Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RM


(RETARDASI MENTAL)

Disusun Oleh :

Agustina Arni Estasari Kinasih (201823002)

Dosen Pembimbing :

Christina Ririn Widianti, M.Kep., Ns. Sp.Kep. An

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas Keperawatan Anak II yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan RM (Retardasi Mental). Laporan ini
penulis buat sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Anak II dan sebagai bentuk
tanggung jawab penulis dalam pemenuhan tugas Keperawatan Anak II Program Studia
Sarjana Keperawatan STIKes Panti Rapih Yogyakarta ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang sudah
membantu dalam penyusunan Laporan ini :
1. Ibu Ch. Ririn Widianti, M.Kep., Ns. Sp. Kep. An Sebagai Dosen Koordinator Mata
Kuliah Keperawatan Anak II
2. Ibu M. Hesti Rahayu, Ns., M.Kep, selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Anak II.
3. Teman – teman semester 5 Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Panti Rapih.
Demikian Laporan “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan RM (Retardasi
Mental)” ini penulis susun. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan Laporan ini

Yogyakarta, 25 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................4
A. Pengertian RM (Retardasi Mental).......................................................................................4

B. Etiolog RM ( Retardasi Mental)............................................................................................4

C. Klasifikasi RM (Retardasi Mental)......................................................................................6

D. Patofisologi RM (Retardasi Mental)....................................................................................12

E. Manifestasi Klinis RM (Retardasi Mental).........................................................................14

F. Komplikasi RM (Retardasi Mental)...................................................................................18

G. Pemeriksaan Penunjang RM (Retardasi Mental )..............................................................18

H. Penatalaksanaan RM (Retardasi Mental)..........................................................................22

I. Penanganan RM ( Retardasi Mental)..................................................................................23

J. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Retardasi Mental.............................................24

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................35

3
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian RM (Retardasi Mental)

Menurut Kurniawan (2017) Retardasi Mental (RM) atau biasa disebut dengan
keterbelakangan mental atau disabilitas intelektual (DI) adalah suatu kelainan mental
dimana tingkat kecerdasan berada di bawah rata-rata orang normal lainnya (umumnya IQ
kurang dari 70) dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang terjadi sebelum anak
menginjak usia 18 tahun.

Menurut Sularyo (2016) Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang
menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi

sosial,dan bermanifestasi selama masa perkembangan,

Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup, diperkirakan lebih dari
120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan ini. Oleh karena itu retardasi mental
merupakan masalah di bidang kesehatan masyarakat,kesejahteraan sosial dan pendidikan
baik pada anak yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan
masyarakat

Retardasi mental adalah disabilitas yang menyebabkan keterbatasan signifikan baik


dalam fungsi intelektual maupun dalam perilaku adaptif (keterampilan sosial dan praktis
sehari-hari) sebelum usia 18 tahun (Bernstein dan Shelov, 2017). Retardasi mental juga
dikenal dengan beberapa istilah, yaitu: disabilitas kognitif, disabilitas intelektual,
disabilitas belajar (Betz dan Sowden, 2009), gangguan mental, abuse (misal, moron,
idiot, kretin, mongol) (Hull dan Johnston, 2008), tunagrahita (Iswari dan Nurhastati,
2010), keterbelakangan mental (Utaminingsih, 2015), gangguan intelektual (Bernstein
dan Shelov, 2017).

4
B. Etiolog RM ( Retardasi Mental)
Menurut Onyekuru & Njoku (2012), Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan karena
adanya gangguan pada fase prenatal, perinatal maupun fase postnatal. Rendahnya IQ dan
keterbatasan keterampilan adaptif adalah tanda retardasi mental.
Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan
psikososial. Penyebab biologisatau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pada umumnya merupakan retardasi mentalsedang sampai sangat berat
2. Tampak sejak lahir atau usia dini
3. Secara fisis tampak berkelainan/aneh
4. Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal,perinatal maupun postnatal
5. Tidak berhubungan dengan kelas social

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosio-kultural mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut

1. Biasanya merupakan retardasi mental ringan


2. Diketahui pada usia sekolah
3. Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
4. Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasimental (asah)
5. Ada hubungan dengan kelas social

Menurut Sularyo (2016) Etiologi retardasi mental tipe klinis atau biological dapat dibagi
dalam ;

1. Penyebab prenatal
a. Kelainan kromosom
b. Kelainan genetik /herediter
c. Gangguan metabolic
d. Sindrom dismorfik
e. Infeksi intrauterine
f. Intoksikasi

