Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II
Dosen Pengampu : Rossy Januar Halim,.S.Kep.,MMRS
Disusun oleh :
Jl. Harapan no.50, lenteng agung, kec. Jagakarsa, kota Jakarta selatan,
daerah khusus ibukota Jakarta 12610
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA (PATIENT DUCTUS
ARTERIOSUS), Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada
junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
jaman kebodohan hingga jaman berilmu seperti sekarang ini.
kekurangan dari segi isi maupun segi tulisan, untuk itu kritik dan saran yang
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Duktus arteriosus paten adalah terbukanya duktus arteriosus yang secara fungsional
menetap beberapa saat setelah lahir. Penutupan fungsional duktus, normalnya terjadi segera
setelah lahir. Akan tetapi, pada bayi yang lahir premature, duktus paten biasanya mempunyai
susunan anatomi yang normal dan keterbukaan merupakan akibat dari hipoksia dan
imaturitas. Duktus yang tetap terbuka setelah bayi cukup bulan berusia beberapa minggu
jarang menutup secara spontan.( Behrman dkk., 2000)
Patent duktus arteriosus (PDA) adalah cacat jantung koengenital kelima yang paling
sering ditemukan sekitar 8-10% diseluruh kasus cacat jantung koengenital. Di Amerika
Serikat, diperkirakan bahwa dari 1000 kelahiran hidup ditemukan 1 kasus PDA.
Perbandingan pada anak perempuan dan laki-laki adalah 2:1, dan kecenderungan kasus
meningkat pada saudara penderita yang juga mengalami PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada
bayi yang lahir dengan berat badan <1200 gram dan sering bersamaan dengan penyakit
jantung kongenital lain (Wahab, 2009).Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran
pada bayi cukup bulan dan kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada
bayi kurang bulan terutama dengan berat lahir rendah. Oleh sebab itu perlu adanya suatu
tindakan pencegahan dan juga penanggulangan terjadinya kasus PDA ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pegetahuan terkait
konsep dasar penyakit PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak dan konsep asuhan
keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus) pad
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung bawaan (PJB)
yang sering dijumpai pada anak yang disebabkan oleh kegagalan penutupan secara fisiologis
dari duktus arteriosus setelah lahir (Hartaty dkk., 2015)
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan suatu keadaan adanya pembuluh darah
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal. Duktus arteriosus ini normal pada saat bayi
dalam kandungan. Oleh karena suatu hal, maka pembuluh darah ini tidak menutup secara
sempurna setelah bayi lahir. Pada masa janin, PDA merupakan saluran penting bagi aliran
darah dari arteri pulmonal kiri ke aorta desendens, terletak distal dari percabangan arteri
subklavia kiri. PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24
jam pertama setelah kelahiran, sedangkan secara anatomik menutup dalam 4 minggu
pertama. Bayi prematur lebih banyak yang menderita PDA, 15% diantaranya baru dapat
menutup dalam 3 bulan pertama. PDA yang tidak menutup dalam tiga bulan pertama, tipis
kemungkinannya dapat menutup di kemudian hari (Muttaqin, 2009).
Menurut Stanford Children’s Health (2017) patent ductus arteriosus (PDA) merupakan salah
satu masalah jantun g yang sering terjadi dalam beberapa minggu pertama atau beberapa
bulan setelah kelahiran. Hal ini ditandai dengan persistensi hubungan janin normal antara
aorta dan arteri pulmonalis yang memungkinkan darah kaya oksigen (merah) yang harus
masuk ke tubuh untuk disirkulasikan melalui paru-paru. Pada umumnya semua bayi
dilahirkan dengan hubungan antara aorta dan arteri pulmonalis. Sementara saat bayi
berkembang di rahim, darah tidak diperlukan untuk disirkulasikan melalui paru-paru karena
oksigen diberikan melalui plasenta. Selama kehamilan, diperlukan saluran untuk
memungkinkan darah kaya oksigen (merah) mengalir ke paru-paru bayi dan masuk ke dalam
tubuh. Sambungan normal yang dimiliki semua bayi ini disebut duktus arteriosus.
Saat lahir, plasenta diangkat saat tali pusar dipotong. Pada saat itu paru-paru pada
bayi harus menyediakan oksigen ke tubuhnya. Saat bayi mengambil nafas untuk pertama kali,
pembuluh darah di paru-paru terbuka dan darah mulai mengalir untuk mengambil oksigen.
