Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam menyelesaikan
makalah ini tidak terlepas dari kerja sama teman-teman. Karena itu ucapan terima kasih
penyusun sampaikan kepada kalian, atas kerja samanya, orang-orang terdekat atas pengertiannya
dan pihak-pihak lain yang telah membantu penyusun dalam penyelesaian makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dimana sebagai
manusia biasa tidak pernah luput dari kekhilafan, maka saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penyusun harapkan. Dan penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Denpasar,26 November 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….. 2

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang……………………………………………………………………………. 3


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….. 4
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………….….….. 4
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Intelegensi ……………………………………………………………..……………..…. 5
2.1.1 Pengertian Intelegensi ……………………………………...……………. 5
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Inteligensi ……………………………...….. 8

2.1.3 Klasifikasi Inteligensi ……………………………….…...………...……. 9


2.1.4 Pengukuran Inteligensi ……………………………………...……..…… 10
2.1.5 Gangguan Inteligensi …………………………..………...………….…. 11
2.2 Kreativitas …………..………………………………………………….......................... 11
2.2.1 Pengertian Kreativitas ……………………………...………...………… 11
2.2.2 Aspek dan Unsur Kreativitas ………………………………………...… 12
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ……………………….………. 13
2.2.4 Karakteristik Individu yang Mendukung Kreativitas ……….…….…… 13
2.3 Hubungan Inteligensi dengan Kreativitas …………………...……………….……. 19

BAB III PENUTUP

2.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..………. 21
3.2 Saran……………………………………………………………………………………. 21

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan di bumi
ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan manusia untuk berbuat lebih besar
dari pada otak mereka yang kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan
intelegensi. Manusia yang mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul
daripada manusia yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi merupakan kemampuan
yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang memungkinkan seseorang berbuat
sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan yang bersifat
umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.Bakat adalah anugrah
yang tidak boleh disia – siakan dan harus dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia
terlahir dengan memiliki bakat tertentu.

Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan
untuk membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya bakat, kreativitas yang dimiliki
oleh seseorang juga anugrah yang harus dipergunakan secara tepat sasaran.

Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk


pembangunan masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kreativitas
erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada dibelakang sebuah
penemuan besar.

Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam.
Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas yang
bermanfaat. Maka dari itu, Pemakalah mengangkat tema kreativitas dan keberbakatan.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sejumlah permasalahan yang akan
dibahas dalam paper ini antara lain :

1. Apa yang dimaksud dengan intelegensi?


2. Apa yang dimaksud dengan kreativitas?
3. Bagaimana hubungan intelegensi dan kreativitas?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan intelegensi
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kreativitas
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan intelegensi dan kreativitas

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Intelegensi
2.1.1 Pengertian Intelegensi

Dalam menyelesaikan suatu maslah ada yang cepat, ada juga yang lambat, keadaan
demikian ditentukan juga oleh faktor inteligensi dari indviu bersangkutan. Inteligensi berasal dari
bahasa Inggris “intelligence” yang artinya menghubungkan ata menangkut satu sama lain.
Secara umum, inteligensi sering kali disebut kecerdasan, oleh karena itu seseorang yang mrmiliki
inteligensi tinggi disebut cerdas atau jenius.Sampai saat ini, para ahli belum ada kesamaan
pendapat tentang pengertian inteligensi, mengingat intelignsi merupakan suatu konsep yang
kompleks, sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah kemampuan atau kapasitas pikiran
(Wechsler, 1975).Soslo (1988) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam
memperoleh dan menggali pengetahuan, menggunakan pengetahuan untuk memahami berbagai
konsep konkret dan absrak, dan menghubungkan di antara objek dengan gagasan, menggunakan
pengetahuan dengan cara-cara yang lebih efektif. Stern ( dala Walgito, 2008) mengemukakan
inteligensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru menggunakan organ berpikir
seseuai tujuannya. Dari pengertian ini, tampak bahwa Stern menekankan tentang inteligensi pada
soal penysuaian diri terhadap keadaan yang ada.

Orang yang inteligensi lebih cepat dapat menyesuaikan diri daripada orang yang kurang
inteligensi.Thorndiken (dalam Skinner, 1959) menyatakan seseorang dianggap inteligensi jika
responnya merupakan respons yang baik atau sesuai dengan stimulus yang diterimanya.Agar
dapat memberikan respons yang tepat, individu harus memiliki lebih banyak hubungan stimulus-
respons.Keadaan demikian dapat diperoleh dari pengalaman yang diperolehnya. Terman
membedakan adanya ability yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret dan ability yang
berkaitan dengan hal-hal yang abstrak (Harriman, 1958)

Tergambar tentang beragamnya pengertian atau definisi inteligensi tersebut, Morgon,


King, dan Robinson (1984) menyatakan bahwa ada dua pendekatan pokok
dalammemberikandefinisi tentang inteligensi, yaitu :

