Anda di halaman 1dari 44

Transfer Belajar (Transfer of Learning)

Posted by ARJUNA BAHAGIA 05:14, under PENDIDIKAN | 1 comment


Istilah Transfer belajar berasal dari bahasa Inggris “Transfer of learning” yang berarti
pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari matapelajaran yang satu ke matapelajaran yang
lain atau dari kehidupan sehari-hari diluar lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau
pengalihan ini menunjukkan bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam memahami materi pelajaran yang lain. Hasil belajar yang diperoleh dan dapat
dipindahkan tsb. dapat berupa pengetahuan (informasi verbal), kemahiran intelektual,
keterampilan motorik atau afektif dll. Bila hasil belajar (pengetahuan) yang terdahulu
memperlancar atau membantu proses belajar yang kemudian maka dikatakan telah terjadi ransfer
belajar yang disebut transfer positif. Misalnya materi pelajaran biologi memudahkan siswa untuk
memahami dan mempelajari materi geografi. Sebaliknya bila pengetahuan atau pengalaman yang
diperoleh lebih dahulu mempersulit proses belajar yang kemudian maka dikatakan telah terjadi
transfer belajar negatif.

Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses pembelajaran harus
membekali si belajar dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya akan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya pelu diciptakan kondisi yang memungkinkan transfer
belajar positip dapat terjadi.

Apa saja harus diperhatikan seorang guru agar proses transfer belajar berlangsung secara positif
? seorang guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif untuk terjadinya tansfer beberapa hal
yang harus diperhatikan adalah :

Kemampuan Asli Si belajar


Keefektifan / kelancaran atau kemudahan transfer banyak dipengaruhi oleh kemampuan awal
siswa atau pengetahuan yang lebih dahulu diketahui atau dikuasai. Suatu transfer akan mudah
terjadi bila siswa sudah memiliki kemampuan awal yang berhubungan dengan materi tsb. Oleh
karenanya untuk memudahkan proses transfer guru perlu mengetahui terlebih dahulu
kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan.
Kebermaknaan materi/bidang studi bagi si belajar
Transfer belajar akan terjadi dengan lancar bila siswa merasakan/mengetahui kebermaknaan
materi yang dipelajari bagi dirinya atau kehidupannya. Adanya makna/arti terhadap materi yang
dipelajari akan menjadi pendorong bagi siswa untuk mempelajari materi tsb. Kebermaknaan ini
pun akan memperlancar proses transfer.
Cara Mengajar
Transfer akan mudah terjadi bila penyajian materi dilakukan guru dengan menarik dan
menggunakan berbagai matode yang bervariasi sehingga menarik dan meninggalkan kesan yang
positif bagi siswa. Cara mengajar ini berhubungan dengan kemampuan guru untuk mengkaitkan
materi pelajaran dengan kondisi / keadaan siswa yang dapat memotivasi siswa terlibat aktif
dalam proses pembelajaran.
Apa ada hubungan antara transfer belajar dengan pengembangan kurikulum ? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut ada beberapa pandangan mengenai hakekat belajar dan apa konsekwensinya
terhadap pengembangan kurikulum di sekolah.
Teori Generalisai

Menurut teori ini transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
menangkap struktur pokok, pola dan prinsip umum. Bila seorang siswa mampu menangkap
konsep, kaidah dan prinsip untuk memecahkan persoalan maka siswa itu mempunyai bekal yang
dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain diluar bidang studi dimana konsepo, kaidah dan
prinsip itu mula-mula diperoleh. Maka siswa itu dikatakan mampu mengadakan “generalisasi”
yaitu mampu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang
khusus. Generalisasi semacam itu sudah terjadi bila siswa membentuk konsep, kaidah, prinsip
dan siasat-siasat pemecahan problem. Jadi kesamaan antara dua bidang studi tsb. tidak terdapat
dalam unsur-unsur khusus melainkan dalam pola, dalam struktur dasar dan dalam prinsip.

Teori elemen identik

Pandangan ini dipelapori oleh Edwar Thorndike yang mengatakan bahwa transfer belajar dari
satu bidang studi ke bidang studi yang lain atau dari pengalaman hidup sehari-hari terjadi
berdasarakan adanya unsur-unsur yang sama (identik) dalam kedua bidang studi itu. Makin
banyak unsur yang sama maka akan semakin besar terjadinya transfer belajar. Dengan kata lain
terjadinya transfer belajar sangat tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan unsur-unsur.
Misalnya antara bidang studi aljabar dan ilmu ukur dll.

Menurut teori ini hakekat transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan suatu unsur tertentu
pada bidang studi yang lain, makin banyak adanya unsur-unsur yang sama akan semakin besar
terjadinya transfer belajar positip.

Sementara itu Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengatakan bahwa transfer dapat
digolongkan dalam empat kategori yaitu transfer positip, transfer negatif, transfer vertikal dan
transfer lateran.

Transfer positip dapat terjadi dalam diri seseorang apabila guru membantu si belajar untuk
belajar dalam situasi tertentu dan akan memudahkan siswa untuk belajar dalam situasi-situasi
lainnya. Transfer positif mempunyai pengaruh yang baik bagi siswa untuk mempelajari materi
yang lain.

Transfer negatif dialami seseorang apabila si belajar dalam situasi tertentu memiliki pengaruh
merusak terhadap ketrampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam situasi yang lain. Sehubungan
dengan ini guru berupaya untuk menyadari dan menghindarkan siswa-siswanya dari situasi
belajar tertentu yang dapat berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar dimasa depan.

Transfer vertikal (tegak); terjadi dalam diri seseorang apabila pelajaran yang telah dipelajari
dalam situasi tertentu membantu siswa tsb. dalam menguasai pengetahuan atau ketrampilan yang
lebih tinggi atau rumit. Misalnya dengan menguasai materi tentang pembagian atau perkalian
maka siswa akan lebih mudah mempelajari materi tentang pangkat. Agar memperoleh transfer
vertikal ini guru dianjurkan untuk menjelaskan kepada siswa secara eksplisit mengenai manfaat
materi yang diajarkan dan hubungannya dengan materi yang lain. Dengan mengetahui manfaat
dari materi yang akan dipelajari dengan materi lain yang akan dipelajari dikelas yang lebih tinggi
diharapkan ia akan mengikuti pelajaran ini dengan lebih serius.

Transfer lateral (ke arah samping) terjadi pada siswa bila ia mampu menggunakan materi yang
telah dipelajari untuk mempelajari materi yang memiliki tingkat kesulitan yang sama dalam
situasi lain. Dalam hal ini perubahan waktu dan tempat tidak mempengaruhi mutu hasil belajar
siswa. Misalnya siswa telah mempelajari materi tentang tambahan, dengan menguasai materi
tambahan maka siswa akan lebih mudah mempelajari materi yang lebih tinggi tingkat
kesilitannya misalnya materi tentang pembagian. Contoh lainnya seorang siswa STM telah
mempelajari tentang mesin, maka ia akan dengan mudah mempelajari teknologi mesin lain yang
memiliki elemen dan tingkat kerumitan yang hampir sama.

http://junasakti.blogspot.com/2011/02/transfer-belajar-transfer-of-learning.html
PRINSIP PEMBELAJARAN GERAK DAN TRANSFER
A. Motivasi dan teori drive
Motivasi dapat di devinisikan sebagai ‘mekanisme yang internal dan ransangan eksternal yang
mempengaruhi prilaku secara langsung’ (Sage, 1977)
Ada banyak teori motivasi. Satunya teori drive, memandang belajar sebagai pengembangan terhadap
‘kebiasaan’, yaitu dalam hal ini kebanyakkan masalah respon tingkah laku cocok dengan masalah
gerakan yang perlu untuk di pecahkan. .

Teori ini adalah suatu teori yang sangat kompleks dalam keseluruhan nya, tetapi penguraiannya
sederhana dan berlaku untuk aktivitas fisik, kesannya bahwa bagaimana gerakkan itu muncul, sebagai
contoh didalam seni dar tari koreografi atau penampilan keterampilan tertentu didalam suatu
permainan, ini menghasilkan kebutuhan untuk kemampuan, kebutuhan untuk memecahkan masalah.
Kebutuhan ini pada gilirannya dikembangkan sebagai pengarah dan suatu perangsang untuk belajar atau
untuk memecahkan masalah dan juga suatu kebiasaan cara melakukan ketrampilan. Maka kita mulai
untuk praktek. Pada mulanya kinerja tidaklah efektif, tetapi sukses datangnya dirasakan sebagai reward
dan bertindak sebagai reinforcement (penguatan). Sebagai hasilnya suatu simpanan memori ditempa
melalui stimulus dan respon. Hubungan stimulus dan respon dapat digambarkan :

Sebagai peningkatan kinerja kita, agar kebiasaan diperkuat dan mendorong untuk melanjutkan pelajaran
yang masih kurang. Dalam hal ini guru atau pelatih harus menyampaikan masalah ini untuk memlihara
minat dan motivasi. Hal yang penting pada teori ini adalah bahwa belajar adalah penting untuk
mengenali apa yang telah dipelajari tergantung dorongan, yaitu merangsang untuk melakukan dan
menguasai keterampilan atau memecahkan masalah; tanpa pendorong, pelajaran tidak akan terjadi. Kita
menganggap motivasi termasuk suatu konteks yang lebih luas.

