Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak teori-teori pembelajaran yang telah


mengalami perubahan. Dari zaman ke zaman perubahan yang di bawa selalu memunculkan
ide-ide yang baru dan berkembang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Teori belajar
berkembang sesuai atau mengikuti perkembangan zaman dan layak digunakan karena lebih
kompleks.

Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia. (Mandela,
Nelson). Di dalam dunia pendidikan, perlu adanya pembaharuan teori-teori belajar sesuai
dengan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan proses peningkatan diri, dengan
didukung oleh sarana dan prasarana yang baik di era globalisasi saat ini justru kita harus
dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Perkembangan teknologi yang semakin
canggih ini pun harus diimbangi dengan belajar. Dengan belajar manusia dapat meningkatkan
kualitas hidupnya karena hidup adalah sebuah proses di mana kita harus terus belajar tanpa
mengenal usia dan kata tua.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan teori belajar Bandura?

1.2.2 Bagaimana fase-fase teori belajar Bandura?

1.2.3 Apa saja jenis-jenis teori belajar Bandura?

1.2.4 Apa perbedaan dan persamaan Teori Bandura dengan Teori Behaviorisme?

1.2.5 Apa saja keunggulan dan kelemahan dari Teori Bandura?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mendeskripsikan tentang teori belajar Bandura.

1.3.2 Untuk mendeskripsikan tentang fase-fase teori belajar Bandura.

1.3.3 Untuk mendeskripsikan tentang jenis-jenis teori belajar Bandura.

1.3.4 Untuk mendeskripsikan tentang perbedaan dan persamaan Teori Bandura


dengan Teori Behaviorisme.

1.3.5. Untuk mendeskripsikan tentang keunggulan dan kelemahan dari Teori


Bandura.

1
1.4 Manfaat

1.4.1 Agar mahasiswa dapat memahami tentang teori belajar Bandura.

1.4.2 Agar mahasiswa dapat memahami tentang fase-fase teori belajar Bandura.

1.4.3 Agar mahasiswa dapat memahami tentang jenis-jenis teori belajar Bandura.

1.4.4 Agar mahasiswa dapat memahami tentang perbedaan dan persamaan Teori
Bandura dengan Teori Behaviorisme.

1.4.5 Agar mahasiswa dapat memahami tentang keunggulan dan kelemahan dari
Teori Bandura.

2
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Teori Bandura

Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang dikembangkan oleh
Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara
selektif dan mengingat tingkah laku orang lain (Arends, 1997:69). Seseorang belajar menurut
teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu
kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman
sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada
orang tersebut untuk mengekspresikan tingkah laku yang dipelajarinya.

Teori kognitif social Bandura (social cognitive theory) menyatakan bahwa faktor-
faktor social dan kognitif serta prilaku berperan penting dalam pembelajaraan. Faktor kognitif
meliputi harapan peserta didik untuk berhasil, faktor social meliputi pengamatan peserta didik
terhadap prilaku orang lain. Bandura mengatakan bahwa ketika peserta didik belajar,
peristiwa belajar tersebut secara kognitif mampu mengubah pengalaman mereka. Teori
pembelajaran sosial terjadi melalui pembelajaran pengamatan, yaitu pembelajaran yang
meliputi perolehan keterampilan, strategi, dan keyakinan dengan cara mengamati orang lain
(model). Jadi pembelajaran pengamatan juga disebut modelling.

Teori Bandura dengan jelas menggunakan sudut pandang kognitif dalam menguraikan
belajar dan perilaku. Melalui kognitif kita berarti Bandura berasumsi tentang pikiran manusia
dan menafsirkan pengalaman mereka. Contoh, Bandura (1977) membantah bahwa belajar
kompleks hanya dapat terjadi ketika orang sadar dari apa yang dikuatkan. Rangkaian kejadian
itu merupakan perilaku ingin yang diikuti oleh penguatan, tetapi Bandura akan membantah
bahwa penguatan seperti itu tidak akan memberikan pengaruh yang kuat pada perilaku.
Anak-anak pertama-tama harus mengerti hubungan antara perilaku yang benar dan peristiwa
penguatan.

2.2 Fase Belajar dari Pemodelan atau Pengamatan

Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengklasifikasi empat fase


belajar dari pemodelan, yaitu fase atensi atau perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase
motivasi.

1. Fase Atensi

Fase pertama dalam belajar pemodelan adalah memberikan perhatian pada suatu
model. Pada umumnya seseorang memberikan perhatian pada model-model yang menarik,
populer, atau yang dikagumi. Dalam pembelajaran guru yang bertindak sebagai model bagi
siswanya harus dapat menjamin agar siswa memberikan perhatian kepada bagian-bagian

3
penting dari pelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyajikan materi pelajaran
secara jelas dan menarik, memberikan penekanan pada bagian-bagian penting, atau dengan
mendemonstrasikan suatu kegiatan. Di samping itu suatu model harus memiliki daya tarik
(Woolfolk, 1993). Misalnya untuk menjelaskan bagian-bagian bola mata guru seharusnya
menggunakan gambar model mata, dengan variasi warna yang bermacam-macam sehingga
bagian-bagian mata tersebut tampak jelas dan siswa termotivasi untuk mempelajarinya.

2. Fase Retensi

Menurut Gredler, (dalam Sudibyo, E. 2001:5), fase ini bertanggung jawab atas
pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam ingatan (memori
jangka panjang). Pengkodean adalah proses pengubahan pengalaman yang diamati menjadi
kode memori. Arti penting dari fase ini adalah bahwa si pengamat tidak akan dapat
memperoleh manfaat dari tingkah laku yang diamati ketika model tidak hadir, kecuali apabila
tingkah laku itu dikode dan disimpan dalam ingatan untuk dipergunakan pada waktu
kemudian.
Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang guru dapat menyediakan waktu
pelatihan, yang memungkinkan siswa mengulang keterampilan baru secara bergiliran, baik
secara fisik maupun secara mental. Misalnya mereka dapat memvisualkan sendiri tahap-tahap
yang telah didemonstrasikan dalam menggunakan busur, atau penggaris sebelum benar-benar
melakukannya.

3. Fase Reproduksi

Dalam fase ini kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya
dari tingkah laku yang baru diamati. Derajat ketelitian yang tertinggi dalam belajar
mengamati adalah apabila tindakan terbuka mengikuti pengulangan secara mental. Fase
reproduksi dipengaruhi oleh tingkat perkembangan individu.
Fase reproduksi mengizinkan model untuk melihat apakah komponen-komponen
urutan tingkah laku sudah dikuasi oleh si pengamat (pelajar). Pada fase ini juga si model
hendaknya memberikan umpan balik terhadap aspek-aspek yang sudah benar ataupun pada
hal-hal yang masih salah dalam penampilan.

4. Fase Motivasi

Pada fase ini si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa
bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh penguatan. Memberikan
penguatan untuk suatu tingkah laku tertentu akan memotivasi pengamat (pebelajar) untuk
berunjuk perbuatan. Aplikasi fase motivasi di dalam kelas dalam pembelajaran pemodelan
sering berupa pujian atau pemberian nilai.

2.3 Jenis-jenis Teori Belajar Bandura

1. Model dan Belajar Observasi

4
Bandura mencatat bahwa penekanan pemahaman Skinner terhadap efek dan
konsekuensi dari perilaku sebagian besar mengabaikan model fenomena perilaku tiruan dan
pengalaman atas nama orang lain, serta belajar dari kegagalan atau kesuksesan yang lain.
Bandura (1986) menganalisis bahwa belajar melalui observasi melibatkan empat tahapan,
yaitu :

a. Attentional phase yaitu fase pertama dalam belajar dengan observasi adalah
memberikan perhatian kepada sebuah model. Secara umum siswa memberikan
perhatian kepada peran atau lakon siapa yang atraktif (berdaya tarik), berjaya,
menarik dan populer.
b. Retention phase yaitu tahap penyimpanan, ketika guru-guru mendapat perhatian
siswa, mereka ingin siswa meniru perilaku saat itu dan kemudian memberikan siswa
kesempatan untuk praktitk atau berlatih.
c. Reproduction, selama fase reproduksi siswa mencoba mencocokkan perilaku mereka
dengan model-model. Di dalam kelas penilaian terhadap belajar siswa dimulai pada
fase ini.
d. Motivational phase yaitu tahap terakhir dari proses belajar observasional adalah
motivasi. Siswa akan meniru sebuah model sebab mereka percaya bahwa
melakukannya akan meningkatkan kesempatan mereka untuk memperkuatnya.

2. Belajar dari Orang Lain (Vicarious Learning)

Meskipun belajar observasional kebanyakan dimotivasi oleh suatu harapan bahwa


peniruan model dilakukan secara benar akan menuntun kepada penguatan, juga penting
dicatat bahwa orang belajar dengan melihat diperkuat atau didisiplinkan pada perilaku yang
berdaya tarik dan meyakinkan (Bandura, 1985).

3. Belajar dengan Observasi (Observational Learning)

Pada beberapa situasi siswa mengamati orang lain bertindak dan berbicara. Mereka
menyaksikan konsekuensi dari aktivitas bertindak itu dengan baik. Obeservasi-observasi
seperti itu menyebabkan model-model strategi mengajar anak untuk digunakan pada waktu
dan tempat tertentu.
Meskipun fokus utama penelitian terhadap belajar obeservasional ditujukan pada
perilaku, studi juga menunjukkan bahwa sikap (attitude) dapat diperoleh melalui observasi
(Miller, 1993).

4. Belajar dengan Pengaturan Sendiri (Self Regulated Learning)

Bandura (1997) menduga bahwa orang mengamati perilaku mereka sendiri,


menilainya dengan standar sendiri, dan memperkuat atau menghukum diri mereka sendiri.
Manusia mempunyai semua pengalaman dari pengetahuan diri sendiri dengan mengabaikan
apa yang dikatakan orang lain. Seperti halnya dengan beberapa keterampilan, keterampilan

5
belajar dengan pengaturan diri sendiri mungkin tetap dibatasi pada satu situasi konteks,
kecuali diterapkan pada beberapa konteks.

2.4 Perbedaan dan Persamaan Teori Bandura dengan Teori Behaviorisme

1. Perbedaan :
Teori Bandura lebih mengutamakan pemodelan dan peniruan sedangkan pada teori
Behaviorisme menggunakan model hubungan Stimulus – Respons (S-R).

2. Persamaan :
Teori pembelajaran sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori
behavioristik. Ini karena teknik permodelan Albert Bandura adalah mengenai
peniruan tingkah laku dan ada kalanya cara peniruan tersebut memerlukan
pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.

2.5 Keunggulan dan Kelemahan Teori Bandura

1. Keunggulan :
Lebih menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui
sistem kognitif orang tersebut.

2. Kelemahan :
Teori Bandura yaitu pada teknik pemodelan (peniruan tingkah laku). Ada kalanya
cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang
ditiru.

BAB III

6
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori belajar sosial Bandura (1965a, 1965b, 1971, 1977) menguraikan kumpulan ide
mengenai cara perilaku dipelajari dan diubah. Penerapan teori ini hampir pada seluruh
perilaku, dengan perhatian khusus pada cara perilaku dipelajari baru diperoleh yang
ditentukan, ketekunan, belajar loncatan ski, dan reaksi psikologis yang datar pada emosi.
Bandura mengklasifikasi empat fase belajar dari pemodelan, yaitu :

1. Fase Atensi : fase pertama dalam belajar pemodelan adalah memberikan perhatian pada
suatu model.

2. Fase Retensi : menurut Gredler, (dalam Sudibyo, E. 2001:5) fase ini bertanggung jawab
atas pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam ingatan
(memori jangka panjang).

3. Fase Reproduksi : dalam fase ini kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang
sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati.

4. Fase Motivasi : pada fase ini si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab
mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh penguatan.
Selain itu, ada pula jenis-jenis belajar menurut teori belajar Bandura :
1. Model dan Belajar Observasi Bandura (1986) menganalisis bahwa belajar melalui
observasi melibatkan empat tahapan, yaitu :
a. Attentional phase
b. Retention phase
c. Reproduction
d. Motivational phase

2. Belajar dari Orang Lain (Vicarious Learning), orang belajar dengan melihat diperkuat atau
didisiplinkan pada perilaku yang berdaya tarik dan meyakinkan (Bandura, 1985).
3. Belajar dengan Observasi (Observational Learning), studi juga menunjukkan bahwa sikap
(attitude) dapat diperoleh melalui observasi (Miller, 1993).
4. Belajar dengan Pengaturan Sendiri (Self Regulated Learning), Bandura (1997) menduga
bahwa orang mengamati perilaku mereka sendiri, menilainya dengan standar sendiri, dan
memperkuat atau menghukum diri mereka sendiri.
Ada pun perbedaan teori Bandura dan Teori Behaviorisme :
1. Perbedaan : teori Bandura lebih mengutamakan pemodelan dan peniruan sedangkan
pada teori Behaviorisme menggunakan model hubungan Stimulus – Respons (S-R).
2. Persamaan : teori pembelajaran sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam
teori behavioristik. Ini karena teknik permodelan Albert Bandura adalah mengenai
peniruan tingkah laku dan ada kalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan
dalam mendalami sesuatu yang ditiru.

7
Teori Bandura juga memiliki kelemahan dan kelebihan, anatara lain :
1. Keunggulan : lebih menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan
melalui sistem kognitif orang tersebut.
2. Kelemahan : teori Bandura yaitu pada teknik pemodelan (peniruan tingkah laku). Ada
kalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang
ditiru.

3.2 Saran

Penulis menyarankan kepada seluruh pembaca agar dapat mengikuti perkembangan


teori belajar dengan baik karena dengan memahami teori belajar dengan baik, maka akan
memudahkan kita dalam proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai