Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PRINSIP-PRINSIP DASAR METODOLOGIS PAI

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

METODOLOGI PEMBELAJARAN PAI

Dosen Pengampu :

Soffan Rizqi Alh. S.Pd.I M.Pd

Di Susun Oleh:

Muaeni (2018010222)

Baety Dwi Fitria W (2018010223)

Sofia Amelia (2018010224)

Karomatul Azmi (2018010225)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH WONOSOBO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa, karena telah
melimpahkan rahmat-nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Tujuan penyusunan makalah ini guna melengkapi tugas mata kuliah filsafat pendidikan
islam. Pada kesempatan kali ini, kamu ucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak. Soffan Rizqy Alh. S.Pd. I M.Pd


2. Rekan seperjuangan dalam menuntut ilmu di Universitas Sains Al-Qur’an
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Wonosobo, 30 Maret 2020

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A.Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

C. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

A. Apa Prinsip-Prinsip Metodologi Pembelajaran Pai? .............................................. 2

B. Bagaimana Landasan Dalam Pengembangan Metodologi Pembelajaran Pai?........ 4

C. Bagaimana Prinsip-Prinsip Dalam Pemilihan Media Pembelajaran? ..................... 7

D. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran? ........ 12

E. Apa Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Dalam Pembelajaran? ........................... 14

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 15


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metodologi berarti ilmu tentang metode, bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam ilmu tentang mengajar, metodologi
disebut didaktik yaitu ilmu yang membahas tentang kegiatan proses belajar mengajar yang
menimbulkan proses belajar. Didaktik dibedakan menjadi dua, yaitu dikdaktik umum dan
didaktik khusus. Didaktik umum membahas prinsip-prinsip umum dalam mengajar dan belajar,
sedangkan didaktik khusus yaitu membahas cara-cara guru menyajikan bahan pelajaran kepada
pelajar. Metode pembelajaran atau strategi mengajar adalah suatu cara menyampaikan pesan
yang terkandung dalam kurikulum. Metode harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Metode pembelajaran ini, menjawab pertanyaan “how” yaitu bagaimana menyampaikan materi
atau isi kurikulum kepada siswa secara efektif. Oleh karenanya, walaupun metode pembelajaran
adalah komponen yang kecil dari perencanaan pengajaran (instructional plan), tetapi memiliki
peran dan fungsi yang sangat penting dalam proses belajar itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip-prinsip dasar metodologis PAI?

2. Apa saja landasan pengembangan metodologi pembelajaran PAI?

3. Bagaimana prinsip pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran?

C. Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami secara mendasar-menyeluruh terkait dengan prinsip-


prinsip dan landasan pengembangan metodologi pembelajaran PAI, serta prinsip pemilihan
dan penggunaan metode pembelajaran PAI, sehingga memiliki konsep yang bersifat
konferensif-praktis-teoritis.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PRINSIP-PRINSIP METODOLOGI PEMBELAJARAN PAI

Metodologi pembelajaran merupakan ilmu bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi
berfungsi membantu dalam proses pembelajaran, karena memberikan alternatif dan
mengandung unsur-unsur inovatif. Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan prilaku peserta didik. Oleh karena itu,
pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pengalaman belajar yang sistematis yang
bermanfaat untuk siswa dalam kehidupannya kelak dan pengalaman belajar yang diperoleh
siswa juga sekaligus mengilhami mereka ketika menghadapi problem dalam kehidupan
sesungguhnya. Dalam konteks pemberian pengalaman belajar yang dimaksud di atas, maka
implementasi metodologi pembelajaran yang selama konvensional (terpusat pada guru),
sudah saatnya untuk diganti dengan metodologi pembelajaran yang memungkinkan siswa
aktif dalam pembelajaran. Menurut Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Saibany, prinsip-
prinsip metodologi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1. Menjaga motivasi, kebutuhan, dan minat dan keinginan pelajar pada proses
belajar, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Memelihara tahap kematangan, perkembangan, dan perubahan anak didik.

3. Menjaga perbedaan-perbedaan individu dalam anak didik.

4. Mempersiapkan peluang partisipasi praktikal; sehingga menjadi keterampilan,


adat kebiasaan, sikap dan nilai.

5. Memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi


pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan, dan kebebasan berpikir

6. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi


anak didik.

2
Pendapat yang hampir sama, menurut Abdurrahman Mas’ud, bahwa secara teknis dalam
penerapan metode, guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Guru hendaknya bertindak sebagai role model, suri tauladan bagi kehidupan sosial
siswa, baik di dalam maupun luar di luar kelas.

2. Guru hendaknya menunjukkan sikap kasih sayang kepada siswa.

3. Guru hendaknya memperlakukan siswa sebagai subyek dan mitra belajar, bukan
obyek.

4. Guru hendaknya bertindak sebagai fasilitator, promotor of learning yang lebih


mengutamakan bimbingan, menumbuhkan kreativitas siswa, serta interakstif dan
kamunikatif dengan siswa.

Maka menurut Syaiful Bahri, dalam penggunaan metode hendaknya didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

 Selalu beroritentasi pada tujuan.

 Tidak terikat pada satu alternatif saja.

 Kerap dipergunakan sebagai suatu kombinasi dari berbagai metode.

 Kerap dipergunakan berganti-ganti dari satu metode ke metode lain.

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, cara yang paling tepat dan cepat dalam pembelajaran
agama Islam yaitu dengan memperhatikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab ketika
metodologi pembelajaran PAI mau diterapkan, yaitu : siapa yang diajar? berapa jumlahnya?
Seberapa dalam agama itu akan diajarkan? Seberapa luas yang akan diajarkan? Dimana
pelajaran itu berlangsung? Peralatan apa saja yang tersedia? Dari beberapa pendapat di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip metodologi pembalajaran PAI harus dapat
memungkinkan pembelajaran PAI terpusat pada guru dan siswa yang menjadi komponen
penentu dalam pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi antara guru dan siswa bersama-sama
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI.
3
Dalam hubungan ini tugas guru PAI bukan hanya menyampaikan pesan berupa materi
pelajaran, melainkan pemahaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar,
dengan kata lain meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

B. LANDASAN DALAM PENGEMBANGAN METODOLOGI PEMBELAJARAN PAI

Landasan dalam pengembangan metodologi pembelajaran PAI merupakan sesuatu yang


sangat urgen dalam proses pembelajaran. Seorang guru tidak akan mampu menggunakan
suatu metode sebelum mengetahui landasan atau pijakannya, karena jika demikian maka
akan berujung pada pembelajaran yang kering-gersang dari nilai-nilai yang terkandung dari
materi yang diajarkan. Fenomena yang sering kali terjadi adalah kesenjangan antara guru
dan peserta didik, materi dengan metode, dan menimbulkan diskomunikasi.

Sebelum membahas lebih jauh terkait dengan landasan-landasan dalam pengembangan


metodologi pembelajaran PAI, maka perlu diketahui dulu tentang landasan dalam
pelaksanaan pendidikan Islam. konteks ini perlu untuk mengetahui pijakan dasar dalam
pelaksanaan pendidikan Islam dan dari landasan inilah baru dirumuskan landasan dalam
pengembangan metodologi pembelajaran PAI. Bersandar pada pendapatnya Fatah Yasin
menjelaskan sedikitnya membagi 8 landasan yang merupakan asas atau landasan dalam
pendidikan Islam, yaitu :

1) Dasar Filosofis

Nilai filosofis yang kemudian dijadikan dasar filosofis pendidikan, memiliki


makna bahwa kegiatan pendidikan itu harus bersumber pada pndangan hidup yang paling
mendasar. Jika pandangan hidup atau cara berfikir manusia yang paling mendasar
bersumber dari nilai-nilai fundamental, maka muncul semacam pertanyaan dari mana
manusia itu ada dan dari mana sumber ilmu diperoleh. Pertanyaan semacam itu kemudian
dijadikan sebagai cara berfikir manusia untuk menemukan jawaban melalui pendidikan.
Jika pandangan hidup manusia itu bersumber dari nilai-nilai ajaran agama (nilai-nilai
teologis), maka visi dan misi pendidikan adalah memberdayakan manusia sebagai
manusia yang menjadikan agama sebagai pandangan hidupnya sehingga mengakui akan

4
pentingnya sikap tunduk dan patuh kepada hukum-hukum tuhan yang bersifat
trasendental.

