Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses pembelajaran harus
membekali si belajar dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya akan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya pelu diciptakan kondisi yang memungkinkan transfer
belajar positip dapat terjadi.
Apa saja harus diperhatikan seorang guru agar proses transfer belajar berlangsung secara positif
? seorang guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif untuk terjadinya tansfer beberapa hal
yang harus diperhatikan adalah :
Menurut teori ini transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
menangkap struktur pokok, pola dan prinsip umum. Bila seorang siswa mampu menangkap
konsep, kaidah dan prinsip untuk memecahkan persoalan maka siswa itu mempunyai bekal yang
dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain diluar bidang studi dimana konsepo, kaidah dan
prinsip itu mula-mula diperoleh. Maka siswa itu dikatakan mampu mengadakan “generalisasi”
yaitu mampu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang
khusus. Generalisasi semacam itu sudah terjadi bila siswa membentuk konsep, kaidah, prinsip
dan siasat-siasat pemecahan problem. Jadi kesamaan antara dua bidang studi tsb. tidak terdapat
dalam unsur-unsur khusus melainkan dalam pola, dalam struktur dasar dan dalam prinsip.
Pandangan ini dipelapori oleh Edwar Thorndike yang mengatakan bahwa transfer belajar dari
satu bidang studi ke bidang studi yang lain atau dari pengalaman hidup sehari-hari terjadi
berdasarakan adanya unsur-unsur yang sama (identik) dalam kedua bidang studi itu. Makin
banyak unsur yang sama maka akan semakin besar terjadinya transfer belajar. Dengan kata lain
terjadinya transfer belajar sangat tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan unsur-unsur.
Misalnya antara bidang studi aljabar dan ilmu ukur dll.
Menurut teori ini hakekat transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan suatu unsur tertentu
pada bidang studi yang lain, makin banyak adanya unsur-unsur yang sama akan semakin besar
terjadinya transfer belajar positip.
Sementara itu Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengatakan bahwa transfer dapat
digolongkan dalam empat kategori yaitu transfer positip, transfer negatif, transfer vertikal dan
transfer lateran.
Transfer positip dapat terjadi dalam diri seseorang apabila guru membantu si belajar untuk
belajar dalam situasi tertentu dan akan memudahkan siswa untuk belajar dalam situasi-situasi
lainnya. Transfer positif mempunyai pengaruh yang baik bagi siswa untuk mempelajari materi
yang lain.
Transfer negatif dialami seseorang apabila si belajar dalam situasi tertentu memiliki pengaruh
merusak terhadap ketrampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam situasi yang lain. Sehubungan
dengan ini guru berupaya untuk menyadari dan menghindarkan siswa-siswanya dari situasi
belajar tertentu yang dapat berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar dimasa depan.
Transfer vertikal (tegak); terjadi dalam diri seseorang apabila pelajaran yang telah dipelajari
dalam situasi tertentu membantu siswa tsb. dalam menguasai pengetahuan atau ketrampilan yang
lebih tinggi atau rumit. Misalnya dengan menguasai materi tentang pembagian atau perkalian
maka siswa akan lebih mudah mempelajari materi tentang pangkat. Agar memperoleh transfer
vertikal ini guru dianjurkan untuk menjelaskan kepada siswa secara eksplisit mengenai manfaat
materi yang diajarkan dan hubungannya dengan materi yang lain. Dengan mengetahui manfaat
dari materi yang akan dipelajari dengan materi lain yang akan dipelajari dikelas yang lebih tinggi
diharapkan ia akan mengikuti pelajaran ini dengan lebih serius.
Transfer lateral (ke arah samping) terjadi pada siswa bila ia mampu menggunakan materi yang
telah dipelajari untuk mempelajari materi yang memiliki tingkat kesulitan yang sama dalam
situasi lain. Dalam hal ini perubahan waktu dan tempat tidak mempengaruhi mutu hasil belajar
siswa. Misalnya siswa telah mempelajari materi tentang tambahan, dengan menguasai materi
tambahan maka siswa akan lebih mudah mempelajari materi yang lebih tinggi tingkat
kesilitannya misalnya materi tentang pembagian. Contoh lainnya seorang siswa STM telah
mempelajari tentang mesin, maka ia akan dengan mudah mempelajari teknologi mesin lain yang
memiliki elemen dan tingkat kerumitan yang hampir sama.
http://junasakti.blogspot.com/2011/02/transfer-belajar-transfer-of-learning.html
PRINSIP PEMBELAJARAN GERAK DAN TRANSFER
A. Motivasi dan teori drive
Motivasi dapat di devinisikan sebagai ‘mekanisme yang internal dan ransangan eksternal yang
mempengaruhi prilaku secara langsung’ (Sage, 1977)
Ada banyak teori motivasi. Satunya teori drive, memandang belajar sebagai pengembangan terhadap
‘kebiasaan’, yaitu dalam hal ini kebanyakkan masalah respon tingkah laku cocok dengan masalah
gerakan yang perlu untuk di pecahkan. .
Teori ini adalah suatu teori yang sangat kompleks dalam keseluruhan nya, tetapi penguraiannya
sederhana dan berlaku untuk aktivitas fisik, kesannya bahwa bagaimana gerakkan itu muncul, sebagai
contoh didalam seni dar tari koreografi atau penampilan keterampilan tertentu didalam suatu
permainan, ini menghasilkan kebutuhan untuk kemampuan, kebutuhan untuk memecahkan masalah.
Kebutuhan ini pada gilirannya dikembangkan sebagai pengarah dan suatu perangsang untuk belajar atau
untuk memecahkan masalah dan juga suatu kebiasaan cara melakukan ketrampilan. Maka kita mulai
untuk praktek. Pada mulanya kinerja tidaklah efektif, tetapi sukses datangnya dirasakan sebagai reward
dan bertindak sebagai reinforcement (penguatan). Sebagai hasilnya suatu simpanan memori ditempa
melalui stimulus dan respon. Hubungan stimulus dan respon dapat digambarkan :
Sebagai peningkatan kinerja kita, agar kebiasaan diperkuat dan mendorong untuk melanjutkan pelajaran
yang masih kurang. Dalam hal ini guru atau pelatih harus menyampaikan masalah ini untuk memlihara
minat dan motivasi. Hal yang penting pada teori ini adalah bahwa belajar adalah penting untuk
mengenali apa yang telah dipelajari tergantung dorongan, yaitu merangsang untuk melakukan dan
menguasai keterampilan atau memecahkan masalah; tanpa pendorong, pelajaran tidak akan terjadi. Kita
menganggap motivasi termasuk suatu konteks yang lebih luas.
