Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
2024
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Mata
Kuliah Pembelajaran IPA SD ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah
“Pendekatan Pembelajaran Dan Model Pembelajaran IPA SD.
Tak lupa pula penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada Bapak dosen pengampu mata kuliah
Pembelajaran Pembelajaran IPA SD Bapak Septian Prawijaya, S.Pd.,M.Pd yang telah
memberikan penulis gambaran dari materi penugasan dan juga penulis mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang sudah mau membantu dan memperbaiki makalah ini.
Demikian dalam penulisan makalah ini tentu masih banyak kelemahan dan kesalahan,
untuk itu penulis meminta saran dan kritik yang membangun baik dari bapak dosen dan teman-
teman agar makalah ini dapat lebih baik lagi selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan para tenaga pendidik.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................. 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dan guru. Proses pembelajaran
berlangsung antar komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya dengan
muatan tujuan pendidikan. Di dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan interaksi antara
guru-peserta didik dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya peningkatan kualitas
pendidikan yang merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembangunan
bangsa. Kualitas pendidikan memiliki arti bahwa lulusan pendidkan memiliki kemampuan
yang sesuai, sehingga dapat memberikan kontribusi yang tinggi bagi pembangunan. Kualitas
pendidikan, terutama ditentukan oleh proses dan hasil belajar mengajar. Untuk membantu
siswa dapat belajar dengan baik, maka pembelajaran harus disusun semenarik mungkin,
termasuk dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan saja, tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan yang merangsang siswa untuk aktif terlibat di dalamnya.
Ada beberapa hal yang dapat digunakan guru dalam menjembatani pembelajaran supaya lebih
menyenangkan dan tidak monoton, diantaranya penggunaan bahan ajar, media, metode,
pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran.
Pembelajaran IPA dikatakan efektif apabila terjadi peningkatan hasil belajar yaitu hasil
kemampuan kecakapan dan keterampilan serta sikap yang dinilai hasil pengukuran dengan tes
dengan mengedepankan keaktifan belajar peserta didik (Nur Jannah, 2020). Pendekatan
pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang diperolah. Semakin tepat
pendekatan pembelajaran yang diterapkan maka semakin maksimal hasil belajar, sehingga guru
dituntut untuk menerapkan beberapa pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakter
siswa dan materi pelajarannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran IPA SD?
2. Apa saja jenis-jenis pendekatan pembelajaran IPA SD?
3. Apa saja jenis-jenis model pembelajaran IPA SD?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan, pembelajaran dan model
pembelajaran
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pendekatan pembelajaran IPA SD
3. Untuk mengetahui jenis-jenis model pembelajaran IPA SD.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum. Jadi, pendekatan pembelajaran adalah titik tolak (guru)
terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan
melatari metode pembelajaran.
Pembelajaran yang kurang menarik membuat peserta didik merasa cepat bosan sehingga
mereka kurang memahami pembelajaran yang dilakukan akibatnya tujuan pembelajaran yang
sudah ditetapkan terlebih dahulu akan sulit untuk dicapai. Maka untuk memperoleh tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan tersebut, perlu adanya sebuah strategi yang dilakukan guru
dalam proses belajar mengajar. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh
guru yaitu melalui pendekatan-pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran guna menyesuaikan antara tujuan pembelajaran, latar
belakang, sosial dan budaya setiap peserta didik.
Secara harfiah model dimaknai sebagai suatu konsep yang digunakan untuk
merepresentasikan suatu hal. Model pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain sebagainya. Setiap model pembelajaran
mengarahkan dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
3
Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati
perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat
erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru
(teaching style), yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (Style of Learning and Teaching).
