Anda di halaman 1dari 9

PERAN SEORANG APOTEKER DALAM MENINGKATKAN

KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DALAM


MENGKONSUMSI OBAT

Disusun Guna Memenuhi Tugas UTS (Ujian Tengah Semester)


Mata Kuliah Ilmu Perilaku Manusia

Disusun Oleh:
Maulidya Barikatul Iftitah (152210101015)

Dosen Pengampu:
Erdi Istiaji, S.Psi., M.Psi., Psikolog

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER


2016

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi
adalah penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir
tidak konstan pada arteri. Menurut Departemen Kesehatan 2006, hanya
50% dari semua pasien hipertensi yang didiagnosis, meminum obat sesuai
anjuran tenaga kesehatan. Sedangkan menurut Hanns 2008 menjelaskan
bahwa diseluruh dunia hanya sekitar 20% dari semua pasien hipertensi
yang didiagnosis, meminum obat yang diresepkan oleh dokter
Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi ini dapat mengakibatkan
komplikasi pada penyakit hipertensi sehingga dapat menyebabkan
kerusakan organ meliputi otak, karena hipertensi yang tidak terkontrol
dapat meningkatkan risiko stroke

kemudian kerusakan pada jantung,

hipertensi meningkatkan beban kerja jantung yang akan menyebabkan


pembesaran jantung sehingga meningkatkan risiko gagal jantung dan
serangan jantung. Selain kerusakan otak dan jantung karena kondisi
hipertensi yang memburuk, gagal ginjal juga merupakan risiko yang harus
ditanggung pasien hipertensi. Ditambah lagi kerusakan pada pembuluh
darah di retina yang berakibat pada gangguan penglihatan bahkan bisa
mengalami kebutaan. (Suhardjono, 2008). Maka diperlukan peran tenaga
kesehatan seperti dokter ataupun apoteker dalam mengatasi pasien-pasien
yang kurang patuh terhadap anjuran tenaga kesehatan tersebut.
Apoteker adalah puncak dari pelayanan kesehatan, karena seorang
apoteker penentu keberhasilan terapi. Menurt WHO, peran seorang
apoteker yang utama adalah menjamin pasien menggunakan obat secara
tepat dan benar, dengan melakukan kegiatan professional berupa konseling
pasien (client) pada saat menyerahkan obat maupun dalam monitoring
penggunaan obat pasien.
Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruhi oleh
kualitas pelayanan kesehatan, sikap dan keterampilan petugasnya, sikap

dan pola hidup pasien beserta keluarganya, tetapi dipengaruhi juga oleh
kepatuhan pasien terhadap pengobatannya. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatannya adalah dengan
konseling.
Konseling merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
Asuhan Kefarmasian, karena dalam melakukan pelayanan kefarmasian
seorang apoteker harus memberikan informasi tentang obat dan cara
pengobatannya dengan harapan dapat memberikan pemahaman pasien
tentang peranan obat pada penyembuhan penyakitnya, sehingga pasien
patuh dalam minum obat.
I.2 Rumusan Masalah
I.2.1
Apakah peran seorang apoteker dalam meningkatkan kepatuhan
pasien hipertensi dalam mengkonsumsi obat?
I.3 Tujuan
I.3.1

Tujuan Umum
Tujuan umum menganalisis artikel/berita ini adalah untuk
memenuhi tugas UTS (Ujian Tengah Semester) Ilmu Perilaku

I.3.2

Manusia.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus menganalisis artikel/berita ini adalah
untuk mengetahui peran seorang apoteker dalam meningkatkan
kepatuhan pasien hipertensi dalam mengkonsumsi obat.

I.4 Manfaat
1. Memberi informasi bahwa ketidakpatuhan pasien hipertensi dalam
mengkonsumsi obat tidak sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan
seperti apoteker akan menyebabkan komplikasi
2. Seorang apoteker memiliki peran penting untuk memberikan
komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien yang biasa kita kenal
dengan istilah konseling

1.5

Artikel

KOMPAS.com - Jumlah pasien yang menderita penyakit kronis


dan

membutuhkan

pengobatan

jangka

panjang

terus

meningkat.

