Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh:
Muaeni (2018010222)
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa, karena telah
melimpahkan rahmat-nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Tujuan penyusunan makalah ini guna melengkapi tugas mata kuliah filsafat pendidikan
islam. Pada kesempatan kali ini, kamu ucapkan terimakasih kepada :
penulis
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metodologi berarti ilmu tentang metode, bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam ilmu tentang mengajar, metodologi
disebut didaktik yaitu ilmu yang membahas tentang kegiatan proses belajar mengajar yang
menimbulkan proses belajar. Didaktik dibedakan menjadi dua, yaitu dikdaktik umum dan
didaktik khusus. Didaktik umum membahas prinsip-prinsip umum dalam mengajar dan belajar,
sedangkan didaktik khusus yaitu membahas cara-cara guru menyajikan bahan pelajaran kepada
pelajar. Metode pembelajaran atau strategi mengajar adalah suatu cara menyampaikan pesan
yang terkandung dalam kurikulum. Metode harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Metode pembelajaran ini, menjawab pertanyaan how yaitu bagaimana menyampaikan materi
atau isi kurikulum kepada siswa secara efektif. Oleh karenanya, walaupun metode pembelajaran
adalah komponen yang kecil dari perencanaan pengajaran (instructional plan), tetapi memiliki
peran dan fungsi yang sangat penting dalam proses belajar itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Metodologi pembelajaran merupakan ilmu bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi
berfungsi membantu dalam proses pembelajaran, karena memberikan alternatif dan
mengandung unsur-unsur inovatif. Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan prilaku peserta didik. Oleh karena itu,
pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pengalaman belajar yang sistematis yang
bermanfaat untuk siswa dalam kehidupannya kelak dan pengalaman belajar yang diperoleh
siswa juga sekaligus mengilhami mereka ketika menghadapi problem dalam kehidupan
sesungguhnya. Dalam konteks pemberian pengalaman belajar yang dimaksud di atas, maka
implementasi metodologi pembelajaran yang selama konvensional (terpusat pada guru),
sudah saatnya untuk diganti dengan metodologi pembelajaran yang memungkinkan siswa
aktif dalam pembelajaran. Menurut Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Saibany, prinsip-
prinsip metodologi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Menjaga motivasi, kebutuhan, dan minat dan keinginan pelajar pada proses
belajar, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2
Pendapat yang hampir sama, menurut Abdurrahman Masud, bahwa secara teknis dalam
penerapan metode, guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Guru hendaknya bertindak sebagai role model, suri tauladan bagi kehidupan sosial
siswa, baik di dalam maupun luar di luar kelas.
3. Guru hendaknya memperlakukan siswa sebagai subyek dan mitra belajar, bukan
obyek.
Maka menurut Syaiful Bahri, dalam penggunaan metode hendaknya didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, cara yang paling tepat dan cepat dalam pembelajaran
agama Islam yaitu dengan memperhatikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab ketika
metodologi pembelajaran PAI mau diterapkan, yaitu : siapa yang diajar? berapa jumlahnya?
Seberapa dalam agama itu akan diajarkan? Seberapa luas yang akan diajarkan? Dimana
pelajaran itu berlangsung? Peralatan apa saja yang tersedia? Dari beberapa pendapat di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip metodologi pembalajaran PAI harus dapat
memungkinkan pembelajaran PAI terpusat pada guru dan siswa yang menjadi komponen
penentu dalam pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi antara guru dan siswa bersama-sama
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI.
3
Dalam hubungan ini tugas guru PAI bukan hanya menyampaikan pesan berupa materi
pelajaran, melainkan pemahaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar,
dengan kata lain meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
1) Dasar Filosofis
4
pentingnya sikap tunduk dan patuh kepada hukum-hukum tuhan yang bersifat
trasendental.
2) Dasar Historis
Landasan ini mengarahkan para guru untuk mengubah sudut pandangnya, agar
selalu bisa untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari para pendahulunya, baik dalam
bersikap, bebicara, dan dalam segala hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam. Al-
Quran dan Al-Hadis sebagai pondasi intelektualitas manusia banyak mensinyalir tentang
hikmah dan pelajaran mengenai kehidupan orang-orang terdahulu yang bisa menjadi
bahan informasi guna membangun paradigma yang lebih baik, agar guru mampu
mengambil pelajaran dari hal-hal yang telah dijelaskan dari kedua sumber tersebut.
5
Pada tataran selanjutnya, guru tidak salah langkah atau mengulangi kesalahan-
kesalahan yang sama sebagaimana yang terjadi sebelumnya. Perenungan-perenungan
yang dilakukan guru dalam memahami fenomena dari kisah-kisah baik yang tersirat
maupun yang tersurat baik menyangkut hikmah historis atau pun menyangkut simbol-
simbol, merupakan pelajaran-pelajaran yang berharga untuk mengembangkan model
pembelajaran yang lebih baik bagi para peserta didiknya sehingga tujuan ideal
pendidikan Islam bisa terwujud.
3) Dasar Teoritik
Ada beberapa teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat dirujuk untuk
pengembangan karakter, diantaranya:
6
c. Teori yang berorientasi komprehensif, misalnya teori konstruktivistik dan teori
holistic (diantaranya teori medan, teori motivasi, dan teori konteks social yang
menyatakan bahwa perilaku seseorang sangat ditentukan baik oleh kekuatan
internal maupun eksternal. Dengan tanpa mengabaikan teori behavioristik dan
kognitivistik untuk keperluan pendidikan karakter di sekolah, dipandang lebih
tepat jika menggunakan teori-teori yang berorientasi pada komprehensif yang
mengimplementasikan secara seimbang antara kekuatan internal dan eksternal
antara kekuatan pikiran dengan hati dan antara ngerti, ngerasa, ngelakoni atau
antara piker, zikir dan ikhtiar. Secara metodologis, hendaknya juga menyesuaikan
dengan orientasi teori komprehensif yang digunakan untuk memandu praktik
pendidikan karakter.
Tugas pendidik yang paling utama adalah bagaimana ia mengondisikan suatu keadaan itu
agar menunjang terjadinya suatu perubahan tingkah laku anak didiknya. Oleh karena itu,
bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pengalaman belajar yang sistematis
yang bermanfaat untuk siswa dalam kehidupannya kelak. Dari proses pemberian
pengalaman belajar tersebut, jelas makna implementasi metodologi pembelajaran yang
selama ini berpusat pada guru di ubah agar sekiranya anak didiklah yang di tuntut untuk
lebih aktif dalam proses pembelajaran tersebut.
Dahulu pelajaran di pandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan
dengan pandangan tersebut, metode yang di gunakan guru banyak berpusat pada metode
ceramah, bagimanapun materi yang akan disampaikan. Muncullah teori teori baru yang
menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak pengajaran dan
memunculkan berbagai metode mengajar. Metode metode tersebut berkembang mengikuti
prinsip prinsip umum berikut:
7
didik. Sebagai seorang pendidik sangat perlu memperhatikan hal-hal tersebut.
Karena berpengaruh terhadap proses pemilihan metode pembelajaran.
4. Menerapkan prinsip kebebasan yang rasional dalam proses belajar tanpa membebani
para siswa dengan berbagai perintah atau larangan yang mereka tidak butuhkan.
Pendidik perlu memberikan kebebasan terhadap peserta didiknya. Hal itu dilakukan
agar siswa tidak merasa terbebani dan merasa tertekan. Sehingga proses
pembelajaran akan berjalan secara efisien.
Prinsip umum metode pembelajaran di atas penting untuk dipertimbangkan setiap guru
ketika akan melakukan perkembangan metodologi pembelajaran agar setiap penggunaan
8
metode Yang diputuskan akan memberikan manfaat yang mampu membawa siswa menuju
penguasaan kompetensi yang diharapkan. Selain prinsip diatas masih terdapat prinsip-
prinsip lain sebagai berikut:
Guru harus menimbang-nimbang apakah suatu media pembelajaran yang akan digunakan
lebih efektif bila dibandingkan dengan media yang lain. Misalnya, pada pembelajaran
IPA di SD tentang terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan, siswa perlu
memahami posisi matahari, bumi, dan bulan saat melalukan peredaran.
Media pembelajaran juga harus dipilih berdasarkan prinsip taraf berpikir siswa. Benda-
benda yang bersifat konkret lebih baik digunakan sebagai media pembelajaran bila
dibandingkan media yang lebih abstrak. Demikian pula media pembelajaran yang
kompleks dari segi struktur atau tampilan akan lebih sulit dipahami dibanding media
pembelajaran yang sederhana. Contoh media pembelajaran di SD untuk struktur organ-
organ dalam tubuh manusia haruslah tidak serumit media pembelajaran untuk siswa SMP
dan SMA. Jika tingkat kerumitan dan kompleksitas media pembelajaran tidak
disesuaikan dengan taraf berpikir siswa maka bisa berakibat siswa bukannya makin
mudah memahami, alih-alih semakin bingung dan tidak fokus pada tujuan dan materi
pembelajaran hingga tidak dapat memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan.
Prinsip ketiga yang harus diperhatikan dalam pemilihan media dalam pembelajaran di
kelas adalah interaktivitas. Seberapa besar kemungkinan siswa dapat berinteraksi dengan
media pembelajaran? Makin interaktif media, makin bagus media pembelajaran itu
karena lebih mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam belajar. Misalnya, saat mengajar
9
materi tentang operasi hitung bilangan bulat, contoh media dalam pembelajaran di SD
yang dapat digunakan adalah video tentang bagaimana cara melakukan operasi hitung
bilangan bulat atau guru dapat juga menggunakan media pembelajaran multimedia
interaktif pembelajaran mandiri tentang operasi hitung bilangan bulat.Dalam hal ini,
maka media yang paling cocok untuk dipilih adalah media pembelajaran dalam bentuk
multimedia interaktif.
