Anda di halaman 1dari 22

PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

PENGERTIAN PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

Psikologi industri dan organisasi merupakan hasil perkembangan psikologi


umum, psikologi eksperimen dan psikologi khusus di mana penerapannya secara
luas di bidang industri berlangsung sekitar tahun 1930-an. Sampai Perang Dunia
ke-2 psikologi industri (belum ada tambahan organisasi) kegiatan utamanya
menerapkan metode, fakta dan prinsip-prinsip psikologi pada manusia sebagai
tenaga kerja. Baru sejak perang dunia ke-2 psikologi industri dan organisasi
menjadi ilmu mandiri dengan kegiatannya.

1. melaksanakan penelitian ilmiah dalam kaitannya dengan peran atau perilaku


manusia dalam organisasi dan organisasi itu sendiri;
2. mengembangkan teori-teori dan menguji kebenarannya;
3. menerapkan penemuan-penemuan baru.

Dengan kegiatan-kegiatan tersebut, psikologi industri dan organisasi


merupakan keseluruhan pengetahuan yang berisi fakta, aturan, dan prinsip-prinsip
tentang perilaku manusia di bidang pekerjaan.

Sehubungan dengan kegiatan-kegiatan tersebut maka psikologi industri


dan organisasi perlu diupayakan penggunaannya untuk kepentingan dan
kemanfaatan semua pihak yang terkait dan harus diupayakan agar dalam
penerapannya tidak terjadi penafsiran yang keliru.

Psikologi industri dan organisasi adalah ilmu yang mempelajari perilaku


manusia dalam perannya sebagai tenaga kerja dan konsumen baik secara
perorangan maupun secara kelompok.

Yang dimaksud dengan perilaku adalah segala kegiatan yang dilakukan


oleh manusia, baik yang dapat diamati secara langsung (perilaku terbuka) seperti
berjalan, berbicara, dan lain-lain maupun yang tidak dapat diamati secara
langsung (perilaku tertutup) seperti berpikir, motivasi, dan lain-lain.
1

1
Di Indonesia sendiri, psikologi industri dan organisasi perkembangannya
masih terbatas pada kegiatan, terutama yang menerapkan temuan-temuan dari
psikologi pada umumnya, psikologi industri dan organisasi pada khususnya, dan
dalam industri dan organisasi.

Sebagaimana dikemukakan dalam psikologi industri dan organisasi


perilaku manusia dipelajari dalam perannya sebagai tenaga kerja dan sebagai
konsumen.

Sebagai tenaga kerja, perilaku dipelajari di dalam lingkungan kerja, di


dalam melaksanakan tugas pekerjaannya, saling pengaruh dalam hubungan
tersebut, sejauhmana tenaga kerja sesuai dengan pekerjaannya.

Sebagai tenaga kerja manusia menjadi anggota organisasi industrinya,


sebaliknya sebagai konsumen manusia menjadi pemakai (user) dari produk jasa
dari organisasi industri. 

Selain daripada itu manusia dipelajari secara perorangan dan kelompok.


Dalam hubungan unit-unit organisasi, struktur, pola dan jenis organisasi dipelajari
bagaimana dampaknya terhadap perilaku seorang tenaga kerja, dan sebaliknya.

Dari temuan-temuan yang ada maka didapat data-data antara lain:

1. adanya teori-teori, aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan


kembali ke dalam kegiatan-kegiatan industri dan organisasi untuk kepentingan
tenaga kerja, konsumen dan organisasinya.
2. terkumpul data bahwa tidak setiap manajer berhasil dalam pelaksanaan tugas
pekerjaannya.
3. beda utama antara manajer yang berhasil dengan manajer yang kurang
berhasil terletak pada kecepatan dan ketepatan memecahkan masalah dan
mengambil keputusan.

Temuan-temuan yang didapat ini dapat digunakan untuk mengembangkan


tes-tes, latihan-latihan bagi calon-calon manajer dan seleksi para calon manajer.

2
WAWASAN PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

Dengan berkembangnya psikologi menjadi ilmu yang mandiri di mana


wawasannya semakin luas, maka kegiatannya tidak hanya menerapkan metode,
fakta dan prinsip-prinsip dari psikologi pada manusia sebagai tenaga kerja,
melainkan melaksanakan juga penelitian dalam upaya menjawab pertanyaan dasar
tentang manusia dalam organisasi serta organisasi itu sendiri. Dengan meluasnya
wawasan tersebut maka namanya menjadi Psikologi Industri dan Organisasi. 

Yang dimaksud dengan organisasi adalah: 

 Organisasi formal, yang tujuan utamanya 

- mencari keuntungan dari hasil produksi dan jasa; 

- bukan mencari keuntungan, misalnya lembaga pendidikan, Rumah Sakit,


dan sebagainya.

 Organisasi sebagai Suatu Sistem

Sistem merupakan suatu tata tingkat: artinya sistem berinteraksi


dengan sistem lainnya dan membentuk suatu supra sistem. Suatu sistem terdiri
dari dua atau lebih subsistem yang saling berinteraksi dan masing-masing
subsistem terdiri dari sistem yang lebih kecil yang saling berinteraksi;
demikian seterusnya. Dalam hal organisasi (industri), juga merupakan suatu
sistem yang terdiri dari subsistem, yaitu satuan kerja yang besar (misalnya
divisi atau urusan).

- Satuan kerja yang besar ini terdiri dari satuan-satuan kerja yang lebih
kecil, misalnya bagian,

- Bagian terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi misalnya seksi dan
seterusnya, sampai ke satuan kerja yang terkecil, yaitu tenaga kerja.

3
KONDISI KERJA DAN PEREKAYASAAN MANUSIA

PENDAHULUAN

Pada bahasan kali ini akan dibahas mengenai rancangan yang berkaitan
dengan proses interaksi antara tenaga kerja dan lingkungan kerjanya. Yang
meliputi peralatan kerja dan prosedur kerja. Rancangan tersebut dikenal dengan
istilah psikologi kerekayasaan atau istilah lainnya adalah kerekayasaan faktor-
faktor dari manusia, kerekayasaan manusia, biomekanika, ergonomika,
psikoteknologi, dan psikologi eksperimen terapan.

PENGERTIAN

Setelah kita membahas tentang seleksi dan penempatan serta diadakan


pelatihan dan pengembangan. Pada bab ini kita akan membahas tentang proses
interaksi manusia dengan lingkungan kerjanya atau pengaruh timbal balik dari
berbagai kondisi kerja dengan tenaga kerjanya dan rancangan pekerjaan (meliputi
peralatan kerja, prosedur kerja), rancangan ruang kerja yang disesuaikan dengan
keterampilan dan keterbatasan manusia atau tenaga kerja. Ancangan di atas
dikenal dengan psikologi kerekayasaan.

Psikologi kerekayasaan dikenal sebagai psikologi kerekayasaan


(engineering psychology)

Menurut Chapanis (1976: 698), psikologi kerekayasaan terutama


memperhatikan penemuan dan penerapan informasi tentang perilaku manusia
dalam kaitannya dengan mesin-mesin, peralatan, pekerjaan dan lingkungan kerja.

Chapanis mengatakan bahwa kerekayasaan faktor-faktor manusia pada


umumnya dipandang sebagai satu istilah umum untuk bidang yang
memperhatikan:
 Unjuk kerja (performance), prilaku manusia, dan pelatihan dalam sistem
mesin manusia.
4

4
 Rancangan dan pengembangan dari sistem-sistem mesin manusia.
 Penelitian medis dan biologis yang berkaitan dengan sistem.
Dipandang dari sudut ini maka kerekayasaan faktor-faktor manusia
menarik sumbangan sebagian dari ilmu-ilmu manusia seperti anatomi,
antropometri, fisiologi terapan, kesehatan lingkungan, sosiologi dan toksikologi,
dan sebagian lagi dari kerekayasaan, seperti rancangan industrial dan riset operasi.

Tugas psikolog kerekayasaan psikologi ialah mengubah:

 Mesin-mesin dan alat-alat yang digunakan manusia dalam pekerjaannya, atau


 Lingkungannya tempat ia bekerja, untuk membuat pekerjaaanya lebih sesuai
bagi manusia.

Singleton (1972) memiliki pandangan yang serupa dengan Chapanis dalam


arti bahwa ergonomika teknologi dari rancangan kerja didasarkan pada ilmu-ilmu
biologi manusia: anatomi, fisiologi dan psikologi.

Mc Cormick (1970) tentang kerekayasaan fakto-faktor manusia (yang


diangga sama dengan psikologi kerekayasaan) yaitu:

Sasaran dari kerekayasaan faktor-faktor manusia ialah menunjang atau


menggalakkan efektivitas penggunaan dari objek-objek fisik dan fasilitas-
fasilitasyang digunakan orang dan untuk memelihara atau menunjang nilai-nilai
manusia tertentu yang baik (desirable) dalam proses ini (mis: kesehatan,
keselamatan dan kepuasan).

Tujuan dari penerapan psikologi kerekayasaan adalah membantu dalam


merancang peralatan kerja, tugas-tugas yang harus dikerjakan, tempat kerja, dan
lingkungan kerja menjadi suatu kondisi yang merangsang kemampuan kerja dan
meminimal keterbatasan kerja karyawan. Rancangan ini melingkupi ; kinerja
karyawan, pengembangan alat dan sistem kerja, meneliti tentang efek medis
biologis dari tugas dan peralatan kerja terhadap kinerja.

