Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

METODE KEPERAWATAN MANAJEMEN


Dosen Pembimbing : Ns. Siti Kamilah, S.Kep., M.Kep

ERNI AMALIA UTAMI

18220100193

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
JAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Manajemen Keperawatan


1. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola atau mengatur atau
mengurus. Para ahli manajemen mengemukakan definisi dari manejemen menurut sudut
pandang yang berbeda. Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses melakukan
pekerjaan melalui orang lain (Gillies, 1989).
Menurut Gillies (1989) manajemen keperawatan merupakan suatu proses
menyelesaikan pekerjaan melalui anggota staf keperawatan dalam memberikan asuhan,
pengobatan dan bantuan kepada pasien yang dirawat. Huber (2000) mende finisikan
manajemen keperawatan sebagai bentuk koordinasi dan integrasi sumber-sumber
keperawatan melalui penerapan proses manajemen dalam mencapai tujuan dan
objektivitas asuhan keperawatan maupun pelayanan keperawatan.
proses manajemen terbagi dalam lima tahap yakni 3 perencanaan, pengorganisasian,
kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian. Menajemen pelayanan keperawatan
meliputi pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui 3
tingkatan manajerial yaitu kepala bidang keperawatan (manajemen puncak), kepala unit
pelayanan atau supervisor (manajemen menengah) dan kepala ruangan (manajemen
bawah). Peran dan fungsi manajer keperawatan dalam menjalankan tugasnya sangat
mempengaruhi keberhasilan pelayanan keperawatan dalam suatu ruangan. Manajer
keperawatan bertugas merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi komponen
keuangan maupun sarana prasarana serta sumber daya manusia dalam memberikan
pelayanan yang efektif dan ekonomis kepada pasien (Gillies, 2000).
Manajemen Keperawatan adalah sebuah integrasi sumber – sumber keperawatan,
kerjasama/ koordinasi sehingga proses manajemen dapat mencapai tujuan, pelayanan
keperawatan dan objektivitas asuhan keperawatan ( Huber, 2000) Keterampilan
manajemen diklasisfikasikan menjadi tiga tingkatan sebagai berikut (Swanburg, 2001):
a. Keterampilam intelektual meliputi keterampilan berfikir, penguasaan teori dan
kemampuan
b. Keterampilan teknikal dibagi menjadi prosedur, Teknik atau metode
c. Keterampilan interpersonal dipengaruhi oleh jiwa untuk memimpin dan berinteraksi
dengan individua tau kelompok
2. Tujan Menejemen Keperawatan
Menurut Supinganto dkk (2020) tujuan dari manajemen keperawatan yaitu :
a. Mengarahkan seluruh kegiatan yang sudah direncanakan
b. Mencegah atau mengatasi masalah manajerial
c. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh
komponen yang ada
d. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehinga staf perawatan bekerja lebih efektif
dan efisien, sehingga mengurangi waktu kerja yang sia-sia serta mengurangi duplikasi
tenaga
Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan
adalah:
a. Terselenggaranya pelayanan/
b. Asuhan keperawatan yang berkualitas.
c. Pengembangan staf
d. Budaya riset bidang keperawatan
3. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan
Prinsip manajemen sifatnya fleksibel artinya bahwa perlu dipertimbangkan sesuai
dengan kondisi khusus serta situasi yang berubah. Adapun prinsip – prinsip manajemen
keperawatan menurut Swanburg (2001)
a. Perencanaan (Planning).
Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental untuk membuat
keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus berorientasi ke masa
depan dan memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan (Swansburg, 2000).
Dalam perencanaan, salah satu hal penting yang menjadi pusat perhatian adalah
rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya yang lain yang
relevan. Perencanaan yang baikakan meningkatkan capaian tujuan dan pembiayaan
yang efektif.
b. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time).
Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan
waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapaianya
tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung, dan kegiatan perawat dikendalikan.
c. Pengambilan keputusan (Decision making).
Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau
kognitif yang membawa pada pemilihan di antara beberapa alternatif yang tersedia
yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai
tujuan melalui pelaksanaan/ implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.
d. Pengelola/Pemimpin (Manager/leader).
Manajer yang bertugas mengatur manajemen memerlukan keahlian dan tindakan
nyata agar para anggota menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya
manajer yang mampu memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai
tujuan merupakan sumber daya yang sangat menentukan
e. Tujuan sosial (Social goal).
Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan ditetapkan dalam bentuk
visi, misi dan tujuan organisasi.
f. Pengorganisasian (Organizing).
Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing kelompok dilakukan berdasarkan
supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal maupun secara
vertikal (Swansburg, 2000).
g. Perubahan (Change)
Adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya yang berbeda dari
sebelumnya. Perubahan, di dalam manajemen keperawatan perubahan dijadikan
prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti karakteristik pasien yang akan
Anda layani
4. Fungsi Manajemen Keperawatan
Fungsi utama manajemen keperawatan :
a. Planning (perencanaan)
Landasan dasar fungsi manajemen secara keseluruhan. Perencanaan memberikan
pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan,
siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan
tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
b. Organizing (pengorganisasian)
Suatu Langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam
kegiatan, penetapan tugas – tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian
wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Organisasi dapat dipandang sebagai
rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap
kegiatan usaha Kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan –
pekerjaan yang harus dilaksanakan serta Menyusun jalinan hubungan kerja di antara
parapekerja.
c. Staffing (kepegawaian)
Prosef pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah
system control termasuk studi pengalaman staff, penguasaan rencana pengaturan
staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK).
SIMK meliputi lima elemen yaitu, kualitas perawatan pasien, karakteristik dan
kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan,
logistic dari pola program pengaturan staff dan kontrolnya, evaluasi kualitas
perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan menakup
personal keperawatan yang harus bersedia memberikan pelayanan pada semua pasien
selama 24 jam sehati, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap
rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak
dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana.
jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana
departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah
dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus
individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat – obatan dan
pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan.
Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen
beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif
tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur
tertulis, pengembangan programstaff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi,
orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.
d. Directing (pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek – aspek individual yang ditimbulkan oleh
adanya pengaturan terhadap bawahan – bawahan untuk dapat dipahami dan
pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Menurut Lewin dalan Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya
kepemimpinan, yaitu :
- Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan ini siatif.
- Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka
berorientasi pada bawahan dan menitik beratkan pada hubungan antara manusia
dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan
kepuasan kerja.
- Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan
kepada setiap orang dan menginginkan setiapo rang senang. Hal ini dapat
mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.

