Anda di halaman 1dari 6

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


IBU DAN ANAK BUNDA SEJAHTERA
Nomor : 0/PER/DIR/RSBS/XI/2018
TENTANG
PANDUAN DO NOT RESUSCITATION (DNR)

BAB I
DEFINISI

Resusitasi merupakan bentuk usaha medis, yang dilakukan terhadap mereka yang berada dalam
keadaan darurat atau kritis untuk mencegah kematian.
Do No Resuscitation (DNR) adalah sebuah perintah untuk tidak dilakukan Resusitasi, yang merupakan
pesan untuk tenaga kesehatan ataupun masyarakat umum untuk tidak mencoba CPR (cardio pulmonary
resuscitation) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP) jika terjadi permasalahan darurat pada jantung pasien atau
pernapasan terhenti.
Perintah DNR ditulis atas permintaan pasien atau keluarga tetapi harus ditanda tangani oleh dokter yang
berlaku. DNR merupakan salah satu keputusan yang sangat sulit, adalah masalah etika yang menyangkut
perawat atau dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini akan berhadapan dengan masalah moral ataupun
etik, apakah akan mengikuti sebuah perintah “Jangan dilakukan resusitasi” ataupun tidak. Apabila tenaga
medis menghadapi suatu keadaan tiba-tiba pasien henti jantung, sebagai perawat yang sudah handal dalam
melakukan RJP membiarkan pasien mati dengan begitu saja tapi masalahnya jika tenaga medis tetap
melakukan RJP pada pasien tersebut, sebagai tenaga medis bisa dituntut oleh pasien dan keluarga pasien
tersebut. Ini merupakan sebuah dilema. Jika terjadi kedaruratan jantung pasien atau pernapasan terhenti.
Salah satu alasan utama orang menandatangani perintah DNR adalah karena yang terjadi ketika staf
rumah sakit mencoba melakukan RJP adalah pasien sudah tidak memiliki harapan hidup atau pasien dalam
keadaan kritis.

Panduan Do Not Resuscitation 1


Rumah Sakit Ibu Dan Anak Bunda Sejahtera
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Penanggung Jawab
1. Direktur bertanggungjawab untuk mengimplementasikan kebijakan tentang DNR. Fungsi ini didelegasikan
kepada Kabid Pelayanan.
2. Kepala Bidang Pelayanan memastikan setiap staf dan petugas mengetahui dan mematuhi kebijakan ini,
serta memastikan dilakukan audit kebijakan DNR.
3. Staf/petugas rumah sakit, semua staf terlibat dalam pengambilan keputusan tindakan DNR dan resusitasi
memahami dan menerapkan kebijakan ini. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama proses ini
berlangsung harus dilaporkan pada berkas/formulir insiden dengan peraturan yang berlaku.
B. Permintaan DNR
Permintaan DNR bisa dilakukan di setia unit rumah sakit, mulai IGD, VK sampai rawat inap. Perintah DNR
diminta oleh pasien dewasa yang kompeten mengambil keputusan, setelah mendapat keputusan dari
dokternya, atau bagi pasien yang dinyatakan tidak kompeten keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat,
atau wali yang sah yang ditunjuk oleh pengadilan.
Kriteria pasien DNR yang bisa dijadikan diskusi dengan pasien dan atau keluarganya adalah sebagai berikut :
1. Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah atau CPR hanya menunda proses
kematian alami
2. Pasien tidak sadar secara permanen
3. Pasien berada pada kondisi terminal
4. Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian dibanding keuntungan jika resusitasi
dilakukan.
C. Pengambilan Keputusan untuk DNR
1. Dalam pengambilan keputusan DNR dapat dilakukan oleh :
a. Pasien
b. Keluarga pasien (Wali sah pasien)
c. Dokter yang merawat pasien
2. Pada situasi emergency
Tidak selalu ada waktu untuk peninjauan ulang mengenai keputusan DNR akan tetapi harus tetap
dilakukausaha untuk klarifikasi adanya keputusan DNR yang telah dibuat.