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau
prosedur.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model
pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam
memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya,
materi pembelajaraan, tingkat perkembangan kognitif peserta didik, dan sarana atau fasilitas
yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dengan
demikian, merupakan hal yang sangat penting bagi para pendidik untuk mempelajari dan
menambah wawasan tentang model pembelajaran yang telah diketahui. Karena dengan
menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang pendidik akan merasakan adanya
kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai dalam proses pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
1. Pendekatan Saintifik
4
kegiatan pembelajaran yang didesain sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif dapat
membangun konsep, prinsip maupun hukum melalui tahapan-tahapan mengamati,
merumuskan masalah (menanya), mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai cara maupun teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang telah ditemukan.
a. Mengamati (observing)
Dalam kegiatan pengamatan, hal yang paling diutamakan adalah kebermaknaan dari
proses pembelajaran itu sendiri (meaningfull learning). Dengan mengamati para siswa
akan menjadi senang dan merasa tertantang. Adapun kompetensi yang diharapkan yaitu
melatih kesungguhan, melatih ketelitian, dan mencari informasi. Adapun aktivitas
dalam mengamati mencakup kegiatan membaca, mendengar, menyimak, dan melihat
(baik dengan alat maupun tanpa alat).
b. Menanya (Questioning)
Saat kegiatan mengamati dilakukan akan muncul berbagai pertanyaan dari para siswa.
Disini, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai
apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihatnya. Pertanyaan yang diajukan dapat
bersifat faktual hingga pertanyaan yang bersifat hipotetik.
c. Menalar (Associating)
Menalar, mengasosiasi, maupun mengolah informasi adalah kegiatan memproses
informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan mengamati. Informasi yang
dikumpulkan bisa dari berbagai sumber maupun berbagai cara. Adapun kompetensi
5
yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat peraturan,
kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur serta mampu berpikir induktif maupun
deduktif dalam menyimpulkan.
d. Mencoba (Eksperimenting)
Agar memperoleh hasil belajar yang nyata dan otentik, siswa harus melakukan
percobaan terlebih dahulu, terutama untuk materi seperti pembelajaran IPA. Pada mata
pelajaran IPA, siswa harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini meliputi kegiatan melakukan eksperimen,
mengamati objek/kejadian/aktivitas, membaca sumber lain baik dari buku maupun
sumber lain, dan wawancara dengan nara sumber. Dalam kegiatan terdapat tiga tahap
yang harus dilakukan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
e. Membentuk Jejaring (Networking)
Aktivitas ini meliputi menyampaikan hasil pengamatan, membuat kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis maupun menggunakan media lainnya.
Hasil tersebut nantinya akan dipresentasikan dan dinilai guru sebagai hasil belajar para
siswanya.
2. Pendekatan Lingkungan
6
tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.
Contohnya, sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau
mengamati dan membuat hipotesis. Hal tersebut dilakukan, agar siswa dapat menciptakan
kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya.
Kesimpulannya, keberhasilan anak dalam belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan
proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap
permasalahan sains yang sedang dipelajari, menjadi paham dan mengerti permasalahannya.
Wood (2003) menjelaskan bahwa problem based learning (PBL) merupakan penggunaan
sebuah kasus atau skenario masalah untuk menentukan tujuan pembelajaran pada siswa. Siswa
melakukan studi mandiri sebelum kembali ke kelompok untuk berdiskusi dan
menyempurnakan pengetahuan yang mereka peroleh, tidak hanya terfokus pada pemecahan
masalah saja, melainkan menggunakan masalah yang sesuai untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman siswa. Gijselaers (1996) menyatakan bahwa problem based learning (PBL)
melibatkan siswa dalam mengerjakan masalah dalam kelompok dengan bimbingan dari guru.
Masalah yang diberikan dianalisis dan penyelesaiannya menghasilkan pengetahuan serta
keterampilan pemecahan masalah. Sedangkan Arends (2008) memaparkan bahwa problem
based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi
bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa serta berfungsi sebagai batu loncatan
untuk investigasi dan penyelidikan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa problem based learning (PBL) merupakan
suatu model pembelajaran yang menghadirkan masalah sebagai pembelajaran. Masalah
tersebut merupakan masalah nyata yang menyangkut peristiwa kehidupan sehari-hari dalam
upaya melatih siswa dapat aktif, mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah,
memecahkan masalah dan menemukan solusi.
