Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TREND ISSUE

PADA PASIEN DENGAN CHF

Disusun Oleh Kelompok 4

Agustina Arni Estasari Kinasih (201823002)

Anastasia Nilam Erlitasasti (201823005)

Ani Puji Astuti (201823009)

Scholastika Indah Kusuma Febriani (201823040)

Valentina Verin Dityastiwi (201823046)

DOSEN PENGAMPU :

Ch.Setya Widyastuti,Ns.,S.Kep.MB

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN SEMESTER VII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat yang melimpah sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah Trend
Isuue Pasien dengan CHF dengan tepat waktu dan tanpa halangan suatu apapun.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah
diberikan dalam proses penyusunan makalah Trend Isuue Pasien dengan CHF kami
ucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ch.Setya Widyastuti,Ns.,S.Kep.MB, selaku dosen pengampu mata kuliah


Keperawatan Kritis.
2. Teman-teman kelompok yang telah terlibat aktif dalam proses pembuatan dan
penyusunan makalah Trend Isuue Pasien dengan CHF

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah Trend Isuue Pasien


dengan CHF ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak agar pembuatan
makalah “Trend Isuue Pasien dengan CHF yang selanjutnya menjadi lebih baik lagi
dan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Yogyakarta, 15 November 2021

Tim penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Latar belakang..................................................................................................3
B. Rumusan masalah.............................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................4
D. Ruang lingkup...................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
ANALISA PICO..........................................................................................................6
A. PROBLEM........................................................................................................6
B. INTERVENTION.............................................................................................7
C. COMPARISON................................................................................................7
D. OUTCOME.......................................................................................................8
BAB III.........................................................................................................................9
PEMBAHASAN...........................................................................................................9
BAB IV........................................................................................................................11
SIMPULAN DAN REKOMENDASI.......................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan patofisiologis yaitu jantung
tidak stabil untuk menghasilkan curah jantung yang adekuat sehingga perfusi
jaringan tidak adekuat dan meningkatkan tekanan diastolik pada ventrikel kiri,
sehingga tekanan kapiler paru meningkat (Hudak & Gallo, 2012). Gagal jantung
atau Congestive Heart Failure merupakan kegagalan jantung dalam memompa
darah yang membawa oksigen dan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh
sehingga mengakibatkan metabolik tubuh terganggu (Kasron, 2016).
Perkembangan pravelansi penyakit gagal jantung didunia semakin meningkat
setiap tahunnya terutama pada negara berpenghasilan rendah dan menegah.
Berdasarkan data dari (WHO) World Health Organisations risiko mortalitas
akibat gagal jantung sekitar 17,9 juta orang dari 31 % angka kematian di dunia
(WHO, 2017). Prevalensi penyakit jantung di indonesia mencapai 1,5%, tertinggi
di daerah Kalimantan Utara 2,2%. DIY menempati urutan ketiga sekitar 2 %
(Riskesdas, 2018).
Tanda dan gejala dari CHF adalah dyspnea, ortopnea, dyspnea deffort, dan
Paroxysmal Nocturnal Dypsnea (PND), edema paru, asites, pitting edema, berat
badan meningkat, dan bahkan dapat muncul syok kardioganik (Smeltzer & Bare,
2014). Munculnya tanda gejala tersebut disebakan oleh jantung yang mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrient dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2010). Penyakit CHF jika tidak
segera ditangani maka akan menurunkan cara kerja jantung yang menyebabkan
gangguan pernafasan dan menimbulkan kematian (Kasan & Sutrisno, 2020).
Penanganan kegawatdaruratan pada pasien CHF adalah dengan memberikan
terapi farmakologi dan nonfarmakalogi. Terapi farmakologi yang dapat diberikan
untuk pertolongan pertama adalah pemberian terapi oksigen untuk mencegah
terjadinya hipoksemia dan hipoksia yang akan mengakibatkan kematian sel