Panduan Do Not Resuscitation 2


Rumah Sakit Ibu Dan Anak Bunda Sejahtera
BAB III
TATA LAKSANA

A. Prinsip
1. Harus ada anggapan untuk selalu melakukan resusitasi kecuali telah dibuat keputusan secara lisan dan
tertulis untuk tidak melakukan resusitasi (DNR).
2. Keputusan tindakan DNR ini harus dicatat direkam medis pasien
3. Komunikasi yang baik sangatlah penting
4. Dokter harus berdiskusi dengan pasien yang memiliki kemungkinan henti jantung/nafas mengenai tindakan
apa yang pasien ingin tim medis lakukan jika hal ini terjadi.
5. Pasien harus diberi informasi selengkap-lengkapnya mengenai kondisi dan penyakit pasien, prosedur RJP
dan hasil yang mungkin terjadi.
6. Tanggungjawab dalam pengambilan keputusan DNR terletak pada konsultasi dokter umum yang
bertanggung jawab atas pasien. Jika terdapat keraguan dalam pengambilan keputusan, dapat menerima
saran dari dokter senior(dokter spesialis).
7. Keputusan DNR harus menjadi langkah terbaik untuk pasien dan harus didiskusikan dengan pasien
walaupun tidak ada kewajiban secara etika untuk mediskusikan DNR dengan pasien-pasien yang menjalani
perawatan paliatif (diman RJP sia-sia dilakukan)
8. Diskusi dengan keluarga pasien adalah hal yang sangat penting dan tergantung dengan kapsitas mental dan
harapan hidup pasien. Diskusi dapat dilakukan oleh dokter umum atau perawat yang bertugas. Staf hrus
memberitahukan hasil diskusi mereka dengan pasien kepada dokter yang bertanggngjawab.
9. Jika pada situasi tertentu terjadi perbedaan pendapat antara dokter dan pasien mengenai tindakan DNR,
dokter harus menghargai keputusan pasien (yang kompeten secara mental)
10.Hasil diskusi dengan pasien dan atau keluarga pasien harus dicatat dalam rekam medis pasien.
11.Rekam medis pasien harus tercantum
a. tulisan :“Pasien ini tidak dilakukan Resusitasi”
b. Tulis tanggal dan waktu pengambilan keputusan
c. Indikasi/alasan DNR
d. Nama dokter penanggungjawab pasien
e. Ditanda tangani oleh dokter penanggung jawab pasien yang mengambil keputusan,
12.Pada beberapa kasus tidak dicantumkan batasan waktu pemberlakuan instruksi DNR. Misalnya ada pasien
keganasan dan fase terminal.

Panduan Do Not Resuscitation 3


Rumah Sakit Ibu Dan Anak Bunda Sejahtera

13.Pada pasien asing (luar negeri) atau etnis minoritas terdapat kesulitan pemahaman bahasa, harus terdapat
layanan penerjemah yang kompeten.
14.DNR hanya berarti tidak dilakukan RJP dan tata laksana pasien lainnya harus tetap dilakukan secara optimal.

B. Prosedur Penolakan Resusitasi (DNR)


Untuk menentukan status DNR ini diperlukan konsultasi dan kesepakatan para dokter yang merawat
pasien dan tentu saja persetujuan dari keluarga pasien. Karena apabila walaupun menurut para dokter yang
merawat si pasien bahwa keadaan pasien sudah tidak memungkinkan untuk dapat survive dan status DNR
diperlukan. Tetapi keluarga pasien tidak menghendaki status DNR tersebut, maka status DNR tidak dapat
diberikan. Karena hal itu dapat dianggap neglecting patient, dan pihak keluarga dapat menuntut dokter yang
merawat pasien dan rumah saki tempat pasien dirawat. Jadi sebelum menentukan DNR. Maka keluarga pasien
perlu diberitahu tentang keadaan pasien. Tetapi terkadang, keluarga pasien sendiri yang meminta status DNR,
walaupun pasien masih sadar. Pertimbangan mereka biasanya karena mereka tidak ingin pasien mengalami
kesakitan, mengingat bagaimana pun juga keadaan jantung, ataupun bahkan diberikan DC shock. Pasti sakit
sekali. Makanya terkadang keluarga pasien yang meminta DNR atau dibiarkan meninggal dengan tenang.
Apabila ada permintaan DNR yang harus dilakukan adalah :
1. Kaji pengetahuan pasien atau keluarga tentang DNR
2. Berikan penjelasan sesuai pengetahuan petugas mengenai tujuan dari resusitasi dan resiko-resiko yang
akan terjadi sehubungan dengan tindakan resusitasi
3. Berikan saran untuk meminta pendapat dari DPJP atau dokter jaga UGD apabila DPJP tidak ada ditempat.
4. Bila pasien dan atau keluarga tetap meminta untuk melakukan DNR, lakukan prosedur DNR.
Prosedur DNR:
1. Meminta informed consent dari pasien atau walinya
2. Mengisi formulir DNR. Lalu tempatkan kopi atau salinan pada rekam medis pasien dan serahkan juga
salinan pada pasien atau keluarga.
3. Menginstruksikan pasien atau cargiver memasang formulir DNR ditempat-tempat yang mudah dilihat
seperti headboard, bedstand, pintu kamar atau kulkas.

Panduan Do Not Resuscitation 4


Rumah Sakit Ibu Dan Anak Bunda Sejahtera

4. Pasien dipakaikan gelang DNR dipergelangan tangan atau kaki (gelang yang kami gunakan adalah gelang
berwarna ungu sebagai penanda gelang untuk pasien DNR)
5. Meninjau kembali status DNR secara berkala dengan pasien atau walinya. Melakukan revisi bila ada
perubahan keputusan yang terjadi dan catat dalam rekam medis.
6. Perintah DNR harus mencakup hal-hal dibawah ini :

a. Diagnosis
b. Alasan DNR
c. Kemampuan pasien untuk membuat keputusan
d. Dokumentasi bahwa status DNR telah ditetapkan
e. Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau dokter yang merawat, atau
oleh wali yang sah. Dalam hal ini, catatan DNR di rekam medis harus pula dibatalkan dan gelang
DNR (jika ada) di musnahkan. Perintah Do Not Resuscitate (DNR) harus dengan dasar yang kuat
7. Bila keluarga pasien memberikan surat perintah DNR dari dokter pribadinya, yaitu dengan mengikuti
prosedur berikut :
a. Hubungi dokter yang bertugas.
b. Memberikan keterangan yang jelas mengenai situasi yang ada
c. Memastikan agar diagnosis yang mengakibatkan DNR sudah dijelaskan (misal : kanker)
d. Membuat laporan status pasien secara jelas (tanda-tanda vital, pemayaran EKG)
e. Pastikan mengisi form DNR tertulis dan pastikan mencatat nama dokternya.
f. Dokter kontrol medik menentukan apakah menyetujui atau tidak menolak perintah DNR
g. Bila dalam henti jantung saat tiba di UGD, mulai BHD sambil menghubungi kontrol medik
h. Bila mungkin, letakkan telapak tampak segera atau leads EKG untuk memastikan irama asistol atau
agonal dan lampirkan strip kopi pada laporan
8. Apabila pasien yang memutuskan DNR ditransfer kerumah sakit lain. Dokter yang saat itu
sedang bertugas atau tenaga medis yang bertugas bertanggung jawab untuk melakukan
asesmen ulang dan pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang idapat saat itu mngenai
apakah status DNR msih berlaku atau tidak sebelum asesmen ulang ilakukan, pasie mash
dianggap sebagai DNR. Saat melakukan transfer pasien, formulir DNR harus tetap disertakan
dalam rekam medis pasien dan formulir DNR idak boleh difotocopy.

Panduan Do Not Resuscitation 5


Rumah Sakit Ibu Dan Anak Bunda Sejahtera
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Keputusan untuk tidak melakukan RJP harus dicatat direkam medis pasien dan di formulir Do Not
Resuscitate (DNR). Formulir DNR harus diisi dengan lengkap dan disimpan di rekam medis pasien.
2. Keputusan DNR harus diberikan saat pergantian petugas kepetugas unit lainnya.
3. Dokumentasi dari komunikasi efektif akan memastikan bahwa petugas/unit lain mngetahui instruksi DNR
ini (jika pasien ditransfer ke unit lain).
4. Petugas amblance yang terlibat dalam transfer juga mengetahui akan instruksi DNR ini.
5. Dokter sebaiknya memberikan catatan di kurva medis pasien megenai instruksi DNR yang mencakup :
a. Diagnosis
b. Alasan dibuat instruksi DNR
c. Kapasitas pasien alam pembutn keputusan
6. Pembatalan instruksi DNR
Instruksi DNR dapat dibatalkan kapanpun oleh pasien dengan cara menghancurkan/menyobek formulir
dan gelang DNR atau dengan menyatakan secara lisan oleh petugas.

Panduan Do Not Resuscitation 6


Rumah Sakit Ibu Dan Anak Bunda Sejahtera

Anda mungkin juga menyukai