5
2. Penyebab perinatal
a. Prematuritas
b. Asfiksia
c. Kernikterus
d. Hipoglikemia
e. Meningitis
f. Hidrosefalus
g. Perdarahan intraventrikular
3. Penyebab postnatal
a. Infeksi (meningitis, ensefalitis)
b. Trauma
c. Kejang lama
d. Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
C. Klasifikasi RM (Retardasi Mental)

Rentang IQ bukanlah satu-satunya dasar bagi penegakan diagnosis, kelemahan dalam


perilaku adaptif juga merupakan kriteria retardasi mental. Beberapa orang yang termasuk
dalam kelompok retardasi ringan berdasarkan IQ mungkin tidak mengalami kelemahan
perilaku adaptif sehingga tidak akan dianggap sebagai orang-orang yang mengalami
retardasi mental. Pada kenyataanya, kriteria IQ biasanya diterapkan hanya setelah
kelemahan dalam perilaku adaptif diidentifikasi. Berikut ini merupakan ringkasan
karakteristik orang-orang yang masuk dalam masing-masing level retardasi mental

Klasifikasi Retardasi Mental Berdasarkan PPDGJ III:


1. F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas,
selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau
mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal
yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari anak RM termasuk pada
golongan ini. Dapat menempuh pendidikan Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat
SMA. Ciri-cirinya tampak lamban dan membutuhkan bantuan tentang masalah
kehidupannya.

6
2. F71 Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam
perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya.
Anak ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri, pada umumnya
tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka kejadian sekitar 12%
dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan ini membutuhkan pelayanan
pendidikan yang khusus dan dukungan pelayanan.
3. F72 Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan
bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan
keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh
RM. Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang menyebabkan
keterlambatannya, memerlukan supervisi yang ketat dan pelayanan khusus.
4. F73 Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)
Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan komunikasi yang
pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik sejak awal masa
kanak-kanak, individu pada tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif untuk
melakukan “self care” yang sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain
itu memerlukan supervisi total dan perawatan sepanjang hidupnya, karena pada
tahap ini pasien benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
5. F78 Retardasi Mental lainnya
Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat Retardasi Mental
intelektual dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin
dilakukan karena adanya hendaya sensorik atau fisik, seperti buta, bisu tli, dan
penyandang yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.

Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) Ditinjau dari segi neurologi, ada beberapa
penggolongan retardasi mental, antara lain :
1. Kelompok retardasi mental genetik

7
merupakan keterbelakangan mental akibat kelainan faktor keturunan yang
disebabkan oleh :
a. Perubahan jumlah kromosom pada hasil pertumbuhan yang disebut aborsi
b. Perubahan urutan rantai protein membentuk gen yang disebut mutasi
c. Kelainan bentuk pada protein yang membentuk gen disebut deformitas
d. Adanya kekeliruan penempatan dalam urutan protein pembentuk gen yang
disebut translokasi

Contoh anak yang mengalami retardasi mental genetik seperti berikut ini :
1) Sindrom down. Ciri-cirinya adalah mata sipit, mata lebar, lipatan kelopak
mata atas lebih dalam, lidah tebal dan menonjol keluar mulut, jari tangan
pendek, telapak tangan lebar dan tebal.
2) Sindrom Turner. Ciri khasnya : leher pendek, badan pendek, dahi sempit,
alat kelamin tidak berkembang normal.
3) Klinerfer Sindrom. Cirinya: Bentuk luarnya lelaki, tetapi alat kelaminnya
tidak sempurna, buah dada membesar
4) Anof Talmus. Cirinya: tidak mempunyai bola mata, celah mata kecil
(mikro cephalis)
5) Kriptof Talmus. Cirinya: bibir sumbing, tanpa celah mata, langit- langit
bercelah, dada gepeng, jari-jari kaki dan tangan melekat satu sama lain
6) Tuberous Sklerosis. Cirinya: banyak terjadi pada laki- laki, adanya tumor
kelenjar minyak kulit (adeno masebasa), wajah berwarna kuning. 7
7) Sindrom Stueger-Werbur Demitri. Cirinya: membesarnya bola mata satu
sisi, sehingga sukar ditutup, dahi banyak ditumbuhi rambut juga disertai
kelumpuhan separuh anggota tubuh yang berlainan
2. Retardasi mental kerusakan otak (Brain Damage)
Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa radang dari otak,
perdarahan otak terutama waktu melahirkan, kurang cukupnya pemeliharaan
oksigen dan glukosa pada otak terutama pada bayi yang lahir belum cukup umur,
dan keracunan Contoh anak yang mengalami retardasi mental kerusakan otak,
antara lain:

8
a. Anak Deteksio adalah anak prasekolah yang mengalami sukar untuk
berbicara atau seseorang yang mampu berpikir tetapi tidak mampu
menuliskannya atau menyampaikan dengan katakata.
b. Sindrom Etrman, anak ini mengalami kesulitan dalam membilang dan
menulis namun lancar untuk berbicara.
c. Sindrom Gertsman, anak ini mengalami kesulitan dalam mengenal benda
melalui perabaan dan tidak mampu menulis dan berhitung juga mampu
membedakan kiri dan kanan.
d. Sindrom Diskontrol, anak ini mengalami kesulitan dalam memberi dan
menerima terhadap ransangan dari luar, ia tidak tuli dan tidak buta, tetapi
lambat sekali dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Retardasi mental fungsional
Retardasi mental fungsional adalah anak- anak terbelakang mental karena adanya
gangguan hubungan pergaulan, gangguan dalam cara mengasuh atau faktor
budaya. Sebab-sebab yang menimbulkan retardasi mental fungsional antara lain
berikut ini:
a. Faktor hereditas
1) Bapak yang hiperaktif waktu masih kecil, menyebabkan anak juga
menjadi hiperaktif
2) Orang tua yang mudah tersinggung waktu masih kecil, maka anak yang
dilahirkan juga mudah tersinggung
3) Usia ibu waktu mengandung lebih dari 35 tahun dengan tekanan mental
4) Ibu merokok
5) Benturan- benturan mental waktu anak masih berumur 0- 3 tahun,
misalnya orang tua sering gaduh, broken home, dan lain- lain.
b. Fungsi otak, pada anak kelompok ini, menunjukkan kelainan/ ciri- ciri
kerusakan otak minimal.
c. Faktor perilaku. Golongan perilaku tertentu sering menghambat
perkembangan mental anak- anak sehingga meraka mengalami retardasi
mental.
Contoh:

9
1) Menyendiri
2) Agresif
3) Nakal
4) Hiperkinetik
5) Autisme

Menurut gejalanya retardasi mental maka dapat di bagi menjadi 2 yaitu :


1. Tipe Klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisik
dan mentalnya cukup berat.Penyebabnya sering kelainan organik.Kebanyakan anak
ini perlu perawatan yang terus-menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas
sosial tinggi ataupun yang rendah.Orang tua dari anak yang menderita retardasi
mental tipe klinik ini cepat mencaripertolongan oleh karena mereka melihat sendiri
kelainan pada anaknya.
2. Tipe Sosial Budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran.Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam.Karenabegitumereka keluar sekolah, mereka dapat bermain
seperti anak-anak normal lainnya.Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial
ekonomi rendah.Para orang tua dari anak tipe ini tidak dapat melihat adanya kelainan
pada ananknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari
para psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas.pada umumnya
anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan retardasi mental ringan.

Klasifikasi retardasi mental menurut American Association of Mental Retardation adalah:


1. Intermiten; Dukungan diperlukan secara periodik, atau pada jangka pendek selama
fase transisi atau krisis, jika diperlukan, dukungan tersebut diberikan dalam
intensitas tinggi atau rendah.
2. Terbatas: Dukungan intensitas rendah dalam waktu tertentu diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu, seperti pelatihan kerja atau transisi sekolah.

10
3. Ekstensif: dukungan intensitas rendah yang kontinu dan teratur diperlukan untuk
mempertahankan fungsi yang adekuat di lingkungan rumah atau kerja.
4. Pervasif: dukungan intensitas tinggi yang kontinu diperlukan untuk keamanan dan
kesejahteraan.

Intelegensi menurut Nilai IQ


No Jenis Golongan Nilai IQ
1 Sangat superior 130 atau lebih
2 Superior 120 – 129
3 Di atas rata-rata 110 – 119
4 Rata-rata 90 – 110
5 Retardasi mental Borderline 70 – 79
6 Retardasi mental ringan (Mampu didik) 52 - 69
7 Retardasi mental sedang (Mampu latih) 36 – 51
8 Retardasi mental berat 20 – 30
9 Retardasi mental sangat berat Di bawah 20

Klasifikasi retardasi mental dalama setiap usia perkembangan

RM IQ Usia Usia Sekolah Usia Dewasa


Prasekolah (0-21 tahun) (>21 tahun)
(0-5 tahun)
Sangat <20 Retradasi Beberapa Perkembangan
berat jelas Perkembangan motorik dan
motorik dapat bicara sangat
berespon namun terbatas
terbatas
Dapat berperan
Berat 20-23 Perkembangan Dapat bicara atau sebagian dalam

11
motorik yang berkomunikasi pemeliharaan
miskin namun latihan diri sendiri
kejujuran tidak dibawah
bermanfaat pengawasan
ketat

Dapat bekerja
Dapat sendiri tanpa
Sedang berbicara atau Latihan dalam dilatih namun
belajar keterampilan social perlu
berkomunikasi, dan pekerjaan dapat pengawasan
ditangani bermanfaat, dapat terutama jika
dengan pergi sendiri berada dalam
pengawasan ketempat yang telah stress
sedang dikenal

50-69 Biasanya dapat


Dapat mencapai
Ringan mengembangk keterampilan
an Dapat belajar social dan
keterampilan keterampilan kejujuran
social dan akademik sampai ± namun perlu
komunikasi, kelas 6 SD bantuan
retradasi terutama bila
minimal stress

D. Patofisologi RM (Retardasi Mental)


Menurut Betz dan Sowden, (2009) Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi
penyebab pranatal, perinatal, dan pascanatal. Penyebab prenatal termasuk kelainan
kromosom (trisomi 21 [sindrom down], sindrom Fragile-X), gangguan sindrom (distrofi
otot Duchenne, neurofibromatosis [tipe-1] , dan gangguan metabolisme bawaan
(fenilketonuria). Penyebab perinatal dapat berhubungan dengan masalah intrauterus
seperti abrupsio plasenta, diabetes maternal, dan kelahiran prematur serta masalah
neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intrakranial. Penyebab pascanatal

12
mencakup kondisi- kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi, dan gangguan
degeneratif dan demielinisasi. Sindrom Fragile X, sindrom down, dan sindrom alkohol
janin terjadi pada sepertiga dari kasus retardasi mental. Munculnya masalah-masalah
terkait, seperti paralisis serebral, defisit sensoris, gangguan psikiatrik, dan kejang
berhubungan dengan retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental
ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak. Prognosis jangka panjang pada akhirnya
ditentukan oleh seberapa jauh individu tersebut dapat berfungsi secara mandiri dalam
komunitas (yaitu bekerja, hidup mandiri, keterampilan sosial).

13
E. Manifestasi Klinis RM (Retardasi Mental)
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik
yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah
ke suatu sindrom penyakit tertentu. Di bawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang
sering disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a. Katarak
1) Sindrom Cockayne
2) Sindrom Lowe
3) Galaktosemia
4) Sindrom Down
5) Kretin
6) Rubela pranatal
b. Bintik Cherry-merah pada daerah makula
1) Mukolipidosis
2) Penyakit Niemann-Pick
3) Penyakit Tay-Sachs
c. Korioretinitis
1) Lues kongenital
2) Penyakit sitomegalo virus
3) Rubela prenatal
d. Kornea keruh
1) Lues kongenital
2) Sindrrom Hunter
3) Sindrom Hurler
4) Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
1) Defisiensi glikogen sinthetase

14
2) Hiperlisinemia
3) Hipoglikemia
b. Kejang pada masa neonatal
1) Arginosuccinic asiduria
2) Hiperammonemia I dan II
3) Laktik asidosis
3. Kelainan kulit
a. Bintik cafe-au-lait
b. Ataksia –telengiektasia
c. Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
b. Rambut cepat memutih
c. Rambut halus
5. Kepala
a.Mikrosefali
b. Makrosefali
c.Perawakan pendek
d. Distonia

Menurut Wong, D, dkk, (2009) terdapat gejala klinis retardasi mental berdasarkan tipe dan
umur,antara lain :

1. Retardasi mental ringan


a. Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Cara berjalan, makan sendiri,
dan berbicara lebih lambat dibandingkan anak normal.
b. Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan Mampu mempelajari keterampilan,
membaca serta mempelajari aritmatika sampai ke tingkat kelas tiga-kelas enam dengan
pendidikan khusus, dapat dibimbing kearah penyesuaian sosial sampai usia mental 8- 12
tahun normal.
2. Retardasi mental sedang

15
a. Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Keterlambatan dapat dilihat
pada perkembangan motorik, yaitu cara berbicara dan berespon tehadap pelatihan dalam
berbagai aktivitas menolong diri.
b. Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan Mampu mempelajari komunikasi
sederhaana, perilaku kesehtan dan keamanan tingkat dasar serta keterampilan manual
sederhana, tidak mengalami perkembangan dalam membaca atau aritmatika secara
fungsional, usia mental mencapai 3-7 tahun usia mental normal.
3. Retardasi mental berat
a. Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Keterampilan komunikasi
kurang atau tidak ada, mampu berespon terhadap pelatihan mengenai perawatan dasar
diri sendiri, misalnya makan sendiri
b. Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan Mempunyai sedikit pemahaman
terhadap percakapan dan sedikit merespon, mampu mengambil manfaat dari latihan
kebiasaan yang sistematik, usia mental mencapai usia mental toddler normal.
4. Retardasi mental sangat berat
a. Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Membutuhkan perawatan
total.
b. Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan Keterlambatan pada semua area
perkembangan, menunjukkan respon emosional dasar, mampi berespon terhadap
latihan keterampilan dalam menggunakan lengan, tangan, dan rahang, membutuhkan
supervise ketat, usia mental mecapai usia mental bayi muda normal.

Menurut Shapiro BK (2007), gejala klinis yang menyertai retardasi mental berdasarkan umur
antara lain:

1. Newborn : sindrom dismorfik, mikrosefali, disfungsi system organ mayor


2. Early infancy ( 2- 4 bulan): gagal berinteraksi dengan lingkungan, gangguan
penglihatan atau pendengaran.
3. Later infancy ( 6- 18 bulan): keterlambatan motorik kasar
4. Toddlers ( 2- 3 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara

16
5. Preschool ( 3- 5 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara, masalah perilaku
termasuk kemampuan bermain, keterlambatan perkembangan moptorik halus,
menggunting, mewarnai, menggambar
6. School age ( > 5 tahun): kemampuan akademik kurang, masalah perilaku (perhatian,
kecemasan, nakal )

F. Komplikasi RM (Retardasi Mental)


Menurut Betz dan Sowden,( 2009) Ada beberapa komplikasi yang disebabkan oleh
retardasi mental ,antara lain :
1. Paralisis serebral
2. Gangguan kejang
3. Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
4. Defisit komunikasi
5. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan antikonvulsi, kurang
mengosumsi makanan berserat dan cairan)
6. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus, obstruksi usus
halus dan defek jantung
7. Disfungsi tiroid
8. Gangguan sensoris
17
9. Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
10. Kesulitan makan
G. Pemeriksaan Penunjang RM (Retardasi Mental )

Menurut Behrman dan Kliegman, (2010) terdapat beberapa pemeriksaan penunjang perlu
dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental, yaitu dengan:
1. Kromosomal Kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah

18
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
c. Kelemahan yang progresif
d. Ataksia
e. Degenerasi retina
f. Ophtalmoplegia
g. Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
a. Hepatomegali
b. Tuli
c. Kejang dini dan hipotonia
d. Degenerasi retina
e. Ophtalmoplegia
f. Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
a. Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
a. Anamnesis adanya pika
b. Anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
a. Gerakan yang involunter
b. Sirosis
c. Cincin Kayser-Fleischer k. Serum asam amino atau asam organic 1) Kejang
yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
d. Gagal tumbuh
e. Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
f. Warna rambut yang tidak biasa
g. Mikrosefali
h. Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
11. Plasma ammonia
a. Muntah-muntah dengan asidosis metabolik

19
12. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
a. Kehilangan fungsi motoric dan kognitif
b. Atrofi N. Optikus
c. Degenerasi retina
d. Seberal ataksia yang berulang
e. Mioklonus
f. Hepatosplenomegali
g. Kulit yang kasar dan lepas-lepas
h. Kejang
i. Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
13. Urin mukopolisakarida
a. Kiposis
b. Anggota gerak yang pendek
c. Badan yang pendek
d. Hepatosplenomegali
e. Kornea keruh
f. Gangguan pendengaran
g. Kekakuan pada sendi
14. Urin reducing substance
a. Katarak
b. Hepatomegali
c. Kejang
15. Urin ketoacid
a. Kejang
b. Rambut yang mudah putus
16. Urin asam vanililmandelik
a. Muntah- muntah
b. Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
c. Gejala disfungsi autonomic

Beberapa uji tumbuh kembang:

20
1. Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development )
2. Uji perkembangan seperti DDST II
3. Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-
Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive
behaviour scales ).

H. Penatalaksanaan RM (Retardasi Mental)

Menurut Soetjiningsih,( 2012 ) Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat


multi dimensional dan sangat individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental
juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan
monitoring terhadap tumbuh kembangnya
1. Pengobatan
Menurut Utaminingsih, (2015) Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi
anak semaksimal mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan
khusus, yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk
membantu anak berfungsi normal.
Berikut ini adalah obat- obatan yang dapat digunakan:
a. Obat- obat psikotropika (misalnya: tioridazin, [Mellaril] , haloperidol
[Haldol] untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
b. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda defisit
perhatian/ hiperaktivitas( misalnya: metilfenidat [Ritalin])
c. Antidepresan (misalnya: fluoksetin [Prozac])
d. Obat untuk perilaku agresif (misalnya: karbamazepin [Tegretol])
2. Terapi Bermain
Anak yang mengalami kerusakan kognitif mempunyai kebutuhan yang sama
terhadap rekreasi dan olahraga seperti anak lainnya. Namun, karena perkembangan
anak yang lebih lambat, orang tua kurang menyadari kebutuhan untuk memenuhi
aktivitas tersebut. Dengan demikian, perawat mengarahkan orang tua untuk
memilih permainan dan aktivitas olahraga yang sesuai.

21
Jenis permainan didasarkan pada usia perkembangan anak, walaupun kebutuhan
terhadap permainan sensorimotorik dapat diperpanjang sampai beberapa tahun.
Orang tua harus menggunakan setiap kesempatan untuk memperkenalkan anak
kepada banyak suara, pandangan, dan sensasi yang berbeda. Permainan yang sesuai
meliputi suara musik yang bergerak, mainan yang diisi, bermain air,
menghanyutkan mainan, kursi atau kuda yang dapat bergoyang, bermain ayunan,
bermain lonceng, dan bermain mobil-mobilan. Anak harus dibawa bermain keluar,
misalnya jalan-jalan ke toko makanan atau pusat pembelanjaan; orang lain harus
diberi semangat umtuk berkunjung kerumah; dan anak seharusnya berhubungan
langsung, misalnya mendekap, memeluk, mengayun, berbicara kepada anakdalam
posisi menatap wajah (wajah-ke-wajah), dan menaikkan anak diatas bahu orangtua.

Mainan dipilih berdasarkan manfaat rekreasi dan edukasionalnya. Sebagai contoh,


sebuah bola pantai besar yang dapat dikempeskan merupakan mainan air yang
baik;yang mendorong permainan interaktif dan dapat digunakan untuk mempelajari
keterampilan motoric, misalnya keseimbangan, mengayun, menendan, dan
melempar. Boneka dengan pakaian yang dapat diganti dan jenis kancing yang
berbeda dapat membantu anak mempelajari keterampilan berpakaian.
Mainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon dengan frase sosial
merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara. Mainan harus dirancang
secara sederhana sehingga anak dapat belajar memainkan mainan tersebut tanpa
bantuan. Bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan fisik berat, tombol
elektronik dapt digunakan untuk memungkinkan anak mengoperasikan mainan
tersebut. Aktivitas yang sesuai untuk aktivitas fisik berdasarkan pada ukuran tubuh,
koordinasi, kesegaran jasmani dan maturitas, motivasi, dan kesehatan anak
I. Penanganan RM ( Retardasi Mental)
Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja,
melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti
memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental,
apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua

22
dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis
dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling
dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua penderita mampu
mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari orang
tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta perkembangan
anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
1. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
a. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki
dengan sebaik-baiknya.
b. Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah.
c. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang,
sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih anak normal
antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk
mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
merangsang indera.
2. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi mental,
yaitu:
a. Latihan di rumah: belajar makan sendiri,  membersihkan badan dan berpakaian
sendiri, dst.,
b. latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social,
c. Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita,
dan
d. latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang
baik dan buruk secara moral.

J. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Retardasi Mental


1. Pengkajian Keperawatan

23
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan kekuatan
yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi
sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan
kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan
ketenangan dan bekerja. Pengakajian dapat dilakukan melalui:
a. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya
klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
b. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
c. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak
mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah
kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak
adekuat.
d. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang
diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar
atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen
pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
1) Identitas Nama :
a) Identitas
b) Umur : Umur untuk mengetahui dasar perkembangan anak.
c) Jenis kelamin
d) Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial ekonomi
cukup, akan mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang
diterima. Belum ditambah lagi bila jarak kelahiran antara anak yang satu
dengan anak yang lain teralu dekat
e) Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak- anak sedini
mungkin, karena dengan memahami agama akan menuntun umatnya
untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
f) Penanggung jawab

24
 Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
 Pendidikan Ayah/Ibu 26 Poltekkes Kemenkes Padang Pendidikan
merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak
karena dengan pendidikan yang lebih baik, maka orangtua dapat
menerima informasi tentang kesehatan anaknya
g) Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai, dapat menunjang tumbuh kembang
anak karena orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan anak.
h) Alamat
Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk berbagai kepentingan. Maka dari itu, oangtua sebaiknya
mulai mengenalkan alamat tempat tingal mereka kepada anak
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ), Lambatnya
ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati tahap
perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal
( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal ),
lambatnya pertumbuhan, tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah
), ciri-ciri dismorfik, dan terlambatnya perkembangan motoris halus dan
kasar.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom
( Trisomi 21 ( Sindrom Down), Sindrom Fragile X, Gangguan Sindrom
( distrofi otot Duchene ), neurofibromatosis ( tipe 1), Gangguan
metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ), Abrupsio plasenta, Diabetes
maternal, Kelahiran premature, Kondisi neonatal termasuk meningitis dan
perdarahan intracranial, Cedera kepala, Infeksi, Gangguan degenerative.
c) Riwayat kesehatan keluarga

25
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang serupa
atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental, terutama dari
ibu tersebut.

3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala           :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b) Rambut         : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus
dan cepat berubah
c) Mata              : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d) Hidung          : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung ke atas, dll
e) Mulut            : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
f) Geligi            : odontogenesis yang tdk normal
g) Telinga          : keduanya letak rendah; dll
h) Muka             : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i) Leher             : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j) Tangan          : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari
gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k) Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
l) Genitalia       : mikropenis, testis tidak turun, dll
m) Kaki              : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang
kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. efek ketidakmampuan fisik
b. Gangguan komunikasi verbal b.d hambatan individu
c. Gangguan interaksi sosial b.d hambatan perkembangan
d. Isolasi sosial b.d keterlambatan perkembangan
e. Risiko cendera b.d perubahan fungsi kognitif

26
f. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan
perkembangan

3. Rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Keperawatan
1 Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan Observasi
pertumbuhan tindakan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi
dan status perkembangan anak dapat pencapaian tugas
perkembangan membaik dengan kriteria hasil:
b.d. efek 1. Keterampilan/ perilaku perkembangan
ketidakmampuan sesuai usia anak meningkat anak
fisik
2. Kemampuan melakukan
Terapeutik
perawatan diri meningkat 1. Pertahankan
3. Respon social meningkat lingkungan yang
4. Kontak mata meningkat mendukung
perkembangan
optimal
2. Motivasi anak
berinteraksi
dengan anak lain
3. sediakan aktivitas
yang memotivasi
annak berinteraksi
dengan anak
lainnya
4. Dukung anak
mengekspresiakn

27
diri melalui
penghargaan
positif atau umpan
balik atas
usahanya
5. Fasilitasi anak
melatih
keterampilan
pemenuhan
kebutuhan secara
mandri
Edukasi
1. Jelaskan orang tau
dan/atau pengasuh
tentang milestone
perkembangan
anak dan perilaku
2. Anjurkan orang
tua berinterkasi
dengan anak
3. Anjarkan anak
keterampilan
berinteraksi
Kolaborasi
1. Rujuk untuk
konseling , jika
perlu

2 Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Observasi


komunikasi verbal keperawatan diharapkan 1. Monitor proses
b.d hambatan kognitif, anatomis,

28
individu komunikasi verbal anak dapat dan fisiologis yang
meningkat dengan kriteria hasil: berkaitan dengan
1. Kemampuan bicara biacara
meningkat 2. Identifikasi
2. Kesesuaian ekspresi perilaku emosional
wajah/tubuh meningkat dan fisik sebagai
3. Respon perilaku membaik bentuk komunikasi
4. Pemahaman komunikasi Terapeutik
membaik 1. Gunakan metode
komunikasi
alternatif
2. Sesuaikan gaya
komunikasi
dengan kebutuhan
3. Berikan dukungan
psikologis
Edukasi
1. Anjurkan
berbiacara
perlahan
2. Ajurkan pasien
dan keluarga
melakukan proses
kognitif ,
anatomis, dan
fisiologis yang
berhubungan
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli
patologi biacara
atau terapis
3 Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Observasi

29
interaksi sosial b.d keperawatan diharapkan interaksi 1. Identifikasi fokus
hambatan sosial anak dapat meningkat dengan pelatihan
perkembangan kriteria hasil: keteranpilan social
1. Perasaan mudah menerima Terapeutik
atau mengkomunikasikan 1. Motivasi untuk

perasann meningkat berlatih

2. Responsive pada orang lain keterampilan

meningkat social

3. Minat melakukan kontak fisik 2. Beri umpan balik

meningkat positif

4. Kooperatif dalam bermain 3. Libatkan keluarga

dengan teman sebaya selama latihan

meningkat keterampilan

5. Perilaku sesuai usia meningkat social, juka perlu


Edukasi
1. Jelaskan tujuan
melatihan
keterampilan
social
2. Jelaskan respond
an konsekuensi
keterampilaan
social
3. Edukasi keluarga
untuk dukungan
keterampilan
social
4. Latih keterampilan
social secara
bertahap
4 Isolasi sosial b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Observasi
keterlambatan keperawatan diharapkan 1. Ide
30
perkembangan keterlibatan social anak dapat ntifikasi kemapuan
meningkat dengan kriteria hasil: melakukan interaksi
1. Minat interaksi meningkat dengan orang lain
2. Minat terhadap aktivitas 2. Ide
meningkat ntifikasi hambatan
3. Verbalisasi perasaan berbeda melakukan interkasi
dengan orang lain menurun dengan orang lain
4. Perilaku sesuai dengan harapan
Terapeutik
orang lain membaik
1. Motivasi
5. Tugas perkembangan sesuai
meningkatkan
usia membaik
keterlibatan dalam
suatu hubungan
2. Berikan
umpanbalik positif
pada setiap
peningkatan
kemampuan

Edukasi
1. Anjurkan
berinterkasi
dengan orang lain
secara bertahap
2. Latih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi
3. Anjurkan
membuat
perencanaan

31
kelompok kecil
unutk kegiatan
khusus

5 Risiko cendera b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Observasi


perubahan fungsi keperawatan diharapkan tingkat
1. Identifikasi
kognitif cendera anak dapat menurun
dengan kriteria hasil: kebutuhan

3. Gangguan kognitif menurun keselamatan

4. Kejaadian cedera menurun 2. Monitor

5. Ketegangan otot menurun perubahan status


keselamatan
lingkungan

Terapeutik
1. Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
bahaya dan risiko
2. Fasilitasi relokasi
ke lingkungan
yang aman

Edukasi
1. Ajarkan individu,
keluarga dan
kelompok risiko
tinggi bahaya

32
lingkungan

6 Deficit perawatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Observasi


diri b.d. perubahan keperawatan diharapkan Perawatan 1. Identifikasi

mobilitas fisik diri anak dapat meningkat dengan kebiasaan aktivitas

/kurangnya kriteria hasil: diri sesuai usia

kematangan 1. Verbalisasi keinginan 2. Monitor tingkat

perkembangan. melakukan perawatan kemandirian

diri meningkat Terapeutik


1. Siapkan keperluan
2. Minat melakukan
pribadi
perawatan diri
2. Damping dalam
meningkat
melakukan
3. Mempertahankan
perawatan diri
kebersihan diri
3. Fasilitasi
meningkat
kemandirian,
bantu jia tidak
mampu melakukan
perawatan diri
4. Jadwalkan
rutinitas perawatan
diri
Edukasi
1. Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai kemampuan

33
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. & Kliegman. R. M. 2010. Nelson Esiensi Pediatri Edisi 4. Jakarta: EGC

Bernstein, Daniel & Shelov, Steven. 2017. Ilmu Kesehatan Anak untuk Mahasiswa Kedokteran

Betz, C. L. & Sowden, L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta: EGC

Kurniawan, Y. I., & Dwiyatmika, W. (2017). Aplikasi Diagnosa Retardasi Mental Pada Anak

SDKI. 2016. Definisi dan indikator diagnostik 2016-2017 edisi 1. Jakarta: Tim Pokja SDKI DPP
PPNI

Soetjiningsih, Ranuh Gde. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC

Sularyo, T. S., & Kadim, M. (2016). Retardasi mental. Sari Pediatri, 2(3), 170-7.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Edisi 1).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

34
Utaminingsih, W. R. 2015. Menjadi Dokter Bagi Anak Anda Mengenali & Mencegah Sedini
Mungkin Serangan Penyakit & Gangguan Kesehatan pada Anak. Yogyakarta:
Cakrawala ilmu Edisi Ketiga. Jakarta: EGC

Wong, D.L, dkk. 2008. Buku ajar keperawatan pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC

https://www.academia.edu/15645103/
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_DENGAN_RETARDASI_MENTAL_2 diakses
pada tanggal 25 September pukul 20.28 WIB.

https://www.academia.edu/8323169/Asuhan_Keperawatan_Retardasi_Mental_Lengkap diakses
pada tanggal 25 September pukul 20.30WIB.

35

Anda mungkin juga menyukai