DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “ISSUE
KEPERAWATAN KRITIS :DO NOT RESUCITATE (DNR) ”dengan baik dan
tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa
bantuan dari teman-teman untuk membantu menyelesaikan makalah ini.Oleh
karena itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
teman-temanyang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini, oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami.Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan tugasnya di fasilitas pelayanan kesehatan tenaga
kesehatan berperan penting dalam membantu proses penyembuhan pasien. Ketika
pasien mengalami keadaan emergensi atau gawat darurat (henti jantung/napas)
tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) memiliki peran penting dalam
memberikan pertolongan pertama sesuai kompetensinya masing-masing.Keadaan
pasien yang mengalami henti jantung/napas dapat sesegera mungkin mendapat
tindakan resusitas jantung paru (RJP) atau Cardio Pulmonary
Resuscitation (CPR).
RJP/CPR adalah serangkaian prosedur darurat yang dilakukan pada
pasien selama mengalami henti jantung dan/atau pernapasan dengan tujuan
mengembalikan fungsi jantung dan paru-paru dengan melakukan kompresi
dada, ventilasi/napas buatan, obat-obatan dan DC Shock.
Do-Not-Resuscitate atau yang lebih dikenal dengan singkatan DNR
adalah adalah instruksi medis dimana pengambil keputusan adalah dokter
dengan mempertimbangkan penilaian tenaga kesehatan lain (perawat) bahwa
kualiatas hidup pasien sangat rendah sehingga tidak dilakukan resusitasi
(CPR/RJP) dengan persetujuan wali/keluarga pasien. DNR adalah suatu
perintah yang memberitahukan tenaga kesehatan untuk tidak melakukan
CPR, sehingga dokter, perawat, dan tenaga emergensi medis lainya tidak
akan melakuakn usaha CPR bila pasien mengalami henti jantung atau
pernapasan. DNR adalah permintaan tertulis atau lisan (sesuaikan hukum
negara) yang mana seseorang tidak ingin menerima resusitasi jantung paru
(RJP) jika jantung dan pernapasan berhenti berdetak.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Do not resuscitate
2. Bagaimana tata laksana Do not resuscitate
3. Bagaimana Pendokumentasian Do not resuscitate
4. Bagaimana Pro dan Kontra Do not resuscitate
5. Bagaimana Kajian etik Do not resuscitate
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Do not resuscitate
2. Mengetahui tata laksana Do not resuscitate
3. Mengetahui Pendokumentasian Do not resuscitate
4. Mengetahui Pro dan Kontra Do not resuscitate
5. Mengetahui Kajian etik Do not resuscitate
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Tindakan Do Not Resucitate ( DNR ) adalah suatu tindakan dimana apabila
pasien mengalami henti jantung dan atau henti napas para medis tidak akan
dipanggil dan tidak akan melakukan usaha tindakan resusitasi jantung paru
dasar maupun lanjut.
a. Jika pasien mengalami henti jantung/henti napas lakukan segera
assessment untuk mengidentifikasi penyebab,patensi jalan
napas,memeriksa kondisi pasien dan sebagainya. Tidak perlu
melakukan usaha tindakan resusitasi dasar dan lanjut.
b. DNR tidak berarti semua tata laksana / penanganan aktif pasien
diberhentikan (misalnya pemberian terapi intravena,pemberian obat
– obatan) tetap dilakukan pada pasien dengan DNR.
c. Semua perawatan mendasar tetap dilakukan tanpa kecuali.
2. Henti Jantung adalah suatu keadaan ketika jantung dengan alasan apapun tidak
memompa dengan efektif atau bahkan tidak memompa sama sekali disertai
tidak adanya denyut nadi yang teraba.
a. Hal ini dapat disebabkan karena adanya Fibrilasi ventrikel,asistol
atau pulseless electrikel activity ( PEA ).
b.Untuk memperoleh hasil RJP efektif maka resusitasi harus dilakukan
sesegera mungkin.
c. Jika pasien ditemukan tidak bernapas,tidak ada denyut jantung,pupil
midriasimaksimal hal ini bukanlah henti jantung dan tidak perlu dilakukan
resusitasi.
3. Resusitasi Jantung Paru ( RJP ) adalah salah satu rangkaian
tindakanpenyelamatan nyawa untuk meningkatkan kelangsungan hidup
pasien hentijantung mendadak.RJP dapat diberikan pada pasien yang tiba –
tiba terjatuh/tidaksadar,tidak bernapas atau bernapas tidak normal ( gasping )
serta tidak adatulisan DNR di status rekam medis.