Demikian juga sebaliknya, jika pandangan hidup manusia itu bersifat


keduniawian dan sumber dari manusia, maka visi dan misi ediologis pendidikan adalah
untuk meraih cita-cita kepuasan hidup manusia yang bersifat duniawi semata, hingga
mengenyampingkan dan tidak memperdulikan nilai-nilai trasendental. Kedua pandangan
hidup manusia ini diharapakan dapat di integrasikan, yakni landasan filosofis pendidikan
seharusnya mengandung nilai-nilai trasendental yang bersumber dari tuhan, dan dari
manusia.

2) Dasar Historis

Nilai-nilai historis yang kemudian dijadikan sebadai dasar historis pendidikan,


memiliki makna bahwa peristiwa kemanusiaan yang terjadi di masa lampau penuh
dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian-kejadian, model-model, konsep-
konsep, teori-teori, praktik-pra ktik, moral, cita-cita, bentuk, dan sebagainya. Informasi
dari sebuah peristiwa dimasa lampau tersebut mengandung muatan nilai pendidikan yang
dapat dicontohkan dan ditiru oleh generasi masa kini dan yang akan datang. Nilai-nilai
yang terkandung dalam sejarah tersebut adalakanya positif, sehingga bisa dijadikan bahan
acuan dalam pelaksaan pendidikan dimasa kini jika masih relevan dan mengembangkan
serta menilitinya ketika tidak relevan. Dan adakalanya yang negatif, dalam hal ini cukup
dijadikan pelajaran agar tidak diikuti baik oleh generasi sekarang atau dimasa yang akan
datang.

Landasan ini mengarahkan para guru untuk mengubah sudut pandangnya, agar
selalu bisa untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari para pendahulunya, baik dalam
bersikap, bebicara, dan dalam segala hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam. Al-
Qur’an dan Al-Hadis sebagai pondasi intelektualitas manusia banyak mensinyalir tentang
hikmah dan pelajaran mengenai kehidupan orang-orang terdahulu yang bisa menjadi
bahan informasi guna membangun paradigma yang lebih baik, agar guru mampu
mengambil pelajaran dari hal-hal yang telah dijelaskan dari kedua sumber tersebut.

5
Pada tataran selanjutnya, guru tidak salah langkah atau mengulangi kesalahan-
kesalahan yang sama sebagaimana yang terjadi sebelumnya. Perenungan-perenungan
yang dilakukan guru dalam memahami fenomena dari kisah-kisah baik yang tersirat
maupun yang tersurat baik menyangkut hikmah historis atau pun menyangkut simbol-
simbol, merupakan pelajaran-pelajaran yang berharga untuk mengembangkan model
pembelajaran yang lebih baik bagi para peserta didiknya sehingga tujuan ideal
pendidikan Islam bisa terwujud.

3) Dasar Teoritik

Ada beberapa teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat dirujuk untuk
pengembangan karakter, diantaranya:

a. Teori-teori yang berorientasi behavioristik yang menyatakan bahwa perilaku


seseorang sangat ditentukan oleh kekuatan eksternal, dimana perubahan perilaku
seseorang sangat ditentukan oleh kekuatan eksternal, dimana perubahan perilaku
tersebut bersifat mekanistik. Teori ini dikenal juga sebagai teori Stimulus-
Respons atau teori laboratorium yang sangat popoler pada implementasi
kurikulum 1970-an. Teori-teori behavioristik ini dikembangkan dengan
menggunakan hewan sebagai objek uji cobanya. Pada tahun 1980-an tumbuh
kesadaran baru. Manusia tidak sama dengan hewan sehingga teori behavioristik
dipandang kurang cocok untuk pendidikan karakter karena menjadikan manusia
sebagai robot.

b. Teori-teori yang berorientasi kognitivistik yang juga dikenal sebagai teori


pemroresan informasi, dengan prinsip input-proses-output. Teori ini
menganalogikan cara kerja pikiran manusia seperti cara kerja kompter. Jika
pikiran di-entry data-data tentang kebaikan-kebaikan, maka diyakini akan dapat
mewujudkan perilaku baik. Sayangnya ditemukan fakta banyak orang yang
mengetahui kebaikan-kebaikan tetapi perilakunya tidak selalu baik. Untuk itu di
awal tahun 2000-an tumbuh kesadaran baru, bahwa teori-teori kognitivistik
kurang begitu cocok untuk pendidikan karakter.

6
c. Teori yang berorientasi komprehensif, misalnya teori konstruktivistik dan teori
holistic (diantaranya teori medan, teori motivasi, dan teori konteks social yang
menyatakan bahwa perilaku seseorang sangat ditentukan baik oleh kekuatan
internal maupun eksternal. Dengan tanpa mengabaikan teori behavioristik dan
kognitivistik untuk keperluan pendidikan karakter di sekolah, dipandang lebih
tepat jika menggunakan teori-teori yang berorientasi pada komprehensif yang
mengimplementasikan secara seimbang antara kekuatan internal dan eksternal
antara kekuatan pikiran dengan hati dan antara ngerti, ngerasa, ngelakoni atau
antara piker, zikir dan ikhtiar. Secara metodologis, hendaknya juga menyesuaikan
dengan orientasi teori komprehensif yang digunakan untuk memandu praktik
pendidikan karakter.

C. PRINSIP-PRINSIP DALAM PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN

Tugas pendidik yang paling utama adalah bagaimana ia mengondisikan suatu keadaan itu
agar menunjang terjadinya suatu perubahan tingkah laku anak didiknya. Oleh karena itu,
bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pengalaman belajar yang sistematis
yang bermanfaat untuk siswa dalam kehidupannya kelak. Dari proses pemberian
pengalaman belajar tersebut, jelas makna implementasi metodologi pembelajaran yang
selama ini berpusat pada guru di ubah agar sekiranya anak didiklah yang di tuntut untuk
lebih aktif dalam proses pembelajaran tersebut.

Dahulu pelajaran di pandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan
dengan pandangan tersebut, metode yang di gunakan guru banyak berpusat pada metode
ceramah, bagimanapun materi yang akan disampaikan. Muncullah teori teori baru yang
menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak pengajaran dan
memunculkan berbagai metode mengajar. Metode metode tersebut berkembang mengikuti
prinsip prinsip umum berikut:

1. Memperhatikan kecenderungan kecenderungan siswa yaitu pada saat pemilihan


metode pembelajaran kita perlu mengetahui kecenderungan-kecenderungan peserta

7
didik. Sebagai seorang pendidik sangat perlu memperhatikan hal-hal tersebut.
Karena berpengaruh terhadap proses pemilihan metode pembelajaran.

2. Memanfaatkan aktifitas individual para siswa, proses pembelajaran aktif dan


berpusat pada siswa mampu meningkatkan berendapnya pembelajaran dalam memori
jangka panjang sehingga membentuk bank pengetahuan. Hal inlah yang perlu
diketahui dan dimanfaatkan oleh pendidik, agar siswa mampu mebnetuk
pengetahuan tersebut.

3. Mendidik melalui permainan-permainan (games) atau menjadikan permainan sebagai


sarana pendidikan. Agar tidak terjadi kejenuhan dalam proses pembelajaran, perlu
divariasikan metode pembelajaran dengan suatu permainan. Karena permainan dapat
membuat peserta didik semangat dalam belajar dan mengurangi kejenuhan dalam
pembelajaran.

4. Menerapkan prinsip kebebasan yang rasional dalam proses belajar tanpa membebani
para siswa dengan berbagai perintah atau larangan yang mereka tidak butuhkan.
Pendidik perlu memberikan kebebasan terhadap peserta didiknya. Hal itu dilakukan
agar siswa tidak merasa terbebani dan merasa tertekan. Sehingga proses
pembelajaran akan berjalan secara efisien.

5. Mengutamakan dunia anak anak dalam artian bahwa memperhatikan kepentingan


mereka dan mempersiapakan mereka untuk kehidupan di masa depan. Sebagai
seorang peserta didik haruslah mengerti tentang peserta didiknya. Mampu
mengetahui dan memberikan kebutuhan maupun kepentingan yang diperlukan
peserta didiknya.

6. Memanfaatkan segenap indera siswa, sebab pendidikan inderawi merupakan alat


menuju pendidikan intelektual. Siswa harus mampu mengoptimalkan fungsi dari
kelima inderanya, disinilah tugas pendidik untuk memunculkan dan mengoptimalkan
fungsi dari masing-masing kelima indera yang dimiliki oleh peserta didik.

Prinsip umum metode pembelajaran di atas penting untuk dipertimbangkan setiap guru
ketika akan melakukan perkembangan metodologi pembelajaran agar setiap penggunaan
8
metode Yang diputuskan akan memberikan manfaat yang mampu membawa siswa menuju
penguasaan kompetensi yang diharapkan. Selain prinsip diatas masih terdapat prinsip-
prinsip lain sebagai berikut:

a) Efektivitas Media Pembelajaran

Prinsip utama pemilihan media pembelajaran adalah efektivitas media pembelajaran


dalam mencapai tujuan pembelajaran serta efektivitasnya dalam membantu siswa
memahami materi pembelajaran yang akan disajikan.

Guru harus menimbang-nimbang apakah suatu media pembelajaran yang akan digunakan
lebih efektif bila dibandingkan dengan media yang lain. Misalnya, pada pembelajaran
IPA di SD tentang terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan, siswa perlu
memahami posisi matahari, bumi, dan bulan saat melalukan peredaran.

b) Taraf Berpikir Siswa

Media pembelajaran juga harus dipilih berdasarkan prinsip taraf berpikir siswa. Benda-
benda yang bersifat konkret lebih baik digunakan sebagai media pembelajaran bila
dibandingkan media yang lebih abstrak. Demikian pula media pembelajaran yang
kompleks dari segi struktur atau tampilan akan lebih sulit dipahami dibanding media
pembelajaran yang sederhana. Contoh media pembelajaran di SD untuk struktur organ-
organ dalam tubuh manusia haruslah tidak serumit media pembelajaran untuk siswa SMP
dan SMA. Jika tingkat kerumitan dan kompleksitas media pembelajaran tidak
disesuaikan dengan taraf berpikir siswa maka bisa berakibat siswa bukannya makin
mudah memahami, alih-alih semakin bingung dan tidak fokus pada tujuan dan materi
pembelajaran hingga tidak dapat memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan.

c) Interaktivitas Media Pembelajaran

Prinsip ketiga yang harus diperhatikan dalam pemilihan media dalam pembelajaran di
kelas adalah interaktivitas. Seberapa besar kemungkinan siswa dapat berinteraksi dengan
media pembelajaran? Makin interaktif media, makin bagus media pembelajaran itu
karena lebih mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam belajar. Misalnya, saat mengajar

9
materi tentang operasi hitung bilangan bulat, contoh media dalam pembelajaran di SD
yang dapat digunakan adalah video tentang bagaimana cara melakukan operasi hitung
bilangan bulat atau guru dapat juga menggunakan media pembelajaran multimedia
interaktif pembelajaran mandiri tentang operasi hitung bilangan bulat.Dalam hal ini,
maka media yang paling cocok untuk dipilih adalah media pembelajaran dalam bentuk
multimedia interaktif.

d) Minat Siswa Terhadap Media Pembelajaran

Sebuah media pembelajaran sangat berpengaruh pada minat siswa. Ada media-media
pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa jauh lebih baik bila dibanding
menggunakan media pembelajaran lain. Misalnya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia
contoh media pembelajaran di SD yang digunakan untuk mengajarkan jenis-jenis kata
(kata sifat, kata benda dan kata kerja) guru dapat menggunakan kartu-kartu berukuran 10
x 8 cm. Kartu-kartu yang hanya memuat contoh kata yang harus diidentifikasi siswa
apakah merupakan kata kerja, kata benda, atau kata sifat tentu kurang menarik bila
dibandingkan dengan kartu-kartu serupa tetapi memiliki variasi berupa ditambahkannya
gambar-gambar kartun yang familiar dengan siswa terkait kata yang ditulis pada kartu
tersebut dengan warna-warna yang semarak.

e) Kemampuan Guru Menggunakan Media Pembelajaran

Sebagus apapun media, misalnya media pembelajaran interaktif berbasis komputer, tentu
tidak akan efektif bila guru sendiri memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan
menggunakannya. Media pembelajaran yang dipilih harus dapat digunakan oleh guru
dengan baik. Sebenarnya kendala kemampuan guru dalam mengoperasikan suatu media
pembelajaran dapat saja diatasi apabila guru yang bersangkutan memiliki kemauan untuk
belajar menggunakan media pembelajaran tersebut.

f) Alokasi Waktu

Isu ketersediaan waktu dalam pembelajaran memang sangat krusial. Guru selalu dikejar
waktu untuk menyelesaikan tuntutan kurikulum. Oleh karena itu, penggunaan media
pembelajaran yang notabene efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, mempunyai
10
relevansi yang baik dengan materi pelajaran, dan berbagai kelebihan lainpun kadang-
kadang terpaksa harus dikesampingkan bilamana alokasi waktu menjadi pertimbangan
yang penting. Akan tetapi ketersediaan waktu seringkali bisa disiasati dengan berbagai
cara berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh guru.

g) Fleksibelitas (kelenturan) Media Pembelajaran

Prinsip pemilihan media pembelajaran berikutnya adalah fleksibelitas. Media


pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk kegiatan belajar mengajar di kelasnya
seharusnya memiliki fleksibelitas yang baik. Media pembelajaran itu dikatakan
mempunyai fleksibelitas yang baik apabila dapat digunakan dalam berbagai situasi.

Kadangkala, saat proses pembelajaran berlangsung terjadi perubahan situasi yang


berakibat tidak dapat digunakannya suatu media pembelajaran.

h) Keamanan Penggunaan Media Pembelajaran

Bagi anak-anak SD atau TK, kadangkala guru harus hati-hati memilih media
pembelajaran. Ada media pembelajaran yang kalau tidak hati-hati dalam
penggunaannya dapat mengakibatkan kecelakaan atau siswa terluka. Media
pembelajaran yang dipilih haruslah media pembelajaran yang aman bagi mereka
sehingga hal-hal yang tidak diinginkan saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung
tidak terjadi.Contoh media pembelajaran di SD yang kurang aman misalnya
penggunaan alat-alat yang mudah terbakar, tajam (mudah melukai) atau panas, atau
bahan-bahan kimia bersifat korosif.

i) Kualitas Teknis Media Pembelajaran

Media pembelajaran, seringkali harus dirawat dengan dengan baik. Perawatan media
pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas teknis media. Kualitas teknis media
pembelajaran juga dapat ditentukan oleh kualitas produksi media oleh suatu produsen.
Jika di sekolah tersedia media pembelajaran yang sejenis tetapi diproduksi oleh beberapa
produsen, maka sebaiknya guru memilih yang sekiranya memiliki kualitas teknis terbaik,

11
misal dari segi keterbacaan tulisan atau gambar, komposisi warna, ketelitian alat, dan
sebagainya.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN METODE


PEMBELAJARAN

Melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan perencanaan


pembelajaran. Perencanaan memiliki fungsi penting agar pembelajaran menjadi lebih
terarah. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, banyak aspek yang harus
dipertimbangkan oleh guru. Oleh karenanya agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan dapat meraih tujuan yang diharapkan, maka dalam menyusun learning
design perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
pembelajaran. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
pembelajaran, antara lain:

1. Faktor peserta didik.

Perbedaan jenjang pendidikan

Latar belakang peserta didik

Tingkat intelektualitas.

2. Faktor ketersediaan fasilitas pembelajaran.

Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran dan


pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Bagi sekolah yang telah memiliki fasilitas
pembelajaran yang lengkap, ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi suatu kendala.
Namun demikian tidak semua sekolah memiliki fasilitas pembelajaran dengan standar
yang diharapkan. Keadaan tersebut hendaknya tidak menjadi suatu hambatan bagi guru
dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu menjangkau tujuan pembelajaran.
Dalam kondisi tertentu, guru-guru yang memiliki semangat dan komitmen yang kuat
tetap mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan
mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

12
3. Faktor tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Setiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang hendak


dicapai. Penyelenggaraan pembelajaran bertujuan agar pesera didik sebagai warga belajar
akan memperoleh pengalaman belajar dan menunjukkan perubahan perilaku, dimana
perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan lama. Kalimat tersebut dapat dimaknai
bahwa pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang tidak hanya akan
menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga berpengaruh terhadap sikap dan cara
pandang peserta didik terhadap realitas kehidupan.

4. Faktor materi pembelajaran.

Pada bagian ini, hal yang perlu diperhatikan dalam materi pembelajaran adalah apa
materinya (what), seberapa banyak (how much), dan bagaimana tingkat kesulitan (how
hard) materi yang hendak dipelajari.

5. Faktor alokasi waktu pembelajaran.

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan ketersediaan


waktu. Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu yang dihitung
secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis, tidak ada waktu terbuang
tanpa arti. Kegia tan pembukaan, inti, dan penutup disusun secara sistematis. Dalam
kegiatan inti yang meliputi tahap eksplorasi – elaborasi – konfirmasi, mengambil bagian
waktu dengan porsi terbesar dibandingkan dengan kegiatan pembuka dan penutup.

6. Faktor kesanggupan guru.

Guru memang dituntut untuk selalu menunjukkan performa yang selalu prima dalam
setiap pembelajaran yang diampunya. Namun demikian, guru tetaplah manusia dengan
berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Memilih suatu metode
pembelajaran pun harus menimbang kesanggupan guru. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi
dalih pembenaran bagi guru untuk menunjukkan performa yang terlalu apa adanya, dan
yang biasa-biasa saja.

13
E. PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN METODE DALAM PEMBELAJARAN

Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didik.

Mengetahui tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Mengetahui tahap kematangan, perkembangan serta perubahan anak didik.

Mengatahui perbedaan-perbedaan individu didalam anak didik.

Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak-


anak didik.

Aktivitas, yaitu belajar itu hanya berhasil bila melalui bermacam-macam kegiatan baik
jasmani maupun rohani.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pengembangan metodologi pembelajaran PAI, memilki beberapa landasan dan


prinsip-prinsip yang mengikat dan menjadi ukuran dalam pengembangan metodologi
pembelajaran, supaya ketika metode itu diterapkan bisa berdaya guna dalam proses
pembelajaran PAI. Pertama, prinsip metodologi pembalajaran PAI harus dapat
memungkinkan pembelajaran PAI terpusat pada guru dan siswa yang menjadi komponen
penentu dalam pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi antara guru dan siswa bersama-sama
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI. Dalam hubungan ini tugas
guru PAI bukan hanya menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan
pemahaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar, dengan kata lain meliputi
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Kedua, landasan-landasan dalam pengembangan metodologi pembelajaran PAI yaitu: 1)


Landasa filosofis; 2) Landasan historis; dan 3). Landasan Teoritis. Ada beberapa prinsip-
prinsip dalam pemilihan media pembelajaran diantaranya:

A. Efektivitas media pembelajaran; 2) Taraf berpikir siswa; 3) Interaktivitas media


pembelajaran; 4) Minat siswa terhadap media pembelajaran; 5) Kemampuan guru
menggunakan media pembelajaran; 6) Alokasi waktu.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami selesaikan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini

15
bermanfaat, dan mudah-mudahan dalam penyajian ini dapat di mengerti oleh kita semua,
Amin yaa robbal`alamin.

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 2001. Metodologi Pengajaran Agama islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Putra Daulay, Haidar. 2004. Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana

Suharto, Toto. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Syafrudin, Didin dan Bahris Halim. 2005. Pedoman Penyelengaraan Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Menengah [SMA dan SMK]. Jakarta: Departemen Agama RI

Tafsir, Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mauliddannor, Fajar (2016,3,Januari), Prinsip-prinsip Dasar Metodologi PAI.


Diperolehfile:///C:/Users/pc/Desktop/PrinsipPrinsip%20Dasar%20Metodologi%20PAI%20-
%20ADAN%20RUNGKAR.html, Tanggal 8 Maret 2018

Pranama Sari, Rola. (2015,19,Juni). Prinsip - Prinsip Dalam Pemilihan dan Penggunaan Metode
Pembelajaran.file:///C:/Users/pc/Desktop/prinsip-prinsip%20dalam%20memilih
%20metode.html, Tanggal 8 Maret 2018

16

Anda mungkin juga menyukai