e. Controlling (pengawasan)

Pengawasan diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard


pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancangs istem informasi timbal balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan – penyimpangan, serta mengambil
tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan Perusahaan. (Mockler, 2002)

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu


dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan,
serta prinsip – prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).

Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan


fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikanbeberapa prinsip berikut:

a) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah
diukur, misalnya menepati jam kerja.
b) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam Upaya
mencapai tujuan organisasi.
c) Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen
terhadap kegiatan program.
d) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telaht ersedia, serta alat
untuk memperbaiki kinerja.
e) Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem kontrol yang baik:
1) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
2) Harus melaporkan kesalahan – kesalahan dengan segera
3) Harus memandang ke depan
4) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
5) Harus objektif
6) Harus fleksibel
7) Harus menunjukkan pola organisasi
8) Harus ekonomis
9) Harus mudah dimengerti
10) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan

B. Metode Penugasan Asuhan Keperawatan.


Ada beberapa metode pemberian asuhan keperawatan dalam praktik pelayanan
keperawatan, terdiri dari:

1. Metode kasus
Pada metode ini, seorang perawat bertanggungjawab penuh atas perawatan
kepada sekelompok pasien selama shift. Meskipun asuhan tidak terfragmentasi,
koordinasinya tidak berlaku antar shift, dan perubahan dapat terjadi dalam rencana asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan. Koordinasi asuhan yang diberikan kepada semua
pasien di unit tersebut berada di bawah tanggung jawab seorang perawat tunggal.
Kepala ruangan bertugas mengawasi dan mengevaluasi pemberian asuhan
keperawatan dan membuat keputusan yang penting selama proses perawatan. Namun,
pemberian asuhan pada shift tersebut didelegasikan kepada perawat yang ditugaskan pada
shift tersebut.
Tujuan dari Metode kasus adalah menetapkan pencapaian tujuan asuhan
keperawatan yang diharapkan sesuai dengan standar, menggunakan sumber daya secara
efisien, memfasilitasi asuhan keperawatan melalui kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya secara berkesinambungan, memberikan pengembangan profesionalisme dan
kepuasan kerja kepada perawat, memfasilitasi berbagi ilmu pengetahuan dengan tim
kesehatan lainnya (Simamora, 2012).
 Kelebihan
- perawat lebih Memahami kasus per kasus
- Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
 kelemahannya,
- memerlukan jumlah perawat yang banyak sesuai dengan jumlah pasien yang dirawat
karena dilaksanakan oleh perawat privat (pribadi) seperti asuhan keperawatan di
ruang isolasi atau di ruang intensive care (Suyanto, 2008).
- perawat penanggungjawab pasien belum dapat diidentifikasi.