3
(Patria & Fairuz, 2012). Terapi non farmakologi salah satunya dengan pemberian
positioning. Positioning adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk
memberikan posisi tubuh dalam meningkatkan kesejahteraan atau kenyamanan
fisik dan psikologis (Muzaki & Ani, 2020). Aktivitas intervensi keperawatan yang
dilakukan untuk pasien gagal jantung diantaranya menempatkan tempat tidur
yang terapeutik, meliputi perubahan posisi, memonitor status oksigen sebelum
dan setelah perubahan posisi, tempatkan posisi dalam posisi terapeutik, posisikan
pasien dalam kondisi body alingment, posisikan untuk mengurangi dyspnea
seperti posisi semi-fowler, tinggikan 45 atau lebih diatas jantung untuk
memperbaiki aliran balik (Muzaki & Ani, 2020).
Mengatur pasien CHF dalam posisi semi fowler mampu memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya penggunaan alat bantu otot pernapasan
(Yulianti & Chanif, 2021). Sehingga dengan posisi semi fowler dapat menurunkan
konsumsi oksigen dan menormalkan ekspansi paru yang maksimal, serta
mempertahankan kenyamanan karena sesak napas berkurang. Dengan
menggunakan posisi semi Fowler yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi
untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari visceral-
visceral abdomen pada diafragma sehingga diafragma dapat terangkat dan paru
akan berkembang secara maksimal dan volume tidal paru akan terpenuhi. Dengan
terpenuhinya volume tidal paru maka sesak nafas dan penurunan saturasi oksigen
pasien akan berkurang (Sugih Wiyati, 2019).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis
hasil-hasil penelitian pengaruh pengaturan posisi semi fowler dalam mengurangi
dispnea pada pasien CHF (congestive hearth failure).
B. Rumusan masalah
Apakah ada pengaruh pengaturan posisi semi fowler dalam mengurangi dispnea
pada pasien CHF (congestive hearth failure) ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum

4
Untuk mengetahui pengaruh pengaturan posisi semi fowler dalam mengurangi
dispnea pada pasien CHF (congestive hearth failure).
2. Tujuan khusus
a.Untuk memberikan gambaran hasil-hasil penelitian intervensi keperawatan
terkait pengaturan posisi semi fowler dalam mengurangi dispnea pada pasien
pasien CHF (congestive hearth failure).
b. Untuk menganalisis hasil-hasil penelitian intervensi keperawatan
terkait pengaturan posisi semi fowler dalam mengurangi dispnea pada pasien
CHF (congestive hearth failure).

D. Ruang lingkup
Ruang lingkup keperawatan kritis diantaranya interaksi perawat kritis, klien
dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang memberikan sumber-sumber adekuat
untuk pemberian perawatan. Ruang lingkup keperawatan kritis dalam makalah ini
untuk memberikan gambaran hasil-hasil penelitian intervensi keperawatan dalam
penatalaksanaan masalah pada kasus CHF (congestive hearth failure) terkait
dengan pengaturan posisi semi fowler dalam mengurangi dispnea pada pasien
CHF (congestive hearth failure).

5
BAB II

ANALISA PICO

Jurnal trend issue dalam keperawatan kritis

1. Jurnal 1
a.Judul : Efektifitas Posisi Semifowler Terhadap Penurunan Respiratori Rate
Pasien Gagal Jantung Kronik (CHF) Di Ruang Lily RSUD Sunan Kalijaga
Demak
b. Penulis: Nur Kasan dan Sutrisno
c.Tahun : 2020
2. Jurnal 2
a.Judul : Penerapan Posisi Semi Fowler Terhadap Ketidakefektifan Pola Nafas
Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF).
b. Penulis: Ahmad Muzaki dan Yuli Ani
c.Tahun : 2020
3. Jurnal 3
a.Judul : Pengaruh Posisi Tidur Semi Fowler 45° Terhadap Kenaikan Nilai
Saturasi Oksigen Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di RSUD Loekmono
Hadi Kudus
b. Penulis: Sugih Wijayati, Dian Hardiyanti Ningrum, Putrono
c.Tahun : 2019

A. PROBLEM
Perkembangan prevalensi penyakit gagal jantung didunia semakin meningkat
setiap tahunnya. Gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering
memerlukan perawatan ulang dirumah sakit (readmission) meskipun pengobatan
rawat jalan diberikan secara optimal. Gagal jantung menimbulkan berbagai gejala
klinis, yang paling dirasakan adalah sesak nafas terutama ketika beraktivitas atau
berbaring dan mudah lelah. Penyakit CHF jika tidak segera ditangani maka akan

6
menurunkan kerja jantung, menyebabkan gangguan pernafasan dan menimbulkan
kematian. Penanganan pada pasien CHF dengan memberikan terapi farmakologi
dan nonfarmakalogi. Terapi farmakologi yang dapat diberikan dengan terapi
oksigen. Terapi non farmakologi salah satunya dengan pemberian positioning
pada pasien CHF dengan posisi semi fowler.

