Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

(PATIENT DUCTUS ARTERIOSUS)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II
Dosen Pengampu : Rossy Januar Halim,.S.Kep.,MMRS

Disusun oleh :

Audra Fitri Firotika (09190000124)


Ayu Ningsih (09190000126)
Cici Airin (09190000128)
Sulis Nuraeni (09190000173)
Veni Octaviani (09190000177)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

Jl. Harapan no.50, lenteng agung, kec. Jagakarsa, kota Jakarta selatan,
daerah khusus ibukota Jakarta 12610
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA (PATIENT DUCTUS
ARTERIOSUS), Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada
junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
jaman kebodohan hingga jaman berilmu seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan dari segi isi maupun segi tulisan, untuk itu kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

khusunya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Cianjur, 07 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1


1.2 Tujuan................................................................................................................... 3
1.3 Manfaat ................................................................................................................ 3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4

2.1 Pengertian Patent Ductus Arteriosus ................................................................... 4


2.2 Epidemiologi ........................................................................................................ 9
2.3 Etiologi ............................................................................................................... 10
2.4 Manifestasi klinik.............................................................................................. 14
2.5 Patofisiologi PDA............................................................................................... 17
2.6 Komplikasi......................................................................................................... 19
2.7 Pemeriksaan Dignostic ...................................................................................... 20
2.8 Penatalaksanaan Medis ...................................................................................... 24
2.9 Asuhan Keperawatan ..............................................................................................

BAB III : PENUTUP.................................................................................................... 27

3.1 KESIMPULAN .................................................................................................. 27


3.2 SARAN............................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 32
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kardiovaskular merupakan sistem yang memilikikhusus dalam proses embriologi, khususnya


dalam penerimaan pengaturan makanan dan oksigen. Jantung adalah organ berongga
berbentuk kerucut tumpul yang memiliki empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di
bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal.
Jantung dilindungi mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan
pemiliknya (Ethel, 2003: 228). Pembuluh darah berasal dari bahan mesoderm saat embrio
berusia 3 minggu. Pada saat awal, terbentuk empat ruangan yang membentuk seperti tuba
tunggal yang akhirnya berpisah. Hal ini untuk memisahkan darah oksigenasi serta yang
keluar dari paru-paru dan sirkulasi tubuh. Kemudian pada akhir bulan kedua, ventrikel telah
terpisah dan dua atrium juga secara parsial. Keadaan ini tetap hingga setelah lahir dan pada
saat di dalam uterus darah secara bebas (mengingat paru belum berfungsi secara maksimal)
yakni semua darah masuk ke jantung embrio melalui atrium kanan ke dalam vena kava
superior dan inferior. Adanya pembukaan dua atrium dapat memungkinkan separuh darah
menyilang ke sisi kiri dan kemungkinan fungsi pompa jantung di bagi di antara ventrikel.
Kemudian berangsur-angsur terjadi perubahan seiring dengan perkembanganya arkus aorta,
suatu arkus tunggal yang hingga dewasa tetap menjadi aorta dana arkus yang terakhir
menjadi aorta pulmonalis.

Duktus arteriosus paten adalah terbukanya duktus arteriosus yang secara fungsional
menetap beberapa saat setelah lahir. Penutupan fungsional duktus, normalnya terjadi segera
setelah lahir. Akan tetapi, pada bayi yang lahir premature, duktus paten biasanya mempunyai
susunan anatomi yang normal dan keterbukaan merupakan akibat dari hipoksia dan
imaturitas. Duktus yang tetap terbuka setelah bayi cukup bulan berusia beberapa minggu
jarang menutup secara spontan.( Behrman dkk., 2000)

Patent duktus arteriosus (PDA) adalah cacat jantung koengenital kelima yang paling
sering ditemukan sekitar 8-10% diseluruh kasus cacat jantung koengenital. Di Amerika
Serikat, diperkirakan bahwa dari 1000 kelahiran hidup ditemukan 1 kasus PDA.
Perbandingan pada anak perempuan dan laki-laki adalah 2:1, dan kecenderungan kasus
meningkat pada saudara penderita yang juga mengalami PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada
bayi yang lahir dengan berat badan <1200 gram dan sering bersamaan dengan penyakit
jantung kongenital lain (Wahab, 2009).Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran
pada bayi cukup bulan dan kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada
bayi kurang bulan terutama dengan berat lahir rendah. Oleh sebab itu perlu adanya suatu
tindakan pencegahan dan juga penanggulangan terjadinya kasus PDA ini.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa keperawatan dan


pembaca mengenai % Asuhan Keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada Anak”.