Pada titik ini, duktus arteriosus tidak diperlukan untuk melewati paru-paru. Dalam keadaan
normal, beberapa hari pertama setelah kelahiran duktus arteriosus menutup dan darah tidak
lagi melewatinya. Pada beberapa bayi, bagaimanapun, duktus arteriosus tetap terbuka (paten)
dan kondisinya kini dikenal sebagai patent ductus arteriosus (PDA). Pembukaan antara aorta dan
arteri pulmonalis memungkinkan darah kaya oksigen (merah) menyebar ke paru-paru
Patent ductus arteriosus (PDA) terjadi dua kali lebih sering pada anak perempuan
dibandingkan pada anak laki-laki (Stanford Children’s Health, 2017)
Gambar Aliran Darah Pada Jantung Normal dan Duktus Arteriosus Paten
Gambar perbandingan tekanan darah dan saturasi oksigen pada jantung normal
(sumber:Wahab,2009)
B. Epidemiologi
Patent duktus arteriosus (PDA) adalah cacat jantung koengenital kelima yang paling
sering ditemukan sekitar 8-10% diseluruh kasus cacat jantung koengenital. Di Amerika
Serikat, diperkirakan bahwa dari 1000 kelahiran hidup ditemukan 1 kasus PDA.
Perbandingan pada anak perempuan dan laki-laki adalah 2:1, dan ke'enderungan kasus
meningkat pada saudara penderita yang juga mengalami PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada
bayi yang lahir dengan berat badan <1200 gram dan sering bersamaan dengan penyakit
jantung kongenital lain (Wahab, 2009).
Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran pada bayi 'ukup bulan dan
kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada bayi kurang bulan terutama
dengan berat lahir rendah. Sedangkan insiden pada bayi 'ukup bulan (BCB) lebih ke'il yaitu, 1
per 2000 kelahiran. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) Jakarta insiden PDA pada bayi kurang bulan (BKB) dilaporkan
32%, sedangkan di Departemen IKA Rumah Sakit Moh.Hoesin (RSMH) Palembang
dilaporkan insiden pada bayi usia gestasi <37 minggu sebanyak 58,7% (Sari dkk., 2015).
C. Etiologi
Penyebab dari terjadinya penyakit jantung bawaan seperti PDA belum diketahui se'ara
pasti, namun ada beberapat faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap peningkatan
angka kejadian penyakit jantung bawaan. Faktor- faktor tersebut, yaitu:
Menurut Kim (2016) etiologi dari Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah :
1. Genetika
Untuk kasus faktor keluarga yang terkena patent ductus arteriosus (PDA) telah dicatat
sebagai salah satu yang mempengaruhi, namun untuk penyebab genetik belum ditentukan.
Pada bayi yang lahir pada saat memiliki patent duktus arteriosus (PDA) yang gigih, tingkat
kekambuhan di antara saudara kandung adalah 5%. Beberapa bukti awal menunjukkan bahwa
sepertiga kasus disebabkan oleh ciri resesif yang diberi label PDA1, terletak pada kromosom
12 yang terjadi pada beberapa populasi.
2. Kelainan kromosm
3. Prematuritas
4. Penyebab Lain
D. Manifestasi Klinis
Menurut Muttaqin (2009), gambaran klinis pada PDA (Patent Ductus Arteriosus)
umumnya muncul dalam tiga bentuk, sebagai berikut:
1. PDA kecil tanpa gangguan hemodinamika yang berarti biasanya tidak memberikan
gejala. Tekanan arteri pulmonal normal dan pebandingan aliran pulmonal dengan
aliran sistemis <1,5 : 1. Jantung tidak membesar. Diagnosis sangat mudah ditegakkan
karena pada auskultasi terdapat bising kontinu di garis sternal kiri atas. Foto rontgen
paru dan EKG normal. Risiko tinggi yang mungkin terjadi ialah endokarditis,
kasifikasi duktus, dan gagal jantung kiri;
2. PDA sedang gejala akan timbul biasanya pada usia 2-5 bulan, tetapi biasanya tidak
berat. Pada pasien yang mengalami kesulitan makankali mender, seringkali menderita
infeksi saluran nafas, namun biasanya berat badannya masih tergolong dalam batas
normal. PDA juga sering muncul dengan tekanan arteri pulmonal <1/2 tekanan aorta.
Perbandingan aliran pulmoner dan aliran simpatis adalah 1,5 : 1 sampai 2 : 1.