Kepala ruangan

Perawat (shift pagi) Perawat (shift siang) Perawat (shift malam)

Pasien

Struktur Metode Kasus (Marquiz & Huston, 1998; Parreira et al., 2021)
2. Metode Fungsional (Task-Oriented)

Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan
prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk
dilaksanakankepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini
digambarkan sebagaikeperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat
hanya melakukan 1-2 jenis intervensikeperawatan pada semua pasien dibangsal.
Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat- obatan,
seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagimengatur pemberian
intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan,yang lain
memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh
untuk perawatan seorang pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat
seniormenyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada
tindakankeperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan
kriteria efisiensi, tugasdidistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-
masing perawat dan dipilih perawatyang paling murah. Kepala ruangan terlebih
dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitantindakan, selanjutnya ditetapkan perawat
yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakanyang dimaksud. Model
fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang palingtua yang
dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.
 Kelebihan :
a. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja
e. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana
f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu
 Kelemahan :
a. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan
dalam penerapan proses keperawatan
b. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja
d. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya
e. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
f. Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk

Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional (Marquis & Huston, 1988


3. Metode Tim
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan timyang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin
oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan
dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh
pimpinan kelompok/ ketua groupdan ketua group bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota group / tim. Selain ituketua group bertugas memberi pengarahan
dan menerima laporan kemajuan pelayanankeperawatan klien serta membantu anggota
tim dalam menyelesaikan tugas apabilamenjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim
melaporkan pada kepala ruang tentangkemajuan pelayanan / asuhan keperawatan
terhadap klien.
Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai
pemimpinkeperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan
katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul
akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama
memberikan asuhankeperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan
seorang perawat profesional(Marquis & Huston, 2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja
bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien
dibuatuntuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan pada
keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam merencanakan
dan memberikanasuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab perawat yang tinggi.Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui
kontribusmnya di dalam mencapaitujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan
keperawatan yang bermutu. Potensi setiapanggota tim saling melengkapi menjadi suatu
kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa
kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberianasuhankeperawatan.
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah
berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim
bertanggung jawab untukmengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di
dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji
anggota tim, memberi arahan perawatanuntuk klien, melakukan pendidikan kesehatan,
mengkoordinasikan aktivitas klien.
Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan:
a. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi
anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
b. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
partisipatifdalam berinteraksi dengan anggota tim.
c. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada
kelompok pasien.
d. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi
meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan
dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan
balik informal di antaraanggota tim
 Kelebihan :
- Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
- Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan
- Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk
belajar
- Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal
- Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara efektif.
- Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikapmoral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai
kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan
- Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan
- Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
 Kelemahan :
- Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi
anggota timdan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai
perawat pemimpinmaupun perawat klinik

- Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya


tidakdiimplementasikan dengan total

- Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan,sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.

- Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung


staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.

- Akontabilitas dari tim menjadi kabur.

- Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena


membutuhkantenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
a) Tanggung jawab Kepala Ruang
- Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan.
- Mengorganisir pembagian tim dan pasien
- Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan.
- Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
- Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model
tim dalam pemberian asuhan keperawatan.
- Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
- Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya,

- Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,


- Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,
kemudianmenindak lanjutinya,
- Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan.
- Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
b) Tanggung jawab ketua tim :
- Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala
ruangan,
- Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikanoleh kepala ruangan.
- Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota timnya
- Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik
- Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan
bimbingan melaluikonferens
- Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan sertamendokumentasikannya
- Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan
asuhankeperawatan
- Menyelenggarakan konferensi
- Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan
- Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab
timnya,
- Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,
c) Tanggung jawab anggota tim
- Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
- Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon klien.
- Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan
asuhankeperawatan

- Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.


- Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
- Memberikan laporan

Sistem pemberian asuhan keperawatan tim(Marquis & Huston, 1998)


4. Metode Perawatan Primer
Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa
pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat
primermempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk
melakukanrujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat
jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan
diberikannyakewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
pelayanan yangdiberikan.

Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang


memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang
diberikan direncanakan danditentukan secara total oleh perawat primer. Metode
keperawatan primer mendorong praktekkemandirian perawat, yang ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk membangunkomunikasi yang
jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan
lain.Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik dari
orang laindiperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan klien
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati
karenamemerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan kemampuan
asertif, selfdirection kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik,akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai
disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai
perawat primer adalah seorang perawat spesialisklinik yang mempunyai kualifikasi
master dalam bidang keperawatan.
- Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :
a. Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien
selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan
b. Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,
kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun
rencana perawatan.
c. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer
kepada perawat sekunder selama shift lain.
d. Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
e. Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer
 Kelebihan :
- Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkanuntuk pengembangan diri.
- Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat,
jadimeningkatkan motivasi,tanggung jawab dan tanggung gugat
- Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat
primer dalammemberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi.
- Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional danadministrasi
- Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan
keperawatan secaraholistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer
adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu
pengetahuan.
- Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang
kondisiklien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat
diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan
kliennya.
- Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
- Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan
supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
- Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhikebutuhannya secara individu.
- Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
- Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi denganperawat
yang mengetahuisemua tentang kliennya.
- Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
- Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
- Metode ini mendukung pelayanan profesional.
- Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi
 Kelemahan :
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional

- Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki


akontabilitas dankemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan
keperawatan untuk klien.

- Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh


- Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
- Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
 Ketenagaan metode primer
a. Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer-
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non
professional sebagai perawat asisten

Diagram system asuhan keperawatan primer(Marquis & Huston, 1998)


 Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer
a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
b. Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
c. Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
d. Orientasi dan merencanakan karyawan baru
e. Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff
 Tanggung jawab perawat primer :
a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lainmaupun perawat lain
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f. Menyipakan penyuluhan untuk pulang
g. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga
sosial dimasyarakat
h. Membuat jadual perjanjian klinis
Mengadakan kunjungan rumah
5. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
modifikasi antara timdan primer.Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan
beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumberdaya manusia yang ada, antara lain adalah:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan
profesional tingkatIII. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan
doktor dalam keperawatanklinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan
membimbing para perawat melakukan risetserta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat II. Padaketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis
keperawatan yang spesifikuntuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi
untuk memberikan konsultasi tentangasuhan keperawatan kepada perawat primer pada
area spesialisnya. Disamping itu melakukanriset dan memanfaatkan hasil-hasil riset
dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu
orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.Disamping itu melakukan riset
dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhankeperawatan. Jumlah
perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10)
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat I danuntuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada model ini
adalah kombinasi metodekeperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.

d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula

Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal


untukmenuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponenutama yaitu:
ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatandan dokumentasi
asuhan keperawatanMenurut Ratna S. Sudarsono (2000), bahwa penetapan sistem
model MAKP ii diasarkan pada beberapa alasan, yaitu :
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harusmempunyai latar belakang pendidikan SI keperawatan atau setara
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung jawab
asuhankeperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c) Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhankeperawatan
danakountabilitasnya terdapat pada primer.

Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian besar
adalah lulusanSPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau

ketua tim tentang asuhankeperawatan. Nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan


kegiatan keperawatan diaplikasikan dalam bentukaktifitaspelayanan profesional
yang dipaparkan dalam 4 pilar sebagai berikut :

1) Pendekatan Manajemen (Management Approach)


2) Penghargaan karir (compensatory rewards)
3) Hubungan Profesional (professional relationship)
4) Sistem pemberian asuhan pasien (patient care delivery system)
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP yang
dapatdikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja berkualitas.

C. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)


Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun
terakhir ini,yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan primer,
praktik bersama,dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk
menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan
prasarana, dan kebijakanrumah sakit. Katagori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan pasien , Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami
pasien dan terapi yang dilakukan (Bron , 1987). Pelayanan yang profesional identik dengan
pelayanan yang bermutu, untukmeningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam melakukan
kegiatan penerapan standart asuhankeperawatan dan pendidikan berkelanjutan. Dalam
kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana caranya metode
penugasan tenaga keperawatan agar dapatdilaksanakan secara teratur, efesien tenaga, waktu
danruang, serta meningkatkan ketrampilandan motivasi kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Gilles Dee Ann, 1996. Manajemen Keperawatan. FKUI, Jakarta Marquis dan Huston. Leadership
Roles and Management in Nursing: theory and application, 3rd edition. J.B. Lippincott
Company. Philadelphia. Murnijaya, 1999. Manajemen Kesehatan. EGC, Jakarta. Tulak
Tedy Grace Dr, 2000. Manajemen Keperawatan bagi Pendidikan Vokasi. CV. Kanaka
Media

Sitorus, R., & Panjaitan, R. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Sagung Seto.
Simamora, R. H. (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

Asmuji. (2012). Manajemen Keperawatan. Ar-Ruzz Media: Yogyakarta

McMahon, Rosemary., Elizabeth Barton., Maurice. (1999). Manajemen Pelayanan Kesehatan


Primer. Tejemahan oleh Poppy Kumala. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Manurung, I., (2001). Model Pemberian Asuhan Keperawatan Makalah. Bogor: tidak
dipublikasi
Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit;
Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional di rumah sakit.
Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta: tidak dipublikasikan
Russel C. Swanburg.(1994). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Untuk Perawat Klinis,Jakarta : EGC
Tappen, R.M,(l995). Nursing Leadership and Management. Concepts and Practice(3 rd
edition). Philadelpia:F.A. Davis Company
Simamora, R. H. (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC. Suyanto.
(2008). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit.
Mitra Cendekia Press

Anda mungkin juga menyukai