2. Tujuan Khusus

Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa dan pembaca mengenai :

a. Konsep dasar penyakit PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak


b. Konsep asuhan keperawatan stomatitis pada anak
C. Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pegetahuan terkait
konsep dasar penyakit PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak dan konsep asuhan
keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus) pad
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung bawaan (PJB)
yang sering dijumpai pada anak yang disebabkan oleh kegagalan penutupan secara fisiologis
dari duktus arteriosus setelah lahir (Hartaty dkk., 2015)

Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan suatu keadaan adanya pembuluh darah
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal. Duktus arteriosus ini normal pada saat bayi
dalam kandungan. Oleh karena suatu hal, maka pembuluh darah ini tidak menutup secara
sempurna setelah bayi lahir. Pada masa janin, PDA merupakan saluran penting bagi aliran
darah dari arteri pulmonal kiri ke aorta desendens, terletak distal dari percabangan arteri
subklavia kiri. PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24
jam pertama setelah kelahiran, sedangkan secara anatomik menutup dalam 4 minggu
pertama. Bayi prematur lebih banyak yang menderita PDA, 15% diantaranya baru dapat
menutup dalam 3 bulan pertama. PDA yang tidak menutup dalam tiga bulan pertama, tipis
kemungkinannya dapat menutup di kemudian hari (Muttaqin, 2009).

Menurut Stanford Children’s Health (2017) patent ductus arteriosus (PDA) merupakan salah
satu masalah jantun g yang sering terjadi dalam beberapa minggu pertama atau beberapa
bulan setelah kelahiran. Hal ini ditandai dengan persistensi hubungan janin normal antara
aorta dan arteri pulmonalis yang memungkinkan darah kaya oksigen (merah) yang harus
masuk ke tubuh untuk disirkulasikan melalui paru-paru. Pada umumnya semua bayi
dilahirkan dengan hubungan antara aorta dan arteri pulmonalis. Sementara saat bayi
berkembang di rahim, darah tidak diperlukan untuk disirkulasikan melalui paru-paru karena
oksigen diberikan melalui plasenta. Selama kehamilan, diperlukan saluran untuk
memungkinkan darah kaya oksigen (merah) mengalir ke paru-paru bayi dan masuk ke dalam
tubuh. Sambungan normal yang dimiliki semua bayi ini disebut duktus arteriosus.
Saat lahir, plasenta diangkat saat tali pusar dipotong. Pada saat itu paru-paru pada
bayi harus menyediakan oksigen ke tubuhnya. Saat bayi mengambil nafas untuk pertama kali,
pembuluh darah di paru-paru terbuka dan darah mulai mengalir untuk mengambil oksigen.

Gambar Patent Ductus Arteriosus

Pada titik ini, duktus arteriosus tidak diperlukan untuk melewati paru-paru. Dalam keadaan
normal, beberapa hari pertama setelah kelahiran duktus arteriosus menutup dan darah tidak
lagi melewatinya. Pada beberapa bayi, bagaimanapun, duktus arteriosus tetap terbuka (paten)
dan kondisinya kini dikenal sebagai patent ductus arteriosus (PDA). Pembukaan antara aorta dan
arteri pulmonalis memungkinkan darah kaya oksigen (merah) menyebar ke paru-paru

Patent ductus arteriosus (PDA) terjadi dua kali lebih sering pada anak perempuan
dibandingkan pada anak laki-laki (Stanford Children’s Health, 2017)
Gambar Aliran Darah Pada Jantung Normal dan Duktus Arteriosus Paten

& Sumber: Wahab, 2009)

Normal Patent ductus arteriosus

Gambar perbandingan tekanan darah dan saturasi oksigen pada jantung normal

dan paten ductus arteriosus

(sumber:Wahab,2009)

B. Epidemiologi

Patent duktus arteriosus (PDA) adalah cacat jantung koengenital kelima yang paling
sering ditemukan sekitar 8-10% diseluruh kasus cacat jantung koengenital. Di Amerika
Serikat, diperkirakan bahwa dari 1000 kelahiran hidup ditemukan 1 kasus PDA.
Perbandingan pada anak perempuan dan laki-laki adalah 2:1, dan ke'enderungan kasus
meningkat pada saudara penderita yang juga mengalami PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada
bayi yang lahir dengan berat badan <1200 gram dan sering bersamaan dengan penyakit
jantung kongenital lain (Wahab, 2009).

Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran pada bayi 'ukup bulan dan
kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada bayi kurang bulan terutama
dengan berat lahir rendah. Sedangkan insiden pada bayi 'ukup bulan (BCB) lebih ke'il yaitu, 1
per 2000 kelahiran. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) Jakarta insiden PDA pada bayi kurang bulan (BKB) dilaporkan
32%, sedangkan di Departemen IKA Rumah Sakit Moh.Hoesin (RSMH) Palembang
dilaporkan insiden pada bayi usia gestasi <37 minggu sebanyak 58,7% (Sari dkk., 2015).

C. Etiologi

Penyebab dari terjadinya penyakit jantung bawaan seperti PDA belum diketahui se'ara
pasti, namun ada beberapat faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap peningkatan
angka kejadian penyakit jantung bawaan. Faktor- faktor tersebut, yaitu:

1. Faktor Prenatal, seperti:


a. Ibu menderita penyakit infeksi, seperti Rubella
b. Ibu dengan riwayat sering minum-minuman beralkohol
c. Umur ibu saat hamil berusia lebih dari 4 tahun
d. Ibu yang menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin
e. Ibu yang sering meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik, seperti:
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah ataupun ibu menderita penyakit jantung bawaa.
c. Kelainan pada kromosom, seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain (Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler,
Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109).

Sedangkan menurut Wahab (2009), prematuritas dianggap sebagai penyebab terbesar


timbulnya patent duktus arteriosus (PDA). Pada bayi prematur, gejala cenderung timbul
sangat awal, terutama bila disertai dengan sindrom distress pernafasan. Paten duktus
arteriosus (PDA) juga lebih sering terdapat pada anak yang lahir di tempat yang tinggi atu di
daerah peguungan. Hal ini terjadi karena adanya hipoksia dan hipoksia ini menyebabkan
duktus gagal menutup. Selain itu penyakit rubella yang terjadi pada trimester I kehamilan
juga dihubungkan dengan terjadinya duktus arteriosus paten. Bagaimana infeksi rubella pada
ibu dapat menganggu proses penutupan duktus ini belum jelas diketahui, tetapi diduga bahwa
infeksi rubella ini mempunyai pengaruh langsung pada jaringan duktus.

Menurut Kim (2016) etiologi dari Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah :

1. Genetika
Untuk kasus faktor keluarga yang terkena patent ductus arteriosus (PDA) telah dicatat
sebagai salah satu yang mempengaruhi, namun untuk penyebab genetik belum ditentukan.
Pada bayi yang lahir pada saat memiliki patent duktus arteriosus (PDA) yang gigih, tingkat
kekambuhan di antara saudara kandung adalah 5%. Beberapa bukti awal menunjukkan bahwa
sepertiga kasus disebabkan oleh ciri resesif yang diberi label PDA1, terletak pada kromosom
12 yang terjadi pada beberapa populasi.

2. Kelainan kromosm

Beberapa kelainan kromosom dikaitkan dengan patensi persisten duktus arteriosus.


Teratogen yang teridentifikasi meliputi infeksi rubella kongenital pada trimester pertama
kehamilan, terutama melalui kehamilan 4 minggu (terkait dengan patent ductus arteriosus
[PDA] dan stenosis cabang arteri pulmonalis), sindrom alkohol janin, penggunaan amfetamin
ibu, dan penggunaan fenitoin ibu.

3. Prematuritas

Prematuritas atau ketidakdewasaan bayi pada saat persalinan berkontribusi terhadap


terjadinya patensi pada duktus. Beberapa faktor yang terlibat, termasuk ketidakdewasaan otot
polos di dalam struktur atau ketidakmampuan paru-paru yang belum matang untuk
membersihkan prostaglandin yang beredar dan bertahan dari masa gestasi. Selain itu kondisi
yang berkontribusi pada ketegangan oksigen rendah di dalam darah, seperti paru-paru yang
belum matang, defek jantung kongenital yang hidup berdampingan, dan ketinggian tinggi,
terkait dengan patensi duktus yang terus-menerus.

