No. Kpts-091/RSK/SK/IX/2018
Tanggal: 1 September 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah upaya dalam
mengembalikan fungsi nafas dan atau sirkulasi yang berhenti yang datangnya
tiba-tiba dan pada orang yang bilamana kedua fungsi tadi telah kembali akan
hidup normal selanjutnya.
Tindakan RJP dilakukan pada keadaan darurat dimana seseorang
membutuhkan penanganan cepat guna mengembalikan fungsi nafas dan sirkulasi
dapat kembali pulih atau normal selanjutnya.
Sedangkan Do Not Resusitate (DNR) adalah untuk pasien-pasien dengan
fungsi otak yang tetap ada atau dengan harapan pemulihan otak, yang
mengalami kegagalan jantung paru atau organ multiple yang lain atau dalam
tingkat yang akhir penyakit yang tidak dapat disembuhkan misalnya
karsinomatosis lanjut. Setelah henti jantung ada kalanya perpanjangan hidup
tidak dilakukan dengan dasar penilaian medis dari tim dokter yang bertanggung
jawab. Bila ini terjadi maka tindakan RJP tidak dilakukan dan pasien dibiarkan
meninggal.
Oleh karena itu peran dari tim tenaga kesehatan serta ikut sertanya keluarga
dalam mengambil keputusan dilakukan RJP atau DNR penting utuk diketahui
guna pengambilan tindakan selanjutnya kepada pasien.
Untuk meningkatkan pelayanan akan tindakan kegawatdaruratan di Rumah
Sakit Kartini Rangkasbitung diperlukan suatu panduan. Panduan ini diharapkan
dapat menjadi pegangan atau acuan bagi Rumah Sakit Kartini Rangkasbitung
untuk melaksanakan kegiatan pelayanan pada pasien yang membutuhkan RJP
atau DNR.
B. PENGERTIAN
1. Henti jantung adalah suatu kondisi di mana terjadi kegagalan jantung secara
mendadak untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat.
a. Hal ini dapat disebabkan oleh fibrilasi ventrikel, asistol, atau pulseless
electrical activity (PEA).
b. Untuk memperoleh Resusitasi Jantung-Paru (RJP) yang efektif, resusitasi
harus dimulai sesegera mungkin (< 3 menit setelah kejadian henti jantung).
c. Jika pasien ditemukan tidak bernapas, tidak adanya denyut nadi, dan pupil
dilatasi maksimal; hal ini bukanlah kejadian henti jantung dan tidak perlu
dilakukan tindakan resusitasi.
2. Resusitasi Jantung-Paru (RJP: didefinisikan sebagai suatu sarana dalam
memberikan bantuan hidup dasar dan lanjut kepada pasien yang mengalami henti
napas atau henti jantung. RJP diindikasikan untuk: pasien yang tidak sadar, tidak
bernapas, dan yang tidak menunjukkan adanya tanda-tanda sirkulasi; dan tidak
tertulis instruksi Do Not Resuscitate (DNR) di rekam medisnya.
3. Tindakan Do Not Resuscitate (DNR): adalah suatu tindakan di mana jika pasien
mengalami henti jantung dan atau napas tidak akan dilakukan usaha resusitasi
jantung-paru dasar maupun lanjut.
a. Jika pasien mengalami henti jantung dan atau napas, lakukan asesmen segera
untuk mengidentifikasi penyebab dan memeriksa posisi pasien, patensi jalan
napas, dan sebagainya. Tidak perlu melakukan usaha bantuan hidup dasar
maupun lanjut.
b. Do Not Resuscitate (DNR) tidak berarti semua tatalaksana/penanganan aktif
terhadap kondisi pasien diberhentikan. Pemeriksaan dan penanganan pasien
(misalnya terapi intravena, pemberian obat-obatan) tetap dilakukan pada
pasien Do Not Resuscitate (DNR).
c. Semua perawatan mendasar harus terus dilakukan, tanpa kecuali
Rumah sakit menghormati hak pasien dan keluarga dalam menolak tindakan
resusitasi atau pengobatan bantuan hidup dasar. Penolakan resusitasi dapat diminta oleh
pasien dewasa yang kompeten dalam mengambil keputusan.
Pasien yang tidak bisa mengambil keputusan terhadap dirinya (belum cukup umur,
gangguan kesadaran mental, dan fisik) diwakilkan kepada anggota keluarga atau wali
yang ditunjuk.
Kriteria Do Not Resuscitate (DNR)
1. Perintah Do Not Resuscitate (DNR) dapat diminta oleh pasien dewasa yang
kompeten mengambil keputusan,telah mendapat penjelasan dari dokter,atau bagi
pasien yang dinyatakan tidak kompeten keputusan dapat diambil dari keluarga
terdekat atau wali yang sah yang ditunjuk oleh pengadilan.
2. Dengan pertimbangan tertentu hal-hal dibawah ini dapat menjadi bahan diskusi
perihal Do Not Resuscitate (DNR)) dengan pasien atau walinya:
a. Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah.
b. Pasien tidak sadar secara permanen
c. Pasien berada pada kondisi terminal
d. Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian
dibandingkan jika resusitasi dilakukan
Apakah pasien
kemungkinan akan
mengalami henti tidak
1. Tidak perlu menginiasi diskusi tentang RJP
jantung/napas?
dengan pasien atau keluarganya
2. Diskusi dilakukan jika pasien meminta atau
menginginkannya
Apakah pasien telah ya 1. Jika pasien telah membuat keputusan DNR dan
membuat keputusan kriteria validitas telah terpenuhi, haruslah
dini/awal mengenai? dihargai dan dipatuhi
2. Keputusan ini harus diberitahu juga dengan
tidak pengacara/wali yang telah ditunjuk pasien
1. Keputusan tindakan RJP ini adalah hal yang sensitive dan kompleks, sehingga
harus dilakukan oleh personel medis yang kompeten dan berpengalaman, dan
dilakukan dokumentasi dengan jelas dan lengkap
2. Keputusan harus ditinjau ulang secara teratur dan rutin, minimal setiap 7 hari
sekali dan tiap kali terdapat perubahan kondisi
DIREKTUR,