.

Memperkecil resiko terjadinya peningkatan kebutuhan metabolik lebih lanjut.

4.

Meminimalkan gejala menggigil karena akan meningkatkan kebutuhan metabolik.

5.

Memberikan perlindungan kepada pasien jika terjadi koma hepatik dan serangan kejang.

6.

Meminimalkan aktivitas pasien dan kebutuhan metaboliknya.

7. Melakukan pemantauan ketat terhadap gejala yang baru terjadi dan meminimalkan
trauma pada pasien yang mengalami gejala konfusi.
8. Mencegah penyamaran gejala koma hepatik dan mencegah overdosis obat yang terjadi
sekunder akibat penurunan kemampuan hati yang rusak untuk memetabolisme preparat
narkotik dan barbiturat.
9. Memberikan stimulasi kepada pasien dan kesempatan untuk mengamati tingkat
kesadaran pasien.

Memperlihatkan perbaikan status mental.

Memperlihatkan kadar amonia serum dalam batas-batas yang normal.

Memiliki orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.

Melaporkan pola tidur yang normal.

Menunjukkan perhatian terhadap kejadian dan aktivitas di lingkungannya.

Memperlihatkan rentang perhatian yang normal.

Mengikuti dan turut serta dalam percakapan secara tepat.

Melaporkan kontinensia fekal dan urin.

Tidak mengalami kejang.

Diagnosa keperawatan : Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan
restriksi pengembangan toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam
rongga toraks.
Tujuan

: Perbaikan status pernapasan.

1. Tinggalkan bagian kepala tempat tidur.


2.

Hemat tenaga pasien.

3.

Ubah posisi dengan interval.

4.

Bantu pasien dalam menjalani parasentesis atau torakosentesis.

a.

Berikan dukungan dan pertahankan posisi selama menjalani prosedur.

b.

Mencatat jumlah dan sifat cairan yang diaspirasi.

c. Melakukan observasi terhadap bukti terjadinya batuk, peningkatan dispnu atau frekuensi
denyut nadi. 1. Mengurangi tekanan abdominal pada diafragma dan memungkinkan
pengembangan toraks dan ekspansi paru yang maksimal.
2.

Mengurangi kebutuhan metabolik dan oksigen pasien.

3.

Meningkatkan ekspansi (pengembangan) dan oksigenasi pada semua bagian paru).

4. Parasentesis dan torakosentesis (yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari rongga
toraks) merupakan tindakan yang menakutkan bagi pasien. Bantu pasien agar bekerja sama
dalam menjalani prosedur ini dengan meminimalkan resiko dan gangguan rasa nyaman.
b. Menghasilkan catatan tentang cairan yang dikeluarkan dan indikasi keterbatasan
pengembangan paru oleh cairan.
c. Menunjukkan iritasi rongga pleura dan bukti adanya gangguan fungsi respirasi oleh
pneumotoraks atau hemotoraks (penumpukan udara atau darah dalam rongga pleura).

Mengalami perbaikan status pernapasan.

Melaporkan pengurangan gejala sesak napas.

Melaporkan peningkatan tenaga dan rasa sehat.

Memperlihatkan frekuensi respirasi yang normal (12-18/menit) tanpa terdengarnya suara


pernapasan tambahan.

Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernapasan dangkal.

Memperlihatkan gas darah yang normal.

Tidak mengalami gejala konfusi atau sianosis.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana
asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: FKUI.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.

Selasa, 13 September 2011


LP Sirosis Hepatis
LAPORAN PENDAHULUAN
SIROSIS HEPATIS
I. Konsep Dasar Penyakit
A.

Definisi

Sirosis hepatis adalah stadium akhir dari penyakit hati, yang menahun dimana secara
anatomis didapatkan proses fibrosis dengan pembentukan nodul regenerasi dan nekrosis.
(Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001)
Sirosis hepatis adalah penyakit kronik hati yang dikarakteristikkan oleh gangguan struktur
dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi seluler, dan selanjutnya aliran darah ke hati
(Doenges, dkk, 2000, hal: 544).
B. Etiologi
Beberapa penyebab dari sirosis hepatis yang sering adalah :
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus hepatitis
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatica
5. Penyakit ewlson

6. Hemok romatosis
7. Zat toksik
C. Manifestasi klinis.
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya
kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan tanda dan gejala sebagai berikut
(Mansjoer, 1999)
1.
Gejala-gejala gastrointestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah, dan
diare.
2.

Demam, berat badan turun, lekas lelah.

3.

Asites hidrotoraks dan edema.

4.

Ikterus, kadang-kadang urine menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.

5.

Hepatomogali.

6.

Kelainan edokrin yang merupakan tanda dari

D.

Patofisiologi,

Penyebab dari sirosis hepatis seperti, malnutrisi, alkoholisme, virus hepatitis, penyakit
welson, hemokromatosis, zat toksik , kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena
hepatica. Mengakibatkan hepatitis, dari hepatitis yang akur mengakibatkan sirosis hepatis,
yaitu stadium akhir dari penyakit hati
Sirosis hepatic bisa menimbulkan
1.
Kegagalan prikim hati, mengakibatkan mual-mual, nafsu makan menurun kelemahan
otot, cepat lelah. Serta mengakibatkan perubahan nutrisi, dari sini bisa menimbulkan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.
Hipertensi, mengakibatkan varises esophagus, dari situ mengakibatkan tekanan
meningkat, dan pembuluh darah pecah, serta terjadi melena dan menimbulkan gangguan
perpusi jaringan
3. Asites mengakibatkan penekanan diafragma terus ruang paru-paru menyempit terjadi
sesak nafas. Dan menimbulkan gangguan pola nafas.
4.
Ensefalopati mengakitbatkan kesadaran menurun serta menimbulkan kerusakan
komunikasi.
Penyebab
Hepatitis
Sirosis hepatis

Kegagalan

Hipertensi

Asites

Ensefalopati

parenkim hati

Mual mual,

Varises Esophagus

Penekanan diafragma

Kesadaran

Nafsu makan menurun,


Kelemahan Otot,
Cepat Lelah

Ruang paru
Tekanan meningkat

menyempit

Kerusakan

Komunikasi
Perubahan

Nutrisi

Sesak Napas

Pembuluh darah

Pecah

Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit

Gangguan Pola
Melena

Napas

Gangguan perfusi jaringan

( Sumber :
E.

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik.
-

skan / biopsy hati : mendeteksi infiltrate lemat, fibrosis, kerusakan jaringan hati.

Kolesistografi/kolangiografi : memperlihatkan penyakit duktis empedu, yang mungkin


sebagai factor pridisposisi.
-

Esofagoskopi : dapat menunjukkan adanya varises esofagur

Portografi : transhepatik perkutaneus, memperlihatkan sirkulasi system vena portal

Bilirubin serum : meningkat karma gangguan seluler, ketidak mampuan hati untuk
mengkonjugasi, atau obstruksi bilier.
AST (SBOT) ALT (SGPT). LDH : meningkat karena kerusakan seluler dan
menularkan enzim.
-

Alkalin fosfatase : meningkat karena penurunan ekskresi

Albumin serum : menurun karena penekanan sintesis

Giobulin (1 g A dan 1 g B) : peningkatan sintesis

Darah lengkap : Hb/Ht dan SDM mungkin menurun kara pendarahan kerusakan SDM
dan anemia terlihat dengan hipersplenisme dan defesiensi besi, vukopenia mungkin ada
sebagai akibat hipers plenesme
-

Masa Protrumbin /PTT : memanjang (penurunan sistensis protrombin)

Fibrinogen : menurun

Buru : meningkat menunjukan kerusakan darah/protein

Amonia surum : meningkat karena ketidak mampuan untuk terobah dari ammonia
menjadi urea
-

Glukosa serum : hipoukemia diduga mengganggu glikogenesis

Urobilinogen fekal : menurunkan ekresi

Elektrolit : hipokolenia menunjukkan peningkatan aldosteron, meskipun berbagi


ketidak seimbangan dapat terjadi
-

Kalsium : mungkin menurun sehubungan dengan gangguan absorsi vitamin D

Pemeriksaan Nukrien : defisiensi vitamin A, B12, C, K, asam folat dan mungkin besi

Urobilinogen urine : ada/takada, bertindak sebagai petunjuk untuk membedakan


penyakit hati, penyakit hemolitik, dan obstruksi bilier
F.

Pemeriksaan Penunjang

- Urine

: Bila ada ikterus, urobilin dan bilirubin menjadi positif

- Feses

: Ada perdarahan maka test benzidin positif

- Darah

: Dapat timbul anemia, hpoalbumin, hiponatrium

- Test faal hati


G.
a.

Penatalaksanaan
Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.

b.
Diet rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg BB, 55 gr protein, 2.000 kalori). Bila
ada asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1.000-2000 mg). Bila proses
tidak aktif diperlukan diet tinggi kalori (2.000-3000 kalori) dan tinggi protein (80-125
gr/hari).
Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein dalam makanan
dihentikan (diet hati II) untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit sesuai
toleransi dan kebutuhan tubuh. Pemberian protein yang melebihi kemampuan pasien atau
meningginya hasil metabolisme protein, dalam darah viseral dapat mengakibatkan timbulnya
koma hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup perlu diperhatikan.
c.
Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan yang jelas tidak
hepatotoksik.
d.
Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai
cabang dengan glukosa.
e.
Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang makan dan minum bahan yang
mengandung alkohol.
Penatalaksanaan asitesis dan edema adalah :
a.
Istirahat dan diet rendah garam. Dengan istirahat dan diet rendah garam (200-500 mg
perhari), kadang-kadang asitesis dan edema telah dapat diatasi. Adakalanya harus dibantu
dengan membatasi jumlah pemasukan cairan selama 24 jam, hanya sampai 1 liter atau
kurang.
b.
Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan diuretik berupa
spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hari bila setelah
3 4 hari tidak terdapat perubahan.

c.
Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi
medikamentosa yang intensif), dilakukan terapi parasentesis. Walupun merupakan cara
pengobatan asites yang tergolong kuno dan sempat ditinggalkan karena berbagai
komplikasinya, parasentesis banyak kembali dicoba untuk digunakan. Pada umunya
parasentesis aman apabila disertai dengan infus albumin sebanyak 6 8 gr untuk setiap liter
cairan asites. Selain albumin dapat pula digunakan dekstran 70 % Walaupun demikian untuk
mencegah pembentukan asites setelah parasentesis, pengaturan diet rendah garam dan
diuretik biasanya tetap diperlukan.
d.
Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1 kg/hari. Hatihati bila cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam suatu saat, dapat mencetuskan ensefalopati
hepatik.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A.

Pengkajian

Data yang ditemukan pada sirosis hepatis adalah : (Doengos, 1999)


-

Aktivitas / Istirahat

Gejala

: Kelemahan, kelelahan terlalu lelah.

Tanda

: Letargi (gelisah)

Penurunan massa otot/tonus. (atropi)


- Sirkulasi
Gejala

: Riwayat GJK kronis, perikanditis, penyakit jantung reumatik, kanker


(malfungsi hati menimbulkan gagal hati)

- Elrminasi
Gejala

: Flatus

Tanda

: Distensi abdomen (hepotomegali, splenomegali, asites).

Penurunan/tak adanya bising usus


Melena (pendarahan)
Urine gelap, pekat
- Makanan/Cairan
Gejala

: Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tak dapat mencerna


mual/muntah

Tanda

: Penurunan berat badan atau peningkatan (cairan)

Penggunaan jaringan
Edema umumnya pada jaringan
Kulit kering, turgor buruk
Ikterik angioma spider
Napas berbau/fetor hepatikus, pendarahan guso
- Neurosensori
Gejala

: Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan

Mental
Tanda

: Peruhan mental, bingung halusinasi, koma.

Bicara lambat/tak jelas.


Asterik (ensefalofati hepatic)
- Nyeri/Kenyamanan
Gejala

: Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas

Tanda

: Prilaku berhati-hati/distraksi

Fokus pada diri sendiri


- Pernapasan
Gajala

: Dispepneu (henti napas)

Tanda

: Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan

Ekspansi paru terbatas (asites)


Hipoksia
- Keamanan
Gejala

: Pruritas (gatat)

Tanda

: Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik)

Ikterik, ekimosis, petekie


- Seksualitas
Gejala

: Gangguan menstruasi, impotent

Tanda
B.

: atrafi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan pubis)

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Yang Mungkin Muncul adalah :


1.

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

Kriteria hasil

: Pemeliharaan suhu tubuh yang normal (36 - 37 C).

Intervensi

1)

Catat suhu tubuh secara teratur.

Rasional. : Memberikan dasar untuk deteksi hati dan evaluasi intervensi.


2)

Motivasi asupan cairan.

Rasional : Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan
tingkat kenyamanan pasien.
3)

Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh.

Rasional : Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan
tingkat kenyamanan pasien.
4)

Berikan antibiotik seperti yang diresepkan.

Rasional
5)

Hindari kontak dengan infeksi.

Rasional
6)

: Meminimalkan resiko peningkatan infeksi, suhu tubuh, serta laju metabolik.

Jaga agar pasien dapat beristirahat sementara suhu tubuhnya tinggi.

Rasional
2.

: Meningkatkan konsentrasi antibiotik serum yang tepat untuk mengatasi infeksi.

: Mengurangi laju metabolik.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.

Kriteria hasil : Volume cairan tubuh stabil, dengan keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal, dan tidak ada edema atau
asites.
Intervensi
1)

Batasi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan.

Rasional
2)

: Meminimalkan pembentukan asites dan edema.

Berikan diuretik, suplemen kalium dan protein seperti yang dipreskripsikan.

Rasional : Meningkatkan eksresi cairan lewat ginjal dan mempertahankan keseimbangan


cairan serta elektrolit yang normal.
3)

Catat asupan dan haluaran cairan.

Rasional
4)

Ukur dan catat lingkar perut setiap hari.

Rasional
5)

: Menilai efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan.

: Memantau perubahan pada pembentukan asites dan penumpukan cairan.

Jelaskan rasional pembatasan natrium dan cairan.

Rasional : Meningkatkan pemahaman dan kerjasama pasien dalam menjalani dan


melaksanakan pembatasan cairan.
3.

Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

Kriteria hasil

: Laporan nyeri hilang atau terkontrol.

Intervensi

1)
Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lama, intensitas (skala 0 - 10) dan karakteristiknya
(dangkal, tajam, konstan).
Rasional : Perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan
terjadinya komplikasi.
2)

Pertahankan posisi semi - Fowler sesuai indikasi.

Rasional
3)

Berikan analgesik seperti yang diresepkan.

Rasional
4)

: Membantu meminimalkan nyeri karena gerakan.

: Menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan.

Berikan antiemetik seperti yang diresepkan.

Rasional

: Menurunkan mual atau muntah, yang dapat meningkatkan nyeri abdomen.

5)
Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, napas dalam, latihan relaksasi
atau visualisasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan mungkin meningkatkan kemampuan koping pasien
dengan memfokuskan kembali perhatian.
6)
Berikan perawatan mulut dengan sering. Hilangkan rangsangan lingkungan yang tidak
menyenangkan.
Rasional : Menurunkan mual atau muntah, yang dapat meningkatkan tekanan atau nyeri
intraabdomen.

4.
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan gastrointestinal.
Kriteria hasil
nutrisi baik.

: Peningkatan berat badan progresif mencapai tujuan dengan nilai status

Intervensi

1)

Motivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan.

Rasional
2)

Tawarkan makanan dengan porsi sedikit tetapi sering.

Rasional
3)

: Menghindari iritasi lambung oleh alkohol.

Pelihara hygiene oral sebelum makan.

Rasional
6)

: Meningkatkan selera makan dan rasa sehat.

Pantang alkohol.

Rasional
5)

: Makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh penderita anoreksia.

Hidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik dalam penyajiannya.

Rasional
4)

: Motivasi sangat penting bagi penderita anoreksia dan gangguan gastrointestinal.

: Mengurangi citarasa yang tidak enak dan merangsang selera makan.

Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.

Rasional : Mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut yang
mengurangi selera makan dan keinginan terhadap makanan.
7)

Motivasi peningkatan asupan cairan dan latihan jika pasien melaporkan konstipasi.

Rasional : Meningkatkan pola defekasi yang normal dan mengurangi rasa tidak enak serta
distensi pada abdomen.
8)

Amati gejala yang membuktikan adanya perdarahan gastrointestinal.

Rasional

: Mendeteksi komplikasi gastrointestinal yang serius.

5.
Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, gangguan faktor pembekuan
darah, dan gangguan mekanisme sirkulasi.
Kriteria hasil

: Pengurangan resiko cedera.

Intervensi

1) Amati setiap feses yang di eksresikan untuk memeriksa warna, konsistensi dan
jumlahnya.

Rasional
2)

Waspadai gejala ansietas, rasa penuh pada epigastrium, kelemahan dan kegelisahan.

Rasional
3)

: Dapat menunjukkan tanda - tanda dini perdarahan dan syok.

Periksa setiap feses dan muntahan untuk mendeteksi darah yang tersembunyi.

Rasional
6.

: Memungkinkan deteksi perdarahan dalam traktus gastrointestinal.

: Mendeteksi tanda dini yang membuktikan adanya perdarahan.

Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen.

Kriteria hasil : Mempertahankan pola napas yang efektif bebas dispnea dan sianosis
dengan nilai kapasitas vital dalam rentang normal.
Intervensi
1)

Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan.

Rasional : Pernapasan dangkal cepat (dispnea) mungkin ada sehubungan dengan hipoksia
dan akumulasi cairan dalam abdomen.
2)

Auskultasi bunyi napas, catat mengi, ronki.

Rasional
3)

: Menunjukkan terjadinya komplikasi.

Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring.

Rasional : Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan


meminimalkan ukuran aspirasi sekret.
4) Awasi suhu. Catat adanya menggigil, meningkatnya batuk, perubahan warna atau
karakter sputum.
Rasional
5)

: Menunjukkan timbulnya infeksi, contoh pneumonia.

Bantu pasien dalam menjalani parasentesis atau torakosentesis.

Rasional : Parasentesis dan torakosentesis (yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari
rongga toraks) merupakan tindakan yang menakutkan bagi pasien. Bantu pasien agar
bekerjasama dalam menjalani prosedur ini dengan meminimalkan resiko dan gangguan rasa
nyaman.
7.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Kriteria hasil

: Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas.

Intervensi

1)

Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).

Rasional

: Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.

2)

Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K).

Rasional
3)

: Memberikan nutrien tambahan.

Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat.

Rasional : Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan
dalam batas toleransi pasien.
4)
Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang
ditingkatkan secara bertahap.
Rasional
8.

: Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri.

Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.

Kriteria hasil

: Pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri pada situasi yang ada.

Intervensi

1)
Diskusikan situasi atau dorong pernyataan takut atau masalah. Jelaskan hubungan
antara gejala dengan asal penyakit.
Rasional : Pasien sangat sensitive terhadap perubahan tubuh dan juga mengalami perasaan
bersalah bila penyebab berhubungan dengan alkohol (80 %) atau penggunaan obat lain.
2)

Dukung dan dorong pasien; berikan perawatan dengan positif, perilaku bersahabat.

Rasional : Pemberi perawatan kadang - kadang memungkinkan penilaian perasaan untuk


mempengaruhi perawatan pasien dan kebutuhan untuk membuat upaya yang membantu
pasien merasakan nilai pribadi.
3)
Dorong keluarga atau orang terdekat untuk menyatakan perasaan, berkunjung atau
berpartisipasi pada perawatan.
Rasional : Anggota keluarga dapat merasa bersalah tentang kondisi pasien dan takut
terhadap kematian. Kebutuhan dukungan emosi tanpa penilaian dan bebas mendekati pasien,
partisipasi pada perawatan membantu mereka merasa berguna dan meningkatkan
kepercayaan antara staf, pasien dan orang terdekat.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth .Buku Ajar Keperawatan Medikal - Bedah. Vol. 2. EGC. Jakarta.
Dongoes, Marilynn. E. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Ketiga Jilid 1. 2001. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Smeltzer, Suzanne C, dkk. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 2. Edisi 8. Jakarta.


Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.
Jumat, 02 November 2012
Askep Sirosis Hati

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. MS DENGAN DIAGNOSA MEDIS SIROSIS HEPATIS

No. Register

: OO7985

Ruang

: Ruang Anggrek

Tanggal/Jan MRS

: 22 September 2012 (Jam 15.00)

Tanggal Pengkajian

: 23 September 2012

Diagnosa Medis

: Sirosis hepatis

1.

IDENTITAS

a.

Biodata Pasien

Nama

: Tn. MS

Alamat

: Jl.Cidodol No.34-Grogol selatan Kebayoran

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 41 Tahun

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Jawa barat/Indonesia

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Buruh

b.

Biodata Penanggung jawab

Nama

: Ny. M

Alamat

: Jl.Cidodol No.34-Grogol selatan Kebayoran

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 40 Tahun

Suku/Bangsa

: Jawa barat/Indonesia

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan px

: Istri pasien

2.
a.

RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama

Pasien mengatakan mual.

b.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh perutnya sakit dan begah seperti ditusuk-tusuk dan terasa penuh di perut
bagian kanan atas sehingga pasien sulit untuk bergerak dan berkurang rasa sakitnya apabila
dibuat duduk dalam posisi semifowler. Rasa sakit itu muncul apabila pasien duduk dan saat
melakukan aktifitas terlalu berat sehingga pasien hanya berada di atas tempat tidur sepanjang
hari. Pasien mengatakan rasa sakitnya sudah dirasakan sejak 2 minggu lalu tanggal 6
september 2012, namun rasa sakitnya tidak dapat ditahan lagi mulai tiga hari sebelum masuk
rumah sakit yakni tanggal 19 September 2012. Pasien juga mengeluh mual dan tidak nafsu
makan serta nyeri di daerah perut. Nyeri pasien terkaji pada skala nyeri 7 (nyeri berat
terkontrol) menurut skala Smeltzer (0-10). Nyeri muncul saat pasien bergerak dan
beraktifitas, sehingga pasien hanya berbaring di tempat tidur. Nyeri itu muncul saat pasien
mulai kesulitan makan karena mual. Pasien juga mengatakan saat malam sering sesak napas
karena perutnya yang semakin membesar sehingga sulit digunakan untuk bernafas dan akan
berkurang jika pasien duduk dalam posisi semifowler. Sesak nafas itu selalu terjadi saat
malam hari dan sangat mengganggu aktifitas. Rasa sakitnya sangat dirasakan pasien terutama
di daerah dada dan paru-paru. Gejala di mulai sejak 2 minggu lalu sebelum pasien masuk
rumah sakit atau tepatnya tanggal 6 september 2012.

c.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan punya riwayat penyakit kuning 6 bulan yang lalu yakni sekitar bulan
Maret 2012 dan dirawat di RS Cilegon. Pasien juga mengatakan selama ini telah
mengkonsumsi obat-obatan seperti : Lactolac 3x CI, Sucralent 3 x CI, Spironolakton 4x25
mh/hari, dan Furosemid.

d.

Riwayat Penyakit Keluarga

Istri pasien mengatakan bahwa keluarghanya tidak ada yang mempunyai penyakit menurun
dan menular.

3.

POLA AKTIVITAS SEHARI-HARIAktivitas Di Rumah

1.

Pemenuhan NutrisiCairan

Di Rumah Sakit

Makan 3 x sehari,

Porsi - 1 piring/ makan dengan menu nasi, Lauk pauk dan sayur.
Minum: 6-10 gelas perhari
Jenis minuman: air putih, teh,kopi, ramuan jamu
sehari.
2.

Pemenuhan Eliminasi

Makanan cair hangat sebanyak 3 kali

BAK: volume tidak

teridentifikasi
Warnanya seperti teh pekat dan berlangsung 2 minggu.
Frekwensi 15-17 kali/24 jam
Kesulitan tidak ada
BAB :frekwensi 1hari
Warna : kuning
Konsistensi lunak
Kesulitan tidak ada

BAK :Volume 1000 cc/24 jam

Warnanya seperti teh pekat


kesulitan tidak ada
BAB: Frekuensi 1 hari, warna pucat, konsistensi lunak dan kesulitan tidak ada.

3. tidur-istirahat

Siang tidak pernah tidur

Malam 6-7 jam mulai pukul 22.00 - 05.00 WIB


Siang 2-3 jam mulai pukul 12.00 15.00 WIB
malam : 6 7 jam mulai pukul 21.00-05.00 WIB
tapi pasien sering bangun karena perut terasa tidak enak (begah) dan terbaring lemas ditempat
tidur
4.Aktifitas
Pasien bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik kayu di desanya.
di rumah sakit hanya duduk-duduk dan berbaring.

Pasien saat

5. Personal Hygiene Pasien mandi 2x/hari, keramas 2 hari 1x, gosok gigi 2x/hari, ganti baju
2x/hari Pasien mandi dengan diseka 2x/hari, belum ketramas dan belum gosok gigi.
6. Ketergantungan
Pasien memiliki kebiasaan merokok dan sering minum jamu/obat
tradisional.
Pasien tidak melakukan kebiasaan merokok dan minum jamu, dan pasien
dapat mengikuti asuhan
keperawatan dengan baik

4. DATA PSIKOSOSIAL
a.

Status Emosi

Emosi klien stabil


b.

Konsep Diri

Body Image
tetap kooperatif

Self Ideal
normal.

:Klien tampak cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya namun


:Klien ingin cepat sembuh dan ingin dapat beraktifitas dengan

Self Esteam

:Klien merasa diperlakukan baik oleh dokter dan perawat

Role

:Klien merupakan seorang buruh

Self Identity
seorang buruh.
c.

Interaksi Sosial

:Klien seorang laki-laki berumur 41 tahun dan bekerja sebagai

Hubungan klien dengan keluarga, klien dengan perawat, dan klien dengan pasien lainnya
terjalin cukup baik.
d.

Spiritual

Di rumah sakit klien hanya berdoa dan memohon kesembuhan sambil berbaring ditempat
tidur.

5. PEMERIKSAAN FISIK
a.

Keadaan Umum : Cukup

b.

Kesadaran : Compos Mentis

c.

Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah = 100/60 mmHg

Suhu tubuh 375oC,

RR = 24X/menit

Nadi=96X/menit (regular)

BB sebelum sakit : 69 kg dan BB saat sakit : 58 kg, TB: 167cm, LILA :27 cm

d.

Kepala

Simetris, pusing, benjolan tidak ada. Rambut tumbuh merata dan tidak botak, rambut
berminyak dan tidak rontok

Wajah

Simetris, odema , otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak ada, Wajah
menyeringai dan meringgis karena kesakitan

Mata

Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemia, pupil isokor dan sklera ikterus
(berwarna kuning), reflek cahaya positif serta tajam penglihatan menurun.

Telinga

Tidak ada serumen, membran timpani dalam batas normal

Hidung

Deformitas (kelainan bentuk), mukosa, secret, bau, obstruksi, polip tidak ada, pernafasan
cuping hidung tidak ada.

Mulut

Tidak ada stomatitis dan mukosa bibir tampak kering.


e.

Leher

Fungsi menelan normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis, dan tidak ada kaku kuduk.
f.

Dada dan Thoraks

Inspeksi

: Bentuk dada simetris, dan napas dangkal

Palpasi

: tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

Perkusi

: suara paru : sonor

Auskultasi

: Terdapat ronchi

g.

Abdomen

Inspeksi

: Terdapat asites dan terlihat spider nevi

Auskultasi

:bising usus 17x/menit

Palpasi
:Nyeri tekan di daerah epigastrium dan didaerah sekitar organ hati saat di
palpasi terasa kenyal dan terdapat asites
Perkusi
h.

: Tympani

Ekstrimitas

Atas : Akral hangat, terpasang infus di tangan kanan, tidak ada luka ,dan tidak ada
kelumpuhan.

Bawah : tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada luka, dan tidak terpasang infus di kaki
kanan maupun kiri.
i.

Genetalia

Fungsi genetalia baik dan terpasang kateter.


j.

Integumen

Seluruh bagian tubuh terlihat kekuningan, kulit tampak kusam dan kering serta turgor kulit
menurun.
ANALISA DATA

NAMA

Tn. Ms

RUANG

: Anggrek

UMUR

:
41 tahun
PENGELOMPOKAN DATA ETIOLOGI

1.

Data Subyektif:

NO.REGISTRASI
MASALAH

: 007985NO.

- Pasien mengatakan sulit untuk bernapas


- Pasien mengatakan sesak napas
Data Obyektif:
-Pola pernafasan pasien tidak teratur dan bernafas dengan frekuensi cepat (takipnea).
-Pasien tampak mengalami pernapasan dangkal.
-Observasi TTV
RR : 24 X/menit.
TD:100/70 mmHg
N: 96 X/menit
S: 375 oC
Pengumpulan cairan intra abdomen, penurunan ekspansi paru akibat asites,
akumulasi secret.
Gangguan ketidakefektifan pola nafas.
2.

Data Subyektif:

-Pasien mengatakan mual jika makan


Data Obyektif:
-Pasien tidak bisa makan lewat oral
- BB sebelum sakit 69 kg dan saat sakit 58 kg

Intake kurang

Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh


3.

Data Subyektif:

- Pasien mengatakan perutnya semakin membesar dan terasa begah.


- Pasien mengatakan badan terasa lelah/ lemas.
- Pasien mengatakan sulit untuk bergerak.
- Pasien juga mengeluh perutnya sakit.
Data Obyektif:
- Pasien mengalami asites di daerah abdomen.

- Pasien terlihat cemas dan tidak nyaman dengan keadannya.


- Pasien terbaring lemas ditempat tidur.
- Pasien dengan turgor kulit menurun Terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan
plasma protein)
Gangguan keseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan normal
tubuh
4.
-

Data Subyektif:
Pasien mengatakan sakit pada perutnya jika ditekan.

Data Obyektif:
- pasien terlihat kesakitan
- abdomen terasa nyeri jika ditekan
- pasien terlihat tidak nyaman Spasme otot abdomen Gangguan rasa nyaman dan nyeri

5.

Data Subyektif:

-Pasien mengatakan air kencingnya berwarna seperti teh pekat


-Pasien mengatakan bahwa air kencingnya selalu berwarna seperti the dan feses pucat serta
sudah berlangsung sekitar dua minggu.
Data Obyektif:
-Kulit dan daerah mata (khusus Sklera) pasien tampak berwarna kekuningan (ikterus)
- Hasil laboratorium cek darah
Protein total : 4,6 g/dl ( N : 6,1-8,2 )
Albumin : 3.2 g/dl ( N : 3,8-5,0 )
Globulin : 1.4 g/dl ( N : 2,3-3,2 )
Bilirubin total : 2.7mg/dl ( N : 0,2-1,0 )
Bilirubin direk : 0.6 mg/dl ( N : 0-0,2 )
Bilirubin indirek : 2.1 mg/dl ( N : 0,2-0,8 )
SGOT : 57 u/l ( N : 5-40 )
SGPT : 57 u/l ( N : 5-41 )
- Kulit pasien tampak kusam dan kering.

-Turgor kulit pasien menurun


-Didaerah sekitar organ hati saat di palpasi terasa kenyal Peningkatan kadar bilirubin
dalam darah akibat peradangan
Gangguan Integritas kulit dan system perkemihan
(urinaria)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA
UMUR

: Tn.MS

RUANG

: 41 tahun
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN

: Anggrek

NO.REGISTRASI: 007985NO.

1.

23 September 2012 Gangguan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan


pengumpulan cairan intra abdomen, penurunan ekspansi paru akibat asites ,akumulasi sekret
berlebihan.
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan sulit untuk bernapas
-Pasien mengatakan sesak napas
Data Obyektif:
-Pola pernafasan pasien tidak teratur dan bernafas dengan frekuensi cepat (takipnea).
-Pasien tampak mengalami pernapasan dangkal.
-Observasi TTV
RR : 24 X/menit.
TD:100/70 mmHg
N: 96 X/menit S: 375 oC
2.
23 September 2012
intake yang kurang.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan

Data Subyektif:
-Pasien mengatakan mual jika makan
Data Obyektif:
-Pasien tidak bisa makan lewat oral
- BB sebelum sakit 69kg dan BB saat sakit 58kg
3.
24 September 2012 Gangguan keseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan
normal tubuh berhubungan dengan terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma
protein).
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan perutnya membesar dan terasa begah.
- Pasien mengatakan badan terasa lelah/lemas.
-Pasien mengatakan sulit untuk bergerak.
-Pasien juga mengeluh perutnya sakit.
Data Obyektif:
- Pasien mengalami asites di daerah abdomen.
- Pasien terlihat cemas dan tidak nyaman dengan keadannya.
- Pasien terbaring lemas ditempat tidur.
- Pasien dengan turgor kulit menurun
4.
25 September 2012
otot abdomen

Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan spasme

Data Subyektif:
-Pasien mengatakan sakit pada perutnya jika ditekan
Data Obyektif:
- Pasien terlihat kesakitan
- Abdomen terasa nyeri jika ditekan
- Pasien terlihat tidak nyaman
5.
26 September 2012 Gangguan Integritas kulit dan system perkemihan (urinaria)
berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin dalam darah akibat peradangan .
Data Subyektif:

-Pasien mengatakan air kencingnya berwarna seperti teh pekat


-Pasien mengatakan bahwa air kencingnya selalu berwarna seperti teh dan feses pucat serta
sudah berlangsung sekitar dua minggu.
Data Obyektif:
-Kulit dan daerah mata (khusus Sklera) pasien tampak berwarna kekuningan ( ikterus)

- Hasil laboratorium cek darah


Protein total : 4,6 g/dl ( N : 6,1-8,2 )
Albumin : 3.2 g/dl ( N : 3,8-5,0 )
Globulin : 1.4 g/dl ( N : 2,3-3,2 )
Bilirubin total : 2.7mg/dl ( N : 0,2-1,0 )
Bilirubin direk : 0.6 mg/dl ( N : 0-0,2 )
Bilirubin indirek : 2.1 mg/dl ( N : 0,2-0,8 )
SGOT : 57 u/l ( N : 5-40 )
SGPT : 57 u/l ( N : 5-41 )
- Kulit pasien tampak kusam dan kering.
-Turgor kulit pasien menurun
-Didaerah sekitar organ hati saat di palpasi terasa kenyal

INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA
UMUR

: Tn. MS

: 41 th
Diagnosa Keperawatan

RUANG
Tujuan Intervensi

: Anggrek

NO.REGISTRASI: 007985No
Rasional
Paraf

1.
Gangguan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengumpulan cairan intra
abdomen, penurunan ekspansi paru akibat asites, akumulasi secret berlebihan.
Jangka Pendek:
Dalam 1x24 jam perbaikan status pernapasan dan pengurangan gejala sesak napas.
Jangka Panjang:
Dalam 2x24 jam pasien dapat bernapas secara normal kembali.
Kriteria Hasil:
-Memperlihatkan frekuensi respirasi yang normal (12-18/menit) tanpa terdengarnya suara
pernapasan tambahan.
-Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernapasan dangkal.
1.Awasi frekwensi, kedalaman dan upaya pernafasan.
2.Ubah posisi sering dorong nafas dalam latihan dan batuk.
3.Berikan posisi semi fowler
4.Monitor jumlah pernapasan dengan observasi TTV
5.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemantauan perkembangan pasien

1.Pernafasan dangkal/cepat kemungkinan ada sehubungan dengan hipoksia atau


akumulasi cairan dalam abdomen.
2.Membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak.
3.Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan
sekret.
4.Mengetahui status perkembangan pernapasan pasien.
5.Memberikan obat peroral dan parenteral pada pasien untuk kesembuhan pasien.

2.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang.


Jangka pendek : dalam 1x24 jam diharapkan intake makan dapat lebih baik

Jangka panjang :
Dalam 3x24 jam kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteia Hasil :

- BB dapat meningkat
- gangguan kebutuhan nutrisi dapat teratasi
-NGT dapat secepatnya dilepas dari pasien 1. Motivasi pasien untuk makan makanan
sesuai diit yang dianjurkan dan suplemen makanan.
2. Tawarkan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.
3.

Hidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik dalam penyajiannya.

4.

Pelihara hygiene oral sebelum makan.

5.

Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.

6.

Motivasi peningkatan asupan cairan dan latihan jika pasien melaporkan konstipasi.

7. Amati gejala yang membuktikan adanya perdarahan gastrointestinal. 1.


sangat penting bagi penderita anoreksia dan gangguan gastrointestinal.

Motivasi

2.

Makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh penderita anoreksia.

3.

Meningkatkan selera makan

4.

Mengurangi cita rasa yang tidak enak dan merangsang selera makan.

5. Mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut yang dapat
mengurangi selera makan dan keinginan terhadap makanan.
6. Meningkatkan pola defekasi yang normal dan mengurangi rasa tidak enak serta distensi
pada abdomen.
7.

Mendeteksi komplikasi gastrointestinal yang serius.

3.
Gangguan keseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan normal tubuh
berhubungan dengan terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein).
Jangka Pendek:
Dalam 1x24 jam terjadi Pengurangan kadar cairan (asites) pada pasien.
Jangka Panjang:
Dalam 3x24 jam Pasien dalam status hidrasi yang adekuat, volume cairan kembali dalam
keadaan seimbang.
Kriteria Hasil:
-Output urin sesuai dengan berat badan.

-Rehidrasi cairan pada tubuh pasien.


-Elektrolit dalam batas normal.
-Terjadinya keseimbangan cairan dan elektrolit.
-Output dan input dapat kembali normal. 1.Monitor intake dan output cairan. Ukur
kehilangan cairan melalui gastrointestinal dan
Perkirakan kehilangan tak kasat mata, contoh; keringat, dll.
2.Monitor edema dan asites.
3.Batasi asupan natrium dan cairan
4. Ukur dan catat lingkar perut setiap hari.
5. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan dan diet
6.Tingkatkan dan dorong oral hygiene dengan sering.
7.Monitor BB tiap hari, dengan alat, waktu dan pakaian yang sama. jika
memungkinkan.
1.Menentukan fungsi ginjal dan kebutuhan cairan dan penurunan resiko kelebihan
cairan bertambah.
2.Mengurangi retensi cairan dan peningkatan tekanan hidrostatik kapiler.
3.Mengikuti diet rendah natrium dan pembatasan cairan
4.Memantau perubahan pada pembentukan asites dan penumpukan cairan.
5.Peningkatan pemahaman sehingga dapat meningkatkan kerjasama
pasien dan keluarga dalam program perawatan.
6.Kebersihan mulut yang baik dapat mengurangi kekeringan membran mukosa mulut,
sehingga dapat mengurangi rasa haus.
7.Memantau BB pasien untuk melihat bertambahnya volume cairan dalam tubuh atau tidak.

4.

Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan spasme otot abdomen
Jangka pendek : dalam 1x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang

Jangka panjang :
Dalam 3x24 jam diharapkan nyeri sudah tidak dirasakan

Kriteria Hasil:
-nyeri pada pasien berkurang
-nyeri pada pasien tidak dirasakan lagi.
1.

Hitung dan tentukan skala nyeri

2.Kaji dan catat nyeri dan karakteristiknya : lokasi, kwalitas, frekuensi dan durasi
3.Berikan kompres hangat pada abdomen yang sakit
4.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
5.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi analgesik 1.
tingkat keparahan nyeri yang dirasakan pasien.

Dapat mengetahui

2.

Dapat memberikan implementasi keperawatan yang tepat pada pasien.

3.

Supaya pasien dapat rileks dan rasa nyeri dapat berkurang

4. Agar pasien dapat mengalihkan pikirannya dari rasa nyeri ke hal-hal lain.
5.

Dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien

5.
Gangguan Integritas kulit dan system perkemihan (urinaria) berhubungan dengan
peningkatan kadar bilirubin dalam darah akibat peradangan .
Jangka Pendek:
Dalam 2x24 jam, mampu mengurangi kadar bilirubin pasien.
Jangka Panjang:
Dalam 7x24 jam diupayakan mampu menormalkan kadar bilirubin dalam tubuh pasien.
Kriteria Hasil:
-Integritas kulit dan sistem perkemihan pasien dapat normal kembali.
-Warna dari kulit dan urin pasien kembali ke keadaan normal.
warna kulit pasien.