Psikologi kerekayasaan memandang tenaga kerja sebagai suatu konstanta


psikologis dan biologis yang mempunyai kecakapan dan keterbatasan-
keterbatasan karena pembawaan.

5
Erat hubungannya dengan psikologi kerekayasaan adalah rekayasa faktor-
faktor manusia. Ancangan rekayasa faktor-faktor manusia adalah penerapan
sistem dari informasi yang relevan tentang ciri-ciri dan perilaku manusia pada
rancangan/disain dari benda-benda yang digunakan orang, pada metode
penggunaannya dan untuk merancang lingkungan tempat orang bekerja dan hidup.
Sasaran dari kerekayasaan faktor-faktor manusia adalah menunjang atau
menggalakkan efektivitas penggunaan objek-objek fisik dan fasilitas-fasilitas yang
digunakan orang dan untuk memelihara atau menunjang nilai-nilai kemanusiaan
tertentu, yang dalam proses ini ingin dipuaskan.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa keekayasaan (faktor-faktor)


manusia dapat dianggap sebagai proses merancang untuk penggunaan manusia.

PENDAHULU PSIKOLOGI KEREKAYASAAN

a) Manajemen ilmiah, 
Dikembangkan oleh Frederick W. Taylor, yang menekankan pada
efisiensi dalam melaksanakan tugas pekerjaannya yang membuat berbagai
macam peralatan yang disesuaikan dengan bentuk dan fungsi anggota badan.
Contohnya: dibuat sekop-sekop untuk tenaga bangunan
b) Analisis waktu dan gerak, 
Pendahulu yang lain ialah Gilbreth dengan therblig-nya (simbol-
simbol dari berbagai macam gerak) yang diciptakan dalam rangka kajian atau
analisis waktu dan gerak (time and motion analysis).Melalui analisis waktu
dan gerak Gilbreth dan rekan-rekannya sampai pada penyederhanaan kerja dan
pembakuan kerja (work simplification and work standardization).
Gilbreth menekankan pada gerakan yang perlu dilakukan untuk
mencapai pelaksaan kerja dalam waktu yang lebih cepat. Menganalisa gerak
tangan dan lengan dari tukang pasang batu tenbok untuk mengurangi “gerak
yang tidak perlu”. Karena dalam bekerja ditemukan banyaknya gerakan-
gerakan yang tidak perlu ditampilkan yang akan membuat penyelesaian kerja
menjadi semakin lama. Sehingga perlu diberikan penyederhanaan dan
pembakuan kerja.

6
c) Kondisi kerja (eksperimen tentang lingkungan kerja fisik),
Penelitian lain yang merupakan pendahulu psikologi kerekayasaan
ialah penelitian eksperimental yan dilakukan tentang lingkungan kerja fisik.
Penelitian di Hawthorne, dekat Chicago (Amerika Serikat), yang dilakukan
oleh para ilmuan dari Harvard University di pabrik yang besar dari Western
Electric Company bertujuan untuk mengetahui dampak dari cahaya
penerangan terhadap produktivitas. Dari hasil-hasil penelitian ditemukan
bahwa produktivitas bukan hanya merupakan gejala keteknikan saja, tapi juga
merupakan gejala sosial. Disini menekankan pada efek kondisi kerja terhadap
produktivitas tenaga kerja, seperti efek pencahayaan, dan lain-lain.

KONDISI KERJA

1. Kondisi Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal dari fasilitas parkir diluar
gedung perusahaan, sampai lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah
cahaya dan suara yang menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga
kerja. Rancangan kantor memberikan pengaruh pada produktivitas juga.

Contohnya: lapangan parkir yang sempit  dapat menimbulkan


kejengkelan tenaga kerja dan tamu perusahaan dan terbawa pada pekerjaannya
sehingga dapat merugikan perusahaan. Lalu lokasi kerja yang jauh
menyebabkan ketidakdisiplinan kerja dan turunya produktifitas.

a) Iluminasi (penerangan)

Beberapa fisik yang harus diperhatikan dalam iluminasi adalah


kadar (intensity) cahaya, distribusi cahaya dan sinar yang menyilaukan.
Kadar cahaya tergantung kebutuhan pekerjaan yang sedang dilakukan.

Mencakup tentang pencahayaan agar tidak memberikan efek gelap,


silau yang berasal dari cahaya atau dari pantulan cahaya pada benda-benda
yang berkilau yang akan berdampak pada kinerja.

7
Faktor yang lain dari iluminasi ialah distribusidari cahaya dalam
kamar atau daerah kerja. Distribusi cahaya yang ideal pada ruang kerja
adalah jika cahaya dapat didistribusikan secara merata pada keseluruhan
lapangan visual, (kadar cahaya yang lebih besar (sinar yang menyilaukan)
dari daerah yang mengelilinginya akan menyebabkan kelelahan/
ketegangan mata (eyestrain) setelah jangka waktu tertentu, sinar yang
menyilaukan dapat ditimbulkan dari sumber cahayanya sendiri dan dari
barang-barang yang memiliki pemantulan sinar yang tinggi). Penelitian
menunjukkan bahwa silau mneimbulkan kesalahan dalam kerja rinci
selama waktu 20 menit, selain itu sialu menyebabkan ketegangan dan
mengaburkan pandangan.

b) Warna

Banyak orang memberikan makna yang tinggi kepada penggunaan


warna atau kombinasi warna yang tepat untuk ruanga-ruangan di rumah, di
kantor, dan di pabrik. Hal ini tidaklah berarti bahwa warna tidak
mempunyai warna dalam pekerjaan.

Warna erat kaitannya dengan iluminasi yaitu penggunaan warna


pada ruangan dan peralatan kerja.

Warna Efek jarak Efek suhu Efek psikis

Biru Jauh Sejuk Menenangkan

Hijau Jauh Sangat sejuk Sangat menenangkan

Merah Dekat Panas Sangat mengganggu

Orange Sangat dekat Sangat panas  merangsang

Warna digunakan untuk memberikan fungsi sebagai simbol


tertentu (merah artinya bahaya), menghindari ketegangan mata (efek
pantulan cahaya dari warna), untuk menciptakan ilusi tentang luas dan
suhu ruangan (oranye jarak ruang sangat dekat dan efek suhu sangat
panas).

8
Warna dapat digunakan sebagai:

 Alat sandi atau coding device (Schultz, 1982), atau sebagai pencipta
kontras warna (Suyatno, 1985).
 Upaya menghindari timbulnya ketegangan mata(Schultz, 1982).
Setiap warna berbeda dalam kemampuan pantulan cahayanya.
 Alat untuk menciptakan ilusi tentang besarnya dan suhunya ruangan
kerja (Schultz, 1982), yang memiliki efek psikologis (Suyatno, 1985).
c) Bising(noise)

McCormick menggabungkan aspek bunyi yang tidak diinginkan


dengan batasan dari Burrows dengan mengatakan bahwa tampaknya
masuk nalar dengan mengatakan bahwa bising yang merupakan suara atau
bunyi yang tidak diiginkan, yang mengganggu dan menjengkelkan yang
tidak ada hubungannya dengan informasi dengan tugas atau aktivitas yang
dilakukan (misalnya jika sedang rapat maka suara yang keras dari orang
yang tidak ikut rapat dianggap bising). Menurut Schultz (1982) seorang
pekerja yang sehari-hari mendengar bunyi pad tingkat 80 desibel ke atas
untuk jangka waktu yang lama pasti akan menderita kehilangan
pendengaran tertentu.

Bising dapat menyebabkan kita mudah marah, gelisah, tidak bisa


tidur, tingkat-tingkat kebisingan suara tertentu dapat menyebabkan
ancaman bagi pendengaran. Tingkat-tingkat kebisingan tertentu dapat
menimbulkan kehilangan pendengaran secara sementara tetapi dapat pula
menimbulkan kehilangan pendengaran secara permanent.

Satuan dasar untuk mengukur tinggak kebisingan itu adalah decibel


(db), akibat yang ditimbulkan dari tinggat kebisingan yang tinggi adalah

 Timbulnya perubahan fisiologis, bising pada 95-110 desibel,


menyebabkan penciutan pembuluh darah, perubahan detak jantung
atau sakit jantung, dilatasi dari pupil-pupil mata dan bising yang keras

9
dapat meningkatkan tekanan darah dan dapat ikut mengakibatkan sakit
jantung juga dapat meningkatkan ketegangan otot
 Adanya dampak psikologis, bising dapat mengganggu kestabilan
emosional. Mereka yang bekerja dalam lingkungan yang ekstrem
bising lebih agresif, penuh curiga, dan cepat jengkel dibandingkan
dengan mereka yang bekerja dalam lingkungan yang lebih sepi.

McCormick menyimpulkan bahwa terdapat ‘’bukti’’ bahwa bising:

1) Menghasilkan penurunan pada prestasi kerja.


2) Tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja.
3) Menghasilkan peningkatan pada prestasi kerja.

Pengurangan tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan cara:

1) Mengurangi bunyi mesin, dengan cara membuat mesin-mesin yang


lebih halus suaranya, dengan meredam suara dari mesin-mesin.
2) Memasang dinding yang kedap suara.
3) Mengharuskan para karyawan memakai alat pelindung pendengaran,
misalnya dengan menggunakan kapas penutup telinga,atau lat penutup
telinga (ear plugs).