Umumnya klien asimptomatik, kecuali pada anak kecil dapat ditemukan dispnea dan
gagal jantung kiri. Bising kontinue, bising machinery, sama seperti PDA kecil, tetapi
foto Rontgen toraks memperlihatkan adanya pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri,
knob aorta, dan vaskulaisasi paru yang meningkat;
3. PDA besar penderitanya akan menunjukkan gejala yang berat minggu-minggu
pertama kehidupannya. Selain itu akan mengalami kesulitasn makan dan minum
sehingga berat badannya tidak bertambah dengan memuaskan. Pasien akan tampak
dispnea ataupun takipnea. Pada PDA besar juga muncul dengan tekanan arteri
pulmonal sama dengan tekanan aorta. Perbandingan aliran paru dan sistematis >2 : 1.
Aliran darah pintas yang besar seperti ini akan mengakibatkan gagal jantung kiri pada
minggu pertama bayi prematur atau usia 2 atau 3 buan pada bayi lahir cukup bulan.
Beberapa diantaranya dapat hidup terus karena pengecilan spontan PDA, atau karena
sindrom Eisenmenger (Muttaqin, 2009).
Menurut Children National Health System (2017) ukuran sambungan antara aorta dan
arteri pulmonalis akan mempengaruhi jenis gejala yang dicatat, tingkat keparahan gejala, dan
juga usia di mana patent duktus arteriosus itu pertama kali terjadi. Semakin besar lubang,
maka akan semakin besar jumlah darah yang melewati dan membebani paru-paru. Seorang
anak dengan duktus arteriosus paten kecil mungkin tidak memiliki gejala apapun. Namun
untuk bayi lain dengan PDA yang lebih besar mungkin menunjukkan gejala yang berbeda.
Berikut adalah gejala yang paling umum dari PDA. Setiap anak mungkin akan mengalami
gejala secara berbeda. Gejala yang bisa terjadi pada PDA bisa meliputi sebagai berikut:
a. Kelelahan
b. Berkeringat
c. Denyut j antung yang cepat
d. Terengah-engah
e. Kesulitan dalam bernafas
f. Ketidaksukaan dalam pemberian makan, atau tidak mau menyusui
g. Berat badan buruk
E. Patofisiologi PDA
a. Patofisiologi
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera
setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan
meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2
minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang
kemudian dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis. Awalnya darah mengalir
melalui aorta masuk ke arteri pulmonalis (karena tekanan darah aorta ») Lama-kelamaan
karena darah memenuhi pembuluh darah paru-paru, terjadilah hipertensi pulmonal aKarena
peningkatan tahanan pulmonalis terjadilah aliran balik, dari pulmonalis menuju aorta Karena
darah yang terdeoxydasi masuk ke arteri sistemik, otomatis akan timbul sianosis (Wahab,
2009)
F. Komplikasi
1. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal)
Jika terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama melalui PDA
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal. Selain itu hipertensi paru juga dapat
menyebabkan kerusakan pada paru-paru secara permanen.
2. Gagal Jantung
Lama kelamaan PDA dapat menyebabkan otot jantung menjadi melemah dan
menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung sendiri merupakan suatu kondisi kronis dimana
jantung tidak dapat memompa jantung secara efektif.
Seseorang dengan masalah jantung struktural seperti PDA memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya endokarditis dibandingkan orang yang tidak memiliki masalah PDA.
Endokarditis merupakan suatu peradangan pada lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh
infeksi bakteri.
5. Gagal ginjal
6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7. Hepatomegali (pembesaran hati) Jarang terdi pada bayi prematur.
8. Enterokolitis nekrosis
Kelainan ini terjadi pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa atau
submukosa yang sering terjadi pada bayi prematur.
9. Gangguan paru yang terjadi secara bersamaan Misalnya sindrom gawat nafas.
10. Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah trombosit.