1.Kaji warna urin dan

2.Observasi dan catat derajat ikterus pada kulit dan sklera.


3.Lakukan perawatan yang sering pada kulit, mandi tanpa menggunakan sabun dan
melakukan masase dengan losion pelembut (emolien).
4. Jaga agar kuku pasien tetap pendek dan bersih.
5. kolaborasi dengan tim medis

1.Mengetahui perkembangan kadar bilirubin pasien.

2.Memberikan dasar untuk deteksi perubahan dan evaluasi intervensi.


3.Mencegah kekeringan kulit dan meminimalkan pruritus.
4.Mencegah ekskoriasi kulit akibat garukan
5.Memberikan terapi obat untuk mengembalikan kondisi pasien.

iMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA

: Tn. MS

UMUR
: 41 th
Keperawatan Tanggal/Jam Implementasi Paraf

RUANG

: Anggrek

NO.REGISTRASI: 007985Dx

Gangguan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengumpulan cairan intra


abdomen, penurunan ekspansi paru akibat asites ,akumulasi secret berlebihan.
23
September 2012
08.00 1.Mengawasi frekwensi, kedalaman dan upaya pernafasan.
2.Memberikan posisi semi fowler
3.Monitor jumlah pernapasan dengan observasi TTV
4.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemantauan perkembangan pasien

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang.


23 September 2012
08.00 1.

Memotivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan.

2.

Menyajikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.

3.

Menghidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik dalam penyajiannya.

4.

Memberikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.

5.

Mengamati gejala yang membuktikan adanya perdarahan gastrointestinal.

Gangguan keseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan normal tubuh berhubungan
dengan terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein).
24 September 2012
08.00 1.Monitor intake dan output cairan. Ukur kehilangan cairan melalui gastrointestinal
dan perkirakan kehilangan tak kasat mata, contoh; keringat, dll.
2.Monitor edema dan asites.
3.Membatasi asupan natrium dan cairan
4.Menjelaskan pada pasien dan keluar-ga tentang pembatasan cairan dan diet.

Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan spasme otot abdomen
25 September 2012
08.00 1.

Memberikan kompres hangat pada abdomen yang sakit

2.

Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi

3.

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi analgesik

Gangguan Integritas kulit dan system perkemihan (urinaria) berhubungan dengan


peningkatan kadar bilirubin dalam darah akibat peradangan .
26 September 22012
08.00 1.Mengkaji warna kulit urin pasien.
2.Melakukan perawatan yang sering pada kulit, mandi tanpa menggunakan sabun dan
melakukan masase dengan losion pelembut (emolien).
3. Menjaga agar kuku pasien tetap pendek dan bersih
4. kolaborasi dengan tim medis

EVALUASI

NAMA

: Tn.MS

RUANG

: Anggrek

UMUR

: 41 tahun
Diagnosa Keperawatan

Tanggal

NO.REGISTRASI: 007985No
Evaluasi

1.
Gangguan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengumpulan cairan intra
abdomen, penurunan ekspansi paru akibat asites ,akumulasi secret berlebihan.
24 September 2012
S: Pasien berkata Sesak napas sudah berkurang
O: K/U cukup
Observasi TTV
RR : 20 X/menit.
TD:100/70 mmHg
N: 96 X/menit S: 375 oC
A: masalah teratasi sebagian
P: Rencana dilanjutkan
1. Memberikan posisi semi fowler
2. Monitor jumlah pernapasan dengan observasi TTV
2.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang.

24 September 2012
berkurang.

S: Pasien berkata nafsu makannya sudah bertambah dan mual

O: K/U cukup
Makan/minum lewat sonde
A: masalah teratasi sebagian.
P: Rencana dilanjutkan
1.

Memotivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan.

2.

Menyajikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.

3.
Gangguan keseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan normal tubuh
berhubungan dengan terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein).
25 September 2012
masih tarasa sakit.
O: K/U cukup

S: Pasien mengatakan badannya masih lemas dan prutnya

Turgor kulit buruk.


A: masalah teratasi sebagian
P: Rencana dilanjutkan
1.Monitor intake dan output cairan. Ukur kehilangan gastrointestinal dan
Perkirakan kehilangan tak kasat mata, contoh; keringatdll.
2.Monitor edema dan asites.
4.

Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan spasme otot abdomen
26 September 2012

S: Px mengatakan kalau perutnya sakit bila ditekan.

O: K/U cukup
Nyeri tekan pada abdomen.
A: masalah teratasi sebagian
P: Rencana dilanjutkan
1.

Memberikan kompres hangat pada abdomen yang sakit

2.

Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi

5.
Gangguan Integritas kulit dan system perkemihan (urinaria) berhubungan dengan
peningkatan kadar bilirubin dalam darah akibat peradangan .
27 September 2012

S: pasien mengatakan kencingnya masih seperti teh

O: Kulit dan daerah mata (khusus Sklera) pasien tampak berwarna kekuningan ( ikterus)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Rencana dilanjutkan
1. Mengkaji warna kulit urin pasien.
2. Melakukan perawatan yang sering pada kulit, mandi tanpa mengguna-kan sabun dan
melakukan masase dengan losion pelembut (emolien).
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sirosis Hepatis
Posted by pujawayan on May 19, 2011
Posted in: Askep. Tagged: Askep, keperawatan, Pencernaan, serosis hepatis. Leave a
Comment
A.PENGERTIAN

Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul (Fkui, 1996). Sirosis hepatis juga didefinisikan
sebagai penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsitektur hati yang normal oleh
lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan
dengan vaskulatur normal (Price, 1996).

B.ETIOLOGI

Beberapa hal yang menjadi penyebab sirosis hepatis adalah (Fkui, 1996) :

1.Hepatitis virus tipe B dan C

2.Alkohol

3.Metabolik : DM

4.Kolestatis kronik

5.Toksik dari obat : INH

6.Malnutrisi

C.KLASIFIKASI

Secara makroskopik, sirosis dibagi atas :

1.Sirosis mikronodular

Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim hati mengandung
nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar nodulnya sampai 3 mm. Sirosis
mikronodular ada yang berubah menjadi makronodular.

2.Sirosis makronodular

Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar nodul lebih
dari 3 mm.

3.Sirosis campuran

Umumnya sinosis hepatis adalah jenis campuran ini.

Selain klasifikasi diatas, sirosis hepatis terbagi dalam 3 pola yaitu :

1.Sirosis laennec/sirosis alkoholik, portal dan sirosis gizi

Sirosis ini berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronik. Sirosis jenis ini merupakan
50% atau lebih dari seluruh kasus sirosis. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan
alkohol adalah akumulasi lemak secara gradual didalam sel-sel hati (infiltrasi lemak).

Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolik. Pada kasus sirosis
laennec yang sangat lanjut, membagi parenkim menjadi nodula-nodula halus. Nodula-nodula
ini dapat membesar akibat aktifitas regenerasi sebagai usaha hati untuk mengganti sel-sel
yang rusak. Hati tampak terdiri dari sarang-sarang sel-sel degenerasi + regenerasi yang
dikemas padat dalam kapsula fibrosa yang tebal. Pada keadaan ini sirosis sering disebut
sebagai sirosis nodular halus.

Hati akan menciut, keras dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada stadium akhir
sirosis, dengan akibat hipertensi portal dan gagal hati.

2.Sirosis post nekrotik

Terjadi menyusul nekrosis berbercak pada jaringan hati, menimbulkan nodula-nodula


degeneratif besar dan kecil yang dikelilingi dan dipisah-pisahkan oleh jaringan parut,
berselang-seling dengan jaringan parenkim hati normal.

Sekitar 25% kasus memiliki riwayat hepantis virus sebelumnya. Banyaknya pasien dengan
hasil tes HbsAg positif menunjukkan bahwa hepatitis kronik aktif agaknya merupakan
peristiwa yang besar peranannya.

Beberapa kasus berhubungan dengan intoksikasi bahan kimia industri, dan ataupun obatobatan seperti fosfat, kloroform dan karbon tetraklorida/jamur beracun. Sirosis jenis ini
merupakan predisposisi terhadap neoplasma hati primer.

3.Sirosis Billaris

Kerusakan sel hati dimulai disekitar duktus billaris, penyebabnya obstruksi billaris post
hepatik. Sifat empedu menyebabkan penumpukan empedu didalam masa hati dengan akibat
kerusakan sel-sel hati, terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus.

Sumber empedu sering ditemukan dalam kapiler-kapiler,duktulus empedu dan sel-sel hati
seringkali mengandung pigmen hijau.

Klasifikasi CHILD pasien sirosis dalam terminologi cadangan fungsi hati


Derajat kerusakan

Bil. Serum (m.u mol/dl)

Alb serum (gr/dl)

Asites

PSE/ensefalopati

Nutrisi
Minimal

< 35

> 35

Nihil

Nihil

Sempurna
Sedang

35-50

30-35

Mudah dikontrol

Minimal

Baik
Berat

> 50

< 30

sukar

berat/koma

kurang/kurus

D.MANIFESTASI KLINIS

Terbagi dalam 2 fase, yaitu :

1.Fase kompensasi sempurna

- Keluhannya samar-samar, yaitu :

- Pasien merasa tidak fit/bugar

- Anorexia

- Mual

- Diare/konstipasi

- Berat badan menurun

- Kelemahan otot

- Cepat lelah

2.Fase dekompensasi

Diagnosis dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan klinis, laboratorium dan


pemeriksaan penunjang lainnya, terutama timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi
portal dengan manifestasi :

-Eritema palmaris

-Spider nevi

-Vena kolateral pada dinding perut

-Ikterus

-Edema pretibial

-Asites

-Gangguan pembekuan darah seperti perdarahan gusi, epistaksis, haid berhenti

-Hematemesis

-Melena

-Ensefalopati hepatik

E.PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Pemeriksaan Laboratorium

-Darah

HB darah, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik.

-Kenaikan kadar enzim transaminase/sgot, sgpt ,Gamma gt

-Kadar albumin yang rendah cerminan kemampuan sel hati yang kurang

-Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin merupakan tanda kurangnya daya
tahan hati dalam menghadapi stress

-Pemeriksaan CHE (colinesterase)

Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun

-Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam
dalam diet

Pada ensefalopati, kadar Na kurang dari 4 mg/l menunjukkan kemungkinan telah terjadi
sindrom hepatorenal.

-Pemanjangan masa protombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati

Pemberian vitamin K parenteral dapat memperbaiki masa protombin.

-Peningkatan kadar gula darah, pada sirosis hati fase lanjut disebabkan kurangnya
kemampuan sel hati membentuk glikogen

-Pemeriksaan masker serologi pertanda virus seperti HBsAg/HBsAb-HBeAg/HBeAb, HBV


DNA, HCV RNA untuk menentukan etiologi sirosis hepatis.

-Pemeriksaan AFP (Alfa Feto Protein) menentukan apakah telah terjadi transformasi ke arah
keganasan

Nilai AFP > 500-1000 mempunyai nilai diagnostik suatu kanker hati primer.

2.Radiologi

Dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hipertensi
portal.

3.Esofagoskopi

Dapat melihat langsung sumber pendarahan varises esofagus, besar dan panjang varises serta
kemungkinan terjadi perdarahan yang lebih besar.

4.USG

Melihat pinggir hati, permukaan, pembesaran, hemogenitas, asites, splenomegali, gambaran


vera hepatika, vena porta, pelebaran saluran empedu, SOL (Space Occupying Lesion)

5.Sidikan hati

Terlihat pengambilan radionukleid secara bertumpuk-tumpuk dan difus

6.Tomografi komputerisasi

Walaupun mahal sangat berguna mendiagnosis kelainan fokal seperti tumor/kusta.

7.Angiografi

Mengukur tekanan vena porta, melihat keadaan sirkulasi portal, mendeteksi tumor.

F.KOMPLIKASI

2 kelompok besar komplikasi, yaitu :

-Kegagalan hati (hepatoselular)

-Hipertensi portal

-Bila penyakit berlanjut, dari kedua komplikasi diatas dapat timbul komplikasi lain, yaitu :

-Asites

-Encefalopali

-Pentonitis bakterial spontan

-Transformasi kanker hati primer (hepatoma)

-Sindrom hepatorenal

G.PENATALAKSANAAN

Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol yang teratur,
istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori dan protein, lemak secukupnya.

Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :

-Alkohol dan obat-obat lain dianjutkan menghentikan penggunaannya

Alkohol akan mengurangi pemasukan protein kedalam tubuh. Dengan diet tinggi kalori (300
kalori), kandungan protein makanan sekitar 70-90 gr sehari untuk menghambat
perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan pemberian D. Penicilamine dan Colchicine.

-Hemokromatosis

Dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi/terapi kelasi (desferioxamine).


Dilakukan vena seksi 2x seminggu sebanyak 500 cc selama setahun.

-Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid

Therapi terhadap komplikasi yang timbul

1.Untuk asites

-Diberikan diet rendah garam 0,5 gr/hari + total cairan 1,5 lt/hari. Spironolakton (diuretik
bekerja pada tubulus distal) dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari, dinaikkan -sampai
total dosis 800 mg sehari, efek optimal terjadi setelah pemberian 3 hari. Idealnya
pengurangan berat badan dengan pemberian diuretik ini adalah 1 kg/hari. Bila perlu
dikombinasikan dengan furosemid (bekerja pada tubulus proksimal).

2.Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis dengan melena atau melena saja)

-Lakukan pemasangan UB tube untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari saluran
sama, disamping melakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah, untuk mengetahui
apakah perdarahan sudah berhenti/masih berlangsung

-Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg, nadi diatas 100 x/menit atau
Hb dibawah 99% dilakukan pemberian IVFD dengan pemberian dextrosa/salin dan transfusi
darah secukupnya

-Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500 cc cairan DS % atau salin pemberian selama 4
jam dapat diulang 3x

-Dilakukan pemasangan SB tube untuk menghentikan perdarahan serius

-Dapat dilakukan skleroterapi sesudah dilakukan endoskopi kalau ternyata perdarahan berasal
dari pecahnya varises

-Untuk mencegah rebleeding dapat diberikan propanolol

3.Untuk ensefalopati

-Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada hipokalemia

-Mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi diet sesuai

-Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises

-Klisma untuk mengurangi absorbsi bahan nitrogen

-Pemberian : -duphalac 2 x 2 sendok makan

-neomisin per oral untuk sterilisasi usus

-antibiotik campisilin/sefalosporin pada keadaan infeksi sistemik

-Transplantasi hati

4.Peritonitis bakterial spontan

Diberikan antibiotik pilihan seperti sefotaksim 29/85 IV amoksisilin, aminoglikosida

5.Sindrom hepatorenal/refnopati hepatik

-Keseimbangan cairan dan garam diatur dengan ketat

-Atasi infeksi dengan pemberian antibiotik

H.PROGNOSIS

-Petunjuk suatu prognosis tidak baik dari pasien sirosis hepatis :

-Ikterus yang menetap/bilirubin darah > 1,5 mg%

-Asites yang memerlukan diuretik dosis besar

-Kadar albumin rendah (<2,5 g%)

-Kesadaran menurun (ensefalopati hepatik spontan faktor pencetus bagai hak tanpa faktor
pencetus luar mempunyai prognosis telah jelek daripada yang jelas faktor pencetusnya

-Hati mengecil

-Perdarahan akibat pecahnya varises esofagus

-Komplikasi neurologis bukan akibat kolateralisasi ekstensif

-Kadar protrombin rendah

-Kadar natrium darah yang rendah (< 120 mg/l), tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg

-CHE rendah, sediaan biopsi yang banyak mengandung nekrosis fokal dan sedikit peradangan

I.ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

a.Data dasar

-Riwayat kesehatan

Riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu


yang lama

Pola penggunaan alkohol-alkohol (durasi dan jumlahnya)

Riwayat kontak dengan zat-zat toksik

Terpapar obat-obat hepatotoksik

-Aktifitas/istirahat : Kelemahan, kelelahan, letargi

-Sirkulasi

: Disritmia

-Eliminasi
: Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), Penurunan/tidak
adanya bising usus, Kesesuaian warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat

-Makanan/cairan
: Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, edema, kulit kering,
turgor buruk, ikterik, nafas bau (fetor hepatikus), perdarahan gusi.

-Neurosensori

: Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma, bicara lambat/tak jelas.

-Kenyamanan

: Nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas,pruritus.

-Pernafasan : Dispnea, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, expansi paru
terbatas hipoxia.

-Keamanan

: Pruritus, ikterik.

-Seksualitas : Gangguan menstruasi , atrofi testis , ginekomastia.

2.Masalah keperawatan yang muncul

a.Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit

b.Perubahan nutrisi kruang dari kebutuhan

c.Intoleransi aktivitas

d.Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan

e.Resiko tinggi perdarahan

f.Gangguan body image

g.Cemas

h.Nyeri

i.Pola nafas tidak efektif

3.Diagnosa keperawatan dan intervensi

a.Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d Kehilangan berlebihan melalui
diare

Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, turgor kulit baik, pengisian kapiler nadi perifer dan haluan urine individu sesuai

-Intervensi :

Mandiri :

-Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian

-Catat kehilangan melalui diare.

Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian efek terapi.

-Kajian tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

Rasional : Indikator volume sirkulasi/perfusi.

-Periksa adanya asites atau edema

Rasional : Deteksi kemungkinan pendarahan dalam jaringan

-Observasi tanda perdarahan

Rasional : Absorbsi vitamin K terganggu pada GI

Kolaborasi :

-Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht. Na+ albumin, dan waktu pembekuan.

Rasional : Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium kadar protein yang
dapat menimbulkan pembentukan edema. Defisit pada pembekuan potensi beresiko
pendarahan.

-Berikan :

Cairan Intra Vena

Rasional : Memberikan cairan dan penggantian elektrolit

Protein hidrolisat

Rasional : Memperbaiki kekurangan albumin/protein dapat membantu mengembalikan cairan


dari jaringan ke system sirkulasi

Vitamin K

Rasional : Karena Absorbsi terganggu, penambahan dapat mencegah masalah koagulasi, yang
dapat terjadi bila faktor pembekuan waktu protrombin ditekan.

Antasida, simetidin

Rasional : Menetralisir/menurunkan sekresi gaster

Obat-obatan anti diare

Rasional : Mengurangi kehilangan cairan/elektrolit dari saluran GI

b.Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan b.d Gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic karena
anoreksia, mual/muntah.

Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi

-Intervensi :

Mandiri :

-Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan
tawarkan pagi paling besar

Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi

-Berikan perawatan mulut sebelum makan

Rasional : Menghilangkan rasa tak enak, meningkatkan nafsu makan

-Anjuran makan pada posisi duduk tegak

Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan

Kolaborasi :

-Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien,
dengan memasukkan lemak dan protein sesuai toleransi

Rasional : Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu.
Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi dan pengeluaran empedu dan

perlunya pembatasan lemak jika terjadi diare. Pembatasan protein diidentifikasikan pada
hepatitis kronis karena akumulasi produk akhir dapat mencetuskan hepatic ensefalopati.

-Awasi glukosa darah

Rasional : Hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi, memerlukan perubahan diet.

-Berikan obat sesuai indikasi

c.Intoleransi aktivitas b.d Fatique, depresi, mengalami keterbatasan aktivitas

Hasil yang diharapkan : Menunjukkan teknik atau perilaku yang memampukan kembali
melakukan aktivitas

-Intervensi :

Mandiri :

-Tingkatkan tirah baring, berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai kebutuhan

Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan

-Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi

-Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan gerak sendiri pasif/aktif.

Rasional : Peningkatan nadi dan penurunan TD menunjukkan kehilangan volume darah


sirkulasi.

-Catat perubahan mental tingkat kesadaran

Rasional : Perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan serebral sekunder


terhadap hipovolemia, hipoksemi.