Pihak perusahaan harus tetap mengusahakan suatu pengurangan


dari tingkat kebisingan, dengan cara mengurangi bunyi mesin dengan cara
membuat mesin yang lebih halus suaranya atau dengan meredam suara
mesin, memasang dinding yang kedap suara atau dengan mewajibkan para
karyawan memakai alat pelindung pendengaran.

d) Musik dalam bekerja

Sebagaimana halnya dengan warna, banyak yang berpendapat


bahwa musik yang mengiringi kerja dapat meningkatkan produktivitas
karyawannya. Hasil penelitian tidak menunjukkan hasil yang tegas tentang
hal ini. Pada umumnya para tenaga kerja bekerja dengan perasaan senang,
bekerja lebih keras, tidak banyak absen, dan kurang merasa lelah pada
akhir hari kerja

10
Memperdengarkan musik pada saat bekerja memiliki pengaruh
yang positif dan negative. Hal tersebut tergantung dengan jenis
pekerjaannya. Akan berpengaruh positif bila diterapkan pada pekerjaan
yang sederhana, rutin dan monoton, sedangkan akan berdampak negative
bila diterapkan pada pekerjaan yang lebih membutuhkan konsentrasi yang
tinggi dan jenis pekerjaan majemuk.

Jenis musik klasik memberikan dampak yang kurang baik, pada


umumnya jenis musik ringan yang dimainkan dengan instrument saja
(instrumentalia) yang digunakan sebagai musik pengiring kerja.

Suyatno (1985), berpendapat bahwa musik pengiring kerja harus


disesuaikan dengan pertimbangan sebagai berikut:

 Musik dalam bekerja harus menciptakan suasana akustik yang


menghasilkan efek yang menguntungkan pikiran
 Musik akan bernilai sekali pada pekerja tangan pada pekerjaan repetitif
dan pekerjaan lain yang hanya memerlukan sedikit kegiatan mental.
 Musik tidak akan bernilai tinggi bila ada suara / bunyi lain yang lebih
keras
 Musik bernada meriah diperdengarkan secara singkat pada saat
memulai pekerjaan akan meningkatkan gairah dan diakhir pekerjaan,
dan empat kali masing-masing selama setengah jam diperdengarkan
musik ringan ditengah hari.
 Tempo waktu jangan terlalu lambat tetapi juga jangan terlalu cepat.

2. Kondisi Lama Waktu Kerja

a) Jam Kerja

Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang menarik


antara jam-jam kerja nominal dan aktual. Jika jam kerja nominal ditambah
maka jam kerja aktual malahan menurun. 

Jumlah jam kerja di Indonesia dalam satuan minggu rata-rata 40


jam per minggu, dapat dibagi menjadi 6 hari atau 5 hari kerja. Meskpiun

11
jumlah jam kerja tersebut sudah banyak yang menggunakannya, tetapi
bukan jaminan bahwa jam kerja itu adalah baik. Dari hasil kajaian
ditemukan bahwa tidak lebih dari 20 jam yang benar-benar digunakan
untuk bekerja (dari 37,5 jam kerja).

b) Kerja Paro Waktu Tetap

Kerja paro waktu para pekerja ini biasanya mengahabiskan jam


kerjanya sebanyak 20 jam, untuk mengisi kekosongan waktu, terkait
dengan usia, dan tidak adanya kesediaan untuk bekerja dalam waktu yang
lama.

Menurut Schultz (1982) mempekerjakan paro waktu menarik bagi:

 Orang-orang yang bertanggung jawab atas urusan rumah tangga.


 Orang-orang yang cacat jasmaniah, yang menghadapi masalah
mobilitas yaitu masalah pergi dan pulang dari tempat kerja.
 Orang-orang yang sedang mengalami krisis usia tengah baya.
 Orang-orang yang memang tidak bersedia bekerja selama 40 jam per
minggu kerja di kantor atau di pabrik.

Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah para tenaga kerja


yang menyukai gaya hidup lentur, yang dimungkinkan dengan bekerja
paro waktu, dan yang masuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
telah menjalani usia pension (karena dapat meningkatkan pendapatan dan
dapat memnuhi kebutuhan akan aktivitas). Pekerjaan ini juga diminati oleh
ibu-ibu rumah tangga yang ingin bekerja tetapi berjalan seimbang dengan
pekerjaan rumah tangga. Selain itu orang cacat jasmani (yang
mengahadapi masalah waktu pergi dan pulang pada pekerjaan) dan orang-
orang yang tidak bersedia bekerja full-time. Mereka senang dengan
peluang untuk bekerja paro-waktu karena, disamping mendapatkan
tambahan penghasilan, dapat memenuhi kebutuhan mereka akan aktivitas
yang bermakna.