Adapun langkah-langkah problem based learning (PBL) menurut Arends, (2008) adalah
sebagai berikut:
7
a. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa
Guru menyampaikan maksud pembelajaran kepada siswa. Selain itu, guru menyajikan
suatu permasalahan dengan prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam
mengidentifikasi permasalahan tersebut.
b. Mengorganisasikan siswa meneliti
Guru mengembangkan keterampilan kolaborasi diantara siswa dan membantu mereka
untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Siswa mengidentifikasikan hal-
hal yang belum mereka pahami dan perlu dipelajari untuk menyelesaikan masalah.
c. Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Siswa atau kelompok membuat perencanaan untuk investigasi permasalahan yang ada.
Anggota kelompok berbagi peran untuk pengumpulan data dan eksperimen, pembuatan
hipotesis dan penejalasan dan memberikan solusi.
d. Observasi
Masing-masing siswa melakukan penelusuran informasi atau observasi berdasarkan
tugas yang telah ditetapkan dalam diskusi kelompok. Data atau informasi dapat
diperoleh melalui perpustakaan, internet, pengamatan, wawancara, dan sumber lainnya.
e. Mengembangkan dan mempersentasikan produk dari hasil pembelajaran
Siswa atau kelompok mengembangkan dan mempersentasikan produk dari hasil
pembelajaran.
f. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Guru melakukan refleksi terhadap proses penyelesaian masalah yang telah dilakukan.
Hal ini untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya
sendiri maupun keterapilan investigatif dan keterampilan intelektual yang mereka
gunakan.
Menurut George Lucas Educational Foundation (2011) adalah sebuah model pembelajaran
yang menuntut pendidik dan siswa mengembangkan guiding question (pertanyaan penuntun)
yang berhubungan dengan sebuah topik di dunia nyata dengan menghubungkan antar subjek
materi dalam lintas disiplin ilmu. Mengingat bahwa tiap siswa memiliki gaya belajar yang
berbeda, maka PjBL dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali konten
materi pengetahuan secara holistik dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi
masing-masing siswa. Zubaedah (2016) menyatakan bahwa PjBL adalah model pembelajaran
8
yang ideal untuk memenuhi keterampilan di abad 21 (21st Century Skills) yang meliputi
berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas.
9
maupun individu. Dalam tahap ini, setiap siswa akan diminta untuk mengungkapkan
pengalaman dan perasaannya selama melaksanakan proyek.
3. Contextual Learning
(Kadir 2013) Contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
memandang bahwa anak akan belajar lebih baik dan lebih bermakna jika anak “bekerja” dan
“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahuinya”. Sanjaya (2010)
menjelaskan bahwa CTL adalah suatu pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata Sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
CTL merupakan konsep belajar yang melibatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
sehingga siswa dapat menemukan konsep yang dipelajarinya dan mengaitkannya dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa dalam kehidupan sehari-hari.
a. Konstruktivisme Konstruktivisme
adalah proses membangun atau menyusun struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Pengetahuan berasal dari luar dan di konstruksikan dari dalam diri
seseorang, oleh sebab itu pengetahuan terbentuk dari dua faktor penting, yaitu objek
yang diamati dan kamampuan untuk menginterpretasi objek tersebut.
b. Inquiri
Inquiri adalah pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, melainkan proses
menemukan sendiri.
c. Bertanya (questioning)
Bertanya dipandang sebagai rasa keingintahuan setiap individu dan membangkitkan
motivasi belajar siswa. Dalam setiap proses pebelajaran bertanya selalu digunakan.
d. Masyarakat belajar (learning community)
Melalui penerapan pembelajaran secara kelompok yang anggotanya bersifat heterogen,
membantu siswa untuk saling membelajarkan, bertukar informasi dan bertukar
pengalaman.