5
1. Pendekatan atau teori faktor

Dapat dikemukakan bahwa dalam dalam inteligensi tersebut terdapat faktor tertentu yang
membentuk inteligensi faktor yang membentuk inteligensi di antara para ahli juga belum terdapat
satu kesamaan.Thorndike dengan teori multifaktornya menyatakan bahwa inteligensi tersusun
dari berbagai faktor, dan factor itu terdiri dari elemen-elemen, dan tiap elemen terdiri dari atom-
atom, dan tiap-tiap atom merupakan hubungan stimulus respons (Skinner, 1959).Jadi, aktivitas
yang berkenaan dengan inteligensi merupakan kumpulan dari atom-atom aktivitas yang
berkombinasi satu dengan yang lainnya. Menurut Spearman, intelignsi itu mengandung dua
macam faktor yaitu, general ability dan faktor umum (faktor G), dan special ability atau faktor
khusus (faktor S) oleh karena itu terori Spearman terkenal dengan teori dwifaktor atau two-factor
theory (Walgito, 20018). General ability terdapat pada semua individu tetapi berbeda antara
individu yang satu dengan yang lainnya.General ability selalu terdapat dalam setiap
performance, sedangkan special ability merupakan faktor yang khusus mengenai bidang
tertentu.Jadi, faktor S itu banyak S1, S2, S3, S4, dan seterusnya. Tiap-tiap performance selalu
ada faktor G dan faktor S, sehingga dapat diformulasikan sebagai P=G+S. Faktor S itu bersifat
khusus, jika individu menghadapi persoalan yang berdeda-beda, faktot S-nya pun akan berbeda-
beda. Misalnya, seseorang menghadapi tiga macam persoalan yang berbeda-beda, secara
skematis dapat dikemukakan :
P1= G+S1

P2=G+S2

P3=G+S3

Burt memiliki pandangan yang berbeda, tetapi melengkapi pandangan Spearman. Menurut
Burn, di samping general ability dan special ability masih terdapat faktor yang lain lagi common
ability atau common factor atau disebut juga group factor (Walgito, 2010). Common factor
merupakan faktor kelompok dalam kemampuan tertentu misalnya common factor dalam hal
bahasa dan matematika. Berdasarkan pandangannya, maka dalam inteligensi ada tiga macam
faktor, yaitu faktor, yaitu faktor G, faktor S, dan faktor C, dan faktor-faktor ini akan nampak
dalam performance individu. Jadi, performance individu dapat digambarkan sebagai berikut :

P1 = G+S1+Cx

6
P2=G+S2+Cx

P3=G+S3+Cy

Misalnya : Cx adalah common factor berhitung dan Cy adalah common factor kesenian.

Thurstone memiliki pandangan yang berbeda lagi dengan para ahli sebelumnya. Menurut
Thurstone, dalam inteligensi terdapat faktor-faktor primer sebagai berikut :

1) S (spatial relation)
Kemampuan untuk melihat atau mempersepsi gambar dengan dua atau tiga dimensi
yang berkenaan dengan jarak.
2) P (perceptual speed)
Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketepatan dalam memberikan
judging mengenai persamaan dan perbedaan atau dalam respons terhadap sesuatu yang
dilihatnya secara detail.
3) V (verbal comprehension)
Kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman kosakata, analogi verbal, dan
sejenisnya.
4) W ( word fluency)
Kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan berkaitan dengan kata-kata, anagram, dan
sejenisnya.
5) N (number facility)
Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketetapan dalam berhitung.
6) M (associative memory)
Kemampuan yang berkenaan dengan ingatan, khususnya yang berpasangan.
7) I (induction)
Kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh prinsip atau hukum
(Walgito, 2010)

2. Teori orientasi proses

Teori ini berpijak atas orientasi proses intelektual dalam penyelesaian masalah. Para ahli
cenderung mengulas proses kognitif daripada intelegensi, tetapi dengan maksud tentang hal yang

7
sama ( Morgan, King, dan Robinson, 1984). Kean Piaget merupakan pendukung teori ini. Jean
Piaget belajar tentang biologi, filsafat, khususnya epistemology, namun kemudian ia bekerja di
laboratorium Binet dan membantu dalam standarisasi tes. Dari sinilah Jean Piaget memulai
psikologi khususnya dalam intelectual ability dalam pengertian kognitif. Teori orientasi proses
mengemukakan bahwa intelegensi diukur dari fungsi proses sensoris, koding, ingatan, dan
kemampuan mental yang lain termasuk belajar dan menimbulkan kembali dalan ingatan
(Walgito, 2008).

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Inteligensi

Inteligensi sebagai suatu kapasitas yang bersifat umun, dipengaruhi oleh berbagai
faktor.Faktor tersebut berasal dari dalam diri seseorang maupun yang berasal dari luar
dirinya.Suatu pertanyaan mengenai apakah inteligensi merupakan suatu kemampuan genetik
(keturunan) atau faktor lingkungan, sampai saat ini masih dalam perdebatan. Kecenderungan
hasil penelitian genetik menunjukan bahwa faktor genetik (keterununan) maupun lingkungan
memberi andil yang besar berkisar 50-89% terhadap keberadaan inteligensi seseorang (
Suharnan, 2005).

Plomin dan Spinath (2004) mengemukakan bahwa dalam perspektif berkembang, pengaruh
terbesar lingkungan terhadap inteligensi terjadi ketika masa anak-anak, kemudian mengalami
penurunan setelah bertambah dewasa, sebaliknya makin bertambah dewasa usia anak, maka
faktor genetik makin besar pengaruhnya terhadap inteligensi. Menurut Irwanto dkk.(1991), dari
faktor bawaan hasil penelitian menunjukan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu
keluarga atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi (0,50), bahkan di
antara kembar berkolerasi sangat tinggi (0.90), sebaliknya di antara individu yang tidak bersanak
saudara korelasinya rendah sekali (0.20).

Buktu lain dari adanyapemgaruh bawaab adalah hasil-hasil penelitian terhadapt anak-anak
yang diadopsi IQ mereka ternyata masih berkolerasi tinggi dengan ayah ibunya bergerak antara
0.40-0.50, sedangkan korelasinya dengan orang tua angkatnya sangat rendah yaitu 0.10-0.20.
Selanjutnya, studi terhadap kembar yang diasuh secara terpisah juga menunjukkan bahea IQ
mereka tetap berkorelasi sangat tinggi.Ini menunjukkan bahwa meskipun lingkungan merupakan

8
faktor yang mempengaruhi kecerdasan seseorang, namun ada beberapa hal dalam inteligensi
yang tidak terpengaruh pada individu bersangkutan.Ternyata, lingkungan juga memberikan
perubahan yang bermakna di mana pertumbuhan organik otak samgat memengaruhi inteligensi
seseorang, pertumbuhan otak ini sangat dipengaruhu oleh zat gizi yang dikonsumsi.Pemberian
makanan bergizi ini merupakan satu di antaranya pengaruh lingkungan yang amat penting.

Irwanto dkk.(1991) menyatakan penelitian menunjukkan bahwa inteligensi bisa berkurang


karena tidak adanya rangsangan tertentu dalam awal-awal kehidupan individu. Skeels dan
Skodak dalam auatu studi logitudinal menemukan bahwa anak-anak yang didikan dalam
lingkungan yang kaku, kurang perhatian, dan kurang dorongan lalu dipindahkan ke lingkungan
yang hangat, penuh perhatian, rasa percaya, dorongan menunjukkan peningkatan skor yang
cukup berarti pada tes kecerdasan. Selain itu, seseorang yang hidup bersama dalam keluarga,
memiliki kolerasi kecerdasan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang dirawat secara
terpisah.Zajonc dalam berbagai penelitiannya menemukan bahwa anak pertama biasanya
memiliki taraf kecerdasan yang lebih tinggi dari adik-adiknya. Hal yang bisa terjadi karena anak
pertama dalam jangka waktu yang cukup lama hanya dikelilingi oleh orang-orang dewasa, suatu
lingkungan yang memberinya keuntungan intelektual dalam bentuk suatu stimulasi yang lebih
terarah (Irwanto dkk,1991).

2.1.3 Klasifikasi Inteligensi


Dengan bantuan berbagai instrument tes inteligensi yang telah dikembangkan, inteligensi
sebagai suatu ciri yang unik dari seseorang mulai dapat dikelompokkan atau
diklasifikasikan.Klasifikasi inteligensi sangat ditentukan dari instrument tes yang digunakan
karena klasifikasi tersebut didasarkan atas skor IQ pada instrument tes tertentu dan setiap
instrument tes mempunyai skala pengukuran yang berbeda. Irwanto dkk.(1991) mengemukakan
skala inteligensi yang dikembangkan oleh Wechsler dan klasifikasinya sebagai berikut :
Very superior : IQ di atas 128
Superior : IQ 120-127
Bright normal : IQ 111-119
Average : IQ 91-110
Dull normal : IQ 80-90

9
Borderline : IQ 66-79
Mental defective : IQ 65 ke bawah

2.1.4 Pengukuran Inteligensi


Setiap orang memiliki inteligensi yang berbeda-beda, sehingga antara individu yang satu
dengan yang lainnya tidak sama kemampuannya dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada.
Perbedaan inteligensi dapat dipandang dari perbedaan kualitatif dan perbedaan
kuantitatif.Pandangan kualitatif menyatakan bahwa perbedaan inteligensi satu dengan yang
lainnya memang secara kualitatif berbeda, yang berarti bahwa pada dasarnya memang telah
berbeda inteligensi individu yang sayu dengan yang lainnya. Pandangan kuantitatif menyatakan
bahwa perbedaan inteligensi itu terjadi karena perbedaan materi yang diterima atau karena
perbedaan dalam proses belajarnya. Dalam psikologi, pengukuran inteligensi dilakukan dengan
menggunakan alat-alat psikodiasnogtik atau yang dikenal dengan istilah psikoitest. Hasil
pengukuran inteligensi biasanya dinyatakan dalam sutuan ukuran tertentu yang dapat
menyatakan tinggi rendahnya inteligensi yang diukur, yaitu IQ (Intelligence Quotioen).
Prinsip pengukuran inteligensi adalah membandingkan individu yang dites dengan norma
yang ada. Untuk dapat mengetahui taraf inteligensi seseorang, digunakan tes inteligensi.Orang
yang dapat dipandang sebagai orang yang pertama menciptakan tes inteligensi adalah Binet
(Walgito, 2008).Setelah Binet menciptakan tes inteligensi, tes inteligensi menjadi berkembang
begitu pesat. Tes inteligensi Binet pertama kali disusun dalam tahun 1905, kemudian direvisi
oleh Binet sendiri tahun 1908 dan tahun 1911 diadakan revisi lagi sebagai revisi yang kedua.
Tahun 1916 tes Binet direvisi dan diadaptasi disesuaikan penggunaannya di Amerika yang
dikenal dengan revisi Terman dari Stanford University dan dikenal dengan Stanford revision,
juga dikenal dengan tes Inteligensi Standford-Binet (Morgan, King, dan Robinson, 1984).saat itu
pula digunakan pengertian Intelligence Quotient atau disingkat dengan IQ.
Untuk memperoleh IQ pada anak digunakan rumus IQ=MA/CA. untuk menghindari
adanya angka pecahan maka rumus tersebut dikalikan dengan 100, sehingga rumusnya menjadi :
IQ = MA/CA x 100. MA adalah mental age atau umur mental dan CA adalah chronological age
atau umur kronologis yaitu umur yang sebenarnya (Morgan, King dan Robinson, 1984). Tes
inteligensi terus berkembang dan pada tahun 1939 David Wechsler membuat individual
intelligence test, yang dikenal dengan Wechsler Bullevue Intelligence Scale atau sering disebut

10
tes inteligensi WB. Tahun 1949 diciptakan Test Wechsler Intelligence Scale for Children atau
sering dikenal dengan tes inteligensi WISC, yang khusus untuk anak-anak.
Tahun 1955 Wechsler menciptakan tes inteligensi untuk orang dewasa yang dikenal
dengan Wechsler Adult Intellence Scale atau yang dikenal dengan tes inteligensi WAIS.Menurut
Morgan, King dan Robinson(1984), ada dua tes inteligensi individual yang paling menonjol yaitu
Test Stanford-Binet dan Wechsler Adult Intellegence Scale (WAIS).

2.1.5 Gangguan Inteligensi


Menurut Maramis (2004), gangguan inteligensi yang paling sering ditemukan adalah
retardasi mental dan demensia. Retardasi mental adalah keadaan dengan inteligensi kurang sejak
masa perkembangan atau keadaan kekurangan inteligensi, sehingga adanya hendaya daya guna
sosial. Retardasi mental ada yang primes disebabkan kemungkinan faktor keturunan,sedangkan
retardasi mental sekunder disebabkan oleh faktor yang dari luar misalnya gangguan metabolisme
gizi. Gejala dan tanda retardasi mental adalah kapasitas kecerdasannya (IQ) sangat rendah, daya
ingat lemah, tidak mampu mengurus diri sendiri, acuh tak acuh terhadap lingkungan, minat
hanya mengarah pada hal-hal sederhana, perhatiannya mudah berpindah-pindah, keterbatasan
emosi, dan adanya kelainan jasmani yang khas. Demensia adalah kemunduran inteligensi karena
kerusakan otak yang sudah tidak bisa diperbaiki lagi.Orang yang mengalami demensia adalah
orang yang tidak bisa menginngat sesuatu yang telah dialaminya.

2.2 Kreativitas
2.2.1 Pengertian Kreativitas
Kreativitas didefinisikan beragam oleh para ahli, tergantung pandangannya. Sukarti
(1983)bahwa kreativitas dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan prestasi yang istimewa
dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara penyelesaian masalah yang tidak dapat
ditemukan oleh kebanyakan orang, ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan. Evans
(1991) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan membuat kombinasi baru
berdasarkan konsep-konsep yang sudah ada, selain juga menemukan hubungan-hubungan baru
dan memandang sesuatu menurut perspektif yang baru. Solso (1998) mengungkapkan bahwa
kreativitas itu adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu
masalah atau situasi. Ahli lain Munandar (1982) menyatakan bahwa kreativitas adalah

11
kemampuan untuk membuat kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data
atau elemen yang sudah ada sebelumnya, menjadi hal yang bermakna dan bermanfaat. Torrence
(1974) memandang kreativitas sebagai suatu kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan, orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
Dari berbagai definisi diatas dapat dinyatakan bahwa kreativitas adalah menciptakan
sesuatu baru, menemukan cara penyelesaian masalah yang baru, ide baru, cara pandang yang
baru, dan membuat kombinasi yang baru, serta memiliki orisinalitas yang bermakna dan
bermanfaat, dari pengertian ini, tampak bahwa hakikat kreativitas adalah sesuatu yang baru,
bernilai, serta orisinal, dan bermanfaat bagi masyarakat.

2.2.2 Aspek atau Unsur Kreativitas


Suharnan (1998) mengemukakan bahwa dalam berkreativitas terdapat aspek atau unsur sebagai
berikut :
1. Aktivitas berpikir
Kreativitas selal melibatkan aspek berpikir dalam diri seseorang. Aktivitas ini
merupakan suatu proses menal yang tidak tampak ole orang lain dan hanya drasaan oleh
orang yang bersangkutan. Aktivitas ini bersifat kompleks karena melibatkan berbagai
kemampuan kognitif seperti pesepsi, atensi, ingatan imajiner, penalaran, pengambilan
keoutusan, dan penyelesaian masalah.
2. Menemukan sesuatu yang baru
Menemukan sesuatu yang baru yang meliputi kemampuan menghubungkan dua
gagasan atau lebih yang semula tidak berhubungan. Kemampuan mengubah pandangan yang
ada dan menggantikan dengan cara pandang lain yang baru dan kemudian membuat
kombinasi baru berdasarkan konsepyang telahada dalam pkiran.aktivitas menemukan sesuatu
berarti melibatkan proses imajinasi, yaitu suatu kemampuan memanipulasi sjumla objek atau
situasi d dala pikiran sebelum sesuatu ang baru diharapkan timbul.
3. Orisinal
Pada dasarnya, kreativitas dapat dilihat dari adanya suatu produk baru. Produk ini
biasanya akan dianggap sebagai karya kreatif bila belum pernah diciptakan sebelumnya,
bersifat luar biasa dan dapat dinikmati oleh masyarakat. Sifat baru yang tedapat dalam
kreativitas adalah produk bersifat baru dan belum pernah ada sebelumnya, produk yang

12
memiliki sifat baru sebagai hasil kombinai berbagai produk yang sudah ada sebelumnya, dan
produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil inovasi dan pengembangan dari hasil yang
sudah ada.
4. Produk yang bermanfaat
Suatu karya yang dihasilkan dari proses kreatif harus memiliki manfaat yang dapat
dirasakan oleh masyarakat, seperti lebih mudah dipakai, lebih cepat, dan lebih enak. Di
samping itu, dapat mendorong, mendidik, menyelesaikan masalah, mengurangi hambatan,
dan mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak dari sebelumnya.

2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Kreativitas


Menurut Suharnan (1998), ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi kreativitas
seseoran dalam aktivitas kehidupannya, yaitu :
1. Faktor instrinsik yaitu, inteligensi, bakat,minat, kepribadian, dan perasaan.
2. Faktor eksternal yaitu, adat istiadat, sosial budaya, pendidikan dan suasana lingkungan.

2.2.4 Karakteristik Individu yang Mendukung Kreativitas


Ciri-ciri karakteristik individu yang mendukung kreativitas ada berbagai hal yang
didalamna ermasuk ciri-ciri pokok, ciri-ciri yang memungkinkan, serta ciri-ciri sampingan.
Campbell (1986) mengemukakan hal tersebut sebagai berikut :
1. Ciri pokok
a. Memliki kelincahan mental
Kelincahan mental (mental agility) adalah kemampuan untuk berman dengan
ide, agasan, konsep, lambing, kta-kata, angka, dan melihat hubungan yang tidak bisa
antara unsur tersebut. Berpikir dari segala arah (kelincahan mental ) atau sering
disebut convergent thinking merupakan kemampuan untuk melihat masalah dari
berbagai arah, segi, dan mengumpulkan berbagai fakta yang penting dan mengarah
fakta itu pada masalah yang dihadapi. Dengan cara itu ada kemungkinan besar
dihasilkan penyelesaian yang tepat tentang masalah itu. Orang kreatif memiliki
kemampuan itu dengan baik, dan kemampuan-kemampuan itu menjadi makin baik
dan erfungsi makin baik karena digunakan dan dilaih scara teratur.
b. Berpikr ke sagala arah

13
Berpiir ke segala arah atau divergent thinking merpakan kemampuan ntuk
berpikir dari satu ide, gagasan,menyebar ke segala arah, dan sei. Bepikir ke segala
arah mendorong ita untuk mencari berbagai jawaban yang berbeda dan yang
mungkin, daripada langsun menari jawaban yang benar.
c. Fleksibilitas konseptual
Merupakan suatu kemampuan secara spontan mengganti cara pandang,
pendekatan, dan aktivitas yang tidak berjalan. Secara cepat individu dapat
menyelesaikan masalah dengan menganti yang tidak ada pada saat diperlukan di
tempat tersebut.
d. Orisinalitas
Merupakan suatu kemampuan untuk mengungkapkan ide, gagasan ,
penyelesaian, dan cara kerja yang tidak lazim bahkanuntuk memberikan gambaran
mengenai peristiwa yang terjadie jarang mengejutkan. Contoh : apakah manfaat toi
baja ? orang yan tidak orisinal kebanyakanmenjawab untuk melindungi kepala dari
panas, dingin, angina, pukulan, dan sebagai hiasan epala. Oran orisinal akan
mengatakan untuk mengambil air dari sungai, untuk tempat duduk dan untuk
mengumpulkan peralatan besi bengkel.
e. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplitas
Hasil penelitian menemukan, pada umumnya orang reaif lebih menykai
kesulitn daripada kemudahan, memilih tantangan daripada keamanan, dan cenderung
yang bnyaktali-temalinya (complecity) daripada yang sederhana(simplcity).engan
keadaan yang demikian, mereka dapat menemukan gagsan lain, ali-temali antara
masalah yang menakjubkan, dan hal baru. Kecenderungan pada hal-al ang sulit itu
dari yang mudah itu, mewarnai hidup orang-orang kreatig dan meiputi sebagian besar
aktivitas hidupya, oleh karena itu tidak jarang mereka mengalami banyak
kesulitan.Pengalaman sulit itu memperkaya dan memperluas cakrawala hidup
mereka, dan keadaan ini makin menambah daya kreatif mereka.
f. Latar belakang yang merangsang
Orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan orang-orang yang
dapatg menjadi contoh seperti dalam tulis-menulis, seni, studi, penelitian, dan
pengembangan ilmu serta penerapannya, serta dalam suasana ingin belajar, ingin

14
makin tahu, ingin maju dalam hal yang ditekuni. Latar belakang yang merangsang
(stimulating background) adalah lingkungan dan suasana yang mendorog itu yang
dapat dimulai di keluarga, lingkungan sekolah, tetangga, bahkan di dunia kerja.
Dalam lingkungan demikian, orang kreatif melihat dan mengalami cara hidup dan
cara kerja oang-orang yang sudah jadi dalam bidang mereka masing-masing. Bagi
orang kreatif dari keadaan itulah mempelajri pengetahuan, melati kecakapan baru,
dan terdorong untuk memiliki sifat khas mereka : terus berusaha, tenang dalam
menghadapi kegagalan, tidak putus asa, disiplin, terus mencari, berprestasi, dan
bergairah dalam hidup.
g. Kecakapan dalam banyak hal
Manusia kreatif pada umumnya mempunyai banyak minat dan kecakapan
dalam berbagai bidang kehidupan. Orang yang memiliki banyak kecakapan tidak
mudah terpaku ada satu bidang kehidupan, dipaksa melewati satu jalur hidup, dan
mengerjakan yang itu-itu saja, tetapi memiliki banyak ruang, tersedia berbagai jalan
untuk melangkah dari variasi dalam cara hidupnya. Berbagai kecakapan tersebut tidak
saling mengganggu tetapi sebaliknya saling mendukung.Ilmuwan yang sastrawan
dapat mengemukakan gagasan ilmiahnya secara jelas dan indah, pelukis yang
musikus dapat melukis dengan penuh irama seolah-olah diiringi music pendukung.
Orang yang memilki banyak kecakapan,kancah kehidupannya tampak sebagai suatu
taman indah yang memiliki berbagai jalan masuk dan dapat dinikmati dari berbagai
sudut dan pandangan.
2. Ciri yang memungkinkan
Ciri yang memungkinkan diperlukan untuk mempertahankan gagasan kreatif yang
sudah dihasilkan, melputi :
a. Kemampuan untuk bekerja keras
Orang kreatif melukiskan irinya “saya hanya bekerja keras”, mereka bekerja
kerja membanting tulang, memeras tenaga berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun.Mereka sungguh hidup dalam aktivitas di bidang seni,
imu, politik, hukum, dan dagang.Pekerjaan mereka seperti menelan hidup mereka.
Orang yang kurang produktif tampak loyo, tanpa semangat, tujuan tampak tidak
terarah, tanpa cita-cita, dan tidak akan pernah menjadi orang kreaif. Orang kreatif

15
adalah pekerja keras, namun tidak tegang, serius tetapi santai, karena kerja sudah
menyatu dengan gaya hidupnya, mereka memiliki kemampuan bekerja keras.
b. Berpikir mandiri
Orang kreatif memiliki rasa individualitas yang kuat, mereka membuat
keputusan sendiri, percaya dengan daya pikirnya, dan percaya dengan pendapatnya
sendiri.Dalam situasi tertekan oleh kelompok, orang kreatif tidak mudah tunduk,
mereka minta penjelasan tentang pendapat umum itu dan mengutarakan pendapat
mereka sendiri dengan alas an-alasanya.Mereka tidak mudah dipermainkan oleh
pendapat umum.Mereka juga tidak begitu saja melepaskan pendapat sendiri tanpa
melihat sanggahan melawan yang dapat dipertanggngjawabkan.
Menerima pendapat umum dan melepas pendapat sendiri bukan karena tekanan,
tetapi karena kebenaran persoalan yang dirasakan dan dipikirkan.Orang kreatif
mampi menghadapi dengan tenang dalam silang pendapat, tidak mudah termakan
kabar angin, issue, gossip, dan kabar burung, dan pikirannya tidak mudab digoyang
oleh hal kecil yang menggoda.Mereka lurus, konsisten, dan maju terus dengan nyala
obor kebenaran yang dilihat dan diperoleh daya pikirnya.Orang yang berpikir
mandiri, orang kreatif bisa jadi kaku. Sulit menyesuaikan pendapatnya dengan
pendapat orang lain, atau ia sangat kuat mempertahankan pendapat sendiri. Keadaan
demikian dapat merusak suasana kebersamaan. Orang berpikir mandiri adalah orang
kreatif yang dapat bertindak, berbuat atau merencanakan sesuatu yang
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, sebagai konsekuensi logis
dari suatu keputusa kreatif. Perlu diketahui bahwa kecenderunhan berpikir mandiri
itu bukanlah memberikan ketegasan untuk bertahan dan terus maju mencapai sesuatu
yang diperlukan untuk mewujudkan ide atau gagasan kreatif.Menciptakan ide atau
gagasan kreatif adalah satu hal, dan membuat ide atau gagasan itu dapat
diwujudnyatakan dalam produk kreatif adalah hal yang lain lagi.Dunia ini
dipengaruhi oleh orang yang berpikir berbeda-beda, tanpa nyali untuk tetap bertahan
untuk mewujudkan ide atau gagasan dalam produk nyata.Betapa pun cemerlangnya
ide ataungagasan itu ditemukan, tetaplah tinggal ide atau gagasan yang tidak dapat
diwujudkan dalam rangka memperkaya kehidupan. Kemandirian orang kreatif
bukanlah kemandirian asal mandiri dan demi mandiri sendiri, tetapi kemandirian atas

16
dasar kebenaran, terbuka untuk menerima pandangan-pandangan lain dan menjadi
'abdi' untuk mewujudkan 'impian' mereka menjadi kenyataan. Maka kebenaran dulu,
mandiri kemudian, dan mandiri untuk menjelmakan kebenaran.
c. Pantang menyerah
Ada orang yang percaya akan pikirannya sendiri dan tidak terlalu ambil
pusinh pendapat orang lain dan sebagian orang lain memiliki gambaran baik tentanh
diri sendiri sebagai akibat keberhasilannya di masa lampau, sehingga orang kreatif
tidak takut gagal. Mereka senang, rela dan mau mencoba lagi tanpa mengenal
menyerah, bahkan terkadang mereka tidak melihat kegagalan sebagai kegagalan,
tetapi hanya gangguan kecil yang tidak mengenakkan di jalan menuju sukses.
d. Mampu berkomunikasi dengan baik
Pencipta paling cemerlang di dunia ini tanpa kecakapan berkomunikasi
tidaklah efektif.Pada umumnya, orang kreatif juga sebagau komunikator yang baik,
jelas, dan terarah.Tanpa kecakapan komunikasi ide atau gagasan, mereka tidak bisa
ditangkap dengan lengkap dan benar, argumennya tidak bahwa orang kreatif adalah
penulisan dan penceramah yang baik. Krcakapannya itu menarik perhatian
masyarakat untuk suatu karya cipta yang baru, berupa ide, gagasan, penyelesaian, dan
cara kerja yang baru.
e. Lebih tertarik pada konsep daripada hal kecil
Orang kreatif tidak terserap oleh hal kecil dari berbagai hal yang dihadapi.
Mereka lebih tertarik pada konsep daripada detail, mereka tidak sejak awal
mencurahkan perhatian pada cara menyelesaikan masalah, tetapi pada pemahaman
menyeluruh tentang berbagai hal dalam hubungan masalah tersebut dengan hal yang
lain. Pendekatan konseptual yang menyeluruh ini pada umumnya akan menghasilkan
penyelesaian masalah secara kreatif dan seimbang.
f. Keingintahuan intelektual
Orang kreatif memiliki keingintahuan (intelectual curiosity) yang tidak habis-
habisnya mengenai hal yang ditemukan dalam hidupnya. Orang mengatakan : pada
umur 1-7 tahun suka bertanya "mengapa", pada umur 7-17 tahun suka mengajukan
soal "mengapa tidak", dan pada umur 17-70 tahun kita suka berkata "karena". Dengan
perkataan lain, makin menjadi tua, makin kehilangan keingintahuan. Hal demikian

17
menyebabkan kita tidak terdorong untuk mendapatkan pengalaman baru yang
mencari hal-hal yang baru, ini menghambat kreativitasnya.
g. Kaya humor dan fantasi
Kebanyakan orang kreatif memiliki rasa humor yang tinggi dan kaya dengan
fantasi.Mereka mencari yang aneh dan kurang menaruh minat untuk ngatur pikiran,
emosi, dorongan hati, dan gejolak jiwanya.Mereka hidup dalam dunia yang lebih luas
dan penuh berbagai unsur menarik, hal yang demikian dapat mendorong mereka
makin aktif dalam kegiatan kreatif.Kebanyakan hunor dan fantasi tentu tidak selalu
menyenangkan orang, karena kekurangan minat pada pengendalian berpikir,
mengungkapkan emosi, dan menyatakan dorongan hati. Orang kreatif dapat keluar
dari jalur adaptif dan norma yanh ada dalam masyarakat, sehingga sering disebut
kurang sopan dan tidak bisa beradaptasi.
h. Tidak segera menolak ide
Saat diajukan suatu ide atau gagasan pada orang kreatif tidak begitu saja
menolaknya walaupun ia melihat kekurangannya. Ide atau gagasan itu dilihat sevara
menyeluruh dan rinci dengan berbagai pertimbangan, ia mencari segala unsur
menarik dari ide atau gagasan itu dan mengesampingkan kekurangan-kekurangannya.
Orang-orang kreatif memiliki pendirian bukan hanya mendekati masalah dari unsur
positif dan negatifnya, tetapi lebih dari segi menariknya, karena kreativitas justru
lahir dari kemampuan mengembangkan unsur menarik dari suatu ide, gagasan,
penyelesaian, cara, dan kemungkinan baru mengenai masalah tersebut.
i. Arah hidup yang mantap
Orang yang kreatif kebanyakan menampakkan dalam diri mereka sikap
terlibat dalam sesuatu, yakin akan tujuan dan arti hidupnya, dan ada rasa ditakdirkan.
Mereka merasa mendapat kemampuan khusus untuk menyelesaikan suatu tugas hidup
di tempat dan di zamannya.Mereka memandang dirinya unik, tugas yang unik diruang
hidup tertentu.Orang kreatif sungguh-sungguh ada di dalam motivasi untuk terus
berkarya mencapai cita-cita, memenuhi tugas hidup, dan memainkan peranan
menanggung, dan mengatasi kegagalan, dan maju terus pantang mundur untuk meraih
keinginan yang didambakannya.
3. Ciri sampingan

18
Ciri sampingan ini memengaruhi perilaku orang kreatif.Banyak orang kreatif
memiliki ciri yang membuat mereka sulit diterka, sulit bergaul dan hidup dengan mereka,
serta sulit diatur.Ciri ini bukan untuk kreativitas tetapi menjadi efek samping dari
kreativitasnya. Ciri sampingan ini antara lain :
a. Tidak mau tahu jalan pikiran orang lain
Orang kreatif berpikir sendiri, ia tidak ambil pusing mengenai sesuatu yang
dipikirkan orang lain, akibatnya ia tidak peka dengan perasaan orang lain di
sekitarnya. Biasanya, ia kurang memperhatikan adat yang berlaku, tampak aneh, dan
angkuh.
b. Kekacauan psikologis
Orang kreatif lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, tidak
mengendalikan perasaan dan tidak peduli dengan keberadaan orang lain. Memandang
dunia dengan kacamata berbeda dari yang lazim, hidup dengan aturan yang tidak
biasa, bertindak atas dasar perhitungan khusus, dan dapat membawa orang kreatif ke
dunia batin yang penuh dengan angin topan.Hal yang demikian dapat membawa
mereka ke tengah kekacauan psikologis dan dapat mengakibatkan hidup jadi
berantakan, perkawinan hancur, kehilangan pekerjaan, minum-minuman keras,
bahkan bisa melakukan bunuh diri.Orang aneh, suka minum, asosial, dan dengan
sendirinya tidak kreatif.Ciri tadi merupakan akibat dari integritas kepribadian orang
kreatif dan situasi batin yang diakibatkan oleh kreativitas.Ekses negatif dari orang
kreatif tadi dapat diarahkan, dan diatasi dengan refleksi dan olah diri.Kreatif tidak
mesti aneh, orang kreatif dapat juga biasa saja, sopan dan bermasyarakat.

2.3 Hubungan Inteligensi dengan Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu aktivitas berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan


baru, tindakan baru, dan penyelesaian suatu masalah yang baru.Sudah tentu kreativitas
memerlukan peran inteligensi pada tingkatan tertentu, karena ingteligensi maupun kreativitas
merupakan suatu kemampuan intelektual, namun keduannya memiliki dimensi yang berbeda.
Inteligensi lebih dekat dengan berpikir konvergen yaitu mencari dan memilih satu jawaban yang
terbaik atau paling cocok, sedangkan kreativitas lebih dekat dengan dimensi berpikir divergen

19
yang menghasilkan berbagai alternatif jawaban (Hattie dan Rogers,1986). Di dalam proses
kreatif, sudah barang tentu terdapat tahapan-tahapan berpikir konvergen, sehingga sampai saat
ini inteligensi dianggap sebagai variabel penting dalam hubungannya dengan kreativitas.

Penelitian Munandar (1982) menemukan korelasi positif dan signifikan antara inteligensi
dengan kreativitas dengan angka korelasi sebesar 0.53.Suharnan (1998) menemukan angka
korelasi sebesar 0.23, dan hasil penelitian terbaru dari Kuncel, Hezlett, dan Ones (2004)
menemukan korelasi sebesar 0.36.Berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil penelitian
sebelumnya, korelasi antara inteligensi dengan kreativitas bergerak dari tingkat rendah sampai
sedang. Dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki inteligensi tinggi cenderung lebih kreatif
daripada mereka yang memiliki inteligensi rendah, tetapi hal ini tidak berarti bahwa dengan
makin tinggi inteligensi seseorang, maka dengan sendirinya akan menjadikan ia lebih kreatif
daripada yang lain. Hal ini harus disadari mengingat antara inteligensi dengan kreativitas
menunjukkan korelasi yang tidak sempurna (Halpern,1996).

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kreativitas, disamping bermakna untuk pengembangan diri maupun pembangunan


masyarakat, juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan
perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi manusia ( Maslow, 1968 ).
Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek pribadi,
pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi
pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari proses, menurut Torrance ( 1988),
kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang
kekurangan ( masalah ) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan
mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil – hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa
tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai produk kreativitas
menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas, ialah sesuatu yang baru,
orisinalitas, dan bermakna.

Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan


internal maupun eksternal dari lingkungannya. Jadi peranan Intelegensi / kecerdasan setiap orang
sangat mempengaruhi kreativitas, bakat , dan prestasi belajarnya. Seseorang yang Tingkat
intelegensinya (IQ) tinggi belum tentu memiliki kreativitas, bakat, dan prestasi belajarnya tinggi
pula karena setiap individu memiliki motivasi yang berbeda. Tetapi individu yang memiliki IQ
lebih tinggi akan lebih mudah berkreativitas dan meraih prestasi belajar yang tinggi
dibandingkan dengan yang memiliki IQ rendah.

3.2 Saran

Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita dapat menemukan beberapa pengajar yang masih kurang
memperhatikan dalam pengembangan intelegensi anak didiknya, maka dari itu kita sebagai
calon-calon pendidik masa depan harus mempersiapkan sejak dini rencana-rencana pengajaran
yang merujuk pada pengembangan intelegensi sehingga kreativitas anak-anak didik mengalami
kemajuan dimasa yang akan datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011 (diakses melalui
www.psikologiina.ac.id pada 26 November 2017)

Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Fakultas Tarbiyah : IAIN SU, 2011(diakses melalui
www.psikologiina.ac.id pada 26 November 2017)

Candra, I Wayan,dkk,Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan Jiwa,Poltekkes


Kemenkes Denpasar : ANDI, 2017

22

Anda mungkin juga menyukai