-Hindari pengukuran suhu rektal, hati-hati memasukkan selang GI

Rasional : Rektal dan vena esofageal paling rentan untuk robek.

d.Gangguan body image b.d Ikterik, perasaan isolasi

Hasil yang diharapkan : Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan/kebutuhan


isolasi

-Intervensi :

Mandiri :

-Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar. Dorong diskusi perasaan masalah

Rasional : Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya dan memberikan


kesempatan pada kijen untuk mengekspresikan perasaan.

-Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup

Rasional : Penilaian dan orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut

-Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi klien/orang terdekat

Rasional : Masalah finansial mungkin terjadi karena kehilangan peran fungsi klien.

-Diskusikan harapan penyembuhan

Rasional : Periode penyembuhan mungkin lama (lebih dari 6 bulan) potensial stress
keluarga/situasi dan memerlukan perencanaan, dukungan dan evaluasi.

-Anjurkan klien menggunakan warna merah terang atau biru/hitam daripada kuning atau
hijau

Rasional : Meningkatkan penampilan

Kolaborasi :

-Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, agen anti ansietas

Rasional : Membantu dalam manajemen kebutuhan istirahat.

e.Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan b.d akumulasi garam empedu dalam
jaringan

Hasil yang diharapkan : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus

-Intervensi :

Mandiri :

-Gunakan air mandi dingin, hindari sabun alkali, berikan minyak kalamin sesuai indikasi

Rasional : Mencegah kulit kering berlebihan

-Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk, usahakan kuku jari pendek, lepas
baju ketat, berikan sprei katun

Rasional : Menurunkan potensi cidera kulit

-Berikan masase waktu tidur

Rasional : Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan mamberikan kenyamanan

Kolaborasi :

-Berikan obat sesuai indikasi, misal : antihistamin dan antilipemik

Rasional : Antihistamin untuk menghilangkan gatal dan antilipemik untuk asam empedu pada
usus dan mencegah absorbsinya.

f.Resiko tinggi perdarahan b.d Gangguan faktor pembekuan, gangguan absorpsi vit K

Hasil yang diharapkan :Mempertahankan hemeostatis dengan tanpa perdarahan,


menunjukkan perilaku penurunan resiko perdarahan

-Intervensi :

Mandiri :

-Kaji adanya perdarahan GI, observasi warna dan konsistensi feses, drainase NGT, atau
muntah

Rasional : Traktus GI paling biasa untuk sumber perdarahan sehubungan dengan mukosa
yang mudah rusak.

-Observasi adanya petekie, ekimosis, perdarahan dari satu atau lebih sumber

Rasional : Sekunder terhadap gangguan faktor pembekuan

-Awasi nadi, tekanan darah, dan CVP bila ada

g.Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan

Hasil yang diharapkan :

-Menguraikan program pengobatan yang benar

-menjelaskan rasional bagi terapi dan perawatan diet

-Mengenali komplikasi apabila penyakitnya berlanjut

Intervensi :

Mandiri :

-Jelaskan dasar pemikiran program prinsip terapi hepatitis

-Uraikan rasional bagi terapi, perawatan dan diet yang tepat

-Bantu pasien menyusun jadwal dan checklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri

-Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang

-Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya

h.Nyeri b.d inflamasi pada hati dan bendungan vena porta

Hasil yang diharapkan :

-Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak mengerut, menangis,
intensitas dan lokasinya)

Intervensi :

Mandiri :

-Yakinkan pasien bahwa Anda mengetahui nyeri yang dialami pasien nyata dan akan
membantunya dalam menghadapi nyeri tersebut

-Gunakan skala pengkajian nyeri untuk mengidentifikasi intensitas nyeri

-Kaji dan catat nyeri dan karakteristiknya : lokasi, kwalitas, frekuensi dan durasi

-Catat keparahan nyeri pasien dalam bagan

-Identifikasi dan dorong pasien untuk menggunakan strategi yang menunjukkan keberhasilan
pada nyeri sebelumnya

i.Pola pernafasan tidak efektif b.d Pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan
ekspansi paru, akumulasi sekret

Intervensi :

-Awasi frekwensi, kedalaman dan upaya pernafasan

Rasional : Pernafasan dangkal/cepat kemungkinan ada sehubungan dengan hipoksia atau


akumulasi cairan dalam abdomen

-Auskultasi bunyi tamabahan nafas

Rasional : Kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan

-Ubah posisi sering dorong nafas dalam latihan dan batuk

Rasional : Membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak

-Berikan O2 sesuai indikasi

Rasional : Mungkin perlu untuk mengobati/mencegah hipoksia

-Berikan posisi semi fowler

Rasional : Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan


meminimalkan ukuran sekret.

DAFTAR PUSTAKA
1.Doenges, Marilyn. E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa I Made Kaniasa, edisi 3, Jakarta, EGC,
1999.
2.Himawan. Sutisna, Patologi, Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI, 1996.
3.Hudak, Carolyn. M, Keperawatan Kritis, Alih bahasa Adiyanti Monica. E.D, edisi 6,
volume 2, Jakarta, EGC, 1997.
4.Price, Syivian Anderson, Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit, Alih bahasa
Agung Waluyo, edisi 8, Jakarta, EGC, 2001.
5.Sjaifoellah Noer, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3, Jakarta, FKUI, 1996.
6.Smeltzar, Suzanna. C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth, edisi
8, volume . 2, Jakarta : EGC, 2001.

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2002 pada pukul 10.00 WIB.

1. Identitas
Nama

: Tn. A..A.

Tgl MRS

14-10- 2002

Umur

: 62 tahun

Register

: 711844

Jenis kelamin : Laki-laki

Diagnose

Suku Bangsa

: Jawa Jawa / Indonesia

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pensiunan

Pendidikan

: SMA

Alamat

: sirosis hepatis + sepsis

: Puncang Gang 3/05 C.

Keluhan utama

: Sakit perut.

II Riwayat Keperawatan
2.1 Riwayat penyakit sebelumnya: Penderita pernah Batu ginjal dilakukan laser dan pernah
dioperasi batu buli di RSUD. Dr Soetomo Surabaya tahun 1987 .
2.2 Riwayat penyakit sekarang : Penderita muntah-muntahsejak 6 september 2002 kemudian
tanggal 12 September 2002 perut semakin besar dan tegang di IRD pada tanggal 14 oktober
2002 dapat muntah air sekali, mual-mual, perut kembung, perut sakit badan lemah

2.3 Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini,
2.4 Keadaan kesehatan lingkungan : Menurut keluarga, lingkunagn rumah cukup bersih
karena kebiasaan keluarga dan masyarakat sekitar membersihkan rumah dan lingkunagn
sekitar setiap minggu sekali.
2.5 Riwayat kesehatan lainnya

: taa

2.6 Alat bantu yang dipakai


Gigi palsu

: --

Kaca mata :-Pendengaran


Lain-lain

:taa

:taa

III. Observasi dan Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum

:kondisi umum terlihat lemah.

2. Tanda vital
:S: 36,5 0C axilla, N: 100 x/mnt teratur dan kuat, TD: 100/70 mmHg lengan
kiri dalam posisi berbaring, RR: 24 x/mnt.
3. Body System
3.1 Pernafasan
Hidung

: taa.

Trachea

: taa

Dada

: Tidak ada kelainan

Bentuk

: simetris

Gerakan

: simetris, nyeri dada (-).

Suara nafas dan lokasi

: vesikuler +/+

Jenis nafas

: hidung

Batuk

: (-).

Sputum

: tidak ada

Cyanosis

: tidak ada

Frekwensi nafas

: 24 x/mnt.

3.2 Kardiovaskuler
Nyeri dada

: tidak ada

Pusing

: tidak ada.

Kram kaki

: tidak ada

Palpitasi

: --

Clubing finger

:--

Suara jantung

: S1 S2 tunggal.

Edema

: asites

Kapilari refill Time : 2 dtk.


Lainnya

: --

3.3 Persarafan
Kesadaran

: CM

GCS

: E4V5M6

Kepala dan wajah : dbn


Mata

: anemis (+),

Sklera

: ikterus

Konjunctiva

: merah muda.

Pupil

: isokor

Leher

: DVJ (-).

Reflek fisiologis

: dbn

Reflek patologis

: taa

Pendengaran

: dbn

Penciuman

: dbn

Pengecapan : dbn
Penglihatan

: dbn

Perabaan

: dbn

Lainnya

: --

3.4 Perkemihan Eliminasi Urine


Produksi urine

: 600 800 cc /hari.

Warna urine

: seperti teh.

Gangguan saat kencing : taa.


.

Lainnya

: --

3.5 Pencernaan - Eliminasi Alvi


Mulut

: bersih, gigi lengkap, mukosa bibir lembab.

Tenggorokan

: sakit menelan (-).

Abdomen

: distensi (-), peristaltik usus baik.

Rectum

: dbn

Bab

: Lancar *(1 x sehari)-

Obat pencahar : --

Lavement

: --

Lain-lain

: --

3.6 Tulang Otot Integumen

Kemampuan pergerakan sendi: 555


55 5

555
555

Extremitas

- Atas

: pergerakan baik, kekuatan otot baik.

- Bawah

: pergerakan baik, kekuatan otot baik. Ada edema

- Tulang belakang

:dbn

Kulit:
- Warna kulit

:sawo matang, agak ikterik.

- Akral

:hangat,

- Turgor

: baik

3.7 Sistem Endokrin


Terapi hormon

: --

Karakteristik seks sekunder: dbn


Riwayat pertumbuhan dan perkembnagan fisik: taa
3.8 Sistem Hematopoietik
Diagnosis penyakit hematopoietik yang lalu: -Type darah: O
3.9 Reproduksi
Laki laki: tidak ada masalah.
4.0 Psikososial
Konsep diri: -Citra diri:

Tanggapan tentang tubuh: taa

Bagian tubuh yang disukai: taa

Bagian tubuh yang tidak disukai: taa

Persepsi thd kehilangan bagian tubuh: taa

Lainnya, sebutkan: taa


Identitas:

Status klien dalam keluarga: ayah, seorang suami, kepala rumah tangga

Kepuasan klien thd status dan posisi dlm keluarga: puas

Kepuasan klie thd jenis kelamin: puas

Lainnya, sebutkan: taa


Peran:

tanggapan klien thd perannya: cukup puas.

Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya: sanggup melaksanakan


peran.
-

Kepuasan klien melaksanakan perannya: puas.


Ideal diri/harapan:

harapan klien thd:

= Tubuh: suapaya cepat sembuh.


= Posisi (dlm pekerjaan): taa
= Status dlm keluarga: taa
= Tugas/pekerjaan: tidak ada masalah.
-

Harapan klien thd lingkungan: lingkungan tetap sehat

Harapan klien thd penyakit yg diderita: penyakitnya dapat segera disembuhkan.


Harga diri:

Tanggapan klien thd harga dirinya: tinggi

Lainnya, sebutkan: taa


Sosial/interaksi:

Hubungan dengan klien:kenal baik.

Dukungan keluarga: aktif

Dukungan kelompok/teman/masyarakat: aktif.

Reaksi saat interaksi: kooperatif, komunikasi lancar dan jelas.

Konflik yang terjadi terhadap: taa


3.11 Spiritual:

Konsep tentang penguasa kehidupan: Kepada Tuhan.

Sumber kekuatan/harapan saat sakit: Tuhan, tenaga dokter dan perawat serta dukungan
keluarga.
Ritual agama yg berarti/diharapkan saat ini: dapat melaksanakan tuntunan dari pendeta
dengan baik (selama dirawat).
Sarana/peralatan/orang yg diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan
saat ini: lewat ibadah.
-

Upaya kesehatan yang bertentangan dgn keyakinan agama: taa

Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dlm menghadapi situasi sakit


saat ini: sangat yakin Tuhan akan membantu kesembuhan.
-

Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: sangat yakin.

Persepsi thd penyebab penyakit: karena kelelahan.

Pemeriksaan penunjang:
Tgl 14-10-2002
a.

Hb

b.

GDA : 79 mg/dl

c.

SGOT :46,7 U/L

d.

BUN : 16 mg/dl

Leukosit : 10,8

e.

SC

Trombo : 76

f.

K+

: 4,53 mEg/dl

Albumin

: 6,89 g/dl

g.

Na+

: 147mEg/dl

Globulin

: 3,62 g/dl

h.

PCV- : 0,41

Terapi:

: 14 gr%

: 1,1mg/dl

Bill. Direk : 0,5 mg/dl


Bill Total : 1,37 mg/dl
SGPT : 35,9 u/l

Tgl 14-10-2002
a.

Oksigen Nasal 3 L /menit

b.

Infus PZ 0,9

c.

Mefetran 3x1

d.

Ranitidin 2x1

ANALISA DATA:Data

Penyebab

Masalah

S: Klien mengatakan tidak ada selera makan dan perutnya mual.


O: Mukosa bibir kering, Muntah air, albumin 3,27 gr/dl.
nutrisi kurang dari kebutuhan.

Anoreksia.

Ggn Pemenuhan

S: Klien mengeluh perutnya terasa penuh.


O: Asites (+), albumin 3,27 gr/dl, oedema ekstremitas bawah (+). Penurunan tekanan
osmotik plasma
Kelebihan volume cairan.
S: Klien dan keluarga banyak bertanya tentang pengobatan dan perawatan.
O: Wajah klien tampak murung, skala HARS: 7-8. Kurangnya informasi mengenai regimen
pengobatan dan perawatan. Ansietas.

DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1.

Resiko pemenuhan nutrisi: kurang kebutuhan tubuh b/d anoreksia.

Data penunjang:
S: Klien mengatakan tidak ada selera makan dan perutnya mual.
O: Mukosa bibir kering, Muntah air ,Muka agak pucat, albumin 3,27 gr/dl.
2.

Kelebihan volume cairan b/d penurunan tekanan osmotik plasma.

Data penunjang:
S: Klien mengeluh perutnya terasa penuh.

O: Asites (+), albumin 3,27 gr/dl, oedema ekstremitas bawah (+).


3.

Ansietas b/d kurangnya informasi tentang regimen pengobatan dan perawatan.

Data penunjang:
S: Klien dan keluarga banyak bertanya tentang pengobatan dan perawatan.
O: Wajah klien tampak murung, skala HARS: 7-8.

RENCANA INTERVENSI:
1.

Resiko pemenuhan nutrisi: kurang kebutuhan tubuh b/d anoreksia.

Data penunjang:
S: Klien mengatakan tidak ada selera makan dan perutnya mual.
O: Mukosa bibir kering, muntah air,wajah agak pucat, albumin 3,27 gr/dl.
Tujuan: Setelah diberikan askep selama 3 hari, kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil: Klien dapat mengkonsumsi 1 porsi makanan yang disediakan.
Rencana tindakan:No Intervensi
1.

2.

3.

4.

5.

Rasional

Diskusikan tentang pentingnya nutrisi bagi klien.


Anjurkan makan sedikit tapi sering.

Batasi cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.


Pertahankan kebersihan mulut.

Pantau intake sesuai dengan diet yang telah disediakan:


mempercepat proses penyembuhan.

Nutrisi yang baik dapat

Peningkatan tekanan intra abdominal akibat asites menekan saluran GI dan menurunkan
kapasitasnya.
Cairan dapat menurunkan nafsu makan dan masukan.
Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah bau dan rasa tak sedap yang
menurunkan nafsu makan.
Untuk mencukupi nutrisi intake harus adekuat.

2.

Kelebihan volume cairan b/d penurunan tekanan osmotik plasma.

Data penunjang:
S: Klien mengeluh perutnya terasa penuh.
O: Asites (+), albumin 3,27 gr/dl, oedema ekstremitas bawah (+).
Tujuan: Setelah diberikan askep selama 3 hari, volume cairan stabil.
Kriteria hasil: tidak terdapat perluasan oedema.
Rencana tindakan:No Intervensi
1.
2.

Rasional

3.

4.
5.

6.

Ukur intake dan output.

Awasi tekanan darah setiap 3 jam sekali.


Pantau derajat oedema.

Berikan perawatan mulut.


Batasi natrium dan air: diet TKRP RG dan minum 700 cc/24 jam.

Kolaborasi therapi diuretik. Mengetahui status volume sirkulasi.


Tekanan darah yang meningkat berhubungan dengan kelebihan cairan.
Perpindahan cairan pada jaringan akibat dari retensi natrium dan air.
Menurunkan rasa haus.
Meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskular. Pembatasan cairan untuk
memperbaiki pengenceran hiponatremia.
Mengontrol oedema dan asites.

3.

Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan dan perawatan.

Data penunjang:
S: Klien dan keluarga banyak bertanya tentang pengobatan dan perawatan.

O: Wajah klien tampak murung, skala HARS: 7-8.


Tujuan: Setelah diberikan askep selama 30 menit, klien dan keluarga dapat mengontrol
cemas.
Kriteria hasil: Klien dan keluarga mengerti tentang penjelasan yang diberikan, klien
kooperatif terhadap tindakan perawatan yang diberikan.
Rencana Tindakan:NoIntervensi

Rasional

1.

2.

3.

4.

Informasikan tentang regimen pengobatan dan perawatan.


Jelaskan tujuan dan persiapan tindakan yang akan dilakukan.
Jawab pertanyaan dengan jujur dan nyata.
Kaji tersedianya dukungan pada klien yaitu istri dan anak-anaknya. Memberikan dasar
pengetahuan pada klien dan keluarga.
Penjelasan tentang prosedur akan dapat mengurangi kecemasan.
Informasi yang tepat dapat menurunkan kecemasan.
Menjadi sumber yang membantu mengurangi kecemasan.

IMPLEMENTASI:Tanggal
14-10-2002
10.00

No Dx. Kep

Implementasi

10.30

10.40

Dx.No. 1

Dx No. 2

Dx. No 3
-

Mendiskusikan tentang pentingnya nutrisi bagi klien.

Menganjurkan makan sedikit tapi sering.

- Menganjurkan tidak minum banyak sebelum dan sesudah makan.Menganjurkan kumurkumur sebelum makan.
- Memantau seberapa banyak makanan yang dikonsumsi klien: porsi, minum gelas
(100 cc).
-

Membantu saat klien makan, habis porsi dan minum gelas (100 cc).

Memberikan obat oral: lactulose 2 sendok.

Membantu saat klien makan: diet TKRP RG habis 1 porsi dengan dimakan 3x tahapan.

- Menganjurkan keluarga untuk mencatat jumlah minum dan jumlah kencing selama 24
jam.
-

Memasang cairan infus PZ. 0,9% 14 tts/mnt.

Melakukan obs gejala cardinal: T: 100/70 mmHg, N; 100 x/mnt; RR: 24 x/mnt; S: 360C.

Memantau oedema: oedema perifer

Memantau intake minum 0 cc, infus 300 cc, jumlah urine 300 cc.

Melakukan obs gejala cardinal: T: 100/70 mmHg, N: 100 x/mnt, RR; 40 x/mnt; S: 360C.

- Menjelaskan tentang prosedur pengobatan dan perawatan klien.Menjawab pertanyaan


dengan jelas.
-

Mengkaji dukungan: istri dan anaknya sangat memberikan dukungan selama klien sakit.

Melakukan evaluasi verbal dan non verbal.

EVALUASI KEPERAWATAN:Tanggal
1.

2.

Diagnosa Keperawatan

Evaluasi

3.

Resiko pemenuhan nutrisi: kurang kebutuhan tubuh b/d anoreksia.

Kelebihan volume cairan b/d penurunan tekanan osmotik plasma.

Ansietas b/d kurangnya informasi tentang regimen pengobatan dan perawatan


S; Klien mengatakan sudah mau makan.
O; Mukosa bibir lembab, muntah tidak ada
A; Masalah teratasi.
P; Intervensi dilanjutkan
Pasien Pindah ke RPI
S; Klien mengeluh perutnya kembung.
O; Asites (+), oedema perifer (+), T: 100/70 mmHg; S: 360C; RR: 24 x/mnt; N: 100 x/mnt,
intake 300 cc, output 300 cc.
A; Masalah teratasi sebagian.
P; Intervensi dilanjutkan semua.

S; Klien menyatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan.


O; Wajah tampak tenang, klien kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.
A; Masalah teratasi.
P; Intervensi dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai