Anda di halaman 1dari 4

Efektivitas Terapi Non Farmakologi Pada Penderita

Hipertensi
Wa Ode Yumna Ultamil Karno1,a) , Rini Indriani2,b)
Faculty of Public Health, Universitas HaluOleo, Kota Kendari, Negara Indonesia
a)
Corresponding author : yumnakarno31@gmail.com
b)
riniindriani0063@gmail.com

Abstract.

INTRODUCTION
Hipertensi tetap menjadi faktor dominan untuk penyakit kardiovaskuler di seluruh dunia, 1
dari 4 laki-laki di dunia mengalami hipertensi.1 Berdasarkan data WHO prevalensi hipertensi
sangat tinggi yaitu 22,1% atau 1,3 milyar pada tahun 2019 dan meningkat menjadi 30% pada
tahun 2020. Seseorang didiagnosis hipertensi ketika tekanan systole >140 mmHg dan atau
tekanan diastol > 90 mmHg setelah pemeriksaan berulang (Iqbal dkk, 2022).
Riskesdas (2018), menjelaskan Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang memiliki
prevalensi tertinggi yang didiagnosa di fasilitas kesehatan dengan jumlah kasus mencapai
185.857. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada umur ≥ 18 tahun sebesar 34,1% dengan
penderita hipertensi tertinggi di Kalimantan selatan sebesar 44,1% sedangkan untuk Sulawesi
selatan menempati urutan ke 13 tertinggi dengan 31,9 %. Berdasarkan jenis kelamin Prevalensi
hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki dengan dan prevalensi
hipertensi di perkotaan cenderung lebih tinggi daripada di pedesaan.Prevalensi hipertensi di
Indonesia pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 13,2% pada kelompok usia 25-34 tahun adalah
20,1%, kelompok umur 35-44 tahun 31,6% usia 45-54 tahun 45,3%, usia55-64 tahun 55,2%
untuk usia 65-74 tahun 63,2% sedangkan lebih dari 75 tahun adalah 69,5%, dengan prevalensi
yang tinggi tersebut hipertensi yang tidak disadari jumlahnya bisa lebih tinggi lagi (Azhar dkk,
2019).
Hipertensi dapat disertai gejala ataupun tanpa gejala yang memberi ancaman terhadap
kesehatan secara terus-menerus . Gejala yang sering muncul berupa nyeri kepada kepala atau rasa
berat pada tengkuk, vertigo, merasa selalu berdebar-debar, merasa mudah lelah, penglihatan
kabur, telinga berdenging, serta dapat mengalami mimisan (Azhar dkk, 2019).
Penanganan tekanan darah tinggi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu non
farmakologi dan farmakologi. Terapi farmakologi menggunakan obat atau senyawa yang dalam
kerjanya dapat mempengaruhi tekanan darah. Terapi non-farmakologi merupakan terapi tanpa
menggunakan obat dalam proses terapinya. Oleh karena itu penggunaan obat anti hipertensi
modern dapat menimbulkan efek samping, maka dari itu obat tradisional dapat menjadi pilihan
menjadi salah satu pilihan (Sari dkk, 2022).
Penatalaksanaan hipertensi saat ini dilakukan melalui 2 cara yaitu dapat dilakukan
pengendalian tekanan darah dengan cara pemberian terapi non farmakologis berupa: modifikasi
gaya hidup, mengurangi berat badan, pembatasan asupan natrium, modifikasi diet rendah lemak,
pembatasan alkohol, pembatasan kafein, teknik relaksasi, dan menghentikan kebiasaan merokok.
Terapi farmakologi berupa pemberian obat dengan Jenis-jenis medikasi antihipertensi meliputi
diuretik, penyekat betaadregenik atau beta-blocker, vasodilator, penyekat saluran kalsium dan
penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) (10) (Azhar dkk, 2019).
Dewasa ini, pendekatan non farmakologis menjadi alternatif pengobatan pasien hipertensi
karena dinilai lebih aman dan dapat meningkatkan efektivitas terapi obat anti hipertensi,
dibandingkan dengan pemberian obat saja. Terapi non farmakologis lebih efektif dan mudah
dilaksanakan namun faktanya kurang diminati oleh masyarakat, karena terapi ini realtif lebih
lama sampai terjadi efek dibandingkan dengan terapi farmakologis (Iqbal, 2022).
METODE
Penulisan artikel ini didasarkan pada kajian pustaka (literature review) yang menggunakan
metode naratif dalam mengkaji dan menganalisis hasil penelitian terdahulu terakit efektivitas
terapi non farmakologi pada penderita hipertensi. Literature yang digunakan berasal dari jurnal
nasional yang diperoleh dari Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam dalam pencarian
adalah “Efektivitas Terapi Non Farmakologi Pada Pasien Hipertensi”, “Hipertensi”, “Terapi Non
Farmakologi Pasien Hipertensi”. Artikel yang digunakan dalam review ini adalah artikel yang
diterbitkan dari tahun 2019-2024. Dari jurnal yang diperoleh, dipilih beberapa jurnal yang
relevan. Kriteria inklusi adalah hasil penelitian efektivitas terapi non farmakologi terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Data yang didapat dari hasil penelusuran
kemudian dirangkum dan dianaalisis menggunakan narasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelusuran dan pengkajian kepustakaan pada efektivitas terapi non
farmakologi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi, ditemukan … literatur
yang relevan untuk ditelaah lebih lanjut. Hasil pengkajian pustaka dipaparakan pada Tabel 1 di
bawah ini. Subjek penentu kriteria pemilihan referensi dalam literatur review ini adalah pasien
yang memiliki penyakit hipertensi dan diberikan konseling tentang penerapan terapi non
farmakologi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Tabel 1. Hasil literature review efektivitas terapi non farmakologi pada pasien hipertensi
Jurnal (Volume,
Penulis/Judul
Nomor, dan Rancangan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Tahun)
Tjahjani & Sari. Jurnal Desain : menggunakan Hasil penelitian
Efektivitas Pemberian Pendidikan dan desain Quasy Eksperiment terhadap 13
Sari Mentimun Konseling, Vol. dengan rancangan One responden pada
(Cucumis Sativus L) 4, No.6 2022 Group Pretest Posttest kelompok
sebagai Terapi Design. Teknik pengambilan perlakuan
NonFarmakologi pada sampel dengan sebelum
Penderita Hipertensi di menggunakan pusposive dilakukan terapi
Desa Donorejo random sampling. sari mentimun
Kabupaten Dema Subjek : Sampel dalam didapatkan rata-
penelitian ini adalah rata tekanan darah
masyarakat yang menderita 148,30/89,93
hipertensi baik laki-laki mmHg, apabila
maupun perempuan Di diklasifikasikan
Desa Donorejo 8/3 tekanan darah
Kecamatan Karangtengah tinggi berada
Kabupaten Demak. dalam hipertensi
Didapatkan jumlah stadium 1 dan
responden sebanyak 13 setelah diberikan
orang yang terdiri dari 9 terapi sari
perempuan dan 4 laki-laki mentimun selama
yang memenuhi kriteria 7 hari dengan
inklusi dan eksklusi berat 200 gram
250 mL rata-rata
mengalami
penurunan yaitu
menjadi
132,46/83 mmHg.
Perubahan angka
pada tekanan
darah ini
menunjukkan
bahwa terapi sari
mentimun dengan
berat 200 gram
250 mL efektif
terhadap
penurunaan
tekanan darah
pada penderita
hipertensi. Akan
tetapi pada terapi
sari mentimun ini
hanya efektif
dapat
menurunkan
tekanan darah
sampai stadium 1
( 140-159 mmHg)
.

Anda mungkin juga menyukai