B. Teori Asosiasi
Masing-masing psikolog tidak sama menyatakan arti pentingnya teori belajar dalam hubungannya
dengan stimulus dan respon untuk (kinerja). Teori belajar, yang memusatkan pada berbagai cara yang
memusatkan pada berbagai cara yang dikenal dengan ‘stimulus-respon (S-R)’ Atau’ Asosiasi’ Atau”
Connectionst’ Teori. Menurut mereka terdapat dua macam condisioning yaitu Istrumental dan clasical.
1. Clasical Kondisioning
Ini adalah suatu format Dasar S-R belajar. Telah dipelajari oleh Pavlov, seorang Ahli Fisiologi Rusia yang
menggunakan anjing sebagai obyeknya. Di dalam suatu eksperimen dikendalikan, ia memperkenalkan
makanan kepada anjing lapar, lebih dulu memukul lonceng beberapa detik lalu memberi makanan.
Mencium bau dan menglihat makanan menyebabkan anjing mengeluarkan air liur secara otomatis,
sebagai refleks. Pada mulanya, bel tidak punya efek pada anjing (stimulus netral), tetapi setelah
beberapa percobaan anjing memulai menyatu dengan bunyi bel dan makanan, dan mulai untuk
mengeluarkan air liur secepat bel dibunyikan, bahkan sebelum makanan di produksi. Ini menunjukkan
kepada guru atau pelatih harus memberikan contoh bukan prilaku baru, tetapi untuk memberi
tindakkan dengan cara yang sama kepada suatu stimulus yang pertama dengan yang kedua. Contoh
dalam belajar gerak pelatih atau guru memberikan gerak tertentu secara berulang-ulang untuk
membentuk respons secara refleks.
Jadi dalam belajar classical kondisioning, orang yang belajar tidak memiliki kontrol terhadap
reinforcement. Atau dengan kata lain, reinforcement tidak bergantung pada respons yang jelas, tetapi
dibuat oleh orang yang belajar dan terjadi secara alami.
2. Operant (Instrumental) Condisioning
B.F. Skinner mengatakan belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. Walaupun banyak prilaku kita tidak reflaksif, tetap di kondisikan, tidak
sama dengan metode klasik. Yang secara alami terjadi, perilaku yang dipelajari tersebut ‘operant’
prilaku. Jika prilaku ini diberikan dalam beberapa cara, kemudian ada suatu kemungkinan ditingkatkan
kemudian bisa terjadi lagi; nampaknya kita memprogramkan untuk mencari reward atau kepuasan.
Seorang perenang muda sedang belajar jatuh memutar. Usaha yang pertama di jungkir balik (operant
prilaku, telah di pelajari) tidaklah sukses, tetapi cepat atu lambat, kemugkinan secara kebetulan, kakinya
menyentuh dinding dan bertolak secara efektif. Ini adalah suatu perasaan baik, terutama sekali jika
pelatih memberi pujian dan dorongan. Kepuasan ini bertindak sebagi suatu hal fositif reinforce.
Memperkuat koneksi antara stimulus dan respons. Ini dapat dilihat dalam gambar ;

Penguatan positif adalah suatu konsep secara langsung. Rasa kepuasan dapat di hasilkan oleh hasil
respon, ketika digambarkan contoh gerakan jatuh berputar tersebut di atas, atau dapat diberi oleh para
guru dalam wujud pujian.
Perlu di ingat pujian merupakan salah satu reinforcer jika ingin diberi kepuasan kepada palajar.
Penguatan negatif adalah agak lebih sukar untuk dipahami. Adalah penting bukan untuk mengacukan
penguatan negatif dengan hukuman. Hukuman diberi sebagai konsekwensi suatu respon, maka
diberikan hukuman untuk mencegah respon itu terjadi lagi. Contoh jika seseorang melakukan
pelanggaran maka diberikan hukuman untuk tidak mengulangi lagi.
Skinner memperluas teori operant pengaruh keadaan untuk meliputi konsep ‘membentuk’. Ia
menyebutnya dengan keterampilan komfleks, sebagai contoh suatu servis tenis, kamu tidak bisa
seketika menguatkan keseluruhan tindakan sebab tidak mungkin berhasil baik pada percobaan pertama.
Pelatih mungkin:
• Memberikan keterampilan gerak dari yang kecil, kemudian dengan mudah dipelajari bagiannya dan
semakin meningkatkan, untuk membangun keterampilan yang utuh.
• Atau memperkenalkan keseluruhan keterampilan, tetapi ‘membentuk’ dengan kendali tindakkan yang
benar sekalipun.
Instrumental condisioning memudahkan awal belajar tentang keterampilan. Sekali keterampilan
dipelajari, tidak ad kebutuhan untuk melanjut penguatan dan demikian dan dapat secara berangsur-
angsur menari mundur dan ditransfer kepelajaran yang lebih mengedepankan keterampilan.
Jadi dalam belajar instrumental condisioning, orang yang belajar harus melakukan sesuatu lewat cara
tertentu sebelum diberikan reinforcement. Atau dengan kata lain reinforcement tersebut bergantung
pada perilaku seseorang merupakan instrumen dalam mendapatkan sesutu yang di inginkan.

C. Hukum Thorndike’s dalam Pembelajaran


Thorndike (1932) sangat dipengaruhi oleh teori S-R. ia mencetuskan tiga hukum belajar (Lae of
reandiness, law of efek, dan low exercise) terutama penting sekali dalam belajar keterampilan.
1. Law of Radiness (hukum kesiapan)
Pembelajaran hanya dapat berlangsung ketika sistem nerves yang cukup matang untuk diberikan sesuai
dengan koneksi S-R, dasar tubuh dan membentuk keterampilan, seperti olahraga senam sederhana,
harus di kembangkan kemudian diimlementasi pada gerakkan striking dan keterampilan menangkap. Ini
konsep sistm nerves ksiapan adalah sebagi tambahan pokok terhadap kekuatan otot dan sebagai
kematangan, yang juga sebagai bahan pertimbangan yang sangat penting.
2. Law of Efek (Hukum efek)
Pembelajaran terjadi ketika respon tertentu mempunyai pengaruh terhadap orang yang belajar,yaitu
ketika respon adalah reinforced (penguatan).reinforce yang memuaskan dan dapat meningkatkan
kekuatan atas sistem S-R dan meningkatkan respon secara berulang. Dengan demikian untuk
memungkinkan awal kesuksesan adalah penting bagi seorang pelatih atau guru untuk meggunakan
feedback positif untuk penguatan dalam proses belajar.
Jika pelajar mengetahui apa yang sedang di lakukannya untuk mencapai sesuatu, hasil pengamatan
dapat bertindak sebagai suatu reinforcer positif dan kegagalan sebagai hukuman, tanpa seorang guru
atau pelatih hkuman bisa terjadi pengganti penguatan. Proses ini telah di kenal sebagai belajar ‘ trial and
error’. Ini tergantung pada pelajar mampu mengenali sukses dan untuk merasakan kepuasan respon
atau sebagai alternatif untuk mengakui bahwa respon tidaklah sesuai dan untuk mencoba yang lain lagi.
Permasalahan ini mendekati belajar keterampilan yang dapat memberikan pelajar untuk menentukan
‘bad habit’ yaitu. Menanggapi dengan seketika langkah awal sukses, tetapi itu tidak memberikan
pengembangan lebih lanjut.
3. Law of exercise (hukuman latihan)
Pengulangan memperkuat sistem S-R, karena itulah pentingnya latihan. Walaupun suatu keterampilan
munkin kelihatannya telah dipelajari secara efektif, namun latihan lebih mengarahkan ke arah ‘
penguasaan belajar’. Pengusaan belajar memastikan bahwa suatu keterampilan tidaklah mudah
dilupakan dan dapat yang dilakukan dalam keadaan sulit dan bervariasi.

C. Teori Kongnitif
Teori S-R telah menjadi sangat berpengaruh dalam membantu kita untuk memahami bagaimana orang-
orang menjadi trampil, tetapi banyak fsikolog , khususnya sekaranga ini, tidak percaya keseluruhan
pendapat terdahulu. Mereka membantah bahwa tingkat, variasi dan kesempurnaan manusia belajar
tidak bisa di terangkan semata-mata dengan sistem S-R. Sejumlah teori alternatif, yang dikenal sebagai
teori kognitif yang di kemukakan. Ini di sebut kogntif sebab arah penekanannya lebih cendrung kepada
proses berfikir dan pada pemahaman bagaimana konsep berhubungan pada suatu dengan yang lain di
banding dengan penjelasan dalam teori S-R.
Tolman (1946) percaya bahwa prilaku adalah di arahkan oleh tujuan dan harapan, maka pelajar
termotivasi berbuat ke arah tujuan yang mereka inginkan. Di dalam olahraga dan keterampilan
pengetahuan yang membuat aktifitas tertentu. Pelajar maju kearah tujuan ( sebagai contoh, menjadi
mampu yang Tolman sebut dengan ‘kognitif map’ tentang aktivitas, yang menjadi lebih rumit dan
canggih seperti pelajar lebih terampil.
Suatu kelompok psikolog yang di sebut dengan ‘gestaltists’ mencetuskan dua prinsip belajar:
• Pembelajaran dapat di percepat dengan penggunaan “insight (pengertian yang mendalam)’atau
instuisi’ untuk memecahkan suatu masalah. Sebagai contoh, seorang ahli senam dan pelatihnya mungkin
inginn merangkai dua gerak pada suatu rangkaian pada senam lantai, tetapi tidaklah pasti bagaimana
cara melakukan itu. Ahli senam boleh mengadakan percobaan dengan bebeapa gagasan (trial and error )
yang membantu memperjelas permasalahan tersebut dan beragai kemungkinan, dan kemudian tiba-tiba
berkata saya mengetahui, bagaimana tentang dan menghasilkan solusi gerakkan, ini yang di sebut
insight atu intuisi.
• Pelajaran adalah paling efektif ketika suau masalah di lihat secara keseluruhan atau ketika keseluruhan
pola gerakan dapat dilatih. Ini memungkinkan pelajar tersebut untuk memahami semua isu dan
keterkaitan yang perlu untuk di pertimbangkan. Oleh karna itu Gestaltists mendukung pelajar itu
pelatihan servis tenis dengan sempurna, tanpa telalu menekannya kebagian bawah.

D. Teori Belajar Situasi


Teori belajar sosial menjelaskan bagaimana prilaku kita di pengaruhi oleh prilaku dari orang lain. Pelatih
dan para guru menggunakan teori ini ketika mereka mendemostrasikan kerjanya sebagai tehnik
pembelajaran. Demonstrasi adalah suatu tehnik pengajaran yang sangat baik dalam membentuk
keterampilan ang trampil.
Demonstrasi adalah aplikasi terhadap ‘ memperagakan’ atau belajar observasional. Teori ini meyakini
bahwa banyak perilaku sosial yang dipelajari melalui model pengamatan, dan prilaku terampil tanpa
kecuali. Datu permasalahan dalam belajar observasional adalah bahwa para guru dan pelatih tidak bisa
selalu mengendalikan pemaindalam pembelajaran. Seorang anak muda mungkin beklajar banyak sekitar
keterampilan dari menyaksiakan pahlawan sepakbolanya, tetapi ia boleh juga mengambil beberapa
kebiasaan tidak baik juga.
Bandura (1977) menyatakan bahwa ada empat proses belajar observational.
• Perhatian dan ingatan, yang berhubungan dengan penggaandaan keterampilan;
• Reproduksi motor dan motivasi, menentukan hasil kinerja.
Pelatih dan para guru mnggunakan model ini ketika mereka:
• Menuntut bahwa pemain harus mengindahkan istruksi
• Ingatan adalah proses mengingat prilaku yang di peragakan. Pelatih membantu memproses atau
mengulamgi gerakan keterampilan.
• Reproduksi motor mengacu pada usaha belajar keterampilan mana yang di peragakan. Adalah penting
bahwa pelatih telah mempertunjukan dengan tepat dan juga pelajar mempunyai fisik untuk mampu
lakukan tugas.
• Orang cenderung untuk meniru apa menarik baginya dan termotivasi untuk mencapai. Pelatih yang
baik harus paham cara mmotivasi atau penguatan kepada pemain demi keberhasialan pemain.

F. Teori Bagan
Teori bagan (schmidt, 1977) mengetahui bahwa apa yanga di simpan dalam memori bukanlah
menentukan pola gerak (proram), tetapi satu set hubungan atau aturan yang menentukan hasil
keterampilan. Ini adalah’ bagan’. ‘Satuan hubungan’ dapat di anggap sebagai jenis program; tetapi
sesuatu yang sudah umum yang lakukan dengan cara berbeda menurut permintaan situasi. Suatu
schema terdiri dari dua elements-recall dan pengenalan. Recall schema adalah bagian yang berfungsi
untuk menghasilkan gerakan. Dibuat atas simpanan informasi memori jangka panjang terdiri:
• Kondisi awal yang mempergerakan diproduksi, yaitu dalam hubungan dengan bola.
• Spesifikasi respon yang di perlukan, yaitu kebutuhan gerakan, yaitu bagaimana memulai dan
bagaimana cara melakukannya.
Bagan pengenalan adalah bagan yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi respon gerakan. Pada
awalnya informasi disimpan dalam memori jangka pendek beda dengan recall schema.
Unsur-unsur informasi adalah:
• Konsekwensi sensorik, yaitu kinaesthtetik perasaan terhadap gerakan.
• Hasil Respon, yaitu terjadi sebagai hasil pergerakkan.
Ketika suatu gerakan telah selesai, semua unsur-unsur ini di simpan dalam memori jangka panjang untuk
masa depan gerakkan yang mungkin terjadi serupa.
Schmidt (1977) ada beberapa inplikasi penting yang dikembangkan oleh teori schma untuk
pembelajaran keterampilan motor:
• Seseorang belajar dari kesalahan.
• Terminal feedback adalah penting dalam belajar, sebab memperkuat penyimpanan memori.
• Praktek hatus bervariasi dan relevan terhadap pemain atau kompetisi.

G. Belajar Motorik dan Feedback


Dua yang perlu kita catat :
• Kita ketahui bahwa pengetahuan adalah suatu aspek pengaruh utama dalam teori belajar S-R.
• Bagaimana feedback kinaesthtetic mempunyai peranan penting didalam belajar motorik.

Kita memahami peran feedback didalam belajar keterampilan sedikit lebih detil, khususnya bagaimana
guru atau pelatih dapat membangun feedback untuk membantu pelajar. Ada beberapa jenis feedback
yang berbeda-beda akan di tunjukan dalam gambar berikut. Sebagian besar penyelidikkan menyatakan
bahwa feedback mempengaruhi pembelajaran.

Intrinsik > suatu konskwensi penampilan alami


Di sajikan Oleh teacher/coach /video < Pengganti (tambahan) Internal > Diperoleh dari Propricioption
Di peroleh dari luar tubuh < Eksternal itu Bersamaan > terjadi selama kinerja
Terjadi setelah kinerja < terminal Immediate > terjadi dengan seketika mengikuti tindakkan
Terjadi bervariasi periode setelah tindakkan< menunda Pengetahuan pada kinrja > feedback memberi
informasi tentang gerakkan pada aksi
Feedback memberi informasi tentang
hasil akhir aksi < hasil pengetahuan

1. Feedback untuk informasi


Feedback informasi salah satu asfek instrinsik maupun sekaligus sebagai tambahan. Tambahan feedback
harus di susun oleh guru atau pelatih artinya feedback harus memberi (1) reinforement terhadap
perbaikkan kinerja dan (20 membantu dengan mngoreksi kesalahan. Hal ini meliputi :
• Hasi kinerja
• Mengoreksi dan kesalahan aspek;
• Apakah gerakan respon yang benar ingin dirasakan;
• Penjelasan penyebab kesalahan ;
• Perubahan tknik atau taktik untuk mengoreksi kesalahan;
• Mengapa perubahan ini di usulkan.
Pelatih yang baik memberikan feedback informasi fositif dulu, sebelum mngoreksi kesalahan (Gambar)
dan kmudian mmberikan kata-kata motivasi. Sebelum memberi feedback, pelatih juga membri pelajar
sedikit pemahaman untuk mengevaluasi diri dan kesimpulan tentang kinerja yang dia capai.
Untuk pemula, feedback informasi seharusnya ringkas, terperinci secara teknis, jelas dan sederhana.
Dipusatkan pada urutan dan pemilihan waktu sedemikian rupa sehingga program motor dapat berjalan
secara efektif.
Informasi diberikan sedikit-sdikit terapi pengulangan nya sering dan selalu di kaitkan dengan hasil atau
kesuksesan gerakkan.
2. Feedback Reinforcement
Reinforcement (penguatan) umumnya di gunakan pada awal langkah-langkah pemblajaran, dan seluruh
tahap keterampilan terbuka. Dapat brupa tambahan atau intrinsik. Penguatan positif diberikan untuk
memperkuat teknik yang di inginkan dapat digunakan untuk ‘membentuk’ respon. Dalam sport konteks
penguatan positif pada umumnya berbentuk pujian dan dorongan.
Memberi penguatan melalui pujian, berarti tingkah laku yang di tampilkan tersebut diterima atatu
diinginkan. Efeknya adalah anak akan berusaha untuk mrningkatkan tingkah laku yang di tampilkannya.
Contoh seorang pelajar telah melakukuan gerakkan guling kedepan. Bila kualitas geraknya itu bisa di
anggap memadai walaupun tidak begitu baik, berikanlah penguatan dengan pujian agar pelajar tersebut
berusaha agar gerakan lbih baik lagi.
3. Feedback sebagai Hukuman
Pelatih dan para guru yang ideal mestinya tidak harus menghukum, karena pmain bukanlah malaikat
dan ada kalanya berbuat jahat atau keberatan untuk menerima seorang pelatih atu nasihat guru.
Hukuman membawa resiko dan harus digunakan dengan pantas dan hanya saja jika semua bentuk
feedback nampak tidak seprti efektif atau tidak pantas. Maka hukuman tersebut tidak brarti apa-apa
bahkan dapat menurunkan semangat pemain untuk brkembang.
Hukuman mestinya tidak:
• Kontak fisik atau melibatkan fisik;
• Merusak harga diri pelajar
• Disampaikan saat frustasi atau kemarahan.
Hukuman perlu:
• Dirasa seprti halnya oleh plajar;
• Diberikan setelah peringatn;
• Digunakan secara konsisten dan wajar;
• Digunakan untuk mnghindari perilaku yang tidak di inginkan;
• Disertai dengan penguatan fositif dan feedback motifasional;
4. Feedback sebagai motivasi
Pelajar termotivasi ketika mempunyai tujuan yang jelas dan ingin mencapainya. Penentuan sasaran
dalam olahraga adalah suatu unsur penting di dalam belajar dan guru atau pelatih yang baik mmastikan
dngan jelas bahwa pelajar mempunyai, tujuan sistematis bisa di jangkau dalam melakukannya.
Fedback motivasional mmberi informasi kpada pelajar sekitar kemajuan mereka ke arah tujuan tersebut.
Membantu mereka memahami sejauh mana ukuran penampilannya dapat diperlukan untuk mencapai
tujuan mereka. Utamanya membri kepercayaan diri dan kepercayaan untuk melanjut latihan elalui
untung dan ruginya blajar. Mencontohkan pengalaman kejuaraan nasional, kedalam tujuan (mungkin
dalam kaitan dengan pengalaman terbaik pribadi atau posoisi di liga) adalah suatu strategi motivasional
sangat menolong. Tabel perkembangan dan pelatihan atau buku harian kompetisi adalah bermanfaat
dalam semangat, sebab membantu plajar untuk melihat peningkatannya. Tetapi kebanyakan
memuaskan feedback motivasional tentang kemajuan dari pengakuan atau cerita guru dan pelatih.

H. Pembelajaran Transfer
Teori schema nampaknya mengandung aspek tertentu untuk mempelajari salah satu keterampilan
dapat menentukan penampilan di situasi lainnya yang srupa. Singer (1982) mengacu pada ‘hubungan
sekarang dengan kemudian’ dan menyatakan bahwa kita jarang belajar secara total tentang
keterampilan baru stelah setahun. Ini adalah disebut’transfer’ keterampilan mendapat literatur.
Transfer didefinisikan sebagai efek pelajaran dan kinerja suatu keterampilan yang di pelajari dialihkan
kesituasi lain yang berbeda. Sebagai contoh apakah keterampilan memasukkan bola basket yang dilatih
khusus diluar permainan bisa dialihkan dengan hasil yang sama ke dalam permainan yang sebenarnya.
Dan perlu dicatat bahwa tidak semua transfer dapat meningkatkan pelajaran. Para guru dan pelatih
mencoba untuk menggunakan transfer positif kapan saja. Stallings (1982) mengidentifikasikan berbagai
bentuk transfer sebagai tambahan terhadap kategori umum seperti pada konsep berikut.
1. Skil-To-Skill - Antar dua keterampilan. Fakta menyatakan sedikit positif jangka panjang transfer positif.
2. Practice-To-Performance - Transfer positif mungkin haya terjadi jika kondisi-kondisi lingkungan adalah
serupa pada kedua situasi.
3. Abilities-To-Skill - Kemampuan tidak mentransfer secara total kepada penampilan keterampilan yang
menopang, tetapi kontribusinya mantap.
4. Limb-To-Limb - (Bi-Lateral) – transfer positif belajar dan latihan terjadi diantara otot (hand-hand; leg-
leg). Efek kebanyakan jelas nyata transfer dari lebih ocok dengan tubuh kepada yang tidak cocok.
5. Principles-To-Skill - Menurut kondisi-kondisi belajar tertentu (Stalling, 1982, P.213) mengetahui
prinsip keterampilan, yaitu kecepatan badan berputan, akan meningkatkan pelajaran dan hasil
keterampilan.
6. Stage-T0-Stage - Pengembangan keterampilan motorik tergantung pada masing-masing yang
membuat keterammpilan baru dan mereka mempelajari sebelumnya. Pola gerak pundamental dan
hirarki kendali motor utama.
Transfer adalah suatu konsep kompleks dan bukanlah mudah untuk menerapkan dalam proses belajar
mengajar. Apa yang dapat kita belajar dari literatur riset ?
• Semakin besar persamaan yang nyata diantara beberapa keterampilan, lebih besar kemungkinan
terjadi transfer positif.
• Semakin besar perbedaan, semakin sedikit kemungkinan ada transfer positif.
• Jika keterampilan beberapa bagian memiliki persamaan tetapi mempunyai perbedaan khusus ada
terjadi transfer negatif.
• Atlet belajar taktik dan teknik baru lebih efektif jika pelajaran baru merupakan andalan dan terkait
dengan keterampilan telah dipelajari.
• Pelatih atau para guru perlu menekankan persamaan diantara beberapa keterampilan ketika
pengajaran untuk transfer (yaitu dengan praktek pemain dibiarkan melemparkan bola dengan tangan
sebelum mencoba suatu exploitasi permainan dengan alat dan tongkat).
• Pemahaman taktis dapat ditransfer (yaitu zona pertahanan bola basket dan netball).
• Prinsip umum permainan pertahanan dan serangan dapat ditransfer ke permainan invasi.
• Semakin banyak keterampilan pada awalnya telah dipelajari semakin efektif dalam transfer.
• Pada aktivitas transfer bilateral adalah pendorong (yaiut dribling bola basket, menendang sepak bola),
itu adalah penting bahwa keterampilan sungguh baik dipelajari, lebih cocok dengan anggota tubuh
sebelum transfer dicoba kepada yang lain.
Transfer merupakan aspek penting dalam pembelajaran. Ini mendukung prinsip latihan yang
menyatakan bahwa perubahan menetap yang terjadi sebagai hasil dari belajar harus bisa digunakan
pada saat diperlukan. Dengan demikian, dalam suasana pembelajaran gerak aspek transfer nebhadu ciri
utama keberhasilan pembelajaran.

Diposkan oleh wen gayo di 21:37

Reaksi:

http://wengayo.blogspot.com/2010/06/prinsip-pembelajaran-gerak-dan-transfer.html
STRATEGI PELAKSANAAN TRANSFER OF KNOWLEDGE DALAM

PROYEK IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI

Henry Pandia, pandiahenry@yahoo.com

PT. Multimedia Solusi Prima - Jakarta

Yusep Rosmansyah, yusep@lss.ee.itb.ac.id

STEI ITB Bandung

ABSTRAK

Transfer of knowledge merupakan salah satu aspek penting terkait dengan proyek implementasi sistem

informasi. Keberhasilan secara keseluruhan proyek implementasi sistem informasi sangat tergantung
pada sukses

tidaknya proses transfer of knowledge. Meskipun demikian, karena terlalu fokus pada sistem yang
dibangun aspek

transfer of knowledge sering kali kurang diperhatikan.

Agar proses transfer of knowledge berhasil maka perlu ada tahap-tahap melakukan transfer of
knowledge

yang harus diikuti, yaitu: inisiasi, perencanaan dan eksekusi.

Dari sudut pandang pembelajaran ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mendesain
sebuah

proses transfer of knowledge, yaitu: kognitif, budaya dan motivasi. Sedangkan dari sudut pandang
implementasi

sistem informasi, faktor yang perlu diperhatikan adalah faktor change management. Faktor-faktor
tersebut secara

bersama-sama perlu menjadi pertimbangan dalam mendesain skenario transfer of knowledge.


Kata kunci: transfer of knowledge

TOK yang dapat menjamin kebutuhan

1. PENDAHULUAN

kompentesi tersebut dipenuhi.

Transfer of Knowledge (TOK) atau pembelajaran Kesiapan pegawai dengan implementasi yang

merupakan faktor yang mutlak harus dilakukan

dilakukan merupakan faktor yang sangat krusial

dalam sebuah proyek implementasi sistem informasi.

bagi keberhasilan proyek. Ibarat membeli

Ibarat berganti kendaraan, yang tadinya organisasi

kenderaan tadi, apa gunanya mobil baru yang

naik kereta kuda dan berganti menggunakan mobil,

bagus tetapi tidak ada orang yang bisa

maka organisasi membutuhkan orang-orang yang

mengendarainya. Karena itu, strategi

bisa menjalankan ”mobil”nya. Kemampuan

pelaksanaan TOK diperlukan untuk menjamin

menjalankan sistem informasi yang baru

kesiapan sumber daya manusia.

diimplementasi tidak serta merta didapatkan begitu

saja, melainkan membutuhkan sebuah proses TOK

yang bisa saja menghabiskan dan membutuhkan


2. FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN

resources dan effort yang besar. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan

Agar berhasil, proses TOK membutuhkan sebuah dalam melaksanakan proses TOK. Faktor-faktor

strategi pelaksanaan. Strategi tersebut dibutuhkan tersebut bila dipertimbangkan dengan benar akan

karena beberapa alasan berikut: memberi dampak yang baik bagi keberhasilan proses Proyek
implementasi dilakukan dalam jangka TOK dan bila diabaikan dapat menjadi penyebab

waktu tertentu, dan ketika implementasi sistem kegagalan proses TOK. Faktor-faktor tersebut adalah

informasi berjalan, maka perusahaan faktor kognitif, faktor budaya, faktor motivasi dan

membutuhkan SDM yang sudah siap. Ini berarti faktor change management.

waktu untuk proses TOK terbatas. Proses TOK membutuhkan dana yang harus

2.1 Faktor Kognitif

dialokasikan oleh organisasi. Dana tersebut Sains kognitif berkata bahwa manusia dapat

seringkali terbatas sehingga dibutuhkan sebuah menerima konsep-konsep baru jika hanya jika konsep

strategi pelaksanaan agar dengan dana yang tersebut tidak terlalu jauh dengan apa yang manusia

terbatas tersebut diperoleh hasil yang maksimum. tersebut sudah ketahui sebelumnya. Hal ini
Implementasi sistem informasi membutuhkan menyebabkan mengapa manusia membutuhkan

sumber daya manusia dengan kompetensi waktu yang cukup untuk mempelajari sebuah subjek

tertentu. Dibutuhkan sebuah strategi pelaksanaan yang baru. Manusia harus belajar selangkah demi

selangkah dari waktu ke waktu, dan masing-masing

konsep baru harus meresap terlebih dahulu sebelum

dapat memberikan signal yang kompatibel untuk

konsep selanjutnya dibangun di atasnya.

mentransfer informasi kepada karyawan.

Salah satu teknik untuk membuat proses TOK

dapat berjalan dengan cepat dan efektif adalah


2.2 Faktor Motivasi

dengan memecah-mecah knowledge yang akan

Menurut Maslow, ada lima hirarki kebutuhan

ditransfer menjadi paket-paket kecil. Dengan cara ini,

manusia, mulai dari level yang paling bawah

maka sekali proses TOK dilakukan, maka knowledge

(makanan, perlindungan, dan pakaian) sampai pada

akan ditransfer secara streamline.

level yang paling tinggi (aktualisasi diri). Usaha

Pada saat melakukan TOK, hal yang dibutuhkan

untuk mencukupi kebutuhan ini akan menjadi

adalah membuat pola knowledge yang tampak lebih

motivasi manusia untuk melakukan tindakan. Sesuai

dekat dengan knowledge lama sehingga penerima

dengan konsep Maslow di atas, maka setiap orang

siap merentangkan tangan untuk merangkul informasi

selalu berada pada kondisi level kebutuhan tertentu

baru.

yang akan memotivasi orang tersebut untuk

Otak sebagai media penyimpan knowledge dapat

melakukan sesuatu.

menerima dan memproses secara paralel input-input

Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam proses

dari berbagai indera (chanel input). Salah satu cara

pembelajaran adalah motivasi. Pada pembelajaran


untuk menambah kecepatan proses belajar adalah

orang dewasa ada enam faktor yang biasanya menjadi

dengan menggunakan beberapa chanel input

sumber motivasi, yaitu [4]:

sekaligus secara efektif. Accelerated Learning adalah

a. Social relationships

sebuah teknik pembelajaran yang mengadopsi konsep

Kebutuhan menjalin hubungan sosial seperti

pemanfaatan berbagai input secara paralel, misalnya:

menemukan teman baru, memenuhi kebutuhan

mencampur antara bercerita dan membaca, simulasi

untuk mendapatkan komunitas dan persahabatan

visual dan grafik. Cara tersebut mempercepat proses

merupakan salah satu motivasi orang dewasa

pembelajaran secara signifikan baik untuk anak-anak

mengikuti pembelajaran.

maupun orang dewasa.

b. External expectations

Mengikuti pembelajaran karena menuruti arahan

dari seseorang; mengikuti harapan atau

2.1 Faktor Budaya

Ada teori yang mengatakan bahwa kognisi

rekomendasi seseorang yang secara formal

juga dibentuk oleh budaya secara umum khususnya


mempunyai otoritas.

bahasa. Mungkin kita pernah menjumpai penggunaan

c. Social welfare

sebuah kata, yang mana hanya latar belakang sosial-

Meningkatkan kemampuan untuk melayani

budaya tertentu yang memberikan arti yang tepat

orang lain, mempersiapkan diri untuk melayani

pada kata tersebut. Pada konsep ini, knowledge dapat

kelompok tertentu, dan meningkatkan

diterima dan membenam dengan hanya

kemampuan untuk berpartisipasi dalam

membutuhkan sedikit langkah. Sebaliknya, jika kita

komunitas pekerjaan.

mempunyai budaya yang berbeda dengan latar

d. Personal Advancement

belakang dari mana knowledge berasal, maka proses

Mendapatkan status yang lebih tinggi dalam

pembelajaran menjadi lebih sulit.

pekerjaan, peningkatan profesionalisme dan agar

Setiap orang sudah memiliki banyak latar

dapat tetap bersaing dengan kompetitor.

belakang budaya sendiri-sendiri yang akhirnya

e. Escape/Stimulation

membangun budaya tertentu dalam dirinya. Ada

Mengikuti proses pembelajaran untuk


budaya utama dan yang paling besar yang biasanya

menghilangkan rasa jenuh, mencari cara untuk

paling berpengaruh pada diri setiap manusia, budaya

berhenti dari rutinitas di rumah atau pekerjaan

dimana dia dibesarkan, budaya dimana dia

dan mencari sisi yang kontras dari kehidupan

memperoleh pendidikan formal, budaya dalam

sehari-harinya.

lingkungan pekerjaan, budaya komunitas profesi atau f. Cognitive interest

budaya komunitas hobbi dimana dia ikut bergabung Belajar untuk pembelajaran itu sendiri, mencari

dan sebagainya. Intinya, seseorang memiliki budaya pengetahuan untuk memuaskan kebutuhan

sendiri namun mempunyai kemampuan untuk pikiran.

menyerap budaya lain. Pada kasus TOK, dapat dilihat

latar belakang budaya merupakan alat untuk Menemukan kebutuhan dan motivasi belajar dari

menetapkan nilai dan kepercayaan yang memberikan karyawan di semua jenjang struktur organisasi
akan

konteks dan cara pandang. Dengan mengenal budaya memungkinkan organisasi dapat mengambil
langkah-

karyawan yang ada, maka organisasi dapat langkah untuk meningkatkan motivasi karyawan

mendesain sebuah metoda dan materi TOK yang dalam mengikuti proses TOK.

kebijakan sampai level mana organisasi ingin terlibat

2.3 Change Management

Implementasi sistem informasi umumnya

dalam penanganan sistem yang diimplementasikan.

berdampak pada terjadinya perubahan yang radikal.

Kebijakan tersebut harus jelas karena akan


Perubahan radikal terjadi bukan karena pemanfaatan

menentukan kebutuhan kompetensi yang perlu

teknologi informasi melainkan karena berubahnya

dipenuhi.

strategi perusahaan. Menurut Kasali, ada tiga macam

Dalam menginisialisasi kebutuhan kompetensi,

perubahan strategis, yaitu [2]:

organisasi dapat bekerjasama dengan vendor yang Perubahan budaya dan nilai-nilai dasar

melakukan implementasi atau menggunakan jasa

perusahaan.

konsultan yang kompeten. Perubahan arah/fokus bisnis.

Hasil inisialisasi kebutuhan kompetensi haruslah Perubahan cara kerja untuk meningkatkan

dituangkan dalam statemen-statemen yang jelas dan

efisiensi, peningkatan penghasilan, atau

dapat diukur. Hal ini akan memudahkan organisasi

pemakaian sumber daya-sumber daya.

dalam merencanakan proses TOK dan mengukur

Secara alami manusia memiliki sifat tidak mau

apakah kompetensi tersebut sudah dipenuhi atau

berubah atau enggan untuk berubah (resistence to

belum.

change). Karena itu, organisasi harus mengambil

langkah-langkah untuk menangani permasalahan

2. Kompetensi existing
keengganan untuk berubah tersebut. Kotter &

Inisialisasi kompetensi existing adalah proses

Schelesinger memperkenalkan teori pendekatan

menginisialisasi kompetensi yang dimiliki karyawan

untuk mengatasi masalah keengganan untuk berubah

organisasi saat ini pada semua tingkatan. Hal ini

tersebut, yaitu: komunikasi, partisipasi, fasilitasi,

penting untuk mengetahui kondisi awal darimana

negosiasi, manipulasi dan paksaan [3].

proses TOK dilakukan dan dapat menjadi acuan

Melihat sifat-sifat perubahan tersebut, maka

kemajuan hasil TOK yang dicapai.

faktor change management perlu menjadi faktor yang

dipertimbangkan dalam proses TOK.

3. Pendorong dan ancaman

Seperti halnya proyek implementasi sistem

informasi sendiri, proses TOK juga rentan terhadap

3. TAHAPAN-TAHAPAN

Mempertimbangkan faktor-faktor yang sudah

kegagalan. Karena itu, proses menginisialisasi faktor

dibahas di atas, maka ada beberapa tahapan-tahapan

penunjang dan ancaman perlu dilakukan untuk

yang dapat dilakukan agar proses TOK dapat berhasil.


meminimalisasi resiko gagal.

Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

Pelaksanaan TOK melibatkan banyak pihak dan

kesuksesan pelaksanaannya tergantung bagaimana

pihak-pihak tersebut dapat bersinergi menjalankan

3.1 Tahap Inisiasi

Tahap inisiasi merupakan tahap awal dalam

peranan masing-masing. Dari setiap pihak yang

strategi pelaksanan TOK. Pada tahap ini ada

terlibat perlu diinisialisasi faktor penunjang dan

beberapa hal yang perlu diinisiasi oleh organisasi,

ancaman yang mungkin muncul.

yaitu:

Ada beberapa faktor yang dapat dianggap akan

1. Kompetensi yang dibutuhkan.

menjadi faktor pendorong dan ancaman untuk

Kompetensi yang dibutuhkan organisasi pasca

suksesnya proses TOK, yaitu:

implementasi dapat dilihat dalam dua dimensi,

1. Motivasi

Dimensi pertama adalah dimensi struktur organisasi

Motivasi karyawan dapat menjadi faktor yang

dan dimensi kedua adalah ruang lingkup penanganan

mendukung suksesnya proses pelaksanaan TOK dan


sistem. Yang dimaksud ruang lingkup penanganan

juga dapat menjadi faktor penghambat. Organisasi

sistem adalah apakah organisasi ingin menangani

perlu menginisialisasi motivasi dari karyawan dan

sistem sampai pada level operasional, pemeliharaan,

kemudian membuat kebijakan untuk meminimalisasi

perbaikan atau pengembangan. Pada dimensi pertama, ancaman yang mungkin datang karena
kurangnya

maka organisasi perlu menginisialisasi kompetensi- motivasi karyawan.

kompetensi yang dibutuhkan pada setiap tingkatan 2. Budaya perusahaan

dalam struktur organisasi. Sedangkan dalam dimensi Budaya perusahaan memegang peranan penting

ruang lingkup penanganan sistem organisasi dalam sukses atau gagalnya proses TOK. Organisasi

melakukan inisialisasi kompetensi berdasarkan perlu menginisialisai budaya perusahaan yang ada

kebutuhan kompetensi pada setiap level penanganan saat ini kemudian menganalisa apakah budaya

sistem informasi. perusahaan yang ada akan menunjang pada proses

Sebelum melakukan inisialisasi kebutuhan pelaksanaan TOK atau akan menjadi ancaman.

kompetensi dalam dimensi penanganan sistem, maka

organisasi harus terlebih dahulu menentukan

2. Metoda Pembelajaran

3.2 Tahap Perencanaan

Proses TOK dalam sebuah proyek implementasi

Setelah melakukan inisialisai, maka organisasi

sistem informasi membutuhkan strategi yang berbeda

tahap selanjutnya adalah melakukan perencanaan.

dengan proses pembelajaran yang dilakukan di

Tahap perencanaan ini diawali dengan melakukan


sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan oleh faktor usia

analisa gap antara kebutuhan kompentensi pasca

dimana para karyawan adalah orang-orang dewasa

implementasi dan kompetensi existing saat ini. Dari

yang sudah memiliki pengalaman, latar belakang

analisa gap tersebut akan diperoleh kompetensi apa

budaya, pendidikan yang beragam yang dapat

yang masih kurang pada setiap jenjang dalam struktur

menjadi faktor yang bersifat positif maupun negatif

organisasi.

bagi proses TOK. Karena itu, pendekatan

Pada tahapan perencanaan organisasi perlu

pembelajaran pedagogis seperti yang dilakukan

menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan yang sudah

disekolah-sekolah tidak dapat diterapkan.

diidentifikasi kedalam tujuan-tujuan yang hendak

Pembelajaran pada orang dewasa dikembangkan

dicapai dan bagaimana mencapainya. Tahapan

oleh Malcolm Knowles dalam publikasi yang

perencanaan dalam pelaksanaan proses TOK

berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species"

mencakup pada perencanaan materi, metoda

mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang

pembelajaran, perangkat pembelajaran, pengukuran

dewasa yang dikenal dengan istilah andragogi.


dan biaya yang dikeluarkan.

Metoda pembelajaran dikembangkan dengan

1. Materi

pertimbangan karateristik orang dewasa berikut ini

Agar dapat menguasai kompetensi baru, maka

[4]:

karyawan harus mendapatkan materi knowledge yang

1. Orang dewasa adalah autonomous dan self-

baru. Organisasi harus menginisialisasi kebutuhan

directed. Orang dewasa membutuhkan

materi yang harus diberikan untuk memberikan

kebebasan untuk menentukan arah mereka

kompentesi baru kepada karyawan.

sendiri.

Materi-materi yang perlu diberikan tersebut

2. Orang dewasa sudah memiliki dasar yang

kemudian perlu dipecah-pecah menjadi kelompok

diperoleh dengan mengakumulasi pengalaman

materi yang kecil-kecil kemudian dikelompokkan ke

hidup dan pengetahuan yang mungkin

dalam kelompok-kelompok yang berhubungan secara

berhubungan dengan aktivitas kerja, tanggung

konsep.

jawab keluarga dan pendidikan sebelumnya.

Materi-materi yang sudah dikelompokkan


3. Orang dewasa bersifat goal-oriented. Selama

tersebut kemudian disusun berdasarkan tingkat

dalam proses pembelajaran, mereka biasanya

kedekatan dengan kompetensi yang sudah dimiliki

mengetahui apa tujuan mereka ingin terlibat.

oleh karyawan saat ini, mulai dari yang paling dekat

4. Orang dewasa adalah relevancy-oriented.

sampai kepada yang paling jauh. Materi-materi ini

Mereka harus melihat suatu alasan untuk belajar

akan diberikan dengan mulai dari yang paling dekat

sesuatu terlebih dahulu.

dan diakhiri dengan yang paling jauh.

5. Orang dewasa bersifat praktis, mereka fokus

TABEL 1 PERBANDINGAN METODA-METODA PEMBELAJARAN [5]

Metoda Kelebihan Kelemahan

Presentasi Menjaga kelompok bersama-sama dan pada kondisi yang Menjemukan jika dilakukan dalam
waktu yang lama tanpa

sama partisipasi peserta

Mudah untuk mengendalikan waktu Sulit untuk mengukur jika peserta sedang belajar

Berfungsi pada kelompok besar Daya ingat terbatas

Role Play Membantu ingatan Membutuhkan waktu persiapan

Dapat mempraktekkan skill yang baru dalam lingkungan Mungkin sulit dilakukan penyesuaian untuk
semua peserta

yang terkontrol Membutuhkan waktu yang cukup untuk menyelesaikan latihan

Peserta terlibat secara aktif dan mendapatkan umpan balik


Membaca Menghemat waktu Menyebabkan kebosanan jika dilakukan lama tanpa interupsi

sendiri Materi dapat digunakan di lain waktu Peserta membaca dengan kecepatan berbeda

Menjamin konsistensi informasi Sulit mengukur apakah peserta belajar

Kelompok Tetap menjaga ketertarikan dan keterlibatan peserta Titik pembelajaran dapat
membingungkan atau kehilangan arah

Diskusi Peserta dapat membagi pengalaman dan pengetahuan Beberapa peserta dapat mendominasi
diskusi

Pembelajaran dapat diobservasi Mengontrol waktu lebih sulit

Studi kasus Membutuhkan keterlibatan peserta Informasi harus akurat dan up to date

Dapat memicu kinerja yang dibutuhkan setelah training Membutuhkan waktu yang cukup untuk
menyelesaikan kasus

Pembelajaran dapat diobservasi Peserta dapat menjadi terlalu tertarik pada konten kasus

Demonstrasi Membantu pengertian dan ingatan Harus tepat dan relevan pada peserta

Memicu ketertarikan peserta Membutuhkan waktu yang lama untuk persiapan

Memberikan model untuk diikuti peserta Demonstrasi mungkin sulit dilihat oleh sebagian peserta

pada aspek-aspek pelajaran yang paling banyak Selain dari metoda dan alat ukur yang digunakan,

berguna pada pekerjaan mereka. organisasi juga merencanakan waktu untuk

6. Seperti umumnya pelajar, orang dewasa perlu

pengukuran hasil TOK. Pengukuran dapat dilakukan

untuk ditunjukkan rasa hormat. secara berkala untuk melihat perkembangan proses

Dengan mempertimbangkan karateristik- penyerapan knowledge oleh karyawan dan melihat

karateristik orang dewasa di atas, maka perlu apakah karyawan sudah siap untuk menerima

direncanakan metoda pembelajaran yang sesuai knowledge berikutnya.

dengan pertimbangan pada peserta, materi dan waktu Dalam merencanakan pengukuran hasil TOK,

yang dibutuhkan dan kompetensi yang ingin dicapai. ada beberapa pokok penting yang perlu
diperhatikan

Beberapa metoda pembelajaran, kelebihan dan oleh organisasi.


kelemahannya dapat dilihat pada Tabel 1.

* Pengukuran haruslah berorientasi pada

Dari metoda-metoda pembelajaran di atas dapat

peningkatan kompetensi penerima.

dipilih mana yang paling sesuai dengan kondisi

* Ruang lingkup pengukuran mencakup

organisasi. Organisasi dapat saja memilih metoda

kompetensi yang dituntut dari penerima.

yang berbeda untuk setiap topik TOK dan metoda

* Pengukuran dilakukan untuk mengukur

yang berbeda untuk setiap tingkatan dalam struktur

keefektifan dan keefisienan program TOK yang

organisasi.

dilakukan.

* Pengukuran dilakukan untuk mengukur

3. Media

efektifitas materi terhadap peningkatan

Media TOK adalah segala alat bantu yang

kompentensi penerima.

digunakan untuk mempercepat proses penerimaan

knowledge oleh penerima. Media tersebut dapat

5. Waktu Pelaksanaan

berupa apa saja yang penting dapat merangsang


Dari satu sisi, waktu pelaksanaan proses TOK

pikiran, perasaan, perhatian, kemampuan dan

dibatasi oleh waktu selesainya proses implementasi

keterampilan penerima untuk siap menerima

sistem informasi, namun disisi lain ilmu kognitif

knowledge. Media pembelajaran dapat juga berupa

mengatakan, ”Dibutuhkan waktu agar seseorang

situasi atau kondisi yang didesain untuk

dapat menerima konsep yang baru, membiarkannya

memungkinkan terjadi proses TOK. Secara umum

mengendap dan siap menerima konsep berikutnya”.

media TOK digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

Artinya pelaksanaan TOK tidak dapat dilakukan

* Membantu dan memicu penerima untuk

terus-menerus tanpa henti tanpa memperhatikan

membahas atau mendiskusikan sesuatu tanpa

kemampuan penyerapan penerima knowledge.

adanya instruksi dari pemberi knowledge.

Karena itu, perlu direncanakan alokasi waktu setiap

* Membantu penerima untuk mendapatkan

tahapan pembelajaran sehingga memberikan waktu

pengalaman yang berhubungan dengan

bagi penerima knowledge menyerap ilmu baru dan

knowledge yang akan ditransfer.

siap untuk melangkah ke jenjang selanjutnya dan


* Memicu keingintahuan penerima untuk menggali

juga masih dalam batas tenggang waktu yang dilihat

dan mendapatkan ilmu yang lebih dalam.

dari sisi proyek implementasi sistem informasinya

* Membantu penerima untuk menyerap knowledge

sendiri.

yang sudah dibagikan.

6. Biaya

Dalam memilih atau mendesain sebuah media

Proses pelaksanaan TOK membutuhkan biaya

TOK, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

yang harus dialokasikan oleh organisasi. Agar biaya

1. Media yang dikembangkan hendaknya tidak

tidak membengkak secara tidak terkendali, maka

digunakan untuk memberikan informasi secara

organisasi perlu merencanakan biaya untuk setiap

langsung, melainkan lebih bersifat pemberian

kegiatan TOK yang dilakukan.

masalah yang tidak bersifat instruksional.

2. Media yang ada haruslah menuntut penerima

3.3 Tahap Pelaksanaan

untuk menyelesaikan permasalahan yang ada

Sebelum melaksanakan proses TOK, ada


dengan bantuan pemberi knowledge.

beberapa langkah-langkah pengkondisian awal yang

perlu diperhatikan, antara lain:

4. Pengukuran

1. Menyelesaikan aspek-aspek politis, seperti

Proses pembelajaran membutuhkan pengukuran

mengeluarkan kebijakan dari manajemen puncak

untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan

sebagai landasan hukum pelaksanaan proses

pembelajaran. Pengukuran membutuhkan

TOK. Kebijakan manajemen puncak juga

perencanaan agar metoda, alat ukur betul-betul

berfungsi untuk mencegah adanya penolakan

menggambarkan hasil dari keadaan yang sebenarnya.

dari elemen-elemen dalam organisasi.

2. Tujuan, ruang lingkup, rencana pelaksanaan,

REFERENSI

materi dan metoda TOK telah dikomunikasikan 1. Gagné, R.M., The Conditions of Learning. New

dengan pihak-pihak yang terkena dampak secara York: Holt, Rinehart and Winston, Inc (1965).

lansung maupun tidak langsung dari pelaksanaan 2. Kasali, Rhenald, Change, Gramedia, Jakarta

2006,

proses TOK.

3. Memberikan kebijakan yang jelas dan 3. Kotter, J.P & Schlesinger, L.A. Choosing
mengkomunikasikannya kebijakan tersebut Strategies for Change, Harvard Business Review,

kepada pihak-pihak yang terkait sehubungan Boston, Maret 1979.

4. Lieb, Stephen, Principles Of Adult Learning.

dengan kesuksesan atau kegagalan proses TOK.

Arizona Department of Health Services, South

Setelah kondisi awal tersebut dipenuhi maka

Mountain Community College, 1991.

proses TOK dapat dilakukan sesuai dengan yang

5. Mihall, John & Belletti, Helen, Adult Learning

direncanakan. Proses pelaksanaan TOK perlu

Styles and Training Methods, 16 Februari 1999.

dikendalikan dari segi ruang lingkup materi TOK,

6. Novak, J.D. and Gowin, B.D., Learning How To

waktu pelaksanaan, metoda pelaksanaan, biaya yang

Learn. Cambridge University Press (1984).

dikeluarkan dan pengukuran hasil TOK.

7. Rick Dove, How to Transfer Knowledge, Agility

Forum Paradigm Shift International

4. KESIMPULAN

8. Scharf, Maria C., Conception and

Pelaksanaan TOK membutuhkan strategi yang

Implementation of Digital Government Projects:

tepat untuk menjamin keberhasilan TOK secara

he Role of Knowledge Transfer, Kennedy School


khusus dan mendukung pada keberhasilan

of Government Harvard University, Cambridge,

implementasi sistem informasi yang dilakukan.

9. Shi Tao, Promotion of Transfer of Knowledge

Ada beberapa tahapan-tahapan yang perlu

and Skill Through Hypermedia-Assisted

dilakukan sehingga kompentensi yang dibutuhkan

Comprehensive Self-Study Procedures, © Global

pasca implementasi dapat dipenuhi tepat pada

J. of Engng.E duc., Vol. 2, No.1, Australia, 1998.

waktunya dengan menggunakan sumber daya yang

tersedia.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam Transfer Knowledge

January3

Faktor-faktor tersebut adalah faktor kognitif, faktor budaya dan faktor motivasi.

Faktor Kognitif

Sains kognitif berkata bahwa manusia dapat menerima konsep-konsep baru jika hanya jika
konsep tersebut tidak terlalu jauh dengan apa yang manusia tersebut sudah ketahui sebelumnya.
Hal ini menyebabkan mengapa manusia membutuhkan waktu yang cukup untuk mempelajari
sebuah subjek yang baru. Manusia harus belajar selangkah demi selangkah dari waktu ke waktu,
dan masing-masing konsep baru harus meresap terlebih dahulu sebelum konsep selanjutnya
dibangun di atasnya. Salah satu teknik untuk membuat proses TOK dapat berjalan dengan cepat
dan efektif adalah dengan memecah-mecah knowledge yang akan ditransfer menjadi paket-paket
kecil. Dengan cara ini, maka sekali proses TOK dilakukan, maka knowledge akan ditransfer
secara streamline. Pada saat melakukan TOK, hal yang dibutuhkan adalah membuat pola
knowledge yang tampak lebih dekat dengan knowledge lama sehingga penerima siap
merentangkan tangan untuk merangkul informasi baru. Otak sebagai media penyimpan
knowledge dapat menerima dan memproses secara paralel input-input dari berbagai indera
(chanel input). Salah satu cara untuk menambah kecepatan proses belajar adalah dengan
menggunakan beberapa chanel input sekaligus secara efektif. Accelerated Learning adalah
sebuah teknik pembelajaran yang mengadopsi konsep pemanfaatan berbagai input secara paralel,
misalnya: mencampur antara bercerita dan membaca, simulasi visual dan grafik. Cara tersebut
mempercepat proses pembelajaran secara signifikan baik untuk anak-anak maupun orang
dewasa.

Faktor Budaya

Ada teori yang mengatakan bahwa kognisi juga dibentuk oleh budaya secara umum khususnya
bahasa. Mungkin kita pernah menjumpai penggunaan sebuah kata, yang mana hanya latar
belakang sosialbudaya tertentu yang memberikan arti yang tepat pada kata tersebut. Pada konsep
ini, knowledge dapat diterima dan membenam dengan hanya membutuhkan sedikit langkah.
Sebaliknya, jika kita mempunyai budaya yang berbeda dengan latar belakang dari mana
knowledge berasal, maka proses pembelajaran menjadi lebih sulit. Setiap orang sudah memiliki
banyak latar belakang budaya sendiri-sendiri yang akhirnya membangun budaya tertentu dalam
dirinya. Ada budaya utama dan yang paling besar yang biasanya paling berpengaruh pada diri
setiap manusia, budaya dimana dia dibesarkan, budaya dimana dia memperoleh pendidikan
formal, budaya dalam lingkungan pekerjaan, budaya komunitas profesi atau budaya komunitas
hobbi dimana dia ikut bergabung dan sebagainya. Intinya, seseorang memiliki budaya sendiri
namun mempunyai kemampuan untuk menyerap budaya lain. Pada kasus TOK, dapat dilihat
latar belakang budaya merupakan alat untuk menetapkan nilai dan kepercayaan yang
memberikan konteks dan cara pandang. Dengan mengenal budaya karyawan yang ada, maka
organisasi dapat mendesain sebuah metoda dan materi TOK yang dapat memberikan signal yang
kompatibel untuk mentransfer informasi kepada karyawan.
Faktor Motivasi

Menurut Maslow, ada lima hirarki kebutuhan manusia, mulai dari level yang paling bawah
(makanan, perlindungan, dan pakaian) sampai pada level yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Usaha untuk mencukupi kebutuhan ini akan menjadi motivasi manusia untuk melakukan
tindakan. Sesuai dengan konsep Maslow di atas, maka setiap orang selalu berada pada kondisi
level kebutuhan tertentu yang akan memotivasi orang tersebut untuk melakukan sesuatu. Faktor
lain yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran adalah motivasi
Transfer Knowledge dalam IS Strategy

January3

Transfer of Knowledge (TOK) atau pembelajaran merupakan faktor yang mutlak harus dilakukan
dalam sebuah proyek implementasi sistem informasi. Ibarat berganti kendaraan, yang tadinya
organisasi naik kereta kuda dan berganti menggunakan mobil, maka organisasi membutuhkan
orang-orang yang bisa menjalankan ”mobil”nya. Kemampuan menjalankan sistem informasi
yang baru diimplementasi tidak serta merta didapatkan begitu saja, melainkan membutuhkan
sebuah proses TOK yang bisa saja menghabiskan dan membutuhkan resources dan effort yang
besar. Agar berhasil, proses TOK membutuhkan sebuah strategi pelaksanaan. Strategi tersebut
dibutuhkan karena beberapa alasan berikut:

 Proyek implementasi dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dan ketika implementasi
sistem informasi berjalan, maka perusahaan membutuhkan SDM yang sudah siap. Ini
berarti waktu untuk proses TOK terbatas.
 Proses TOK membutuhkan dana yang harus dialokasikan oleh organisasi. Dana tersebut
seringkali terbatas sehingga dibutuhkan sebuah strategi pelaksanaan agar dengan dana
yang terbatas tersebut diperoleh hasil yang maksimum.
 Implementasi sistem informasi membutuhkan sumber daya manusia dengan kompetensi
tertentu. Dibutuhkan sebuah strategi pelaksanaan TOK yang dapat menjamin kebutuhan
kompentesi tersebut dipenuhi.
 Kesiapan pegawai dengan implementasi yang dilakukan merupakan faktor yang sangat
krusial bagi keberhasilan proyek. Ibarat membeli kenderaan tadi, apa gunanya mobil baru
yang bagus tetapi tidak ada orang yang bisa mengendarainya. Karena itu, strategi
pelaksanaan TOK diperlukan untuk menjamin kesiapan sumber daya manusia.

http://kjokom.blog.binusian.org/2010/01/03/transfer-knowledge-dalam-is-strategy/
Bagaimana Management dapat mendukung knowledge transfer?

December14
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mendukung transfer knowledge dalam suatu organisasi.
Cara-cara tersebut adalah dengan training, insentif, struktur organisasi dan teknologi.

1. Training
Kreasi terhadap ide-ide baru bisa dipancing dengan cara training dalam hal penyelesaian
masalah yang meliputi berpikir outside the box. Contoh program misalnya identifikasi
masalah, melakukan prioritas, analisa akar masalah, identifikasi kemungkinan
pengukuran masalah, implementasi solusi, dan melakukan cek terhadap kemungkinan
berhasilnya solusi. Trainig juga akan memicu terjadinya sharing pengetahuan, dari trainer
ke peserta atau antar peserta. Manager dan pekerja perlu diberi training untuk melakukan
evaluasi terhadap ide-ide baru yang muncul. Training juga dilakukan untuk melakukan
pembelajaran penyebaran dan adopsi pengetahuan. Karyawan harus tau, bagaimana
melakukan penyebaran pengetahuan kepada orang atau organisasi yang tepat, dan
karyawan harus tahu pentingnya tahap adopsi.

2. Insentif
Kreasi terhadap ide-ide baru bisa dipancing dengan pemberian insentif. Insentif diberikan
kepada ide-ide baru yang muncul dan sudah divalidasi. Ide-ide yang gagal tidak
mendapatkan insentif tetapi mendapatkan kredit atau point khusus. Dengan demikian
maka kreasi-kreasi baru diharapkan akan muncul. Kebijakan insentif juga akan memicu
terjadinya sharing pengetahuan. Bagi karyawan yang bisa memberikan sharing
pengetahuan yang berguna, maka akan diberikan insentif khusus. Karyawan akan terpacu
untuk senantiasa belajar dan melakukan sharing terhadap apa yang sudah dipelajari.
Dalam tahap evaluasi dan penyebaran, karyawan akan diberikan insentif jika mampu
melakukan evaluasi terhadap ide-ide yang muncul dan melakukan penyebaran dengan
tepat. Penyebaran pada level unit kerja sangat susah untuk dimonitor, oleh karena itu jika
monitoring berada pada level unit juga, maka penyebaran akan lebih efektif. Untuk itulah
diperlukan adanya insentif dalam hal evaluasi dan penyebaran. Tahap berikutnya adalah
adopsi. Setelah mempelajari pengetahuan, maka karyawan diberi reward jika bisa
melakukan sesuai dengan pengetahuan tersebut. Jika hal itu masih belum berhasil, maka
kemungkina ada faktor-faktor lainnya.

3. Struktur
Kreasi ide-ide baru bisa ditingkatkan dengan membentuk organisasi yang
mengkhususkan diri untuk pengembangan ide-ide baru. Organisasi ini mendukung semua
organisasi, mengntrol, mengadakapn training dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan pengetahuan. Sharing informasi, evaluasi , penyebaran dan adopsi
bisa dimediasi dengan adanya organisasi ini. Dengan demikian diharapkan management
pengetahuan bisa berjalan efektif dan efisien.

4. Teknologi
Knowledge management system tidak akan berjalan tanpa dukunga teknologi yang
bagus. Melalu media internet atau intranet, maka sharing informasi dapat dengan mudah
untuk dilakukan. Pembetukan forum-forum diskusi, sharing document, komunikasi lewat
internet merupakan salah satu media penyebaran pengetahuan. Evaluasi bisa dilakukan
secara bersama-sams dengan suatu dokumen terpusat yang bisa diakses oleh semua orang
yang berkepintingan. Melalui teknologi inilah strustur dasar dari Knowledge
Management System dibangun.

http://kjokom.blog.binusian.org/2009/12/14/bagaimana-management-dapat-mendukung-knowledge-
transfer/
Komponen Transfer Pengetahuan Dalam Organisasi

December2

Transfer pengetahuan dalam organisasi memegang peranan penting dalam implementasi


knowledge management system (KMS). Salah satu faktor penentu sukses tidaknya suatu KMS
tergantung pada adanya transfer pengetahuan dalam organisasi. Teknologi informasi yang maju
mendukung untuk dilakukannya sharing dan learning. Transfer pengetahuan hanya bisa berjalan
jika diintegrasikan dengan system kebijakan dalam organisasi tersebut. Kesadaran individual
untuk melakukan sharing tidak akan muncul jika tidak ada pendukung dari organisasi.

Komponen Transfer Pengetahuan

Transfer pengetahuan bisa dibagi kedalam lima tahap. Tahap-tahap tersebut adalah : Kreasi ide,
sharing, validasi, penyebaran dan adopsi. Tahapan-tahapan ini terkadan bisa saling mendahului
(overlap), dikombinasi, dilewati(skipped), dan selalu mempunyai umpan balik (feedback).

1. Kreasi Ide

Kreasi ide merupakan pemunculuna ide-ide baru berupa inovasi-inovasi dalam suatu organisasi
atau suatu kelompok. Menurut Robert Sutton, dalam studinya mengenai creativity, bahwa
kreatifitas dalam suatu kelompok ditentukan dari seberapa besar potensi kelompok tersebut
untuk menghasilkan kreatifitas. Beberapa pertanyaan bisa diajukan untuk menjawab hal ini :

- Apakah pengetahuan dalam kelompok tersebut memiliki variasi yang cukup?

- Apakah ada penghormatan terhadap pengetahuan mengenai apa yang diketahui dan mencari
apa yang tidak diketahui?

- Apakah kelompok itu tahu untuk mempertahankan idenya?

- Apakah kelompok tersebut melakukan percobaan terhadap ide-idenya secara teratur?

- Apakah ide dalam kelompok bisa diatur sendiri ataukan diatur oleh bos?

2. Sharing

Sharing biasanya dikombinasikan dengan validasi dan penyebaran (dissemination). Sebagai


contoh, sekelompok individu melakukan pertemuan untuk membahas ide-ide baru dan terjadilah
sharing pengetahuan. Ide-ide tersebut akan dievaluasi atau di validasi kebenarannya. Setelah ide-
ide tersebut divalidasi maka akan disebarkan dalam kelompok tersebut. Dengan demikian proses
sharing sebernarnya kombinasi dari proses validasi dan penyebaran.

Sharing bisa terjadi jika terpenuhi dua kondisi yaitu pertama ide harus berada dalam bentuk
dimana organisasi bisa memahaminya. Nonaka (1994) mempelajari interaksi antara tacit dan
explicit knowledge. Transfer pengetahuan yang sudah menjadi wisdom sulit untuk dilakukan,
oleh karena itu organisasi harus memfokuskan pada motivasi untuk sharing pengetahuan.
Szulanski (1996) menemukan bahwa bentuk-bentuk pengetahuan dan kemampuan penerima
pengetahuan dalam melakukan interpretasi adalah faktor penting dalam transfer knowledge.
Kedua, adalah kemauan dari individu untuk melakukan sharing ide. Sahring ide berada dalam
berbgai macam level. Dari pekerja ke kelompok pekerja, dari kelompok ke kelompok, antar
department, antar bisnis unit, dan atar organisasi. Szulanski (1996) menemukan bahwa jika
hubungan antara sumber ide dan penerima tidak baik atau konflik maka transfer pengetahuan
akan sulit.

3. Validasi

Organisasi harus melakukan evaluasi terhadap ide-ide baru yang muncul. Individu harus
memiliki kemampuan, pendorong dan struktur untuk melakukan validasi. Sebagai contoh, di
Xerox, ahli teknik atau yang sudah berpengalaman melakukan evaluasi terhadap ide-ide yang
baru, ide yang bagus akan ditambahkan ke database best praktis agar bisa dipelajari oleh
karyawan lain.

4. Penyebaran

Penyebaran terletak pada level setelah validasi. Pada prinsipnya banyak informasi lebih bagus
daripada sedikit informasi. Namun terlalu banyak informasi akan menyebabkan overload. Kunci
dari penyebaran ini adalah bagaimana menyebarkan pengetahuan kepada orang yang bisa
menggunakannya. Perlu dibuat suatu tingkatan atau ranging dari informasi bersifat khusus
hingga bersifat umum.

5. Adopsi

Informasi setelah diterima oleh orang yang benar maka seharusnya dia melakukan tindakan
sesuai informasi tersebut. Namun pertanyaannya, apakah orang tersebut mau melakukannya. Jika
sharing telah berjalan, penyebaran telah tepat sasaran, namun individu tidak melakukan sesuai
dengan pengetahuan yang didapat, maka sia-saialah management pengetahuan ini. Absorbsi
merupakan suatu tingkatan dimana seseorang setelah memahami pengetahuan yang baru, maka
dia akan melakukan tindakan sesui dengan pengetahuan tersebut.

http://kjokom.blog.binusian.org/2009/12/02/komponen-transfer-pengetahuan-dalam-organisasi
Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke
situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian
obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi
konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-
prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum
(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok
dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan
masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk
menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

http://asnaldi.multiply.com/journal/item/5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Istilah Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari matapelajaran yang
satu ke mata pelajaran yang lain atau dari kehidupan sehari-hari diluar lingkungan sekolah.
Adanya pemindahan atau pengalihan ini menunjukkan bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami materi pelajaran yang lain. Hasil belajar
yang diperoleh dan dapat dipindahkan tsb. dapat berupa pengetahuan,kemahiran intelektual,
keterampilan motorik atau afektif dll..
Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses pembelajaran harus
membekali si belajar dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya akan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Karena transfer belajar penting bagi perkembangan ketrampilan anak
maka pemakalah ingin mengambil judul Transfer Belajar .
B. Rumusan Masalah
1. Apakah transfer belajar itu?
2. Apa saja pandangan-pandangan tentang transfer belajar?
3. Apa saja faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti transfer belajar
Istilah transfer belajar berasal dari bahasa inggris “transfer of learning” dan berarti : pemindahan
atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang
lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah. Pemindahan atau
pengalihan ini menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di
suatau bidang atau situasi diluar lingkup bidang studi dimana hasil itu mula-mula diperoleh.
Misalnya, hasil belajar bidang studi geografi, digunakan dalam mempelajari bidang studi
ekonomi; hasil belejar dicabang olahraga main bola tangan, digunakan dalam belajar main
basket; hasil belajar dibidang fisika dan kimia, digunakan dalam mengatur kehidupan sehari-hari.
Hasil studi yang dipindahkan atau dialihkan itu dapat berupa pengetahuan (informasi verbal),
kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, ketrampilan motorik dan sikap. Berkat
pemindahan dan pengalihan hasil belajar itu, seseorang memperoleh keuntungan atau mengalami
hambatan dalam mempelajari sesuatu dibidang studi yang lain.
Transfer dalam belajar ada yang bersifat psitif dan ada yang negatif. Transfer belajar disebut
positif jika pengalaman-pengalaman atau kecakapan-kecakapan yang telah dipelajari dapat
diterapkan untuk mempelajari situasi yang baru, contoh ketampilan mengendarai sepeda motor,
akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan bermotor roda empat. Atau dengan kata
lain, respon yang lama dapat memudahkan untuk menerima timulus yang baru. Disebut transfer
negatif jika pengalaman atau kecakapan yang lama menghambat untuk menerima
pelajaran/kecakapan yang baru. Contoh ketrampilan mengemudikan kendaraan bermotor dalam
arus lalu lintas yang bergerak di sebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di
indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila ia dipindah ke salah satu negara eropa
barat, yang arus lalu lintasnya bergerak disebelah kanan jalan.
Sementara itu Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengatakan bahwa transfer dapat
digolongkan dalam empat kategori yaitu :
a. Transfer positip dapat terjadi dalam diri seseorang apabila guru membantu si belajar untuk
belajar dalam situasi tertentu dan akan memudahkan siswa untuk belajar dalam situasi-situasi
lainnya. Transfer positif mempunyai pengaruh yang baik bagi siswa untuk mempelajari materi
yang lain.
b. Transfer negatif dialami seseorang apabila si belajar dalam situasi tertentu memiliki pengaruh
merusak terhadap ketrampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam situasi yang lain. Sehubungan
dengan ini guru berupaya untuk menyadari dan menghindarkan siswa-siswanya dari situasi
belajar tertentu yang dapat berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar dimasa depan.
c. Transfer vertikal (tegak); terjadi dalam diri seseorang apabila pelajaran yang telah dipelajari
dalam situasi tertentu membantu siswa tsb. dalam menguasai pengetahuan atau ketrampilan yang
lebih tinggi atau rumit. Misalnya dengan menguasai materi tentang pembagian atau perkalian
maka siswa akan lebih mudah mempelajari materi tentang pangkat. Agar memperoleh transfer
vertikal ini guru dianjurkan untuk menjelaskan kepada siswa secara eksplisit mengenai manfaat
materi yang diajarkan dan hubungannya dengan materi yang lain. Dengan mengetahui manfaat
dari materi yang akan dipelajari dengan materi lain yang akan dipelajari dikelas yang lebih tinggi
diharapkan ia akan mengikuti pelajaran ini dengan lebih serius.
d. Transfer lateral (ke arah samping) terjadi pada siswa bila ia mampu menggunakan materi yang
telah dipelajari untuk mempelajari materi yang memiliki tingkat kesulitan yang sama dalam
situasi lain. Dalam hal ini perubahan waktu dan tempat tidak mempengaruhi mutu hasil belajar
siswa. Misalnya siswa telah mempelajari materi tentang tambahan, dengan menguasai materi
tambahan maka siswa akan lebih mudah mempelajari materi yang lebih tinggi tingkat
kesilitannya misalnya materi tentang pembagian. Contoh lainnya seorang siswa STM telah
mempelajari tentang mesin, maka ia akan dengan mudah mempelajari teknologi mesin lain yang
memiliki elemen dan tingkat kerumitan yang hampir sama.
B. Beberapa pandangan tentang tranfer belajar
1. Teori disiplin formal
Pandangan ini bertitik tolak pada pandangan aliran psikologis, daya tentang psike/kejiwaan
manusia, psike itu dipandang sebagai kumpulan dari sejumlah bagian / daya-daya yang berdiri
sendiri. Seperti daya berfikir, daya mengingat, daya kemauan, daya merasa, dan lain-lain.
Menurut teori daya (formal disiplin) daya-daya jiwa yang ada pada manusia itu dapat dilatih.
Dan setelah berlatih dengan baik, daya-daya itu dapat digunakan pula untuk pekerjaan yang lain
yang menggunakan daya tersebut dengan demikian terjdilah transfer belajar. Misalnya seorang
anak yang semenjak kecil melatih diri cara-cara melempar dengan tepat, mula-mula ia
melempar-melempar dengan batu, kemudian disekolah ia sering bermain kasti sehingga terlatih
pula melempar dengan bola. Menurut teori daya, anak yang telah melatih daya melemparnya
dengan baik, nantinya jika ia telah dewasa dan menjadi dewasa dapat menjadi pelempar granat
yang baik. Contoh lain murid-murid dilatih belajar sejarah. Dengan mempelajari pelajaran
sejarah tidak boleh tidak daya ingatannya sering digunakan untuk mengingat-ingat bermacam-
macam peristiwa, ingatan anak itu makin terlatih dan makin baik terhadap pelajaran itu. Maka
pendapat menurut teori daya daya ingatan yang telah terlatih baik bagi pelajaran itu dapat
digunakan pula (ditransferkan) kepada pekerjaan lain.
Demikian, menurut teori daya pada tiap mata pelajaran disekolah pendidik perlu melatih daya-
daya itu (daya ingatan, berpikir, merasakan, dan sebagainya) sehingga daya-daya yang sudah
terlatih itu akan dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dan bagi pekerjaan pekerjaan
lain diluar sekolah. Sekolah yang menganut teori daya ini, sudah tentu mengutamakan terlatihnya
semua daya-daya jiwa anak, dari pada nilai atau kegunaan mata pelajaran. Berguna atau tidaknya
materi/isi mata pelajaran itu dalam praktek dikemudian hari, tidak menjadi soal. Yang penting,
apapun yang diajarkan asal dapat melatih daya-daya jiwa adalah baik. Penganut teori daya
beranggapan bahwa anak-anak yang pandai di sekolah suadah tentu akan pandai pula
dimasyarakat.
2. Teori elemen identik
Pandangan ini dipelopori oleh edward thorndike, yang berpendapat bahwa transfer belajar dari
satu bidang studi kebidang studi yang lain atau idang studi sekolah ke kehidupan sehari-hari,
terjadi berdasarkan adanya unsur-unsur yang sama dalam kedua bidang studi atau antara bidang
studi di sekolah ke kehidupan sehari-hari. Makin banyak unsur yang sama makin besar
kemungkinan terjadi tarnsfer belajar.Dengan kata lain terjadinya transfer belajar sangat
tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan unsur-unsur. Misalnya antara bidang studi aljabar
dan ilmu ukur dll.
Mula-mula thorndike mengartikan “elemen identik” sebagai unsur yang sungguh-sungguh sama
(=identik) kemudian pengertian identik diartikan sebagai “ada kesamaan, sejenis” perubahan
pandangan ini membuat teorinya tentang transfer belajar lebih mudah dapat diterima.
menurut teori ini hakekat transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan suatu unsur tertentu
pada bidang studi yang lain, makin banyak adanya unsur-unsur yang sama akan semakin besar
terjadinya transfer belajar positip.
3. Teori generalisasi
Pandangan ini dikemukakan oleh charles judd yang berpendapat bahwa Menurut teori ini transfer
belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola dan
prinsip umum . Bila seorang siswa mampu menangkap konsep, kaidah dan prinsip untuk
memecahkan persoalan maka siswa itu mempunyai bekal yang dapat ditransferkan ke bidang-
bidang lain diluar bidang studi dimana konsep, kaidah dan prinsip itu mula-mula diperoleh.
Maka siswa itu dikatakan mampu mengadakan “generalisasi” yaitu mampu menangkap ciri-ciri
atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus. Generalisasi semacam itu
sudah terjadi bila siswa membentuk konsep, kaidah, prinsip dan siasat-siasat pemecahan
problem. Jadi kesamaan antara dua bidang studi tsb. tidak terdapat dalam unsur-unsur khusus
melainkan dalam pola, dalam struktur dasar dan dalam prinsip.
C. Faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar
1. Proses belajar
2. Hasil belajar
3. Bahan/materi bidang-bidang studi
4. Faktor-faktor subyektifitas dipihak siswa
5. Sikap dan usaha guru
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Transfer belajar pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi
yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan
sekolah.
2. Ada tiga teori tentang trnsfer belajar
a. Teori disiplin formal
b. Teori elemen identik
c. Teori generalisasi
3. Faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar
a. Proses belajar
b. Hasil belajar
c. Bahan/materi bidang-bidang studi
d. Faktor-faktor subyektifitas dipihak siswa
e. Sikap dan usaha guru

REFERENSI
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta : Media Abadi, 2004)
M. Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996)

http://massofa.wordpress.com/2009/01/30/prinsip-prinsip-belajar/

http://ridho05.multiply.com/reviews/item/1

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/01/07/makalah-transfer-belajar-transfer-of-learning/

Anda mungkin juga menyukai