4. Penyebab Lain

Penyebab lainnya meliputi berat lahir rendah (BBLR), prostaglandin, ketinggian


tinggi dan tekanan oksigen di atmosfer rendah, dan hipoksia.

D. Manifestasi Klinis

Menurut Muttaqin (2009), gambaran klinis pada PDA (Patent Ductus Arteriosus)
umumnya muncul dalam tiga bentuk, sebagai berikut:

1. PDA kecil tanpa gangguan hemodinamika yang berarti biasanya tidak memberikan
gejala. Tekanan arteri pulmonal normal dan pebandingan aliran pulmonal dengan
aliran sistemis <1,5 : 1. Jantung tidak membesar. Diagnosis sangat mudah ditegakkan
karena pada auskultasi terdapat bising kontinu di garis sternal kiri atas. Foto rontgen
paru dan EKG normal. Risiko tinggi yang mungkin terjadi ialah endokarditis,
kasifikasi duktus, dan gagal jantung kiri;
2. PDA sedang gejala akan timbul biasanya pada usia 2-5 bulan, tetapi biasanya tidak
berat. Pada pasien yang mengalami kesulitan makankali mender, seringkali menderita
infeksi saluran nafas, namun biasanya berat badannya masih tergolong dalam batas
normal. PDA juga sering muncul dengan tekanan arteri pulmonal <1/2 tekanan aorta.
Perbandingan aliran pulmoner dan aliran simpatis adalah 1,5 : 1 sampai 2 : 1.
Umumnya klien asimptomatik, kecuali pada anak kecil dapat ditemukan dispnea dan
gagal jantung kiri. Bising kontinue, bising machinery, sama seperti PDA kecil, tetapi
foto Rontgen toraks memperlihatkan adanya pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri,
knob aorta, dan vaskulaisasi paru yang meningkat;
3. PDA besar penderitanya akan menunjukkan gejala yang berat minggu-minggu
pertama kehidupannya. Selain itu akan mengalami kesulitasn makan dan minum
sehingga berat badannya tidak bertambah dengan memuaskan. Pasien akan tampak
dispnea ataupun takipnea. Pada PDA besar juga muncul dengan tekanan arteri
pulmonal sama dengan tekanan aorta. Perbandingan aliran paru dan sistematis >2 : 1.
Aliran darah pintas yang besar seperti ini akan mengakibatkan gagal jantung kiri pada
minggu pertama bayi prematur atau usia 2 atau 3 buan pada bayi lahir cukup bulan.
Beberapa diantaranya dapat hidup terus karena pengecilan spontan PDA, atau karena
sindrom Eisenmenger (Muttaqin, 2009).

Menurut Children National Health System (2017) ukuran sambungan antara aorta dan
arteri pulmonalis akan mempengaruhi jenis gejala yang dicatat, tingkat keparahan gejala, dan
juga usia di mana patent duktus arteriosus itu pertama kali terjadi. Semakin besar lubang,
maka akan semakin besar jumlah darah yang melewati dan membebani paru-paru. Seorang
anak dengan duktus arteriosus paten kecil mungkin tidak memiliki gejala apapun. Namun
untuk bayi lain dengan PDA yang lebih besar mungkin menunjukkan gejala yang berbeda.
Berikut adalah gejala yang paling umum dari PDA. Setiap anak mungkin akan mengalami
gejala secara berbeda. Gejala yang bisa terjadi pada PDA bisa meliputi sebagai berikut:

a. Kelelahan
b. Berkeringat
c. Denyut j antung yang cepat
d. Terengah-engah
e. Kesulitan dalam bernafas
f. Ketidaksukaan dalam pemberian makan, atau tidak mau menyusui
g. Berat badan buruk
E. Patofisiologi PDA
a. Patofisiologi

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah


pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt) ini
diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan
tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui
vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa oleh
ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus
arteriosus berasal dari arteri pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada
bagian superior dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang
tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk
lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan
tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap
mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). (Wahab, S. 2009 ).

Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera
setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan
meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2
minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang
kemudian dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis. Awalnya darah mengalir
melalui aorta masuk ke arteri pulmonalis (karena tekanan darah aorta ») Lama-kelamaan
karena darah memenuhi pembuluh darah paru-paru, terjadilah hipertensi pulmonal aKarena
peningkatan tahanan pulmonalis terjadilah aliran balik, dari pulmonalis menuju aorta Karena
darah yang terdeoxydasi masuk ke arteri sistemik, otomatis akan timbul sianosis (Wahab,
2009)

F. Komplikasi
1. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal)
Jika terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama melalui PDA
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal. Selain itu hipertensi paru juga dapat
menyebabkan kerusakan pada paru-paru secara permanen.

2. Gagal Jantung

Lama kelamaan PDA dapat menyebabkan otot jantung menjadi melemah dan
menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung sendiri merupakan suatu kondisi kronis dimana
jantung tidak dapat memompa jantung secara efektif.

3. Endokarditis (infeksi jantung)

Seseorang dengan masalah jantung struktural seperti PDA memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya endokarditis dibandingkan orang yang tidak memiliki masalah PDA.
Endokarditis merupakan suatu peradangan pada lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh
infeksi bakteri.

4. Arithmia (detak jantung tidak teratur)

Pembesaran hati karena PDA dapat meningkatkan risiko terjadinya arithmia.


Peningkatan risiko arithmia ini biasanya terjadi pada PDA yang besar.

5. Gagal ginjal
6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7. Hepatomegali (pembesaran hati) Jarang terdi pada bayi prematur.
8. Enterokolitis nekrosis

Kelainan ini terjadi pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa atau
submukosa yang sering terjadi pada bayi prematur.

9. Gangguan paru yang terjadi secara bersamaan Misalnya sindrom gawat nafas.
10. Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah trombosit.
11. Hiperkalemia (penurunan pengeluaran urine)
12. CHF

Merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh


(Ebbersole, Hess 1998). CHF ini akan menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-
penyakit seperti hipertensi, penyakit katub jantung kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga
dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada infark miokard.

13. Kegagalan pertumbuhan & Ganes dkk., 2011)


G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Thorax, Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali),
gambaran vaskuler pada paru meningkat.
2. Ekhokardiografi, Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi
cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi preterm (disebabkan oleh peningkatan
volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna, digunakan untuk mengevaluasi aliran darah
dan arahnya.
4. Elektrokardiografi(EKG), bervariasi sesuai tingkat keparahan pada PDA kecil tidak
ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
5. Kateterisasi jantung, hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih j auh hasil ECHO
atau Doppler yang meragukan atau jika ada kecurigaan defek tambahan lainnya (Betz
& Sowden, 2002)

H. Penatalaksanaan Medis

PDA dapat mengalami endokarditis, kalsifikasi, dan gagal jantung, sehingga semua
PDA dianjurkan untuk dioperasi. Secara teknis operasi ligasi PDA adalah operasi jantung
yang paling ringan dan mortalitasnya paling rendah (sampai 0%). Saat terbaik untuk operasi
adalah pada umur 1-2 tahun, walaupun tetap dapat dilakukan pada setiap umur. PDA besar
dengan kelainan vaskuler paru obstruktif berat, mempunyai resistensi vaskular paru 1 pm2 ,
selalu disertai kelainan vaskular paru obstruktif yang berat. Hal ini merupakan kontraindikasi
untuk operasi pada orang dewasa (Muttaqin, 2009)

Menurut Wahab (2009) tujuan dari penatalaksanaan PDA yang tidak terkomplikasi
adalah untuk menghentikan shunt kiri-ke-kanan. Pada penderita dengan PDA kecil,
penutupan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya endokarditis, sedangkan pada PDA
sedang dan besar untuk menangani gagal jantung kongestif dan mencegah terjadinya penyakit
vaskular pulmonar. Penatalaksanaan ini dibagi atas terapi medikamentosa dan tindakan bedah

1. Medikamentosa
medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran kecil, dengan tujuan
terjadinya kontriksi pada otot duktus sehingga duktus akan menutup. Jenis obat yang sering
diberikan adalah

a. Golongan obat-obatan steroid anti-inflamasi (indometasin/indosin). Berfungsi untuk