Sayangnya kepatuhan pasien dalam mengikuti anjuran pengobatan masih


rendah.
Penelitian menunjukkan, tingkat kepatuhan pada penyakit kronis
seperti diabetes atau hipertensi, hanya berkisar 43 persen hingga 78
persen. Hampir setengah pasien yang mengonsumsi obat golongan statin
menghentikan pengobatannya setelah 6 bulan. Padahal, agar penyakitnya
terkendali

dibutuhkan

pengobatan

seumur

hidup.

Menurut Dr.Ikhsan Mokoagow, Sp.PD, ada banyak faktor yang


menyebabkan pasien kurang disiplin meminum obat. "Ada berbagai
hambatan, mulai dari dokter yang kurang menjelaskan manfaat dan akibat
tidak patuh minum obat, pasien yang sering lupa minum obat, hingga
faktor obat yang mahal dan sulit mencari obat di apotek," katanya dalam
acara temu media yang digelar oleh Pfizer di Jakarta, Selasa (15/4/14).
Penyakit kronik adalah jenis penyakit yang memiliki penyebab
multifaktor dan tidak ada penyembuhan yang jelas seperti jenis penyakit
flu.

Selain

itu,

penyakit

ini

juga

memiliki

bahaya

laten.

"Biasanya orang yang menderita hipertensi kadar kolesterolnya


tinggi, dan orang yang sakit diabetes melitus juga lebih rentan terkena
serangan jantung. Bahaya-bahaya ini sering tidak disadari oleh pasien,"
ujar dokter yang menjadi staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

ini.

Pengobatan penyakit kronik, lanjut Ikhsan, bukan hanya bertujuan


mengendalikan penyakitnya tapi juga memiliki fungsi-fungsi lain.
"Misalnya obat statin untuk menurunkan Kolesterol. Selain menurunkan
lemak ia juga punya manfaat antiperadangan dan menurunkan progresi

plak agar pembuluh darah tak mudah tersumbat, jadi tidak bisa
sembarangan

menghentikan

pengobatan,"

katanya.

Pasien juga seringkali merasa penyakitnya sudah terkontrol


sehingga merasa tidak perlu melanjutkan minum obat. "Pasien seharusnya
jangan cepat puas jika gula darah atau tekanan darahnya sudah terkendali.
Ingat, penyebab penyakitnya multifaktor, jadi harus dicek laboratorium
secara

rutin,"
Pengobatan

yang

setengah-setengah

katanya.
menurut

Ikhsan

bisa

berpengaruh buruk. Dalam penelitian, pasien hipertensi yang memiliki


tingkat kepatuhan minum obat 80-100 persen terkait dengan tekanan darah
yang

terkendali

baik.

Selain itu, ketidakpatuhan minum obat juga beresiko tinggi


meningkatkan risiko kematian. "Banyak orang menganggap minum obat
seumur hidup sebagai vonis hukuman. Karena itu saya berusaha mengajak
pasien untuk menganggap obat sebagai pengendali penyakit, ujarnya.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan
pasien pada pengobatan jangka panjang. Perusahaan farmasi, misalnya,
kini berusaha membuat regime pengobatan yang sederhana sehingga
pasien hanya perlu minum satu obat saja dalam sehari. Selain itu juga
dilakukan edukasi yang holistik pada pasien mengenai penyakit yang
diderita dan manfaat pengobatan yang sedang dijalani.

Sumber:
http://health.kompas.com/read/2014/04/15/1900410/Banyak.Pasien.Tak.Di
siplin.Minum.Obat

BAB II
PEMBAHASAN

Ketidakpatuhan dengan program terapi merupakan masalah yang besar


pada pasien hipertensi. Karena pengobatan pada penyakit kronis ini, memerlukan
waktu yang lama, sehingga pasien cenderung tidak patuh terhadap aturan
pengobatan. Oleh karena itu, kepatuhan pasien dalam pengobatan sangat
diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi. Hal inilah yang menyebabkan
peran aktif seorang apoteker itu sangatlah penting, misal dengan memberikan
komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien yang biasa kita kenal dengan
istilah konseling.
Kegiatan konseling merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kepatuhan pasien agar rutin mengkonsumsi obat yang telah dianjurkan apoteker.
Salah satu cara meningkatkan kepatuhan pasien adalah dengan memberikan
informasi kepada pasien akan manfaat dan pentingnya kepatuhan untuk mencapai
keberhasilan pengobatan. Namun, terkadang karena sesuatu hal pasien tidak patuh
minum obat. Alasan-alasan ini, seorang apoteker harus mengetahuinya dengan
menggali informasi melalui konseling.

Hal tersebut diataslah yang mengingat akan pentingnya kemampuan


berinteraksi dengan pasien sangat perlu dikuasai dan dipahami oleh seorang
apoteker. Konseling yang dilakukan oleh seorang apoteker berhasil atau tidaknya
tergantung bagaimana pasien tersebut patuh minum obat dan sesuai dengan
pemakaian yang benar. Namun, tidak jarang apoteker kurang berinteraksi dengan
pasien untuk memberikan informasi mengenai penggunaan obat, sehingga tujuan
dari terapi tidak tercapai.
Adapun beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh seorang apoteker
dalam konseling, yaitu konseling merupakan tanggung jawab apoteker menurut
Undang-Undang yang berlaku, jenis informasi dan keriteria pemilihan pasien,
tindakan professional yang diambil terkait dengan masalah pengobatan, hubungan
dan etika terhadap pasien dan tenaga kesehatan lain (dokter, perawat, sejawat),
penilaian terhadap keberhasilan pelaksanaan konseling.
Konseling yang dilakukan seorang apoteker mempunyai tujuan akhir,
yakni kesembuhan pasien melalui kepatuhannya menggunakan obat sesuai dengan
nasehat yang diberikan. Dengan melakukan konseling diharapkan apoteker juga
dapat mempengaruhi perilaku pasien. Hal ini dikarenakan perilaku dalam
pengobatan memegang peranan penting dalam mencapai target keberhasilan
terapi, terutama untuk penyakit kronis seperti hipertensi.
Perilaku baik pasien dalam pengobatan yang didasari dengan pengetahuan
yang didapatkan akan membuat perilaku baik tersebut akan bertahan lebih lama.
Kegagalan dalam pengobatan terutama untuk penyakit hipertensi disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan pasien tentang hipertensi dan pengobatannya sehingga
perilaku pasien untuk menjalankan terapi hipertensi menjadi buruk dan target
terapi tidak bisa tercapai. Perubahan perilaku pasien akan terjadi sejalan dengan
proses yang awalnya tidak tahu menjadi tahu (kognitif), yang awalnya tidak mau
menjadi mau (afektif), dan yang awalnya tidak bertindak menjadi bertindak
(psikomotorik).

Uraian perubahan perilaku tersebut menunjukan bahwa pengetahuan pasien


tentang hipertensi dan pengobatannya memegang peranan yang sangat penting
untuk mewujudkan perilaku yang baik dalam pengobatan hipertensi. Oleh karena
itu peran apoteker pada pasien hipertensi sangat diperlukan untuk mengubah
mindset dan perilaku pasien menjadi positif. Perilaku yang positif dapat
menunjang keberhasilan terapi dan pengontrolan tekanan darah sehingga dapat
mengurangi resiko terjadinya penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan stroke
serta komplikasi yang lain.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Profesionalitas

apoteker

dinilai

dari

bagaimana

kemampuan

memberikan konseling kepada pasien. Sehingga dibutuhkan skill


komunikasi bagi seorang apoteker untuk menjalin hubungan dengan
pasien. Namun, tidak hanya itu belajar tentang psikologi pasien dirasa
perlu agar dapat memahami karakter dari pasien dan dapat mempengaruhi
mindset serta perilaku pasien menjadi positif.
Perilaku yang positif dapat menunjang keberhasilan terapi dan
pengontrolan tekanan darah sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya
penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan stroke.
3.2 SARAN
Apoteker sebaiknya lebih komunikatif dan perlu memahami
karakter pasien untuk dapat mempengaruhi mindset serta perilaku pasien
menjadi positif sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2007. Pelayanan Konseling Akan Meningkatkan Kepatuhan
Pasien

Pada

Terapi

http://indonesiasehat.

Obat.

diakses

31

Februari

2016

dari

blogspot.com/2007/06/pelayanan-konseling-

akanmeningkatkan9866.html
2. Rantucci, M.J. 2007. Komunikasi Apoteker-Pasien : Panduan Konseling
Pasien (Edisi 2). Penerjemah : A.N. Sani. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
3. http://health.kompas.com/read/2014/04/15/1900410/Banyak.Pasien.Tak.Di
siplin.Minum.Obat. Diakses 29 Februari 2016.

Anda mungkin juga menyukai