12
c) 4 Hari Perminggu Kerja

Dari hasil penelitian pada perusahaan, 4 hari seminggu kerja lebih


dapat meningkatkan produktivitas dan efiensi pekerja dan mengurangi
jumlah absensi tenaga kerja. Dari hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa, secara keseluruhan, penerapan 4 hari kerja per minggu pada
kebanyakan kasus (perusahaan) meruakan suatu keberhasilan, namun
bukan tanpa kritik. Ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya sedikit
penuruna dari penerapan 4 hari kerja per minggu, digantikan dengan
pengaturan waktu kerja yang lain, yaitu jam-jam kerja lentur.  Jadi dalam 4
hari kerja tetap dengan 40 jam tetapi ada juga yang 36 jam.

d) Jam Kerja Lentur

Amerika dan Jerman, waktu kerja yang ditetapkan adalah 4 hari


perminggu, karyawan dapat melappor kerja antara jam 7:30-09.00 dan
pulang antara pukul 16.00-17.30. dengan kata lain tenaga kerja bekerja
minimal 6,5 jam/ hari dan maksimal 9,5 jam/hari. Penetapan berapa
lama  setiap pekerja akan bekerja tergantung perorangan dalam setiap
bagian atau seksi.

Penerapan jam kerja lentur ternyata berhasil dan memberi beberapa


keuntungan terutama masalah kemacetan lalu lintas pada jam-jam sibuk
jauh lebih berkurang, malah pada kasus-kasus tertentu sudah tidak
merupakan masalah lagi, dan karyawan akan merasa senang dan tenang
memulai kerja. Penerapan system ini sangat sulit ditetapkan pada system
kerja shift (karena ada keterkaitan dengan tenaga kerja lainnya)

Hasil penelitian pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan


jadwal jam kerja lentur menunjukkan keuntungan berikut:

 Produktivitas naik pada hampir separo dari perusahaan-perusahaan.


 Angket absensi berkurang pada lebih dari 75% dari perusahaan-
perusahaan.
 Keterlambatan datang berkurang 84% dari perusahaan-perusahaan.

13
 Angka keluar masuk tenaga kerja berkurang pada lebih dari 50% dari
perusahaan-perusahaan.
 Semangat kerja tenaga kerja meningkat pada hampir semua
perusahaan.

Keuntungan bagi tenaga kerja sangat banyak, contohnya: adanya


peningkatan produktivitas, absensi dan keterlambatan berkurang, turn-
over berkurang, semangat kerja meningkat, bebas dari aturan waktu,
adanya waktu untuk belanja, mampu menepati janji, tidak mungkin datang
terlambat, dapat memanfaatkan cuaca yang bagus, dapat menyesuaikan
jam-jam kerja apabila tidak enak badan, mengurangi konflik antara kerja
dan keluarga.

SISTEM MESIN-MANUSIA

Adalah system dimana kedua komponen (mesin dan manusia) harus


bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaannya. Masing-masing komponen tidak
akan ada artinya apabila tidak ada komponen lain sebagai pelengkapnya. Ada dua
system mesin-manusia yaitu system ikal-terbuka dan system ikal-tertutup

i. Sistem ikal-terbuka (open-loop)

Yaitu suatu masukan memasuki system tertentu, membuat suatu


mekanisme kendali bekerja dan terjadilah suatu kegiatan tertentu. System ini
dioperasikan dengan kendali kerja. Contoh: system alat pengaman kebakaran,
masukan: derajat panas dalam ruangan, jika suhu panas melampaui batas
tertentu, panasnya akan melelehkan sumbat tembaga dalam pipa air dan
membiarkan air keluar, setelah suhu ruangan kembali normal system ini tidak
akan berhenti dengan sendirinya tetapi harus dibantu oleh operator manusia.

ii. System ikal- tertutup (closed-loop)

Merupakan system yang dapat manusia atur sendiri. Contoh: AC


dengan alat thermostat. istem mesin manusia yang ber-ikal-tertutup lebih
efisien dari pada sistem ber-ikal-terbuka.

14
Tugas dalam merancang sistem mesin manusia ialah guna menentukan
cara yang paling efektif untuk menyajikan keterangan kepada operator manusia
dengan menggunakan peragaan penglihatan, peragaan pendengaran atau peragaan
perabaan.

       Tugas lain dalam merancang sistem mesin manusia ialah untuk merancang
ruang kerja (work space)

Sistem mesin-manusia, secara umum digambarkan  prosesnya sebagai


berikut:

1) Tenaga kerja menerima masukan dalam bentuk perintah atau instruksi,


informasi diterima dari indra penglihatan dan pendengaran, serta bahan yang
diperlukan.

2) Masukan diolah, terjadi proses berfikir, pemecahan masalah dan pengambilan


keputusan

3)  Tenaga kerja melaksanakan perintahnya, melaksanakan tugasnya dengan


mengoprasikan alat atau mesin dengan menggunakan alat-alat operasi atau
kendali seperti tombol atau hendel dll.

4)  Mesin melakukan apa yang ia lakukan

5)  Lewat peraga penglihatan/ peraga pendengaran dapat diketahui bagaimana


mesin berfungsi (mengevaluasi kinerja mesin yang dioperasikan). Hasil kerja
mesin merupakan keluaran sedangkan bagaimana mesin bekerja merupakan
masukan.

Jadi yang perlu diperhatikan adalah apakah keterangan dalam alat peraga
dapat ditangkap dengan tepat dan cermat oleh operator manusia. System mesin-
manusia juga digunakan untuk merancang ruang kerja dengan berdasarkan prinsip
ekonomi atau penghematan gerak serta dari ukuran struktur fisik dari badan
manusia.

15
Schult memberikan 3 prinsip umum dalam rancangan ruang kerja, yaitu:

- Semua bahan, peralatan dan persediaan harus terletak berurutan sesuai dengan
tingkat penggunaannya
- Alat-alat harus diletakkan sedemikian rupa sehingga mereka siap diambil
untuk digunakan.
- Semua suku cadang dan alat-alat harus berada dalam jarak raih yang mudah
dan menyenangkan.

Sistem Mesin-Manusia berlangsung dalam suatu lingkungan dan tidak


dapat berlangsung secara terisolasi. Baik lingkungan sosial maupun lingkungan
fisik dapat mempengaruhi sistem tersebut. Pengaruh faktor-faktor lingkungan
maupun faktor-faktor lain yang mempengaruhi sistem Mesin-Manusia harus
diperhatikan, agar dapat menghindari maupun mengurangi kesalahan-kesalahan
yang dibuat oleh komponen manusia dalam sistem tersebut.

PENYAJIAN INFORMASI

Alat indra yang paling banyak digunakan dalam bekerja yaitu indra
pendengaran dan penglihatan. Dalam merancang konstruksi mesin yang
berpengaruh besar terhadap efisiensi kerja, ialah keputusan yang harus diambil
tentang peraga apa yang akan digunakan (peraga penglihatan dan pendengaran)
sebagai saluran komunikasi antara mesin dan manusia.

Penetapan dari saluran komunikasi antara mesin dan manusia tergantung


pada jenis informasi yang harus dialihkan, dengan cara bagaimana informasi akan
digunakan, lokasi tenaga kerja, lingkungan tempat tenaga kerja beroperasi, dan
sifat dari alat indra itu sendiri (kuping dan mata).

Dalam merancang dan mengonstruksi mesin yang mempunyai pengaruh


besar terhadap efisiensi kerja, penting untuk menentukan keputusan yang harus
diambil tentang alat peraga apa yang akan digunakan (peraga penglihatan atau
pendengaran) sebagai saluran komunikasi. Penggunaan yang tepat dalam
merancang dan mengonstruksi mesin akan menyebabkan kemudahan dan

16
ketepatan penerimaan informasi oleh tenaga kerja, sehingga ia dapat mengambil
keputusan dan tindakan yang tepat serta bekerja secara efisien dan efektif.

Penggunaan alat-alat operasi atau alat-alat kendali pada rancangan dan


konstruksi mesin sama pentingnya dengan penggunaan peraga yang tepat. Dalam
merancang alat kendali yang efektif untuk digunakan manusia, harus ditetapkan
alat kendali yang paling tepat untuk penggunaannya. Peraga dan alat kendali yang
dirancang dan di konstruksi dengan tepat pada mesin yang merupakan bagian dari
Sistem Mesin-Manusia, maka dapatlah diharapkan bahwa tenaga kerjanya dapat
menjalankan mesinnya dengan efisien dan efektif sehingga prestasi kerjanya
tinggi.

Penetapan dari saluran komunikasi antara mesin dan manusia tergantung


pada :
a. Jenis informasi yang harus di alihkan
b. Dengan cara bagaimana informasi akan digunakan
c. Lokasi dari tenaga kerja
d. Lingkungan tempat tenaga kerja beroperasi
e. Sifat dari alat indra itu sendiri (sifat kuping dan mata)
Chapanis (1976), bahwa pada umumnya alat komunikasi visual (TV, tape,
dll), atau disebut juga dengan Sistem Informasi Berbicara, yang sesuai
digunakan jika:

 Pesan yang disampaikan panjang


 Pesan kelak perlu diacu (perlu digunakan lagi kemudian hari)
 Pesan berkaitan dengan orientasi ruang dan lokasi
 Tidak adanya kejadian yang mendesak dalam menyampaikan pesan
 Pesan disampaikan untuk menyampaikan informasi di tempat-tempat yang
ramai
 Penerima yang berlum terlatih
 Pesan terkait dengan masa yang akan datang
 Agar penerima pesan tidak lupa jika mengalami stres, perlu untuk mengenali
sumber pesan.

17
Pekerjaan operator memungkinkan dia untuk tetap focus berada di satu
tempat (cukup dekat dengan sumber pesan)

Chapanis juga membuat daftar tentang alat-alat komunikasi auditif (bunyi


telphon, bel, sinyal tanda awas, gong), atau disebut juga dengan Sistem
Informasi Tanda Nada, yang tepat digunakan jika:

 Pesan sederhana
 Pesan pendek
 Kecepatan penyampaian penting (tanda “awas”)
 Pesan tidak perlu diacu dikemudian hari
 Pesan berkaitan dengan waktu kejadian (tanda “mulai” pada waktu lomba)
 Operator harus banyak bergerak (polisi lalu lintas)
 Penerima sudah terlatih dengan bunyi-bunyi yang disampaikan
 Pesan memerlukan tindakan segera, mengandung kerahasiaan, informasi
dalam bentuk pembicaraan tidak memungkinkan.

FUNGSI-FUNGSI KENDALI

Dalam kebanyakan sistem mesin manusia, operator menerima informasi


melalui beberapa alat indranya, mengolah informasi ini dengan berbagai macam
cara, untuk kemudian mengambil suatu tindakan. Tindakan ini biasanya dilakukan
melalui suatu kendali, misalnya suatu tombol, kenop, engkol atau oengungkit.
Hasil penelitian dan pengalaman menunjukan bahwa dengan cara apa alat-alat
kendali dirancang dapat mempunyai dampak yang penting terhadap kecepatan dan
kecermatan tindakan tenaga kerja dalam mengoperasikan mesin. Dengan kata lain
jika alat kendali kurang tepat dapat saja tenaga kerja kurang cepat atau kurang
cermat menggunakan alat kendali tersebut sehingga memberikan akibat yang
merugikan.

Jika alat kendali kurang tepat dapat membuat tenaga kerja menjadi kurang
cepat dan kurang cermat dalam menggunakan alat kendali yang akan memberikan
efek yang merugikan.

18
Dalam merancang alat kendali harus memperhatikan : jangan sampai ada
anggota tubuh yang mendapat beban yang terlalu besar, ada kesesuaian antara alat
kendali dan gerakannya (untuk gerak kekiri maka tombol kiri), mencocokan alat
kendali dengan lingkungannya, memperhatikan stereotipe tentang kebiasaan
gerakan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Industrial Accident Prevention Association IAPA (2006). Lighting at Work.

Website: www.iapa.ca.

Work Safe Buletin No 188. (1997), Ergonomics In The Garment

Manufacturing Industry

http://psikology09b.blogspot.com/2010/11/makalah-pio-kondisi-kerja-dan-

psikologi.html

http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?

option=com_content&view=article&id=96:adni-4410-psikologi-

industri&Itemid=74&catid=29:fisip

http://www.scribd.com/doc/38449869/Kondisi-Kerja-Dan-Psikologi-

Kerekayasaan

http://ibanezs.multiply.com/journal/item/6/ilmu_psikologi

http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi

http://selaluberbagi2.blogspot.com/2010/12/kondisi-kerja-dan-psikologi.html

http://www.google.co.id/url?

sa=t&source=web&cd=17&ved=0CDsQFjAGOAo&url=http%3A%2F

%2Flieke.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles

%2F1997%2FPIO.Doc&rct=j&q=Psikologi

%20kerekayasaan&ei=OegiTqSvN87yrQeI_d2mAg&usg=AFQjCNEngcvao

20
WC-

PaaBAcOZXubuBFFK1A&sig2=pSTsZVtZ96Cw1dV2Tv8fAQ&cad=rja

21
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

PSIKOLOGI KEREKAYASAAN

MAKALAH

Diajukan sebagai salah tugas mata kuliah Psikologi Industri & Organisasi
pada Semester IV Tahun Akademik 2010-2011

Disusun oleh:

Moch. Anggie Kuswantoro (7111091030)


Rindi Wulan Mayantika (7111091047)
Hedita Utami Dewi (7111091056)

Kelompok 9 / 4A

Dosen Pembimbimng:

Endah A.P., M.Psi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2011

22

Anda mungkin juga menyukai