Sebuah media pembelajaran sangat berpengaruh pada minat siswa. Ada media-media
pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa jauh lebih baik bila dibanding
menggunakan media pembelajaran lain. Misalnya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia
contoh media pembelajaran di SD yang digunakan untuk mengajarkan jenis-jenis kata
(kata sifat, kata benda dan kata kerja) guru dapat menggunakan kartu-kartu berukuran 10
x 8 cm. Kartu-kartu yang hanya memuat contoh kata yang harus diidentifikasi siswa
apakah merupakan kata kerja, kata benda, atau kata sifat tentu kurang menarik bila
dibandingkan dengan kartu-kartu serupa tetapi memiliki variasi berupa ditambahkannya
gambar-gambar kartun yang familiar dengan siswa terkait kata yang ditulis pada kartu
tersebut dengan warna-warna yang semarak.
Sebagus apapun media, misalnya media pembelajaran interaktif berbasis komputer, tentu
tidak akan efektif bila guru sendiri memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan
menggunakannya. Media pembelajaran yang dipilih harus dapat digunakan oleh guru
dengan baik. Sebenarnya kendala kemampuan guru dalam mengoperasikan suatu media
pembelajaran dapat saja diatasi apabila guru yang bersangkutan memiliki kemauan untuk
belajar menggunakan media pembelajaran tersebut.
f) Alokasi Waktu
Isu ketersediaan waktu dalam pembelajaran memang sangat krusial. Guru selalu dikejar
waktu untuk menyelesaikan tuntutan kurikulum. Oleh karena itu, penggunaan media
pembelajaran yang notabene efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, mempunyai
10
relevansi yang baik dengan materi pelajaran, dan berbagai kelebihan lainpun kadang-
kadang terpaksa harus dikesampingkan bilamana alokasi waktu menjadi pertimbangan
yang penting. Akan tetapi ketersediaan waktu seringkali bisa disiasati dengan berbagai
cara berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh guru.
Bagi anak-anak SD atau TK, kadangkala guru harus hati-hati memilih media
pembelajaran. Ada media pembelajaran yang kalau tidak hati-hati dalam
penggunaannya dapat mengakibatkan kecelakaan atau siswa terluka. Media
pembelajaran yang dipilih haruslah media pembelajaran yang aman bagi mereka
sehingga hal-hal yang tidak diinginkan saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung
tidak terjadi.Contoh media pembelajaran di SD yang kurang aman misalnya
penggunaan alat-alat yang mudah terbakar, tajam (mudah melukai) atau panas, atau
bahan-bahan kimia bersifat korosif.
Media pembelajaran, seringkali harus dirawat dengan dengan baik. Perawatan media
pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas teknis media. Kualitas teknis media
pembelajaran juga dapat ditentukan oleh kualitas produksi media oleh suatu produsen.
Jika di sekolah tersedia media pembelajaran yang sejenis tetapi diproduksi oleh beberapa
produsen, maka sebaiknya guru memilih yang sekiranya memiliki kualitas teknis terbaik,
11
misal dari segi keterbacaan tulisan atau gambar, komposisi warna, ketelitian alat, dan
sebagainya.
Tingkat intelektualitas.
12
3. Faktor tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Pada bagian ini, hal yang perlu diperhatikan dalam materi pembelajaran adalah apa
materinya (what), seberapa banyak (how much), dan bagaimana tingkat kesulitan (how
hard) materi yang hendak dipelajari.
Guru memang dituntut untuk selalu menunjukkan performa yang selalu prima dalam
setiap pembelajaran yang diampunya. Namun demikian, guru tetaplah manusia dengan
berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Memilih suatu metode
pembelajaran pun harus menimbang kesanggupan guru. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi
dalih pembenaran bagi guru untuk menunjukkan performa yang terlalu apa adanya, dan
yang biasa-biasa saja.
13
E. PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN METODE DALAM PEMBELAJARAN
Aktivitas, yaitu belajar itu hanya berhasil bila melalui bermacam-macam kegiatan baik
jasmani maupun rohani.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami selesaikan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini
15
bermanfaat, dan mudah-mudahan dalam penyajian ini dapat di mengerti oleh kita semua,
Amin yaa robbal`alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. 2001. Metodologi Pengajaran Agama islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Syafrudin, Didin dan Bahris Halim. 2005. Pedoman Penyelengaraan Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Menengah [SMA dan SMK]. Jakarta: Departemen Agama RI
Tafsir, Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Pranama Sari, Rola. (2015,19,Juni). Prinsip - Prinsip Dalam Pemilihan dan Penggunaan Metode
Pembelajaran.file:///C:/Users/pc/Desktop/prinsip-prinsip%20dalam%20memilih
%20metode.html, Tanggal 8 Maret 2018
16