B. INTERVENTION
Dapat disimpulkan bahwa intervensi yang digunakan dari ketiga jurnal untuk
mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan pemberian terapi positioning
dengan posisi semi-fowler untuk mengatasi sesak pada pasien gagal jantung.
Tujuan dari tindakan ini yaitu untuk menurunkan konsumsi oksigen dan
meningkatkan eksansi paru yang maksimal, serta untuk mengatasi kerusakan
pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus.
Dengan posisi semi-fowler, sesak nafas pasien dapat berkurang dan sekaligus
akan meningkatkan durasi tidur pasien.

C. COMPARISON
Pada jurnal pertama, peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan
jenis quasy experimental dengan pendekatan The Removed – Treatment Design
menggunakan pretest dan post test. Desain penelitian quasi exsperien dengan
melakukan treatment setelah di tunda beberapa waktu. Sampel yang diambil 22
dengan teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling dengan
teknik simple random sampling karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
tersebut. Analisa data dua kelompok berpasangan dengan menggunakan paired
sample t test dan uji dua kelompok yang tidak berpasangan menggunakan mann
withney.
Pada jurnal kedua, peneliti menggunakan desain penelitian deskriptif, dalam
bentuk studi kasus. Penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan penerapan posisi
semi fowler terhadap ketidakefektifan pola nafas pada pasien Congesive Heart

7
Failure (CHF) di ruang ICCU selama 3 hari. Subyek penelitian ini yaitu dua orang
pasien yang mengalami gagal jantung kongesif dengan kriteria mengalami sesak
nafas dan kesadaran composmentis.
Pada jurnal ketiga, peneliti menggunakan jenis penelitian pra – experimental.
Desain peneitian menggunakan pendekatan Pre dan Post Test One Group Desain.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai SPO 2 sebelum dan
sesudah diberikan terapi posisi tidur semi fowler 45 ͦ . pemilihan sampel
menggunakan teknik probability sampling. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sampling total. Populasi penelitian ini yaitu total
keseluruhan pasien rawat inap yang mengalami gagal jantung kongesif atau
Congesive Heart Failure (CHF) di ruang Melati 1 dan Melati 2 RSUD Dr.
Loekomo Hadi Kudus pada bulan januari – Februari 2017, populasi sebanyak 16
pasien gagal jantung.

D. OUTCOME
Berdasarkan hasil dari ketiga jurnal, didapat bahwa posisi semifowler efektif
untuk menurunkan respiratori rate pada pasien CHF. Menurut Brunner &
Suddarth (2010) menyatakan bahwa dengan posisi semi fowler akan mengurangi
aliran balik vena ke jantung (preload) dan kongesi paru, dan penekanan
diagfragma ke hepar menjadi minimal, sehingga oksigenasi lebih adekuat dan
pernafasan menjadi normal. Posisi semi fowler adalah posisi dimana kepala dan
tubuh dinaikan dengan derajat kemiringan 45°. Penerapan posisi semi fowler
(posisi duduk 45) selama 3 x 24 jam sesuai dengan SOP yang bertujuan
membantu mengurangi sesak nafas dan mengoptimalkan RR pada pasein CHF
sehingga masalah ketidakefektifan pola nafas dapat teratasi. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh pemberian posisi tidur semi Fowler 45° terhadap
kenaikan nilai saturasi oksigen pada pasien gagal jantung kongestif .

8
BAB III

PEMBAHASAN

Congestive Heart Failure (CHF) merupakan satu-satunya penyakit


kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Resiko kematian
akibat gagal jantung berkisar antara 5-10 pertahun pada kasus gagal jantung ringan
dan meningkat menjadi 30-40% pada kasus gagal jantung berat. Pada Pasien CHF
akan mengalami gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan akumulasi
cairan dalam alveoli paru sekunder terhadap status hemodinamik tidak stabil karena
beban jantung yang meningkat, hal ini harus di lakukan pengaturan posisi tidur yang
tepat. Gagal jantung adalah sindrome klinis yang ditandai dengan sesak nafas dan
fisik (saat istirahat atau aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi
jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan
terjadinya pengurangan ventrikel (disfungsi diastolik) dan kontraktilitas miokardial.
Dimana salah satu upaya yang bisa dilakukan di dunia keperawatan dan kesehatan
untuk mengurangi sesak nafas adalah pemberian posisi semi fowler.
Pemberian posisi semi fowler adalah posisi setengah duduk di mana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau di naikan, posisi ini untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan pasien. Dimana posisi semi fowler
membuat oksigen didalam paru–paru semakin meningkat sehingga memperingan
kesukaran napas. Posisi ini akan mengurangi kerusakan membran aveolus akibat
tertimbunnya cairan. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga O2
delivery menjadi optimal. Sesak nafas akan berkurang, dan akhirnya proses perbaikan
kondisi klien lebih cepat. Pemberian posisi tidur semifowler 45˚ menggunakan gaya
gravitasi untuk membantu pernafasan, sehingga oksigen yang masuk kedalam paru-
paru akan lebih optimal sehingga pasien dapat bernafas lebih lega dan akan
mengurangi ketidaknyamanan yang dirasakan ketika ingin tidur.
Posisi semifowler akan menurunkan beban jantung pada pasien CHF hal ini
didukung Brunner &Suddarth (2010) yang mengatakan bahwa dengan posisi semi

9
fowler akan mengurangi aliran balik vena ke jantung (preload) dan kongesi paru, dan
penekanan diagfragma ke hepar menjadi minimal, sehingga oksigenasi lebih adekuat
dan pernafasan menjadi normal.
Gambaran frekuensi nafas (RR) pada klien sebelum diberikan posisi semi
fowler mengalami peningkatan frekuensi nafas (RR), pernafasan dangkal dan sesak
nafas. Menurut Melanie (2014) normal frekuensi nafas atau RR adalah 16-24 x/
menit. Sehingga pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) mengalami
ketidakefektifan pola nafas. Setelah diberikan posisi semi fowler 45 derajat, sesak
nafas klien berkurang dengan frekuensi nafas (RR) dalam batas normal, tidak ada
cuping hidung serta meningkatkan kenyamanan klien.
Hal ini sesuai dengan teori Melanie (2014) klien dengan penyakit
kardiopulmonal yang mengalami keluhan sesak nafas, tidak dapat tidur dalam posisi
berbaring melainkan harus dalam posisi duduk atau setengah duduk. Berdasarkan
beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan posisi semi fowler
(posisi duduk 45 derajat) selama 3 x 24 jam sesuai dengan SOP dapat membantu
mengurangi sesak nafas dan membantu mengoptimalkan frekuensi pernafasan (RR)
pada klien sehingga masalah sesak nafas dan ketidakefektifan pola nafas pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF) dapat teratasi.

10
BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) akan mengalami gangguan


pertukaran gas yang berhubungan dengan akumulasi cairan dalam alveoli paru
sekunder terhadap status hemodinamik tidak stabil karena beban jantung yang
meningkat hal ini harus dilakukan pengaturan posisi tidur yang tepat (Udjianti, 2010).
Posisi semifowler akan menurunkan beban jantung pada pasien Congestive Heart
Failure (CHF) hal ini menurut Brunner & Suddarth (2010) adalah dengan posisi semi
fowler akan mengurangi aliran balik vena ke jantung (preload) dan kongesti paru dan
penekanan diafragma ke hepar menjadi minimal sehingga oksigenasi lebih adekuat
dan pernafasan menjadi normal. Pada penelitian Iis Wahyuni (2015) ada pengaruh
pengaturan posisi semi fowler (45 derajat) terhadap perubahan nilai saturasi oksigen
pada pasien Congestive Heart Failure (CHF).
Menurut penelitian Shahab (2017) tentang pengaruh posisi tidur semi fowler
45 derajat terhadap kualitas tidur pasien gagal jantung didapatkan hasil ada pengaruh
kualitas tidur pasien karena respiratory rate menurun. Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti pada 10 orang pasien dengan diagnose CHF yang sudah diberi
terapi farmakologi dan oksigenasi didapatkan respiratori rate rata-rata 28-32 kali per
menit dengan posisi tidur senyaman pasien. Setelah diposisikan semi fowler 6 pasien
respiratori rate menjadi kurang dari 24 kali per menit dan merasa nyaman bernafas
sedangkan 4 orang masih lebih dari 24 kali per menit. Memposisikan posisi semi
fowler 45 derajat sangat efektif untuk menurunkan asupan oksigen sehingga
pernafasan menjadi adekuat.
Posisi semi fowler 45 derajat efektif untuk menurunkan respiratori rate pada
pasien Congestive Heart Failure (CHF). Pemberian posisi tidur semi fowler 45 derajat
adalah posisi setengah duduk dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau
dinaikkan. Posisi ini untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
pernafasan pasien (Aziz, 2008 dalam Nur Kasan 2020). Sedangkan Supadi

11
Nurachmah, & Mamnuah (2008) dalam Nur Kasan (2020), menyatakan bahwa posisi
semi fowler 45 derajat dapat membuat oksigen didalam paru-paru semakin meningkat
sehingga memperingan kesukaran bernafas. Posisi ini akan mengurangi kerusakan
membran alveolus akibat tertimbunnya cairan, sesak nafas akan berkurang, dan
proses perbaikan kondisi pasien akan lebih cepat.
Standar Operasional Prosedur posisi semi fowler pada pasien Congestive Heart
Failure (CHF):
Indikasi:
1. Pasien sesak nafas
2. Pasien pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik dan sudah benar-benar sadar
penuh

Persiapan alat:
1. Sandaran punggung atau kursi
2. Bantal atau balok penahan kaki tempat tidur, jika perlu
3. Tempat tidur khusus (functional bed) jika perlu

Prosedur:
1. Pasien di dudukkan, sandaran punggung atau kursi diletakkan dibawah atau diatas
kasur dibagian kepala, diatur sampai setengah duduk dan dirapikan.
2. Pada tempat tidur khusus (functional bed) pasien dan tempat tidurnya langsung
diatur setengah duduk, dibawah lutut ditinggikan sesuai kebutuhan. Kedua lengan
di topang dengan bantal

Hal-hal yang harus diperhatikan:


1. Perhatikan keadaan umum pasien
2. Bila posisi pasien berubah, harus segera dibetulkan
3. Khusus untuk pasien pasca bedah dilarang meletakkan bantal dibawah perut
4. Dokumentasikan hasil prosedur sesuai format yang tersedia

Menurut Melanie (2014) pemberian posisi semi fowler (posisi duduk 45 derajat)

12
selama 3 x 24 jam sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada pada
rumah sakit pada klien dapat membantu mengurangi sesak nafas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Muzaki, Y. A. (2020). Penerapan Posisi Semi Fowler Terhadap


Ketidakefektifan Pola Nafas Pada Pasien Congestive Heart Failure (Chf).
Nursing Science Journal (Nsj), 1(1), 19-24.
Hudak & Gallo. (2012). Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistic Vol 1.
Jakarta: Egc.
Kasan, N., & Sutrisno, S. (2020). Efektifitas Posisi Semifowler Terhadap Penurunan
Respiratori Rate Pasien Gagal Jantung Kronik (Chf) Di Ruang Lily Rsud
Sunan Kalijaga Demak. The Shine Cahaya Dunia Ners, 5(1).
Kasron. (2016). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Cv. Trans
Info Media
Patria, Y. N., & Fairuz, M. (2012). Aplikasi Klinis Terapi Oksigen. Egc.
Riskesdas. 2018. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan.
Smeltzer, S. C. O. C., & Bare, B. G. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Egc.
Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Penerbit Salemba Medika.
Who. World Health Statistics 2017 : World Health Organization.
Http://Www.Who.Int . Diakses Tanggal 21 Oktober 2021 Pukul 20.00 Wib
Wijayati, S., Ningrum, D. H., & Putrono, P. (2019). Pengaruh Posisi Tidur Semi
Fowler 450 Terhadap Kenaikan Nilai Saturasi Oksigen Pada Pasien Gagal
Jantung Kongestif Di Rsud Loekmono Hadi Kudus. Medica Hospitalia:
Journal Of Clinical Medicine, 6(1), 13-19.
Yulianti, Y., & Chanif, C. (2021). Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan
Hemodinamik Pada Asuhan Keperawatan Pasien Congestive Heart Failure.
Ners Muda, 2(2), 82-90.

14

Anda mungkin juga menyukai