11. Hiperkalemia (penurunan pengeluaran urine)
12. CHF
H. Penatalaksanaan Medis
PDA dapat mengalami endokarditis, kalsifikasi, dan gagal jantung, sehingga semua
PDA dianjurkan untuk dioperasi. Secara teknis operasi ligasi PDA adalah operasi jantung
yang paling ringan dan mortalitasnya paling rendah (sampai 0%). Saat terbaik untuk operasi
adalah pada umur 1-2 tahun, walaupun tetap dapat dilakukan pada setiap umur. PDA besar
dengan kelainan vaskuler paru obstruktif berat, mempunyai resistensi vaskular paru 1 pm2 ,
selalu disertai kelainan vaskular paru obstruktif yang berat. Hal ini merupakan kontraindikasi
untuk operasi pada orang dewasa (Muttaqin, 2009)
Menurut Wahab (2009) tujuan dari penatalaksanaan PDA yang tidak terkomplikasi
adalah untuk menghentikan shunt kiri-ke-kanan. Pada penderita dengan PDA kecil,
penutupan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya endokarditis, sedangkan pada PDA
sedang dan besar untuk menangani gagal jantung kongestif dan mencegah terjadinya penyakit
vaskular pulmonar. Penatalaksanaan ini dibagi atas terapi medikamentosa dan tindakan bedah
1. Medikamentosa
medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran kecil, dengan tujuan
terjadinya kontriksi pada otot duktus sehingga duktus akan menutup. Jenis obat yang sering
diberikan adalah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan operasi. Mortalitas
tindakan operasi kurang dari 2% meskipun operasi dilakukan antara umur beberapa bulan
sampai di atas 60 tahun. Risiko kematian yang kecil ini menyebabkan banyak dokter lebih
aktif melakukan operasi pada umur muda karena menunggu penutupan spontan mempunyai
resiko lebih besar daripada operasi.
Pada bayi prematur tanpa sindrom distress respirasi, dicoba dahulu untuk
memperbaiki gagal jantungnya dengan digitalis. Bila berhasil, operasi dapat ditunda 3 bulan
lagi atau lebih lama karena banyak kasus dapat menutup secara spontan. Indikasi untuk
melakukan tindakan beah yaitu adanya kegagalan pada terapi medikamentosa,
trombositopenia, dan insufisiensi ginjal. Ada beberapa tehnik operasi yang dipakai untuk
menutup duktus, seperti penutupan dengan menggunakan tehnik cincin dan metode ADO
(Amplatzer Duet Occlluder).
I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Data
a. Nama : An.U
b. Alamat : Cianjur Kota
c. Tanggal Lahir/ Umur : 6 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Agama : Islam
f. No. Register : 302468
g. Tanggal Masuk/ Jam :
h. Diagnosa Medis : PDA ( Patent Duckus Arteriosus)
2. Nama Penanggung Jawab
4. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat kehamilan
Ketika hamil ibu mempunyai gaya hidup yang sehat dan selalu makan makanan
bergizi.
Anak mempunyai keterlambatan tumbuh kembang, anak dapat berjalan ketika berusia
23 bulan.
f. Riwayat Nutrisi
a) Pemberian Asi
Anak diberikan asi secara terjadwal dan kadang diberikan susu formula.
b) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Identifikasi kepada keluarga pola perubahan nutrisi yang diberikan kepada anak dari
5. Pemeriksaan Fisik
3) Tanda-tanda Vital
20- 30x/menit)
4) Antropometri
BB :77 cm
TB : 9,5kg
LK : 43,3 cm
LiLA : 11cm
5) Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Thorak
b. EKG
Tidak ada abnormalitas (PDA yang lebih parah : hipertrofi ventrikel kiri)
c. Kulit
1) Pucat
vaskularisasi tinggi.
3) Diaforesis
6) Sistem Respirasi
a. Bernapas
1) Pola napas (takipnea), khususnya setelah kerja fisik seperti makan, menangis,
mengejan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup kemungkinan
terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu.
Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat
jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA
sedang sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta gagal tumbuh
dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan operasi maupun kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko
terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45
tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.
B. Saran
Diharapkan bagi para petugas kesehatan untuk menerapkan intervensi dari diagnose yang muncul sehingga dpat meningkatkan pelayanan kesehatan
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan klien
DAFTAR FUSTAKA
Anonim.2021. buku ajar keperawatan kardiovaskuler, pusat Kesehatan jantung dan pembuluh darah nasional harapan kita
Behrman,kliegman & Arvin 2000. Ilmu Kesehatan anak nelson vpl.2, editor, prof.DR.dr A.Samik Wahab,sp.Ak,EGC: Jakart
Muttaqin,A,2009 asuhan keperawatan klien dengan gangguan system kardiovaskuler, Jakarta,:salemba medika.
http://books.gppgle?id=noWFtQVOUMC&PA186&penyebab+PDA+fpaten+ductus+arteriosusl+adalah=id&sa=x&redir
esc=y#v=onenage&q=penyebab%20PDA