10
e. Pemodelan
Memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa dan
mengindari siswa dari pembelajaran yang teoritis-abstrak.
f. Refleksi (Reflection)
Pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan mengurutkan kembali kejadian-
kejadian pembelajaran yang telah dilalui siswa. Melalui proses refleksi, pengalaman
belajar itu dimasukan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi
bagian dari pengetahuannya.
g. Penilaian nyata (authentic assessment)
Pengumpulan informasi tentang perkembangan belajar yang dilalui siswa. Penilaian ini
diperlukan untuk mengetahuai apakah siswa benar-benar belajar atau tidak dan
dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Isjoni (2009) menyatakan model pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. (Huda, 2011) Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengkondisikan siswa untuk beraktivitas secara
kooperatif dalam dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Seluruh aktivitas
tersebut melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kebermaknaan tersebut dapat meningkatkan
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa (Dwipayana et al., 2017).
11
c. Membagi Siswa ke dalam Kelompok-Kelompok Belajar
Setelah mengetahui sistematika pembelajaran, bagilah siswa ke dalam beberapa
kelompok dengan jumlah yang menyesuaikan dengan jumlah peserta didik. Setelah itu,
guru dapat memberikan setiap anggota tanggung jawab berupa pemahaman materi ajar.
d. Mengorganisasikan Jalannya Diskusi
Pembelajaran secara berkelompok seringkali membuat suasana kelas menjadi tidak
kondusif. Ketidakkondusifan itulah yang harus dikontrol sehingga tidak mengganggu
lingkungan sekolah.
e. Evaluasi
Setelah semua kelompok menyampaikan hasil pemahamannya, guru memberikan
umpan balik dan evaluasi pembelajaran.
5. Metode Discovery
Menurut Anitah (2009) discovery learning adalah proses pembelajaran yang melibatkan
siswa dalam pemeccahan masalah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
Harapannya, melalui penemuan ini, siswa akan belajar secara intensif dengan mengikuti
langkah investigasi atau pendekatan ilmiah. Bruner (Schunk, 2012) mendefiniskan discovery
learning sebagai penguasaan pengetahuan untuk diri sendiri. Belajar penemuan melibatkan
aktivitas siswa seperti mencari, menelusuri, mengolah, dan menyelidiki.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa discovery learning merujuk pada proses
pembelajaran dimana siswa berusaha sendiri mencari permasalahan dengan modal
pengetahuan yang dimiliki untuk kemudian menghasilkan pengetahuan baru yang benar-benar
bermakna melalui serangkaian proses penyelidikan ilmiah. Dalam discovery learning, siswa
belajar melalui partisipasi secara aktif di kelas untuk memperoleh pengalaman dan melakukan
eksperimen sehingga siswa akan menemukan konsep dan prinsip pengetahuan itu sendiri.
Yerizon et al., (2018) mengemukakan bahwa ada lima langkah dalam discovery learning,
yaitu:
12
b. Problem statement (Identifikasi masalah)
siswa diberi kesempatan oleh guru untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah
yang relevan dengan bahan ajar, kemudian ssiwa memilih salah satu untuk kemudian
dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
c. Data collection (Pengumpulan data)
Ketika siswa sedang mengeksplorasi, maka guru memberi siswa kesempatan untuk
mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya. Tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dengan cara
mengumpulkan informasi melalui membca literatur, mengamati objek, melakukan
wawancara dengan narasumber, atau melakukan eksperimen
d. Data processing (Pengolahan data)
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh melalui penafsiran. Semua informasi dari berbagai sumber kemudian diolah,
diklasifikasikan, ditabulasi, atau dihitung dan dianalisis serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu sehingga mendapatkan sebuah hasil.
e. Verification (Pembuktian)
Siswa melakukan pemeriksaan secara cermat dan teliti untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang telah dirumuskan di awal melalui temuan alternatif kemudian
dihubungkan dengan hasil data processing dan verification. Hal ini bertujuan agar siswa
dapat menemukan suatu konsep, teori, dan pemahaman melalui contoh yang dekat
dalam keseharian siswa.
f. Generalization (Penarikan kesimpulan)
Tahap terakhir ini adalah proses menarik sebuah simpulan yang dapat dijadikan oleh
siswa sebagai prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian dan masalah yang sama
dengan tetap memperhatikan hasil verifikasi.
