LP MenKep - Erni
LP MenKep - Erni
18220100193
e. Controlling (pengawasan)
a) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah
diukur, misalnya menepati jam kerja.
b) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam Upaya
mencapai tujuan organisasi.
c) Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen
terhadap kegiatan program.
d) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telaht ersedia, serta alat
untuk memperbaiki kinerja.
e) Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem kontrol yang baik:
1) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
2) Harus melaporkan kesalahan – kesalahan dengan segera
3) Harus memandang ke depan
4) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
5) Harus objektif
6) Harus fleksibel
7) Harus menunjukkan pola organisasi
8) Harus ekonomis
9) Harus mudah dimengerti
10) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan
1. Metode kasus
Pada metode ini, seorang perawat bertanggungjawab penuh atas perawatan
kepada sekelompok pasien selama shift. Meskipun asuhan tidak terfragmentasi,
koordinasinya tidak berlaku antar shift, dan perubahan dapat terjadi dalam rencana asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan. Koordinasi asuhan yang diberikan kepada semua
pasien di unit tersebut berada di bawah tanggung jawab seorang perawat tunggal.
Kepala ruangan bertugas mengawasi dan mengevaluasi pemberian asuhan
keperawatan dan membuat keputusan yang penting selama proses perawatan. Namun,
pemberian asuhan pada shift tersebut didelegasikan kepada perawat yang ditugaskan pada
shift tersebut.
Tujuan dari Metode kasus adalah menetapkan pencapaian tujuan asuhan
keperawatan yang diharapkan sesuai dengan standar, menggunakan sumber daya secara
efisien, memfasilitasi asuhan keperawatan melalui kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya secara berkesinambungan, memberikan pengembangan profesionalisme dan
kepuasan kerja kepada perawat, memfasilitasi berbagi ilmu pengetahuan dengan tim
kesehatan lainnya (Simamora, 2012).
Kelebihan
- perawat lebih Memahami kasus per kasus
- Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
kelemahannya,
- memerlukan jumlah perawat yang banyak sesuai dengan jumlah pasien yang dirawat
karena dilaksanakan oleh perawat privat (pribadi) seperti asuhan keperawatan di
ruang isolasi atau di ruang intensive care (Suyanto, 2008).
- perawat penanggungjawab pasien belum dapat diidentifikasi.
Kepala ruangan
Pasien
Struktur Metode Kasus (Marquiz & Huston, 1998; Parreira et al., 2021)
2. Metode Fungsional (Task-Oriented)
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan
prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk
dilaksanakankepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini
digambarkan sebagaikeperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat
hanya melakukan 1-2 jenis intervensikeperawatan pada semua pasien dibangsal.
Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat- obatan,
seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagimengatur pemberian
intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan,yang lain
memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh
untuk perawatan seorang pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat
seniormenyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada
tindakankeperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan
kriteria efisiensi, tugasdidistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-
masing perawat dan dipilih perawatyang paling murah. Kepala ruangan terlebih
dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitantindakan, selanjutnya ditetapkan perawat
yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakanyang dimaksud. Model
fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang palingtua yang
dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.
Kelebihan :
a. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja
e. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana
f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu
Kelemahan :
a. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan
dalam penerapan proses keperawatan
b. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja
d. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya
e. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
f. Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk
- Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan,sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian besar
adalah lulusanSPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau
Sitorus, R., & Panjaitan, R. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Sagung Seto.
Simamora, R. H. (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.