menekian produksi prostaglandin dengan cra menurunkan aktivitas cyclo-oksigenase.
 Dosis yang bisa diberikan yaitu 0,2 mg/kg IV pada 12 jam I, di ikuti 0,1 mg/kg IV
pada 12 jam berikutnya.
 Kontraindikasinya : hipersensitivitas, perdarahan gastrointestinal, dan insufisiensi
ginjal.
 Efek samping : nefritis, gagal ginjal, dan leukopenia.
b. Prostaglandin E1 (Alprostil, Prostin VR) Berfungsi untuk mempertahankan patensi
duktus arteriosus, terutama jika sudah ada shunt dari kanan-ke-kiri (Sindrom
Eisenmenger). Obat ini diberikan sebelum tindakan operasi penutupan duktus
dilakukan, dan efektif pada bayi prematur Dosis awal: 0,05-0,1 mcg/kg/min IV
 Dosis rumahan : 0,01-004 mcg/kg/min IV
 Kontraindikasi : hipersensitivitas dan sindrom distress penafasan.
 Efek samping : apnea, kejang, demam, hipotensi, dan penegangan aggregasi
trombosit.
2. Tindakan bedah

Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan operasi. Mortalitas
tindakan operasi kurang dari 2% meskipun operasi dilakukan antara umur beberapa bulan
sampai di atas 60 tahun. Risiko kematian yang kecil ini menyebabkan banyak dokter lebih
aktif melakukan operasi pada umur muda karena menunggu penutupan spontan mempunyai
resiko lebih besar daripada operasi.

Pada bayi prematur tanpa sindrom distress respirasi, dicoba dahulu untuk
memperbaiki gagal jantungnya dengan digitalis. Bila berhasil, operasi dapat ditunda 3 bulan
lagi atau lebih lama karena banyak kasus dapat menutup secara spontan. Indikasi untuk
melakukan tindakan beah yaitu adanya kegagalan pada terapi medikamentosa,
trombositopenia, dan insufisiensi ginjal. Ada beberapa tehnik operasi yang dipakai untuk
menutup duktus, seperti penutupan dengan menggunakan tehnik cincin dan metode ADO
(Amplatzer Duet Occlluder).
I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Juli 2019 jam 08.00 WIB

1. Identitas Data

a. Nama : An.U
b. Alamat : Cianjur Kota
c. Tanggal Lahir/ Umur : 6 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Agama : Islam
f. No. Register : 302468
g. Tanggal Masuk/ Jam :
h. Diagnosa Medis : PDA ( Patent Duckus Arteriosus)
2. Nama Penanggung Jawab

a. Nama Ayah : Tn. W


b. Pendidikan : SMA
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Nama Ibu : Ny. I
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3. Keluhan Utama

Lelah dan sesak napas.

4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengeluh sesak nafas dan merasa cepat lelah.


b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Bayi lahir prematur

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang diturunkan ataupun yang

berhubungan dengan PDA.

d. Riwayat kehamilan

Ketika hamil ibu mempunyai gaya hidup yang sehat dan selalu makan makanan

bergizi.

e. Riwayat Tumbuh Kembang

Anak mempunyai keterlambatan tumbuh kembang, anak dapat berjalan ketika berusia

23 bulan.

f. Riwayat Nutrisi

a) Pemberian Asi

Anak diberikan asi secara terjadwal dan kadang diberikan susu formula.

b) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Identifikasi kepada keluarga pola perubahan nutrisi yang diberikan kepada anak dari

usia 0-4 bulan, 4-12 bulan, dan nutrisi saat ini.

5. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum Klien

Lemah dan tidak bergairah.

2) Kesadaran : Compos mentis

3) Tanda-tanda Vital

- TD : 120/80 mmHg (terjadi peningkatan tekanan darah sistolik), batas normal

(bayi : 70-90/50 mmHg); (anak : 80-100/ 60 mmHg)


- Suhu : 34,7°C

- Nadi : 124x/menit (takikardi), batas normal (pada bayi : 120-130x/menit);

(pada anak-anak : 80-90x/menit)

- Respirasi : 37x/menit (tachypnea), batas normal (bayi : 30-40x/menit) ; (anak :

20- 30x/menit)

4) Antropometri

BB :77 cm

TB : 9,5kg

LK : 43,3 cm

LiLA : 11cm

5) Pemeriksaan Diagnostik

a. Foto Thorak

Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali)

b. EKG

Tidak ada abnormalitas (PDA yang lebih parah : hipertrofi ventrikel kiri)

c. Kulit

1) Pucat

2) Sianosis, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah, konjungtiva, area

vaskularisasi tinggi.

3) Diaforesis

6) Sistem Respirasi

a. Bernapas

1) Pola napas (takipnea), khususnya setelah kerja fisik seperti makan, menangis,

mengejan.