13
learning, siswa bekerja sama melakukan percobaan dan menggunakan hasil untuk konstruksi
pengetahuan bersama.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa inquiry learning merupakan aktifitas
belajar yang mendorong siswa untuk aktif, berpikir kritis, menemukan pengetahuan atau
pemahaman untuk menyelidiki sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh pada percaya diri. Sanjaya (2010) secara umum merinci langkah-langkah
inquiry learnimg sebagai berikut:
a. Orientasi
Guru dituntut untuk membuat suasana belajar yang kondusif.
b. Merumuskan masalah
Rangsangan yang diberikan guru berupa pertanyaanpertanyaan mengenai
permasalahan, dapat mendorong siswa untuk memecahkan dan mencari jawaban
permasalahan tersebut.
c. Mengajukan hipotesis
Siswa mengumpulkan jawaban sementara dari suatu permasalahan. Jawaban sementara
atau hipotesis tersebut perlu dikaji kebenarannya.
d. Mengumpulkan data
Siswa mengumpulkan data dan informasi sebanyak mungkin untuk menguji hipotesis
yang telah mereka kumpulkan.
e. Menguji hipotesis
Siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Hipotesis yang ada
kemudian dibandingkan dengan data dan informasi yang telah dikumpulkan. Jawaban
yang ditemukan harus didukung oleh data dan fakta yang ditemukan.
f. Merumuskan kesimpulan.
Siswa mendeskripsikan temuan yang diperoleh dari hasil pengujian hipotesis. Guru
membantu siswa untuk menentukan data yang relevan sehingga mencapai kesimpulan
yang akurat.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum. Terdapat beberapa jenis pendekatan pembelajaran IPA SD,
salah satunya adalah pendekatan saintifik, pendekatan lingkungan, dan pendekatan
keterampilan proses.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Kelana, J. B., & Wardani, D. S. (2021). Model Pembelajaran IPA SD BUKU SUMBER View
project Artikel View project (Issue February).
Shoodiqin, D. M., Mayantasari, M., Sastrawan, F. D., Robiandi, F., & Septiana, A. R. (2020).
Pembelajaran Ipa Dengan Metode Pendekatan Discovery Pada Siswa Di Sdn 012
Balikpapan Utara. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat ITK (PIKAT), 1(1), 7–12.
https://doi.org/10.35718/pikat.v1i1.290
Vitriani, D., Fitrotun Nisa, A., Nurhayati, S., Rukmi, D. A., & Yustina, A. (2023).
Implementasi Pendekatan Konstruktivisme pada Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD. 88–101.
Kelana, J. B., & Wardani, D. S. (2021). model pembelajaran IPA SD. Cirebon: Edutrimedia
Indonesia.
Kellen Roy. Effective Teaching Strategis Lesson From Research And Practice. South
Irianti, Ira. 2014. Pendekatan dalam Pembelajaran IPA SD. Diakses pada 01 Maret 2024. Dari
https://irairianti565.blogspot.com/2014/05/modul-2-pendekatan-dalam-
pembelajaran.html?m=1
Rijal. 2018. 9 Pendekatan yang cocok untuk Pembelajaran IPA di SD. Diakses pada 01 Maret
2024. Dari https://www.rijal09.com/2018/11/9-pendekatan-dalam-pembelajaran-ipa-
di-sd.html?m=1
16