B. Teori Asosiasi
Masing-masing psikolog tidak sama menyatakan arti pentingnya teori belajar dalam hubungannya
dengan stimulus dan respon untuk (kinerja). Teori belajar, yang memusatkan pada berbagai cara yang
memusatkan pada berbagai cara yang dikenal dengan ‘stimulus-respon (S-R)’ Atau’ Asosiasi’ Atau”
Connectionst’ Teori. Menurut mereka terdapat dua macam condisioning yaitu Istrumental dan clasical.
1. Clasical Kondisioning
Ini adalah suatu format Dasar S-R belajar. Telah dipelajari oleh Pavlov, seorang Ahli Fisiologi Rusia yang
menggunakan anjing sebagai obyeknya. Di dalam suatu eksperimen dikendalikan, ia memperkenalkan
makanan kepada anjing lapar, lebih dulu memukul lonceng beberapa detik lalu memberi makanan.
Mencium bau dan menglihat makanan menyebabkan anjing mengeluarkan air liur secara otomatis,
sebagai refleks. Pada mulanya, bel tidak punya efek pada anjing (stimulus netral), tetapi setelah
beberapa percobaan anjing memulai menyatu dengan bunyi bel dan makanan, dan mulai untuk
mengeluarkan air liur secepat bel dibunyikan, bahkan sebelum makanan di produksi. Ini menunjukkan
kepada guru atau pelatih harus memberikan contoh bukan prilaku baru, tetapi untuk memberi
tindakkan dengan cara yang sama kepada suatu stimulus yang pertama dengan yang kedua. Contoh
dalam belajar gerak pelatih atau guru memberikan gerak tertentu secara berulang-ulang untuk
membentuk respons secara refleks.
Jadi dalam belajar classical kondisioning, orang yang belajar tidak memiliki kontrol terhadap
reinforcement. Atau dengan kata lain, reinforcement tidak bergantung pada respons yang jelas, tetapi
dibuat oleh orang yang belajar dan terjadi secara alami.
2. Operant (Instrumental) Condisioning
B.F. Skinner mengatakan belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. Walaupun banyak prilaku kita tidak reflaksif, tetap di kondisikan, tidak
sama dengan metode klasik. Yang secara alami terjadi, perilaku yang dipelajari tersebut ‘operant’
prilaku. Jika prilaku ini diberikan dalam beberapa cara, kemudian ada suatu kemungkinan ditingkatkan
kemudian bisa terjadi lagi; nampaknya kita memprogramkan untuk mencari reward atau kepuasan.
Seorang perenang muda sedang belajar jatuh memutar. Usaha yang pertama di jungkir balik (operant
prilaku, telah di pelajari) tidaklah sukses, tetapi cepat atu lambat, kemugkinan secara kebetulan, kakinya
menyentuh dinding dan bertolak secara efektif. Ini adalah suatu perasaan baik, terutama sekali jika
pelatih memberi pujian dan dorongan. Kepuasan ini bertindak sebagi suatu hal fositif reinforce.
Memperkuat koneksi antara stimulus dan respons. Ini dapat dilihat dalam gambar ;
Penguatan positif adalah suatu konsep secara langsung. Rasa kepuasan dapat di hasilkan oleh hasil
respon, ketika digambarkan contoh gerakan jatuh berputar tersebut di atas, atau dapat diberi oleh para
guru dalam wujud pujian.
Perlu di ingat pujian merupakan salah satu reinforcer jika ingin diberi kepuasan kepada palajar.
Penguatan negatif adalah agak lebih sukar untuk dipahami. Adalah penting bukan untuk mengacukan
penguatan negatif dengan hukuman. Hukuman diberi sebagai konsekwensi suatu respon, maka
diberikan hukuman untuk mencegah respon itu terjadi lagi. Contoh jika seseorang melakukan
pelanggaran maka diberikan hukuman untuk tidak mengulangi lagi.
Skinner memperluas teori operant pengaruh keadaan untuk meliputi konsep ‘membentuk’. Ia
menyebutnya dengan keterampilan komfleks, sebagai contoh suatu servis tenis, kamu tidak bisa
seketika menguatkan keseluruhan tindakan sebab tidak mungkin berhasil baik pada percobaan pertama.
Pelatih mungkin:
• Memberikan keterampilan gerak dari yang kecil, kemudian dengan mudah dipelajari bagiannya dan
semakin meningkatkan, untuk membangun keterampilan yang utuh.
• Atau memperkenalkan keseluruhan keterampilan, tetapi ‘membentuk’ dengan kendali tindakkan yang
benar sekalipun.
Instrumental condisioning memudahkan awal belajar tentang keterampilan. Sekali keterampilan
dipelajari, tidak ad kebutuhan untuk melanjut penguatan dan demikian dan dapat secara berangsur-
angsur menari mundur dan ditransfer kepelajaran yang lebih mengedepankan keterampilan.
Jadi dalam belajar instrumental condisioning, orang yang belajar harus melakukan sesuatu lewat cara
tertentu sebelum diberikan reinforcement. Atau dengan kata lain reinforcement tersebut bergantung
pada perilaku seseorang merupakan instrumen dalam mendapatkan sesutu yang di inginkan.
C. Teori Kongnitif
Teori S-R telah menjadi sangat berpengaruh dalam membantu kita untuk memahami bagaimana orang-
orang menjadi trampil, tetapi banyak fsikolog , khususnya sekaranga ini, tidak percaya keseluruhan
pendapat terdahulu. Mereka membantah bahwa tingkat, variasi dan kesempurnaan manusia belajar
tidak bisa di terangkan semata-mata dengan sistem S-R. Sejumlah teori alternatif, yang dikenal sebagai
teori kognitif yang di kemukakan. Ini di sebut kogntif sebab arah penekanannya lebih cendrung kepada
proses berfikir dan pada pemahaman bagaimana konsep berhubungan pada suatu dengan yang lain di
banding dengan penjelasan dalam teori S-R.
Tolman (1946) percaya bahwa prilaku adalah di arahkan oleh tujuan dan harapan, maka pelajar
termotivasi berbuat ke arah tujuan yang mereka inginkan. Di dalam olahraga dan keterampilan
pengetahuan yang membuat aktifitas tertentu. Pelajar maju kearah tujuan ( sebagai contoh, menjadi
mampu yang Tolman sebut dengan ‘kognitif map’ tentang aktivitas, yang menjadi lebih rumit dan
canggih seperti pelajar lebih terampil.