2) Retraksi interkostal (suprasternal, interkostal, subkostal, dan supraklavikular).


3) Pernapasan cuping hidung.

b. Hasil auskultasi toraks

1) Bunyi napas merata

2) Bunyi napas abnormal ronki

3) Fase inspirasi dan ekspirasi memanjang

4) Serak, batuk, dan stridor


N TUJUAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
O Tujuan Panjang Tujuan Pendek
1 Resiko penurunan curah jantung b.d Setelah dilakukan Setalah dilakukan perawatan 1. Observasi
perubahan frekuensi jantung perawatan 3x24 jam 1x24 jam perubahan frekuensi - Identifikasi tanda/gejala
Ds : - ekspektasi pada jantung membaik primer penurunan curah
Do : - pasien meningkat jantung ( meliputi dipsnea,
resiko penurunan kelelahan, edema, ortopnea,
curah jantung teratasi paroxysmal nocturnal
dyspnea, peingkatan CVP)
- Identifikasi tanda/gejala
sekunder penurunan curah
jantung ( melipui
peningkatan berat badan,
hepatomegali, distensi vena
jgularis, palpasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit
pucat)
- Monitor tekanan darah
( termasuk tekanan darah
ortostatik, jika perlu)
- Monitor aritmia ( kelainan
irama dan frekuensi)
- Monitor nilai laboratorium
jantung (mis. Intensitas,
lokasi, radiasi, durasi,
previtasi yang mengurangi
nyeri)
- Monitor fungsi alat pacu
jantung
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberia obat ( mis. Beta
blocker, ACE inhibitor,
calcium channel blocker,
digoksin)
2. Terapeutik
- Posisikan pasien semi-fowler atau
fowler dengam kaki kebawah atau
posisi nyaman
- Berika diet jantung (mis. Batasi
asupan kafein, natrium, kolestrol,
dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau
pneumatik intemiten, sesuai
indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga
pasien untuk modifikasi hidup
sehat
- Berikan teapi relaksasi untuk
mengurangi stress, jika perlu
- Berikan dukungan emosionl dan
spiritual
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
3. Edukasi
- Anjurkan beraktivitas dengan fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu
- Rujuk program rehabiliasi jantung
2 Gangguan pertukaran gas b.d Setlah dilakukan Setelah dilakukan perawatan 1. Observasi
ketidakseimbangan ventilasi – perawatan 3x24 jam 1x24 jam keluhan klien - Monitor frekuensi, irama,
perfusi ditandai dengan : ekspektasi klien berkurang dengan kroteria kedalamam dan upaya napas
Ds : dispnea meningkat gangguan hasil : - Monitor pola napas ( sepert
Pusing pertukaran gas teratasi - Takikardia menurun bradipnea, takipnea, hiperventalasi,
Penglihatan kabur - Tidak ada bunyi napas kussmaul, cheyne-stokes, biot,
Do : napas cuping hidung tambahan ataksik)
Pola napas abnormal ( cepat/lambat, - Napas cuping hidung - Monitor adanya sumbatan jalan
regular/ireguler, dalam/dangkal) napas
takikardia - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
gelisah - Auskultasi bunyi napas
- Monior saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
2. Teraupetik
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
3 Resiko gangguan perkembangan b.d Setekah dilakukan Setelah dilakukan perawatan 1. Observasi
ketidakadekuatan nutrisi perawatan 3x24 jam selama 1x24 jam keluhan klien - Identifikasi kebutuhan khusus anak
Ds : - ekspektasi pada berkurang : dan kemampuan adaptasi anak
Do : - pasien membaik - Keterampilan/prilaku 2. Terapeutik
terhadap resiko sesuai usia cukup - Dukung anak berinteraksi dengan
gangguan meningkat anak lain
berkembangan teratasi - Dukung anak mengekspresikan
perasaannya secara positif
- Berikan mainan yang sesuai
dengan usia anak
- Bernyanyi bersama anak lagu-lagu
yang disukai anak
- Bacakan cerita/dongeng untuk
anak
- Sediakan kesempatan dan alat-alat
untuk menggambar, melukis, dan
mewarnai
- Sediakan mainan berupa puzzle
dan maze
3. Edukasi
- Jelaskan nama-nama benda obyek
yang ada dilingkungan sekitar
- Ajarkan pengasuh milestones
perkembangan dan prilaku yang
dibentuk
- Ajarkan sikap kooperatif, bukan
kompetisi diantara anak
- Ajarkan anak cara meminta
baantuan dari anak lain, jika perlu
- Demontrasikan kegiatan yang
meningkatkan perkembangan pada
prngasuh
4. Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
4 Defisit nutrisi bd ketidakmampuan Setekah dilakukan Setelah dilakukan perawatan 1. Observasi
mengabsorbsi nutrien ditandai perawatan 3x24 jam selama 1x24 jam keluhan klien - Identfikasi status energi
dengan : ekspektasi pada berkurang dengan kriteri hasil : - Identifikasi alergi dan intoleransi
Ds: Cepat kenyang setelah makan pasien membaik - Kekuatan otot makanan
Kram/nyeri abdomen defisit nutrisi, mengunyah cukup - Identifikasi makanan yang disukai
Nafsu makan menurun ketidakmampuan meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan
Do: bising usus hipeaktif mengabsorbsi nutrien - Kekuatan otot menelan jenis nutrien
Otot mengunyah lemah teratasi cukup meningkat - Monitor asupan makanan
Otot menelan lemah Bissing usus normal - Monitor hasil pemeriksaan
Membran mukosa pucat laboratorium
2. Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika
perlu
3. Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
4. Kolborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu

5 Intoleransi aktivitas b.d Setekah dilakukan Setelah dilakukan perawatan 1. Observasi


ketidakseimbangan antara suplai dan perawatan 3x24 jam selama 1x24 jam keluhan klien - Identifikasi defisit tingkat
kebutuhan oksigen ditandai dengan : ekspektasi meningkat berkurang dengan kriteri hasil : aktivitas
Ds : mengeluh lelah intoleransi aktivitas - Kemudahan dalam - Identifikasi kemampuan
Dipsnea saat/setelah aktivitas teratasi melakukan aktvitas berpartisipasi dalam aktivitas
Merasa tidak n yaman setelah sehari-hari cukup yang diinginkan
beraktivitas membaik - Identifikasi strategi meningkatkan
Merasa lemas - Tekanan darah normal partisipasi dalam aktivitas
Do : frekuensi jantung meningkat - Saturasi oksigen mem - Monitor respon emosional, fisik,
>20% dari kondisi istirahat baik sosial, dan spiritual terhadap
Tekanan darah berubah >20% dari - Ekg iskemia membaik aktivitas
kondisi istirahat 2. Terapeutik
Gambarah EKG menunjukan aritmia - Fasilitasi fokus pada kemampuan
saat/setelah aktivitas bukan defisit yang dialami
Gambaran EKG menunjukan - Fasilitasi mmilih aktivitas dan
iskemia tetapkan tujuan aktivitas yang
sianosis konsisten sesuai kemampuan
fisik, psikologis dan sosial
- Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas
yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
- Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
- Jaddwalkann aktivitaas dalam
rutinitas sehari-hari
3. Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas
fisik, sosial, spiritual dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok terapi, jika sesuai
4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis okupsi
dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika
sesuai
- Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perli

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup kemungkinan
terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu.
Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat
jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA
sedang sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta gagal tumbuh
dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan operasi maupun kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko
terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45
tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.

B. Saran
Diharapkan bagi para petugas kesehatan untuk menerapkan intervensi dari diagnose yang muncul sehingga dpat meningkatkan pelayanan kesehatan
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan klien
DAFTAR FUSTAKA

Anonim.2021. buku ajar keperawatan kardiovaskuler, pusat Kesehatan jantung dan pembuluh darah nasional harapan kita

Behrman,kliegman & Arvin 2000. Ilmu Kesehatan anak nelson vpl.2, editor, prof.DR.dr A.Samik Wahab,sp.Ak,EGC: Jakart

Betz&sowden.2002, keperawatn pediatrik.edisi 3,Jakarta : EGC

Muttaqin,A,2009 asuhan keperawatan klien dengan gangguan system kardiovaskuler, Jakarta,:salemba medika.
http://books.gppgle?id=noWFtQVOUMC&PA186&penyebab+PDA+fpaten+ductus+arteriosusl+adalah=id&sa=x&redir

esc=y#v=onenage&q=penyebab%20PDA

NANDA international .2015,nursing diagnoses:definitions&classifications2015-2017.jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai