Anda di halaman 1dari 12

Kognisi Sosial

• 1.
A. ESENSI TEORI
• Definisi Belajar sosial (social kognitif) adalah
perilaku dibentuk melalui konteks sosial.
Perilaku dapat dipelajari baik, sebagai hasil
reinformecement maupun reiforcement.
• 1. Determinis resiprokal
• Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku
manusia dalam bentuk interaksi timbal balik
yang terus menerus antara determinan kognitif,
behavioral dan lingkungan.
2. Tanpa Reinforcement
Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan
mengamati dan kemudian mengulang apa yang
dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada
reinforsement yang terlibat, berarti tingkah laku
ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan
pokok teori belajar sosial.
3. Kognisi dan Regulasi diri
Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi
yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation),
mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur
lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan
konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.
C. DINAMIKA KEPRIBADIAN
Menurut Bandura, motivasi adalah konstruk kognitif yang mempunyai dua
sumber, gambaran hasil pada masa yang akan datang (yang dapat
menimbulkan motivasi tingkah laku saat ini), dan harapan keberhasilan
didasarkan pada pengalaman menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan antara.
Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab belajar. Namun orang
juga dapat belajar dengan penguat yang diwakilkan (vicarious reinforcement),
penguat yang ditunda(expectation reinforcement), atau bahkan tanpa penguat
(beyond reinforcement):
1.Penguatan Vikarius (vicarious reinforcement): mengamati orang lain yang
mendapat penguatan, membuat orang ikut puas dan berusaha belajar gigih
agar menjadi seperti orang itu.
2.Penguatan yang ditunda (expectation reinforcement): orang terus menerus
berbuat tanpa mendapat penguatan, karena yakin akan mendapat penguatan
yang sangat memuaskan pada masa yang akan datang.
3.Tanpa penguatan (beyond reinforcement): belajar tanpa ada reinforsemen
sama sekali, mirip dengan konsep otonomi fungsional dari Allport.
Dampak Belajar
Konsekuensi dari suatu respons mempunyai tiga fungsi:
Pemberi informasi: memberi informasi mengenai dampak dari tingkah laku
informasi ini dapat disimpan untuk dipakai membimbing tingkah laku pada
masa yang akan datang.
Memotivasi tingkah laku yang akan datang: Menyajikan data sehingga
orang dapat membayangkan secara simbolik hasil tingkah laku yang akan
dilakukannya, dan bertingkah laku sesuai dengan peramalan-peramalan
yang dilakukannya.
Penguat tingkah laku: Keberhasilan akan menjadi penguat sehingga
tingkah laku menjadi diulangi, sebaliknya kegagalan akan membuat tingkah
laku cenderung tidak diulang.
PSIKOPATOLOGI
Fobia: Perasaan takut yang sangat kuat dan
mendalam, sehingga berdampak buruk
terhadap kehidupan sehari-hari seseorang.
G. METODOLOGI
Bandura banyak meneliti masalah dunia nyata
dalam laboratorium.Bandura mengembangkan
microanalytic approach: riset yang
mementingkan asesmen yang ditil sepanjang
waktu untuk mencapai keselarasan antara
persepsi diri dengan tingkah laku pada setiap
tahap performasi tugas. Teknik ini cocok untuk
strategi penelitian yang melacak perubahan
setiap saat, penelitian yang menganalisis
proses, bukan hasil.
Atribusi Sosial
a. Sejarah Teori Atribusi
Teori atribusi dari Harold Kelley adalah teori
atribusi yang paling terkenal diantara teori
atribusi lainnya. Teori atribusi diperkenalkan
oleh Fritz Heider (1958) pertama kali mengenai
atribusi kausalitas. Atribusi merupakan proses
menyimpulkan motif, maksud, dan karakterisik
orang lain dengan melihat pada perilakunya
yang tampak.
b. Teori Atribusi dan Konsistensi Sikap
( Attitude Consistency and Attribution Theory)
Fritz Heider
Fritz Heider (1946, 1958), seorang psikolog
bangsa Jerman mengatakan bahwa kita
cenderung mengorganisasikan sikap kita,
sehingga tidak menimbulkan konflik.

Contohnya, jika kita setuju pada hak seseorang


untuk melakukan aborsi, seperti juga orang-
orang lain, maka sikap kita tersebut konsisten
atau seimbang (balance).
Teori Atribusi Kausal dari  Harold Kelley
Menurut Kelley, dalam upaya menjawab pertanyaan mengapa dalam perilaku
orang lain, kita memusatkan perhatian pada hal yang berhubungan dengan tiga
sumber informasi penting, yaitu:
1.      Konsensus (consensus)- derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap
stimulus atau peristiwa tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Makin
tinggi proporsi orang yang bhereaksi serupa dengannya, makin tinggi
konsensusnya.
2.      Konsistensi (consistency ) – derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap
suatu stimulus atau suatu peristiwa yang sama pada waktu yang berbeda.
3.      Distingsi ( distinctiveness )- derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap
berbagai stimulus atau peristiwa yang berbeda – beda.
d. Teori Interferensi Terkait (Correspondence
Inference Theory) Jones and Davies
Menurut Jones & Davies, seseorang
mengobservasi perilaku orang lain kemudian
menarik kesimpulan tentang disposisi
kepribadian orang lain tersebut. Teori ini
membicarakan tentang bagaimana kita
menarik kesimpulan tentang sifat kepribadian
orang lain melalui observasi terhadap perilaku
orang tersebut. Sifat kepribadian tersebut
(disposisi) diasumsikan kehadirannya stabil
pada diri orang itu dan berlaku dari satu situasi
ke situasi lainnya.
Penilaian Jones dipengaruhi oleh faktor:
·         Kekuatan lingkungan
·         Efek tingkah laku aktor pada pengamat
(Hedonis Relevances and Personalism)
·         Harapan tentang tingkah laku tersebut
·         Hasil yang unik
 
 

Anda mungkin juga menyukai