Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam menyelesaikan
makalah ini tidak terlepas dari kerja sama teman-teman. Karena itu ucapan terima kasih
penyusun sampaikan kepada kalian, atas kerja samanya, orang-orang terdekat atas pengertiannya
dan pihak-pihak lain yang telah membantu penyusun dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dimana sebagai
manusia biasa tidak pernah luput dari kekhilafan, maka saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penyusun harapkan. Dan penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….. 2
BAB I : PENDAHULUAN
2.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..………. 21
3.2 Saran……………………………………………………………………………………. 21
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan di bumi
ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan manusia untuk berbuat lebih besar
dari pada otak mereka yang kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan
intelegensi. Manusia yang mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul
daripada manusia yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi merupakan kemampuan
yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang memungkinkan seseorang berbuat
sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan yang bersifat
umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.Bakat adalah anugrah
yang tidak boleh disia – siakan dan harus dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia
terlahir dengan memiliki bakat tertentu.
Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan
untuk membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya bakat, kreativitas yang dimiliki
oleh seseorang juga anugrah yang harus dipergunakan secara tepat sasaran.
Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam.
Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas yang
bermanfaat. Maka dari itu, Pemakalah mengangkat tema kreativitas dan keberbakatan.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sejumlah permasalahan yang akan
dibahas dalam paper ini antara lain :
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan intelegensi
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kreativitas
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan intelegensi dan kreativitas
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Intelegensi
2.1.1 Pengertian Intelegensi
Dalam menyelesaikan suatu maslah ada yang cepat, ada juga yang lambat, keadaan
demikian ditentukan juga oleh faktor inteligensi dari indviu bersangkutan. Inteligensi berasal dari
bahasa Inggris “intelligence” yang artinya menghubungkan ata menangkut satu sama lain.
Secara umum, inteligensi sering kali disebut kecerdasan, oleh karena itu seseorang yang mrmiliki
inteligensi tinggi disebut cerdas atau jenius.Sampai saat ini, para ahli belum ada kesamaan
pendapat tentang pengertian inteligensi, mengingat intelignsi merupakan suatu konsep yang
kompleks, sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah kemampuan atau kapasitas pikiran
(Wechsler, 1975).Soslo (1988) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam
memperoleh dan menggali pengetahuan, menggunakan pengetahuan untuk memahami berbagai
konsep konkret dan absrak, dan menghubungkan di antara objek dengan gagasan, menggunakan
pengetahuan dengan cara-cara yang lebih efektif. Stern ( dala Walgito, 2008) mengemukakan
inteligensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru menggunakan organ berpikir
seseuai tujuannya. Dari pengertian ini, tampak bahwa Stern menekankan tentang inteligensi pada
soal penysuaian diri terhadap keadaan yang ada.
Orang yang inteligensi lebih cepat dapat menyesuaikan diri daripada orang yang kurang
inteligensi.Thorndiken (dalam Skinner, 1959) menyatakan seseorang dianggap inteligensi jika
responnya merupakan respons yang baik atau sesuai dengan stimulus yang diterimanya.Agar
dapat memberikan respons yang tepat, individu harus memiliki lebih banyak hubungan stimulus-
respons.Keadaan demikian dapat diperoleh dari pengalaman yang diperolehnya. Terman
membedakan adanya ability yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret dan ability yang
berkaitan dengan hal-hal yang abstrak (Harriman, 1958)
5
1. Pendekatan atau teori faktor
Dapat dikemukakan bahwa dalam dalam inteligensi tersebut terdapat faktor tertentu yang
membentuk inteligensi faktor yang membentuk inteligensi di antara para ahli juga belum terdapat
satu kesamaan.Thorndike dengan teori multifaktornya menyatakan bahwa inteligensi tersusun
dari berbagai faktor, dan factor itu terdiri dari elemen-elemen, dan tiap elemen terdiri dari atom-
atom, dan tiap-tiap atom merupakan hubungan stimulus respons (Skinner, 1959).Jadi, aktivitas
yang berkenaan dengan inteligensi merupakan kumpulan dari atom-atom aktivitas yang
berkombinasi satu dengan yang lainnya. Menurut Spearman, intelignsi itu mengandung dua
macam faktor yaitu, general ability dan faktor umum (faktor G), dan special ability atau faktor
khusus (faktor S) oleh karena itu terori Spearman terkenal dengan teori dwifaktor atau two-factor
theory (Walgito, 20018). General ability terdapat pada semua individu tetapi berbeda antara
individu yang satu dengan yang lainnya.General ability selalu terdapat dalam setiap
performance, sedangkan special ability merupakan faktor yang khusus mengenai bidang
tertentu.Jadi, faktor S itu banyak S1, S2, S3, S4, dan seterusnya. Tiap-tiap performance selalu
ada faktor G dan faktor S, sehingga dapat diformulasikan sebagai P=G+S. Faktor S itu bersifat
khusus, jika individu menghadapi persoalan yang berdeda-beda, faktot S-nya pun akan berbeda-
beda. Misalnya, seseorang menghadapi tiga macam persoalan yang berbeda-beda, secara
skematis dapat dikemukakan :
P1= G+S1
P2=G+S2
P3=G+S3
Burt memiliki pandangan yang berbeda, tetapi melengkapi pandangan Spearman. Menurut
Burn, di samping general ability dan special ability masih terdapat faktor yang lain lagi common
ability atau common factor atau disebut juga group factor (Walgito, 2010). Common factor
merupakan faktor kelompok dalam kemampuan tertentu misalnya common factor dalam hal
bahasa dan matematika. Berdasarkan pandangannya, maka dalam inteligensi ada tiga macam
faktor, yaitu faktor, yaitu faktor G, faktor S, dan faktor C, dan faktor-faktor ini akan nampak
dalam performance individu. Jadi, performance individu dapat digambarkan sebagai berikut :
P1 = G+S1+Cx
6
P2=G+S2+Cx
P3=G+S3+Cy
Misalnya : Cx adalah common factor berhitung dan Cy adalah common factor kesenian.
Thurstone memiliki pandangan yang berbeda lagi dengan para ahli sebelumnya. Menurut
Thurstone, dalam inteligensi terdapat faktor-faktor primer sebagai berikut :
1) S (spatial relation)
Kemampuan untuk melihat atau mempersepsi gambar dengan dua atau tiga dimensi
yang berkenaan dengan jarak.
2) P (perceptual speed)
Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketepatan dalam memberikan
judging mengenai persamaan dan perbedaan atau dalam respons terhadap sesuatu yang
dilihatnya secara detail.
3) V (verbal comprehension)
Kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman kosakata, analogi verbal, dan
sejenisnya.
4) W ( word fluency)
Kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan berkaitan dengan kata-kata, anagram, dan
sejenisnya.
5) N (number facility)
Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketetapan dalam berhitung.
6) M (associative memory)
Kemampuan yang berkenaan dengan ingatan, khususnya yang berpasangan.
7) I (induction)
Kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh prinsip atau hukum
(Walgito, 2010)
Teori ini berpijak atas orientasi proses intelektual dalam penyelesaian masalah. Para ahli
cenderung mengulas proses kognitif daripada intelegensi, tetapi dengan maksud tentang hal yang
7
sama ( Morgan, King, dan Robinson, 1984). Kean Piaget merupakan pendukung teori ini. Jean
Piaget belajar tentang biologi, filsafat, khususnya epistemology, namun kemudian ia bekerja di
laboratorium Binet dan membantu dalam standarisasi tes. Dari sinilah Jean Piaget memulai
psikologi khususnya dalam intelectual ability dalam pengertian kognitif. Teori orientasi proses
mengemukakan bahwa intelegensi diukur dari fungsi proses sensoris, koding, ingatan, dan
kemampuan mental yang lain termasuk belajar dan menimbulkan kembali dalan ingatan
(Walgito, 2008).
Inteligensi sebagai suatu kapasitas yang bersifat umun, dipengaruhi oleh berbagai
faktor.Faktor tersebut berasal dari dalam diri seseorang maupun yang berasal dari luar
dirinya.Suatu pertanyaan mengenai apakah inteligensi merupakan suatu kemampuan genetik
(keturunan) atau faktor lingkungan, sampai saat ini masih dalam perdebatan. Kecenderungan
hasil penelitian genetik menunjukan bahwa faktor genetik (keterununan) maupun lingkungan
memberi andil yang besar berkisar 50-89% terhadap keberadaan inteligensi seseorang (
Suharnan, 2005).
Plomin dan Spinath (2004) mengemukakan bahwa dalam perspektif berkembang, pengaruh
terbesar lingkungan terhadap inteligensi terjadi ketika masa anak-anak, kemudian mengalami
penurunan setelah bertambah dewasa, sebaliknya makin bertambah dewasa usia anak, maka
faktor genetik makin besar pengaruhnya terhadap inteligensi. Menurut Irwanto dkk.(1991), dari
faktor bawaan hasil penelitian menunjukan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu
keluarga atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi (0,50), bahkan di
antara kembar berkolerasi sangat tinggi (0.90), sebaliknya di antara individu yang tidak bersanak
saudara korelasinya rendah sekali (0.20).
Buktu lain dari adanyapemgaruh bawaab adalah hasil-hasil penelitian terhadapt anak-anak
yang diadopsi IQ mereka ternyata masih berkolerasi tinggi dengan ayah ibunya bergerak antara
0.40-0.50, sedangkan korelasinya dengan orang tua angkatnya sangat rendah yaitu 0.10-0.20.
Selanjutnya, studi terhadap kembar yang diasuh secara terpisah juga menunjukkan bahea IQ
mereka tetap berkorelasi sangat tinggi.Ini menunjukkan bahwa meskipun lingkungan merupakan
8
faktor yang mempengaruhi kecerdasan seseorang, namun ada beberapa hal dalam inteligensi
yang tidak terpengaruh pada individu bersangkutan.Ternyata, lingkungan juga memberikan
perubahan yang bermakna di mana pertumbuhan organik otak samgat memengaruhi inteligensi
seseorang, pertumbuhan otak ini sangat dipengaruhu oleh zat gizi yang dikonsumsi.Pemberian
makanan bergizi ini merupakan satu di antaranya pengaruh lingkungan yang amat penting.
9
Borderline : IQ 66-79
Mental defective : IQ 65 ke bawah
10
tes inteligensi WB. Tahun 1949 diciptakan Test Wechsler Intelligence Scale for Children atau
sering dikenal dengan tes inteligensi WISC, yang khusus untuk anak-anak.
Tahun 1955 Wechsler menciptakan tes inteligensi untuk orang dewasa yang dikenal
dengan Wechsler Adult Intellence Scale atau yang dikenal dengan tes inteligensi WAIS.Menurut
Morgan, King dan Robinson(1984), ada dua tes inteligensi individual yang paling menonjol yaitu
Test Stanford-Binet dan Wechsler Adult Intellegence Scale (WAIS).
2.2 Kreativitas
2.2.1 Pengertian Kreativitas
Kreativitas didefinisikan beragam oleh para ahli, tergantung pandangannya. Sukarti
(1983)bahwa kreativitas dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan prestasi yang istimewa
dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara penyelesaian masalah yang tidak dapat
ditemukan oleh kebanyakan orang, ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan. Evans
(1991) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan membuat kombinasi baru
berdasarkan konsep-konsep yang sudah ada, selain juga menemukan hubungan-hubungan baru
dan memandang sesuatu menurut perspektif yang baru. Solso (1998) mengungkapkan bahwa
kreativitas itu adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu
masalah atau situasi. Ahli lain Munandar (1982) menyatakan bahwa kreativitas adalah
11
kemampuan untuk membuat kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data
atau elemen yang sudah ada sebelumnya, menjadi hal yang bermakna dan bermanfaat. Torrence
(1974) memandang kreativitas sebagai suatu kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan, orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
Dari berbagai definisi diatas dapat dinyatakan bahwa kreativitas adalah menciptakan
sesuatu baru, menemukan cara penyelesaian masalah yang baru, ide baru, cara pandang yang
baru, dan membuat kombinasi yang baru, serta memiliki orisinalitas yang bermakna dan
bermanfaat, dari pengertian ini, tampak bahwa hakikat kreativitas adalah sesuatu yang baru,
bernilai, serta orisinal, dan bermanfaat bagi masyarakat.
12
memiliki sifat baru sebagai hasil kombinai berbagai produk yang sudah ada sebelumnya, dan
produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil inovasi dan pengembangan dari hasil yang
sudah ada.
4. Produk yang bermanfaat
Suatu karya yang dihasilkan dari proses kreatif harus memiliki manfaat yang dapat
dirasakan oleh masyarakat, seperti lebih mudah dipakai, lebih cepat, dan lebih enak. Di
samping itu, dapat mendorong, mendidik, menyelesaikan masalah, mengurangi hambatan,
dan mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak dari sebelumnya.
13
Berpiir ke segala arah atau divergent thinking merpakan kemampuan ntuk
berpikir dari satu ide, gagasan,menyebar ke segala arah, dan sei. Bepikir ke segala
arah mendorong ita untuk mencari berbagai jawaban yang berbeda dan yang
mungkin, daripada langsun menari jawaban yang benar.
c. Fleksibilitas konseptual
Merupakan suatu kemampuan secara spontan mengganti cara pandang,
pendekatan, dan aktivitas yang tidak berjalan. Secara cepat individu dapat
menyelesaikan masalah dengan menganti yang tidak ada pada saat diperlukan di
tempat tersebut.
d. Orisinalitas
Merupakan suatu kemampuan untuk mengungkapkan ide, gagasan ,
penyelesaian, dan cara kerja yang tidak lazim bahkanuntuk memberikan gambaran
mengenai peristiwa yang terjadie jarang mengejutkan. Contoh : apakah manfaat toi
baja ? orang yan tidak orisinal kebanyakanmenjawab untuk melindungi kepala dari
panas, dingin, angina, pukulan, dan sebagai hiasan epala. Oran orisinal akan
mengatakan untuk mengambil air dari sungai, untuk tempat duduk dan untuk
mengumpulkan peralatan besi bengkel.
e. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplitas
Hasil penelitian menemukan, pada umumnya orang reaif lebih menykai
kesulitn daripada kemudahan, memilih tantangan daripada keamanan, dan cenderung
yang bnyaktali-temalinya (complecity) daripada yang sederhana(simplcity).engan
keadaan yang demikian, mereka dapat menemukan gagsan lain, ali-temali antara
masalah yang menakjubkan, dan hal baru. Kecenderungan pada hal-al ang sulit itu
dari yang mudah itu, mewarnai hidup orang-orang kreatig dan meiputi sebagian besar
aktivitas hidupya, oleh karena itu tidak jarang mereka mengalami banyak
kesulitan.Pengalaman sulit itu memperkaya dan memperluas cakrawala hidup
mereka, dan keadaan ini makin menambah daya kreatif mereka.
f. Latar belakang yang merangsang
Orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan orang-orang yang
dapatg menjadi contoh seperti dalam tulis-menulis, seni, studi, penelitian, dan
pengembangan ilmu serta penerapannya, serta dalam suasana ingin belajar, ingin
14
makin tahu, ingin maju dalam hal yang ditekuni. Latar belakang yang merangsang
(stimulating background) adalah lingkungan dan suasana yang mendorog itu yang
dapat dimulai di keluarga, lingkungan sekolah, tetangga, bahkan di dunia kerja.
Dalam lingkungan demikian, orang kreatif melihat dan mengalami cara hidup dan
cara kerja oang-orang yang sudah jadi dalam bidang mereka masing-masing. Bagi
orang kreatif dari keadaan itulah mempelajri pengetahuan, melati kecakapan baru,
dan terdorong untuk memiliki sifat khas mereka : terus berusaha, tenang dalam
menghadapi kegagalan, tidak putus asa, disiplin, terus mencari, berprestasi, dan
bergairah dalam hidup.
g. Kecakapan dalam banyak hal
Manusia kreatif pada umumnya mempunyai banyak minat dan kecakapan
dalam berbagai bidang kehidupan. Orang yang memiliki banyak kecakapan tidak
mudah terpaku ada satu bidang kehidupan, dipaksa melewati satu jalur hidup, dan
mengerjakan yang itu-itu saja, tetapi memiliki banyak ruang, tersedia berbagai jalan
untuk melangkah dari variasi dalam cara hidupnya. Berbagai kecakapan tersebut tidak
saling mengganggu tetapi sebaliknya saling mendukung.Ilmuwan yang sastrawan
dapat mengemukakan gagasan ilmiahnya secara jelas dan indah, pelukis yang
musikus dapat melukis dengan penuh irama seolah-olah diiringi music pendukung.
Orang yang memilki banyak kecakapan,kancah kehidupannya tampak sebagai suatu
taman indah yang memiliki berbagai jalan masuk dan dapat dinikmati dari berbagai
sudut dan pandangan.
2. Ciri yang memungkinkan
Ciri yang memungkinkan diperlukan untuk mempertahankan gagasan kreatif yang
sudah dihasilkan, melputi :
a. Kemampuan untuk bekerja keras
Orang kreatif melukiskan irinya “saya hanya bekerja keras”, mereka bekerja
kerja membanting tulang, memeras tenaga berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun.Mereka sungguh hidup dalam aktivitas di bidang seni,
imu, politik, hukum, dan dagang.Pekerjaan mereka seperti menelan hidup mereka.
Orang yang kurang produktif tampak loyo, tanpa semangat, tujuan tampak tidak
terarah, tanpa cita-cita, dan tidak akan pernah menjadi orang kreaif. Orang kreatif
15
adalah pekerja keras, namun tidak tegang, serius tetapi santai, karena kerja sudah
menyatu dengan gaya hidupnya, mereka memiliki kemampuan bekerja keras.
b. Berpikir mandiri
Orang kreatif memiliki rasa individualitas yang kuat, mereka membuat
keputusan sendiri, percaya dengan daya pikirnya, dan percaya dengan pendapatnya
sendiri.Dalam situasi tertekan oleh kelompok, orang kreatif tidak mudah tunduk,
mereka minta penjelasan tentang pendapat umum itu dan mengutarakan pendapat
mereka sendiri dengan alas an-alasanya.Mereka tidak mudah dipermainkan oleh
pendapat umum.Mereka juga tidak begitu saja melepaskan pendapat sendiri tanpa
melihat sanggahan melawan yang dapat dipertanggngjawabkan.
Menerima pendapat umum dan melepas pendapat sendiri bukan karena tekanan,
tetapi karena kebenaran persoalan yang dirasakan dan dipikirkan.Orang kreatif
mampi menghadapi dengan tenang dalam silang pendapat, tidak mudah termakan
kabar angin, issue, gossip, dan kabar burung, dan pikirannya tidak mudab digoyang
oleh hal kecil yang menggoda.Mereka lurus, konsisten, dan maju terus dengan nyala
obor kebenaran yang dilihat dan diperoleh daya pikirnya.Orang yang berpikir
mandiri, orang kreatif bisa jadi kaku. Sulit menyesuaikan pendapatnya dengan
pendapat orang lain, atau ia sangat kuat mempertahankan pendapat sendiri. Keadaan
demikian dapat merusak suasana kebersamaan. Orang berpikir mandiri adalah orang
kreatif yang dapat bertindak, berbuat atau merencanakan sesuatu yang
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, sebagai konsekuensi logis
dari suatu keputusa kreatif. Perlu diketahui bahwa kecenderunhan berpikir mandiri
itu bukanlah memberikan ketegasan untuk bertahan dan terus maju mencapai sesuatu
yang diperlukan untuk mewujudkan ide atau gagasan kreatif.Menciptakan ide atau
gagasan kreatif adalah satu hal, dan membuat ide atau gagasan itu dapat
diwujudnyatakan dalam produk kreatif adalah hal yang lain lagi.Dunia ini
dipengaruhi oleh orang yang berpikir berbeda-beda, tanpa nyali untuk tetap bertahan
untuk mewujudkan ide atau gagasan dalam produk nyata.Betapa pun cemerlangnya
ide ataungagasan itu ditemukan, tetaplah tinggal ide atau gagasan yang tidak dapat
diwujudkan dalam rangka memperkaya kehidupan. Kemandirian orang kreatif
bukanlah kemandirian asal mandiri dan demi mandiri sendiri, tetapi kemandirian atas
16
dasar kebenaran, terbuka untuk menerima pandangan-pandangan lain dan menjadi
'abdi' untuk mewujudkan 'impian' mereka menjadi kenyataan. Maka kebenaran dulu,
mandiri kemudian, dan mandiri untuk menjelmakan kebenaran.
c. Pantang menyerah
Ada orang yang percaya akan pikirannya sendiri dan tidak terlalu ambil
pusinh pendapat orang lain dan sebagian orang lain memiliki gambaran baik tentanh
diri sendiri sebagai akibat keberhasilannya di masa lampau, sehingga orang kreatif
tidak takut gagal. Mereka senang, rela dan mau mencoba lagi tanpa mengenal
menyerah, bahkan terkadang mereka tidak melihat kegagalan sebagai kegagalan,
tetapi hanya gangguan kecil yang tidak mengenakkan di jalan menuju sukses.
d. Mampu berkomunikasi dengan baik
Pencipta paling cemerlang di dunia ini tanpa kecakapan berkomunikasi
tidaklah efektif.Pada umumnya, orang kreatif juga sebagau komunikator yang baik,
jelas, dan terarah.Tanpa kecakapan komunikasi ide atau gagasan, mereka tidak bisa
ditangkap dengan lengkap dan benar, argumennya tidak bahwa orang kreatif adalah
penulisan dan penceramah yang baik. Krcakapannya itu menarik perhatian
masyarakat untuk suatu karya cipta yang baru, berupa ide, gagasan, penyelesaian, dan
cara kerja yang baru.
e. Lebih tertarik pada konsep daripada hal kecil
Orang kreatif tidak terserap oleh hal kecil dari berbagai hal yang dihadapi.
Mereka lebih tertarik pada konsep daripada detail, mereka tidak sejak awal
mencurahkan perhatian pada cara menyelesaikan masalah, tetapi pada pemahaman
menyeluruh tentang berbagai hal dalam hubungan masalah tersebut dengan hal yang
lain. Pendekatan konseptual yang menyeluruh ini pada umumnya akan menghasilkan
penyelesaian masalah secara kreatif dan seimbang.
f. Keingintahuan intelektual
Orang kreatif memiliki keingintahuan (intelectual curiosity) yang tidak habis-
habisnya mengenai hal yang ditemukan dalam hidupnya. Orang mengatakan : pada
umur 1-7 tahun suka bertanya "mengapa", pada umur 7-17 tahun suka mengajukan
soal "mengapa tidak", dan pada umur 17-70 tahun kita suka berkata "karena". Dengan
perkataan lain, makin menjadi tua, makin kehilangan keingintahuan. Hal demikian
17
menyebabkan kita tidak terdorong untuk mendapatkan pengalaman baru yang
mencari hal-hal yang baru, ini menghambat kreativitasnya.
g. Kaya humor dan fantasi
Kebanyakan orang kreatif memiliki rasa humor yang tinggi dan kaya dengan
fantasi.Mereka mencari yang aneh dan kurang menaruh minat untuk ngatur pikiran,
emosi, dorongan hati, dan gejolak jiwanya.Mereka hidup dalam dunia yang lebih luas
dan penuh berbagai unsur menarik, hal yang demikian dapat mendorong mereka
makin aktif dalam kegiatan kreatif.Kebanyakan hunor dan fantasi tentu tidak selalu
menyenangkan orang, karena kekurangan minat pada pengendalian berpikir,
mengungkapkan emosi, dan menyatakan dorongan hati. Orang kreatif dapat keluar
dari jalur adaptif dan norma yanh ada dalam masyarakat, sehingga sering disebut
kurang sopan dan tidak bisa beradaptasi.
h. Tidak segera menolak ide
Saat diajukan suatu ide atau gagasan pada orang kreatif tidak begitu saja
menolaknya walaupun ia melihat kekurangannya. Ide atau gagasan itu dilihat sevara
menyeluruh dan rinci dengan berbagai pertimbangan, ia mencari segala unsur
menarik dari ide atau gagasan itu dan mengesampingkan kekurangan-kekurangannya.
Orang-orang kreatif memiliki pendirian bukan hanya mendekati masalah dari unsur
positif dan negatifnya, tetapi lebih dari segi menariknya, karena kreativitas justru
lahir dari kemampuan mengembangkan unsur menarik dari suatu ide, gagasan,
penyelesaian, cara, dan kemungkinan baru mengenai masalah tersebut.
i. Arah hidup yang mantap
Orang yang kreatif kebanyakan menampakkan dalam diri mereka sikap
terlibat dalam sesuatu, yakin akan tujuan dan arti hidupnya, dan ada rasa ditakdirkan.
Mereka merasa mendapat kemampuan khusus untuk menyelesaikan suatu tugas hidup
di tempat dan di zamannya.Mereka memandang dirinya unik, tugas yang unik diruang
hidup tertentu.Orang kreatif sungguh-sungguh ada di dalam motivasi untuk terus
berkarya mencapai cita-cita, memenuhi tugas hidup, dan memainkan peranan
menanggung, dan mengatasi kegagalan, dan maju terus pantang mundur untuk meraih
keinginan yang didambakannya.
3. Ciri sampingan
18
Ciri sampingan ini memengaruhi perilaku orang kreatif.Banyak orang kreatif
memiliki ciri yang membuat mereka sulit diterka, sulit bergaul dan hidup dengan mereka,
serta sulit diatur.Ciri ini bukan untuk kreativitas tetapi menjadi efek samping dari
kreativitasnya. Ciri sampingan ini antara lain :
a. Tidak mau tahu jalan pikiran orang lain
Orang kreatif berpikir sendiri, ia tidak ambil pusing mengenai sesuatu yang
dipikirkan orang lain, akibatnya ia tidak peka dengan perasaan orang lain di
sekitarnya. Biasanya, ia kurang memperhatikan adat yang berlaku, tampak aneh, dan
angkuh.
b. Kekacauan psikologis
Orang kreatif lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, tidak
mengendalikan perasaan dan tidak peduli dengan keberadaan orang lain. Memandang
dunia dengan kacamata berbeda dari yang lazim, hidup dengan aturan yang tidak
biasa, bertindak atas dasar perhitungan khusus, dan dapat membawa orang kreatif ke
dunia batin yang penuh dengan angin topan.Hal yang demikian dapat membawa
mereka ke tengah kekacauan psikologis dan dapat mengakibatkan hidup jadi
berantakan, perkawinan hancur, kehilangan pekerjaan, minum-minuman keras,
bahkan bisa melakukan bunuh diri.Orang aneh, suka minum, asosial, dan dengan
sendirinya tidak kreatif.Ciri tadi merupakan akibat dari integritas kepribadian orang
kreatif dan situasi batin yang diakibatkan oleh kreativitas.Ekses negatif dari orang
kreatif tadi dapat diarahkan, dan diatasi dengan refleksi dan olah diri.Kreatif tidak
mesti aneh, orang kreatif dapat juga biasa saja, sopan dan bermasyarakat.
19
yang menghasilkan berbagai alternatif jawaban (Hattie dan Rogers,1986). Di dalam proses
kreatif, sudah barang tentu terdapat tahapan-tahapan berpikir konvergen, sehingga sampai saat
ini inteligensi dianggap sebagai variabel penting dalam hubungannya dengan kreativitas.
Penelitian Munandar (1982) menemukan korelasi positif dan signifikan antara inteligensi
dengan kreativitas dengan angka korelasi sebesar 0.53.Suharnan (1998) menemukan angka
korelasi sebesar 0.23, dan hasil penelitian terbaru dari Kuncel, Hezlett, dan Ones (2004)
menemukan korelasi sebesar 0.36.Berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil penelitian
sebelumnya, korelasi antara inteligensi dengan kreativitas bergerak dari tingkat rendah sampai
sedang. Dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki inteligensi tinggi cenderung lebih kreatif
daripada mereka yang memiliki inteligensi rendah, tetapi hal ini tidak berarti bahwa dengan
makin tinggi inteligensi seseorang, maka dengan sendirinya akan menjadikan ia lebih kreatif
daripada yang lain. Hal ini harus disadari mengingat antara inteligensi dengan kreativitas
menunjukkan korelasi yang tidak sempurna (Halpern,1996).
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita dapat menemukan beberapa pengajar yang masih kurang
memperhatikan dalam pengembangan intelegensi anak didiknya, maka dari itu kita sebagai
calon-calon pendidik masa depan harus mempersiapkan sejak dini rencana-rencana pengajaran
yang merujuk pada pengembangan intelegensi sehingga kreativitas anak-anak didik mengalami
kemajuan dimasa yang akan datang.
21
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011 (diakses melalui
www.psikologiina.ac.id pada 26 November 2017)
Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Fakultas Tarbiyah : IAIN SU, 2011(diakses melalui
www.psikologiina.ac.id pada 26 November 2017)
22