4. Fase / penyakit terminal adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera
/penyakit yang menurut perkiraan dokter / tenaga medis lainnya
tidak dapatdisembuhkan dan bersifat ireversibel dan pada akhirnya
akan menyebabkankematian dalam rentang waktu yang singkat dan dimana
pengaplikasian terapiuntuk memperpanjang / mempertahankan hidup
hanya akan berefek dalammemperlama proses penderitaan / sekarat pasien.
B. Ruang Lingkup
Rumah sakit menghormati hak pasien dan keluarga dalam menolak tindakan
resusitasi atau pengobatan bantuan hidup dasar.Penolakan resusitasi dapat
diminta oleh pasien dewasa yang kompeten dalam mengambil keputusan.
Pasien yang tidak bisa membuat keputusan terhadap dirinya (belum cukup umur,
gangguan kesadaran mental dan fisik ) diwakilkan kepada anggota keluarga atau
wali yang ditunjuk.
GUIDELINES:
1. Menghormati keinginan pasien dan keluarganya :
a. Kecuali perintah DNR dituliskan oleh dokter untuk seorang pasien, maka
dalam kasus-kasus henti jantung dan henti napas, tenaga emergensi wajib
melakukan tindakan resusitasi
b. Ketika memutuskan untuk menuliskan perintah DNR, dokter tidak boleh
mengesampingkan keinginan pasien maupun walinya
c. Perintah DNR dapat dibatalkan (atau gelang DNR dapat dimusnahkan)
2. Kriteria DNR
a. Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten
mengambil keputusan, telah mendapat penjelasan dari dokternya, atau
bagi pasien yang dinyatakan tidak kompeten, keputusan dapat diambil
oleh keluarga terdekat,atau wali yang sah yang ditunjuk oleh pengadilan,
b. Dengan pertimbangan tertentu, hal-hal di bawah ini dapat menjadi bahan
diskusi perihal DNR dengan pasien/walinya:
1) Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah
atau CPR hanya menunda proses kematian yang alami
2) Pasien tidak sadar secara permanen
3) Pasien berada pada kondisi terminal
4) Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian
dibanding keuntungan jika resusitasi dilakukan
C. Tata Laksana
Prosedur Penolakan Resusitasi di Rumah Sakit
1. Dokter Penanggung Jawab Pasien menjelaskan tentang pentingnya resusitasi
atau pengobatan bantuan hidup dasar
2. Pasien atau keluarga / wali yang ditunjuk mengisi formulir penolakan
resusitasi.
Prosedur yang direkomendasikan:
1. Meminta informed consent dari pasien atau walinya
2. Mengisi formulir DNR. Tempatkan kopi atau salinan pada rekam medis
pasien dan serahkan juga salinan pada pasien atau keluarga dan caregiver.
3. Menginstruksikan pasien atau caregiver memasang formulir DNR ditempat-
tempat yang mudah dilihat seperti headboard, bedstand, pintu kamar atau
kulkas
4. Dapat juga meminta pasien mengenakan gelang DNR di pergelangan tangan
atau kaki (jika memungkinkan)
5. Tinjau kembali status DNR secara berkala dengan pasien atau walinya, revisi
bila ada perubahan keputusan yang terjadi dan catat dalam rekam medis.Bila
keputusan DNR dibatalkan, catat tanggal terjadinya dan gelang DNR
dimusnahkan
6. Perintah DNR harus mencakup hal-hal di bawah ini:
a. Diagnosis
b. Alasan DNR
c. Kemampuan pasien untuk membuat keputusan
d. Dokumentasi bahwa status DNR telah ditetapkan dan oleh siapa
7. Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau dokter
yang merawat, atau oleh wali yang sah. Dalam hal ini, catatan DNR direkam
medis harus pula dibatalkan dan gelang DNR (jika ada) harus dimusnahkan
D. Dokumentasi
1. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh seluruh penyelenggara RS dengan
mengunakan format yang sudah disediakan oleh Rekam Medis
2. Penolakan pemberian DNR ( Do Not Resusitate ) atau jangan lakukan
resusitasi dengan mengisi formulir keputusan DNR.
3. Seluruh tindakan yang dilakukan di catat dalam catatan keperawatan
DAFTARPUSTAKA
Ake,J(2003).MalpraktekdalamKeperawatan.Jakarta:EGC
Hendrik.(2011).Etika&HukumKesehatan.Jakarta:EGC
Khan,M.Kaleem,Hanif,ShaukatA.
(2010).SelfAutonomyandInformedConsentInClinicalSetup.IndianJourn
alof MedicalScienceVol64No.8
Morton,Fontaine.(2009).CriticalCare Nursing:AHolisticApproach.
LippincotWilliams&Wilkins.
Potter&Perry.(2005).FundamentalKeperawatan:Konsep,proses,danpraktik
Ed.4.Jakarta :EGC