Suatu kelompok psikolog yang di sebut dengan ‘gestaltists’ mencetuskan dua prinsip belajar:
• Pembelajaran dapat di percepat dengan penggunaan “insight (pengertian yang mendalam)’atau
instuisi’ untuk memecahkan suatu masalah. Sebagai contoh, seorang ahli senam dan pelatihnya mungkin
inginn merangkai dua gerak pada suatu rangkaian pada senam lantai, tetapi tidaklah pasti bagaimana
cara melakukan itu. Ahli senam boleh mengadakan percobaan dengan bebeapa gagasan (trial and error )
yang membantu memperjelas permasalahan tersebut dan beragai kemungkinan, dan kemudian tiba-tiba
berkata saya mengetahui, bagaimana tentang dan menghasilkan solusi gerakkan, ini yang di sebut
insight atu intuisi.
• Pelajaran adalah paling efektif ketika suau masalah di lihat secara keseluruhan atau ketika keseluruhan
pola gerakan dapat dilatih. Ini memungkinkan pelajar tersebut untuk memahami semua isu dan
keterkaitan yang perlu untuk di pertimbangkan. Oleh karna itu Gestaltists mendukung pelajar itu
pelatihan servis tenis dengan sempurna, tanpa telalu menekannya kebagian bawah.
F. Teori Bagan
Teori bagan (schmidt, 1977) mengetahui bahwa apa yanga di simpan dalam memori bukanlah
menentukan pola gerak (proram), tetapi satu set hubungan atau aturan yang menentukan hasil
keterampilan. Ini adalah’ bagan’. ‘Satuan hubungan’ dapat di anggap sebagai jenis program; tetapi
sesuatu yang sudah umum yang lakukan dengan cara berbeda menurut permintaan situasi. Suatu
schema terdiri dari dua elements-recall dan pengenalan. Recall schema adalah bagian yang berfungsi
untuk menghasilkan gerakan. Dibuat atas simpanan informasi memori jangka panjang terdiri:
• Kondisi awal yang mempergerakan diproduksi, yaitu dalam hubungan dengan bola.
• Spesifikasi respon yang di perlukan, yaitu kebutuhan gerakan, yaitu bagaimana memulai dan
bagaimana cara melakukannya.
Bagan pengenalan adalah bagan yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi respon gerakan. Pada
awalnya informasi disimpan dalam memori jangka pendek beda dengan recall schema.
Unsur-unsur informasi adalah:
• Konsekwensi sensorik, yaitu kinaesthtetik perasaan terhadap gerakan.
• Hasil Respon, yaitu terjadi sebagai hasil pergerakkan.
Ketika suatu gerakan telah selesai, semua unsur-unsur ini di simpan dalam memori jangka panjang untuk
masa depan gerakkan yang mungkin terjadi serupa.
Schmidt (1977) ada beberapa inplikasi penting yang dikembangkan oleh teori schma untuk
pembelajaran keterampilan motor:
• Seseorang belajar dari kesalahan.
• Terminal feedback adalah penting dalam belajar, sebab memperkuat penyimpanan memori.
• Praktek hatus bervariasi dan relevan terhadap pemain atau kompetisi.
Kita memahami peran feedback didalam belajar keterampilan sedikit lebih detil, khususnya bagaimana
guru atau pelatih dapat membangun feedback untuk membantu pelajar. Ada beberapa jenis feedback
yang berbeda-beda akan di tunjukan dalam gambar berikut. Sebagian besar penyelidikkan menyatakan
bahwa feedback mempengaruhi pembelajaran.
H. Pembelajaran Transfer
Teori schema nampaknya mengandung aspek tertentu untuk mempelajari salah satu keterampilan
dapat menentukan penampilan di situasi lainnya yang srupa. Singer (1982) mengacu pada ‘hubungan
sekarang dengan kemudian’ dan menyatakan bahwa kita jarang belajar secara total tentang
keterampilan baru stelah setahun. Ini adalah disebut’transfer’ keterampilan mendapat literatur.
Transfer didefinisikan sebagai efek pelajaran dan kinerja suatu keterampilan yang di pelajari dialihkan
kesituasi lain yang berbeda. Sebagai contoh apakah keterampilan memasukkan bola basket yang dilatih
khusus diluar permainan bisa dialihkan dengan hasil yang sama ke dalam permainan yang sebenarnya.
Dan perlu dicatat bahwa tidak semua transfer dapat meningkatkan pelajaran. Para guru dan pelatih
mencoba untuk menggunakan transfer positif kapan saja. Stallings (1982) mengidentifikasikan berbagai
bentuk transfer sebagai tambahan terhadap kategori umum seperti pada konsep berikut.
1. Skil-To-Skill - Antar dua keterampilan. Fakta menyatakan sedikit positif jangka panjang transfer positif.
2. Practice-To-Performance - Transfer positif mungkin haya terjadi jika kondisi-kondisi lingkungan adalah
serupa pada kedua situasi.
3. Abilities-To-Skill - Kemampuan tidak mentransfer secara total kepada penampilan keterampilan yang
menopang, tetapi kontribusinya mantap.
4. Limb-To-Limb - (Bi-Lateral) – transfer positif belajar dan latihan terjadi diantara otot (hand-hand; leg-
leg). Efek kebanyakan jelas nyata transfer dari lebih ocok dengan tubuh kepada yang tidak cocok.
5. Principles-To-Skill - Menurut kondisi-kondisi belajar tertentu (Stalling, 1982, P.213) mengetahui
prinsip keterampilan, yaitu kecepatan badan berputan, akan meningkatkan pelajaran dan hasil
keterampilan.
6. Stage-T0-Stage - Pengembangan keterampilan motorik tergantung pada masing-masing yang
membuat keterammpilan baru dan mereka mempelajari sebelumnya. Pola gerak pundamental dan
hirarki kendali motor utama.
Transfer adalah suatu konsep kompleks dan bukanlah mudah untuk menerapkan dalam proses belajar
mengajar. Apa yang dapat kita belajar dari literatur riset ?
• Semakin besar persamaan yang nyata diantara beberapa keterampilan, lebih besar kemungkinan
terjadi transfer positif.
• Semakin besar perbedaan, semakin sedikit kemungkinan ada transfer positif.
• Jika keterampilan beberapa bagian memiliki persamaan tetapi mempunyai perbedaan khusus ada
terjadi transfer negatif.
• Atlet belajar taktik dan teknik baru lebih efektif jika pelajaran baru merupakan andalan dan terkait
dengan keterampilan telah dipelajari.
• Pelatih atau para guru perlu menekankan persamaan diantara beberapa keterampilan ketika
pengajaran untuk transfer (yaitu dengan praktek pemain dibiarkan melemparkan bola dengan tangan
sebelum mencoba suatu exploitasi permainan dengan alat dan tongkat).
• Pemahaman taktis dapat ditransfer (yaitu zona pertahanan bola basket dan netball).
• Prinsip umum permainan pertahanan dan serangan dapat ditransfer ke permainan invasi.
• Semakin banyak keterampilan pada awalnya telah dipelajari semakin efektif dalam transfer.
• Pada aktivitas transfer bilateral adalah pendorong (yaiut dribling bola basket, menendang sepak bola),
itu adalah penting bahwa keterampilan sungguh baik dipelajari, lebih cocok dengan anggota tubuh
sebelum transfer dicoba kepada yang lain.
Transfer merupakan aspek penting dalam pembelajaran. Ini mendukung prinsip latihan yang
menyatakan bahwa perubahan menetap yang terjadi sebagai hasil dari belajar harus bisa digunakan
pada saat diperlukan. Dengan demikian, dalam suasana pembelajaran gerak aspek transfer nebhadu ciri
utama keberhasilan pembelajaran.
Reaksi:
http://wengayo.blogspot.com/2010/06/prinsip-pembelajaran-gerak-dan-transfer.html
STRATEGI PELAKSANAAN TRANSFER OF KNOWLEDGE DALAM
ABSTRAK
Transfer of knowledge merupakan salah satu aspek penting terkait dengan proyek implementasi sistem
informasi. Keberhasilan secara keseluruhan proyek implementasi sistem informasi sangat tergantung
pada sukses
tidaknya proses transfer of knowledge. Meskipun demikian, karena terlalu fokus pada sistem yang
dibangun aspek
Agar proses transfer of knowledge berhasil maka perlu ada tahap-tahap melakukan transfer of
knowledge
Dari sudut pandang pembelajaran ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mendesain
sebuah
proses transfer of knowledge, yaitu: kognitif, budaya dan motivasi. Sedangkan dari sudut pandang
implementasi
sistem informasi, faktor yang perlu diperhatikan adalah faktor change management. Faktor-faktor
tersebut secara
1. PENDAHULUAN
Transfer of Knowledge (TOK) atau pembelajaran Kesiapan pegawai dengan implementasi yang
resources dan effort yang besar. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan
Agar berhasil, proses TOK membutuhkan sebuah dalam melaksanakan proses TOK. Faktor-faktor
strategi pelaksanaan. Strategi tersebut dibutuhkan tersebut bila dipertimbangkan dengan benar akan
karena beberapa alasan berikut: memberi dampak yang baik bagi keberhasilan proses Proyek
implementasi dilakukan dalam jangka TOK dan bila diabaikan dapat menjadi penyebab
waktu tertentu, dan ketika implementasi sistem kegagalan proses TOK. Faktor-faktor tersebut adalah
informasi berjalan, maka perusahaan faktor kognitif, faktor budaya, faktor motivasi dan
membutuhkan SDM yang sudah siap. Ini berarti faktor change management.
waktu untuk proses TOK terbatas. Proses TOK membutuhkan dana yang harus
dialokasikan oleh organisasi. Dana tersebut Sains kognitif berkata bahwa manusia dapat
seringkali terbatas sehingga dibutuhkan sebuah menerima konsep-konsep baru jika hanya jika konsep
strategi pelaksanaan agar dengan dana yang tersebut tidak terlalu jauh dengan apa yang manusia
terbatas tersebut diperoleh hasil yang maksimum. tersebut sudah ketahui sebelumnya. Hal ini
Implementasi sistem informasi membutuhkan menyebabkan mengapa manusia membutuhkan
sumber daya manusia dengan kompetensi waktu yang cukup untuk mempelajari sebuah subjek
tertentu. Dibutuhkan sebuah strategi pelaksanaan yang baru. Manusia harus belajar selangkah demi
baru.
melakukan sesuatu.
a. Social relationships
mengikuti pembelajaran.
b. External expectations
c. Social welfare
komunitas pekerjaan.
d. Personal Advancement
e. Escape/Stimulation
sehari-harinya.
budaya komunitas hobbi dimana dia ikut bergabung Belajar untuk pembelajaran itu sendiri, mencari
dan sebagainya. Intinya, seseorang memiliki budaya pengetahuan untuk memuaskan kebutuhan
latar belakang budaya merupakan alat untuk Menemukan kebutuhan dan motivasi belajar dari
menetapkan nilai dan kepercayaan yang memberikan karyawan di semua jenjang struktur organisasi
akan
konteks dan cara pandang. Dengan mengenal budaya memungkinkan organisasi dapat mengambil
langkah-
karyawan yang ada, maka organisasi dapat langkah untuk meningkatkan motivasi karyawan
mendesain sebuah metoda dan materi TOK yang dalam mengikuti proses TOK.
dipenuhi.
organisasi dapat bekerjasama dengan vendor yang Perubahan budaya dan nilai-nilai dasar
perusahaan.
Hasil inisialisasi kebutuhan kompetensi haruslah Perubahan cara kerja untuk meningkatkan
belum.
2. Kompetensi existing
keengganan untuk berubah tersebut. Kotter &
3. TAHAPAN-TAHAPAN
yaitu:
1. Motivasi
perbaikan atau pengembangan. Pada dimensi pertama, ancaman yang mungkin datang karena
kurangnya
dalam struktur organisasi. Sedangkan dalam dimensi Budaya perusahaan memegang peranan penting
ruang lingkup penanganan sistem organisasi dalam sukses atau gagalnya proses TOK. Organisasi
melakukan inisialisasi kompetensi berdasarkan perlu menginisialisai budaya perusahaan yang ada
kebutuhan kompetensi pada setiap level penanganan saat ini kemudian menganalisa apakah budaya
Sebelum melakukan inisialisasi kebutuhan pelaksanaan TOK atau akan menjadi ancaman.
2. Metoda Pembelajaran
organisasi.
1. Materi
[4]:
sendiri.
konsep.
Presentasi Menjaga kelompok bersama-sama dan pada kondisi yang Menjemukan jika dilakukan dalam
waktu yang lama tanpa
Mudah untuk mengendalikan waktu Sulit untuk mengukur jika peserta sedang belajar
Dapat mempraktekkan skill yang baru dalam lingkungan Mungkin sulit dilakukan penyesuaian untuk
semua peserta
sendiri Materi dapat digunakan di lain waktu Peserta membaca dengan kecepatan berbeda
Kelompok Tetap menjaga ketertarikan dan keterlibatan peserta Titik pembelajaran dapat
membingungkan atau kehilangan arah
Diskusi Peserta dapat membagi pengalaman dan pengetahuan Beberapa peserta dapat mendominasi
diskusi
Studi kasus Membutuhkan keterlibatan peserta Informasi harus akurat dan up to date
Dapat memicu kinerja yang dibutuhkan setelah training Membutuhkan waktu yang cukup untuk
menyelesaikan kasus
Pembelajaran dapat diobservasi Peserta dapat menjadi terlalu tertarik pada konten kasus
Demonstrasi Membantu pengertian dan ingatan Harus tepat dan relevan pada peserta
Memberikan model untuk diikuti peserta Demonstrasi mungkin sulit dilihat oleh sebagian peserta
pada aspek-aspek pelajaran yang paling banyak Selain dari metoda dan alat ukur yang digunakan,
untuk ditunjukkan rasa hormat. secara berkala untuk melihat perkembangan proses
karateristik orang dewasa di atas, maka perlu apakah karyawan sudah siap untuk menerima
dengan pertimbangan pada peserta, materi dan waktu Dalam merencanakan pengukuran hasil TOK,
yang dibutuhkan dan kompetensi yang ingin dicapai. ada beberapa pokok penting yang perlu
diperhatikan
organisasi.
dilakukan.
3. Media
kompentensi penerima.
5. Waktu Pelaksanaan
sendiri.
6. Biaya
4. Pengukuran
REFERENSI
materi dan metoda TOK telah dikomunikasikan 1. Gagné, R.M., The Conditions of Learning. New
dengan pihak-pihak yang terkena dampak secara York: Holt, Rinehart and Winston, Inc (1965).
lansung maupun tidak langsung dari pelaksanaan 2. Kasali, Rhenald, Change, Gramedia, Jakarta
2006,
proses TOK.
3. Memberikan kebijakan yang jelas dan 3. Kotter, J.P & Schlesinger, L.A. Choosing
mengkomunikasikannya kebijakan tersebut Strategies for Change, Harvard Business Review,
4. KESIMPULAN
tersedia.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam Transfer Knowledge
January3
Faktor-faktor tersebut adalah faktor kognitif, faktor budaya dan faktor motivasi.
Faktor Kognitif
Sains kognitif berkata bahwa manusia dapat menerima konsep-konsep baru jika hanya jika
konsep tersebut tidak terlalu jauh dengan apa yang manusia tersebut sudah ketahui sebelumnya.
Hal ini menyebabkan mengapa manusia membutuhkan waktu yang cukup untuk mempelajari
sebuah subjek yang baru. Manusia harus belajar selangkah demi selangkah dari waktu ke waktu,
dan masing-masing konsep baru harus meresap terlebih dahulu sebelum konsep selanjutnya
dibangun di atasnya. Salah satu teknik untuk membuat proses TOK dapat berjalan dengan cepat
dan efektif adalah dengan memecah-mecah knowledge yang akan ditransfer menjadi paket-paket
kecil. Dengan cara ini, maka sekali proses TOK dilakukan, maka knowledge akan ditransfer
secara streamline. Pada saat melakukan TOK, hal yang dibutuhkan adalah membuat pola
knowledge yang tampak lebih dekat dengan knowledge lama sehingga penerima siap
merentangkan tangan untuk merangkul informasi baru. Otak sebagai media penyimpan
knowledge dapat menerima dan memproses secara paralel input-input dari berbagai indera
(chanel input). Salah satu cara untuk menambah kecepatan proses belajar adalah dengan
menggunakan beberapa chanel input sekaligus secara efektif. Accelerated Learning adalah
sebuah teknik pembelajaran yang mengadopsi konsep pemanfaatan berbagai input secara paralel,
misalnya: mencampur antara bercerita dan membaca, simulasi visual dan grafik. Cara tersebut
mempercepat proses pembelajaran secara signifikan baik untuk anak-anak maupun orang
dewasa.
Faktor Budaya
Ada teori yang mengatakan bahwa kognisi juga dibentuk oleh budaya secara umum khususnya
bahasa. Mungkin kita pernah menjumpai penggunaan sebuah kata, yang mana hanya latar
belakang sosialbudaya tertentu yang memberikan arti yang tepat pada kata tersebut. Pada konsep
ini, knowledge dapat diterima dan membenam dengan hanya membutuhkan sedikit langkah.
Sebaliknya, jika kita mempunyai budaya yang berbeda dengan latar belakang dari mana
knowledge berasal, maka proses pembelajaran menjadi lebih sulit. Setiap orang sudah memiliki
banyak latar belakang budaya sendiri-sendiri yang akhirnya membangun budaya tertentu dalam
dirinya. Ada budaya utama dan yang paling besar yang biasanya paling berpengaruh pada diri
setiap manusia, budaya dimana dia dibesarkan, budaya dimana dia memperoleh pendidikan
formal, budaya dalam lingkungan pekerjaan, budaya komunitas profesi atau budaya komunitas
hobbi dimana dia ikut bergabung dan sebagainya. Intinya, seseorang memiliki budaya sendiri
namun mempunyai kemampuan untuk menyerap budaya lain. Pada kasus TOK, dapat dilihat
latar belakang budaya merupakan alat untuk menetapkan nilai dan kepercayaan yang
memberikan konteks dan cara pandang. Dengan mengenal budaya karyawan yang ada, maka
organisasi dapat mendesain sebuah metoda dan materi TOK yang dapat memberikan signal yang
kompatibel untuk mentransfer informasi kepada karyawan.
Faktor Motivasi
Menurut Maslow, ada lima hirarki kebutuhan manusia, mulai dari level yang paling bawah
(makanan, perlindungan, dan pakaian) sampai pada level yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Usaha untuk mencukupi kebutuhan ini akan menjadi motivasi manusia untuk melakukan
tindakan. Sesuai dengan konsep Maslow di atas, maka setiap orang selalu berada pada kondisi
level kebutuhan tertentu yang akan memotivasi orang tersebut untuk melakukan sesuatu. Faktor
lain yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran adalah motivasi
Transfer Knowledge dalam IS Strategy
January3
Transfer of Knowledge (TOK) atau pembelajaran merupakan faktor yang mutlak harus dilakukan
dalam sebuah proyek implementasi sistem informasi. Ibarat berganti kendaraan, yang tadinya
organisasi naik kereta kuda dan berganti menggunakan mobil, maka organisasi membutuhkan
orang-orang yang bisa menjalankan ”mobil”nya. Kemampuan menjalankan sistem informasi
yang baru diimplementasi tidak serta merta didapatkan begitu saja, melainkan membutuhkan
sebuah proses TOK yang bisa saja menghabiskan dan membutuhkan resources dan effort yang
besar. Agar berhasil, proses TOK membutuhkan sebuah strategi pelaksanaan. Strategi tersebut
dibutuhkan karena beberapa alasan berikut:
Proyek implementasi dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dan ketika implementasi
sistem informasi berjalan, maka perusahaan membutuhkan SDM yang sudah siap. Ini
berarti waktu untuk proses TOK terbatas.
Proses TOK membutuhkan dana yang harus dialokasikan oleh organisasi. Dana tersebut
seringkali terbatas sehingga dibutuhkan sebuah strategi pelaksanaan agar dengan dana
yang terbatas tersebut diperoleh hasil yang maksimum.
Implementasi sistem informasi membutuhkan sumber daya manusia dengan kompetensi
tertentu. Dibutuhkan sebuah strategi pelaksanaan TOK yang dapat menjamin kebutuhan
kompentesi tersebut dipenuhi.
Kesiapan pegawai dengan implementasi yang dilakukan merupakan faktor yang sangat
krusial bagi keberhasilan proyek. Ibarat membeli kenderaan tadi, apa gunanya mobil baru
yang bagus tetapi tidak ada orang yang bisa mengendarainya. Karena itu, strategi
pelaksanaan TOK diperlukan untuk menjamin kesiapan sumber daya manusia.
http://kjokom.blog.binusian.org/2010/01/03/transfer-knowledge-dalam-is-strategy/
Bagaimana Management dapat mendukung knowledge transfer?
December14
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mendukung transfer knowledge dalam suatu organisasi.
Cara-cara tersebut adalah dengan training, insentif, struktur organisasi dan teknologi.
1. Training
Kreasi terhadap ide-ide baru bisa dipancing dengan cara training dalam hal penyelesaian
masalah yang meliputi berpikir outside the box. Contoh program misalnya identifikasi
masalah, melakukan prioritas, analisa akar masalah, identifikasi kemungkinan
pengukuran masalah, implementasi solusi, dan melakukan cek terhadap kemungkinan
berhasilnya solusi. Trainig juga akan memicu terjadinya sharing pengetahuan, dari trainer
ke peserta atau antar peserta. Manager dan pekerja perlu diberi training untuk melakukan
evaluasi terhadap ide-ide baru yang muncul. Training juga dilakukan untuk melakukan
pembelajaran penyebaran dan adopsi pengetahuan. Karyawan harus tau, bagaimana
melakukan penyebaran pengetahuan kepada orang atau organisasi yang tepat, dan
karyawan harus tahu pentingnya tahap adopsi.
2. Insentif
Kreasi terhadap ide-ide baru bisa dipancing dengan pemberian insentif. Insentif diberikan
kepada ide-ide baru yang muncul dan sudah divalidasi. Ide-ide yang gagal tidak
mendapatkan insentif tetapi mendapatkan kredit atau point khusus. Dengan demikian
maka kreasi-kreasi baru diharapkan akan muncul. Kebijakan insentif juga akan memicu
terjadinya sharing pengetahuan. Bagi karyawan yang bisa memberikan sharing
pengetahuan yang berguna, maka akan diberikan insentif khusus. Karyawan akan terpacu
untuk senantiasa belajar dan melakukan sharing terhadap apa yang sudah dipelajari.
Dalam tahap evaluasi dan penyebaran, karyawan akan diberikan insentif jika mampu
melakukan evaluasi terhadap ide-ide yang muncul dan melakukan penyebaran dengan
tepat. Penyebaran pada level unit kerja sangat susah untuk dimonitor, oleh karena itu jika
monitoring berada pada level unit juga, maka penyebaran akan lebih efektif. Untuk itulah
diperlukan adanya insentif dalam hal evaluasi dan penyebaran. Tahap berikutnya adalah
adopsi. Setelah mempelajari pengetahuan, maka karyawan diberi reward jika bisa
melakukan sesuai dengan pengetahuan tersebut. Jika hal itu masih belum berhasil, maka
kemungkina ada faktor-faktor lainnya.
3. Struktur
Kreasi ide-ide baru bisa ditingkatkan dengan membentuk organisasi yang
mengkhususkan diri untuk pengembangan ide-ide baru. Organisasi ini mendukung semua
organisasi, mengntrol, mengadakapn training dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan pengetahuan. Sharing informasi, evaluasi , penyebaran dan adopsi
bisa dimediasi dengan adanya organisasi ini. Dengan demikian diharapkan management
pengetahuan bisa berjalan efektif dan efisien.
4. Teknologi
Knowledge management system tidak akan berjalan tanpa dukunga teknologi yang
bagus. Melalu media internet atau intranet, maka sharing informasi dapat dengan mudah
untuk dilakukan. Pembetukan forum-forum diskusi, sharing document, komunikasi lewat
internet merupakan salah satu media penyebaran pengetahuan. Evaluasi bisa dilakukan
secara bersama-sams dengan suatu dokumen terpusat yang bisa diakses oleh semua orang
yang berkepintingan. Melalui teknologi inilah strustur dasar dari Knowledge
Management System dibangun.
http://kjokom.blog.binusian.org/2009/12/14/bagaimana-management-dapat-mendukung-knowledge-
transfer/
Komponen Transfer Pengetahuan Dalam Organisasi
December2
Transfer pengetahuan bisa dibagi kedalam lima tahap. Tahap-tahap tersebut adalah : Kreasi ide,
sharing, validasi, penyebaran dan adopsi. Tahapan-tahapan ini terkadan bisa saling mendahului
(overlap), dikombinasi, dilewati(skipped), dan selalu mempunyai umpan balik (feedback).
1. Kreasi Ide
Kreasi ide merupakan pemunculuna ide-ide baru berupa inovasi-inovasi dalam suatu organisasi
atau suatu kelompok. Menurut Robert Sutton, dalam studinya mengenai creativity, bahwa
kreatifitas dalam suatu kelompok ditentukan dari seberapa besar potensi kelompok tersebut
untuk menghasilkan kreatifitas. Beberapa pertanyaan bisa diajukan untuk menjawab hal ini :
- Apakah ada penghormatan terhadap pengetahuan mengenai apa yang diketahui dan mencari
apa yang tidak diketahui?
- Apakah ide dalam kelompok bisa diatur sendiri ataukan diatur oleh bos?
2. Sharing
Sharing bisa terjadi jika terpenuhi dua kondisi yaitu pertama ide harus berada dalam bentuk
dimana organisasi bisa memahaminya. Nonaka (1994) mempelajari interaksi antara tacit dan
explicit knowledge. Transfer pengetahuan yang sudah menjadi wisdom sulit untuk dilakukan,
oleh karena itu organisasi harus memfokuskan pada motivasi untuk sharing pengetahuan.
Szulanski (1996) menemukan bahwa bentuk-bentuk pengetahuan dan kemampuan penerima
pengetahuan dalam melakukan interpretasi adalah faktor penting dalam transfer knowledge.
Kedua, adalah kemauan dari individu untuk melakukan sharing ide. Sahring ide berada dalam
berbgai macam level. Dari pekerja ke kelompok pekerja, dari kelompok ke kelompok, antar
department, antar bisnis unit, dan atar organisasi. Szulanski (1996) menemukan bahwa jika
hubungan antara sumber ide dan penerima tidak baik atau konflik maka transfer pengetahuan
akan sulit.
3. Validasi
Organisasi harus melakukan evaluasi terhadap ide-ide baru yang muncul. Individu harus
memiliki kemampuan, pendorong dan struktur untuk melakukan validasi. Sebagai contoh, di
Xerox, ahli teknik atau yang sudah berpengalaman melakukan evaluasi terhadap ide-ide yang
baru, ide yang bagus akan ditambahkan ke database best praktis agar bisa dipelajari oleh
karyawan lain.
4. Penyebaran
Penyebaran terletak pada level setelah validasi. Pada prinsipnya banyak informasi lebih bagus
daripada sedikit informasi. Namun terlalu banyak informasi akan menyebabkan overload. Kunci
dari penyebaran ini adalah bagaimana menyebarkan pengetahuan kepada orang yang bisa
menggunakannya. Perlu dibuat suatu tingkatan atau ranging dari informasi bersifat khusus
hingga bersifat umum.
5. Adopsi
Informasi setelah diterima oleh orang yang benar maka seharusnya dia melakukan tindakan
sesuai informasi tersebut. Namun pertanyaannya, apakah orang tersebut mau melakukannya. Jika
sharing telah berjalan, penyebaran telah tepat sasaran, namun individu tidak melakukan sesuai
dengan pengetahuan yang didapat, maka sia-saialah management pengetahuan ini. Absorbsi
merupakan suatu tingkatan dimana seseorang setelah memahami pengetahuan yang baru, maka
dia akan melakukan tindakan sesui dengan pengetahuan tersebut.
http://kjokom.blog.binusian.org/2009/12/02/komponen-transfer-pengetahuan-dalam-organisasi
Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke
situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian
obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi
konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-
prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum
(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok
dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan
masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk
menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
http://asnaldi.multiply.com/journal/item/5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Istilah Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari matapelajaran yang
satu ke mata pelajaran yang lain atau dari kehidupan sehari-hari diluar lingkungan sekolah.
Adanya pemindahan atau pengalihan ini menunjukkan bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami materi pelajaran yang lain. Hasil belajar
yang diperoleh dan dapat dipindahkan tsb. dapat berupa pengetahuan,kemahiran intelektual,
keterampilan motorik atau afektif dll..
Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses pembelajaran harus
membekali si belajar dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya akan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Karena transfer belajar penting bagi perkembangan ketrampilan anak
maka pemakalah ingin mengambil judul Transfer Belajar .
B. Rumusan Masalah
1. Apakah transfer belajar itu?
2. Apa saja pandangan-pandangan tentang transfer belajar?
3. Apa saja faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti transfer belajar
Istilah transfer belajar berasal dari bahasa inggris “transfer of learning” dan berarti : pemindahan
atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang
lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah. Pemindahan atau
pengalihan ini menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di
suatau bidang atau situasi diluar lingkup bidang studi dimana hasil itu mula-mula diperoleh.
Misalnya, hasil belajar bidang studi geografi, digunakan dalam mempelajari bidang studi
ekonomi; hasil belejar dicabang olahraga main bola tangan, digunakan dalam belajar main
basket; hasil belajar dibidang fisika dan kimia, digunakan dalam mengatur kehidupan sehari-hari.
Hasil studi yang dipindahkan atau dialihkan itu dapat berupa pengetahuan (informasi verbal),
kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, ketrampilan motorik dan sikap. Berkat
pemindahan dan pengalihan hasil belajar itu, seseorang memperoleh keuntungan atau mengalami
hambatan dalam mempelajari sesuatu dibidang studi yang lain.
Transfer dalam belajar ada yang bersifat psitif dan ada yang negatif. Transfer belajar disebut
positif jika pengalaman-pengalaman atau kecakapan-kecakapan yang telah dipelajari dapat
diterapkan untuk mempelajari situasi yang baru, contoh ketampilan mengendarai sepeda motor,
akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan bermotor roda empat. Atau dengan kata
lain, respon yang lama dapat memudahkan untuk menerima timulus yang baru. Disebut transfer
negatif jika pengalaman atau kecakapan yang lama menghambat untuk menerima
pelajaran/kecakapan yang baru. Contoh ketrampilan mengemudikan kendaraan bermotor dalam
arus lalu lintas yang bergerak di sebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di
indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila ia dipindah ke salah satu negara eropa
barat, yang arus lalu lintasnya bergerak disebelah kanan jalan.
Sementara itu Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengatakan bahwa transfer dapat
digolongkan dalam empat kategori yaitu :
a. Transfer positip dapat terjadi dalam diri seseorang apabila guru membantu si belajar untuk
belajar dalam situasi tertentu dan akan memudahkan siswa untuk belajar dalam situasi-situasi
lainnya. Transfer positif mempunyai pengaruh yang baik bagi siswa untuk mempelajari materi
yang lain.
b. Transfer negatif dialami seseorang apabila si belajar dalam situasi tertentu memiliki pengaruh
merusak terhadap ketrampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam situasi yang lain. Sehubungan
dengan ini guru berupaya untuk menyadari dan menghindarkan siswa-siswanya dari situasi
belajar tertentu yang dapat berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar dimasa depan.
c. Transfer vertikal (tegak); terjadi dalam diri seseorang apabila pelajaran yang telah dipelajari
dalam situasi tertentu membantu siswa tsb. dalam menguasai pengetahuan atau ketrampilan yang
lebih tinggi atau rumit. Misalnya dengan menguasai materi tentang pembagian atau perkalian
maka siswa akan lebih mudah mempelajari materi tentang pangkat. Agar memperoleh transfer
vertikal ini guru dianjurkan untuk menjelaskan kepada siswa secara eksplisit mengenai manfaat
materi yang diajarkan dan hubungannya dengan materi yang lain. Dengan mengetahui manfaat
dari materi yang akan dipelajari dengan materi lain yang akan dipelajari dikelas yang lebih tinggi
diharapkan ia akan mengikuti pelajaran ini dengan lebih serius.
d. Transfer lateral (ke arah samping) terjadi pada siswa bila ia mampu menggunakan materi yang
telah dipelajari untuk mempelajari materi yang memiliki tingkat kesulitan yang sama dalam
situasi lain. Dalam hal ini perubahan waktu dan tempat tidak mempengaruhi mutu hasil belajar
siswa. Misalnya siswa telah mempelajari materi tentang tambahan, dengan menguasai materi
tambahan maka siswa akan lebih mudah mempelajari materi yang lebih tinggi tingkat
kesilitannya misalnya materi tentang pembagian. Contoh lainnya seorang siswa STM telah
mempelajari tentang mesin, maka ia akan dengan mudah mempelajari teknologi mesin lain yang
memiliki elemen dan tingkat kerumitan yang hampir sama.
B. Beberapa pandangan tentang tranfer belajar
1. Teori disiplin formal
Pandangan ini bertitik tolak pada pandangan aliran psikologis, daya tentang psike/kejiwaan
manusia, psike itu dipandang sebagai kumpulan dari sejumlah bagian / daya-daya yang berdiri
sendiri. Seperti daya berfikir, daya mengingat, daya kemauan, daya merasa, dan lain-lain.
Menurut teori daya (formal disiplin) daya-daya jiwa yang ada pada manusia itu dapat dilatih.
Dan setelah berlatih dengan baik, daya-daya itu dapat digunakan pula untuk pekerjaan yang lain
yang menggunakan daya tersebut dengan demikian terjdilah transfer belajar. Misalnya seorang
anak yang semenjak kecil melatih diri cara-cara melempar dengan tepat, mula-mula ia
melempar-melempar dengan batu, kemudian disekolah ia sering bermain kasti sehingga terlatih
pula melempar dengan bola. Menurut teori daya, anak yang telah melatih daya melemparnya
dengan baik, nantinya jika ia telah dewasa dan menjadi dewasa dapat menjadi pelempar granat
yang baik. Contoh lain murid-murid dilatih belajar sejarah. Dengan mempelajari pelajaran
sejarah tidak boleh tidak daya ingatannya sering digunakan untuk mengingat-ingat bermacam-
macam peristiwa, ingatan anak itu makin terlatih dan makin baik terhadap pelajaran itu. Maka
pendapat menurut teori daya daya ingatan yang telah terlatih baik bagi pelajaran itu dapat
digunakan pula (ditransferkan) kepada pekerjaan lain.
Demikian, menurut teori daya pada tiap mata pelajaran disekolah pendidik perlu melatih daya-
daya itu (daya ingatan, berpikir, merasakan, dan sebagainya) sehingga daya-daya yang sudah
terlatih itu akan dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dan bagi pekerjaan pekerjaan
lain diluar sekolah. Sekolah yang menganut teori daya ini, sudah tentu mengutamakan terlatihnya
semua daya-daya jiwa anak, dari pada nilai atau kegunaan mata pelajaran. Berguna atau tidaknya
materi/isi mata pelajaran itu dalam praktek dikemudian hari, tidak menjadi soal. Yang penting,
apapun yang diajarkan asal dapat melatih daya-daya jiwa adalah baik. Penganut teori daya
beranggapan bahwa anak-anak yang pandai di sekolah suadah tentu akan pandai pula
dimasyarakat.
2. Teori elemen identik
Pandangan ini dipelopori oleh edward thorndike, yang berpendapat bahwa transfer belajar dari
satu bidang studi kebidang studi yang lain atau idang studi sekolah ke kehidupan sehari-hari,
terjadi berdasarkan adanya unsur-unsur yang sama dalam kedua bidang studi atau antara bidang
studi di sekolah ke kehidupan sehari-hari. Makin banyak unsur yang sama makin besar
kemungkinan terjadi tarnsfer belajar.Dengan kata lain terjadinya transfer belajar sangat
tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan unsur-unsur. Misalnya antara bidang studi aljabar
dan ilmu ukur dll.
Mula-mula thorndike mengartikan “elemen identik” sebagai unsur yang sungguh-sungguh sama
(=identik) kemudian pengertian identik diartikan sebagai “ada kesamaan, sejenis” perubahan
pandangan ini membuat teorinya tentang transfer belajar lebih mudah dapat diterima.
menurut teori ini hakekat transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan suatu unsur tertentu
pada bidang studi yang lain, makin banyak adanya unsur-unsur yang sama akan semakin besar
terjadinya transfer belajar positip.
3. Teori generalisasi
Pandangan ini dikemukakan oleh charles judd yang berpendapat bahwa Menurut teori ini transfer
belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola dan
prinsip umum . Bila seorang siswa mampu menangkap konsep, kaidah dan prinsip untuk
memecahkan persoalan maka siswa itu mempunyai bekal yang dapat ditransferkan ke bidang-
bidang lain diluar bidang studi dimana konsep, kaidah dan prinsip itu mula-mula diperoleh.
Maka siswa itu dikatakan mampu mengadakan “generalisasi” yaitu mampu menangkap ciri-ciri
atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus. Generalisasi semacam itu
sudah terjadi bila siswa membentuk konsep, kaidah, prinsip dan siasat-siasat pemecahan
problem. Jadi kesamaan antara dua bidang studi tsb. tidak terdapat dalam unsur-unsur khusus
melainkan dalam pola, dalam struktur dasar dan dalam prinsip.
C. Faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar
1. Proses belajar
2. Hasil belajar
3. Bahan/materi bidang-bidang studi
4. Faktor-faktor subyektifitas dipihak siswa
5. Sikap dan usaha guru
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Transfer belajar pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi
yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan
sekolah.
2. Ada tiga teori tentang trnsfer belajar
a. Teori disiplin formal
b. Teori elemen identik
c. Teori generalisasi
3. Faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar
a. Proses belajar
b. Hasil belajar
c. Bahan/materi bidang-bidang studi
d. Faktor-faktor subyektifitas dipihak siswa
e. Sikap dan usaha guru
REFERENSI
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta : Media Abadi, 2004)
M. Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996)
http://massofa.wordpress.com/2009/01/30/prinsip-prinsip-belajar/
http://ridho05.multiply.com/reviews/item/1
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/01/07/makalah-transfer-belajar-transfer-of-learning/