Anda di halaman 1dari 16

ASPEK ONTOLOGI ILMU PENGETAHUAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu


yang diampu oleh Drs. Muzhoffar Akhwan, MA

Oleh:
Muhaimin,
NIM. 14913188

S.Th.I

MAGISTER
PROGRAM

STUDI ISLAM

PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015

ASPEK ONTOLOGI ILMU PENGETAHUAN

A. PENDAHULUAN
A. Cornelius Benjamin memandang filsafat ilmu sebagai That
philosophic discipline which is the systematic study of the nature of
science, especially of its methods, its concepts and presuppositions,
and its place in the general scheme of intellectual disciplines. Filsafat
ilmu, menurut Benjamin, merupakan cabang dari filsafat yang secara
sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda,
konsep konsep, dan pra-anggapan pra-anggapannya, serta letaknya
dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.1
Dalam kajian filsafat ilmu, terdapat telaah filsafat yang berusaha
menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat ilmu: (1)
Kelompok pertanyaan yang sering disebut landasan ontologis ilmu
pengetahuan, yaitu pertanyaan-pertanyaan seputar apa yang dikaji
oleh ilmu pengetahuan, (2) Kelompok pertanyaan yang disebut
landasan epistemologis ilmu

pengetahuan,

yaitu

pertanyaan-

pertanyaan seputar bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan,


dan

(3)

Kelompok

pertanyaan

yang

disebut

landasan

axiologis pengetahuan, yaitu pertanyaan-pertanyaan seputar untuk


apa ilmu pengetahuan tersebut dipergunakan. 2 Oleh karenanya, ruang
lingkup Filsafat Ilmu pada umumnya terfokus pada tiga komponen yang
dianggap sebagai tiang penyangga bagi eksistensi ilmu itu, yaitu
ontologi, epistemologi, dan aksiologi.3
Dalam pengertian sederhana, Ontologi membahas apa hakikat
ilmu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan
pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang
apa dan bagaimana yang ada. Epistemologi membahas apa sumber,
sarana

dan

cara

menggunakan

sarana

itu

untuk

mencapai

1 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu ( Yogyakarta : Liberty, 2010), h. 19


2 Jujun A. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2007), h. 33-34.
3 Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu Dari beberapa Tokoh. dan Ruang
Lingkupnya, http://manusiapinggiran.blogspot.co.id/2013/02/pengertianfilsafat-ilmu-dan-filsafat.html, diakses tanggal 18 Desember 2015.
1

pengetahuan ilmiah. Sedangkan aksiologi membahas nilai-nilai yang


bersifat

normatif

dalam

pemaknaan

terhadap

kebenaran

atau

kenyataan yang dijumpai.4


Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling
kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan
sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan
yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles.
Ontologi secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan
apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas
kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi
memerlukan

proses

bagaimana

realitas

tersebut

dapat

diakui

kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola


berfikir,

dan

pola

berfikir

didasarkan

pada

bagaimana

ilmu

pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.5


Makalah ini berusaha menguraikan dimensi ontologi dalam kajian
filsafat ilmu, beserta manfaat mempelajarinya, sehingga diharapkan
dapat diketahui nilai pentingnya dalam kehidupan manusia.
B. PENGERTIAN ONTOLOGI
Menurut Aristoteles, ontologi merupakan The First Philosophy dan
merupakan ilmu mengenai esensi benda. Menurut Bahasa, ontologi
berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ontos atau on yang berarti ada
(being), dan logos yang berarti ilmu (logic). Jadi, ontologi

bisa

diartikan sebagai The theory of being qua being (teori tentang


keberadaan sebagai keberadaan), atau
Sedangkan

definisi

menurut

istilah,

Ilmu tentang yang ada.

ontologi

adalah

ilmu

yang

membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality


yang berbentuk jasmani (kongkret) maupun rohani (abstrak).6
Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius
pada tahun1636 M untuk menamai teori tentang hakikat yang ada
4 Tim Dosen Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty, 2003), h. 12.
5 Indah Widyaningrum, Ontologi,
http://matematikaunsriindah.blogspot.co.id/2014/09/makalah-ontologi.html,
diakses tanggal 18 Desember 2015.
6 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Bandung: PT. Raja Grafindo Persada, 2011),
h. 132.
2

yang bersifat metafisis. Dalam perkembangan selanjutnya Christian


Wolf (1679 1754 M) membagi Metafisika menjadi 2 yaitu : Metafisika
Umum

(Ontologi)

dan

Metafisika

Khusus.

Metafisika

umum

dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Jadi metafisika umum


atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang
paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada.
Sedangkan Metafisika Khusus meliputi Kosmologi, Psikologi, Teologi.7
C. ALIRAN-ALIRAN DALAM ONTOLOGI
Dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan aliranaliran pemikiran. Tentang persoalan keberadaan, menimbulkan tiga
segi pandangan, yaitu keberadaan dipandang dari segi jumlah
(kuantitas), sifat (kualitas) dan proses.
Pertama, keberadaan dipandang dari segi jumlah (kuantitas),
ditemukan aliran Monoisme, Dualisme dan Pluralisme.
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh
kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, baik yang asal
berupa materi ataupun rohani. Paham ini kemudian terbagi kedalam 2
aliran :
a. Materialisme
Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal itu
adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh Bapak
Filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Dia berpendapat bahwa sumber
asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan. Aliran ini sering juga
disebut

naturalisme.

Menurutnya

bahwa

zat

mati

merupakan

kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi/alam,


sedangkan jiwa /ruh tidak berdiri sendiri. Tokoh aliran ini adalah
Anaximander (585-525 SM). Dia berpendapat bahwa unsur asal itu
adalah udara dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari
segala kehidupan. Dari segi dimensinya paham ini sering dikaitkan
dengan teori Atomisme. Menurutnya semua materi tersusun dari
sejumlah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap tak
dapat dirusakkan. Bagian-bagian yang terkecil dari itulah yang
7 Anton Bakker, Ontologi Metafisika Umum: filsafat Pengada dan Dasar-Dasar
Kenyataan ( Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 15.
3

dinamakan atom-atom. Tokoh aliran ini adalah Demokritos (460-370


SM). Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom
yang banyak jumlahnya, tak dapat di hitung dan amat halus. Atomatom inilah yang merupkan asal kejadian alam.
b. Idealisme
Idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam
jiwa.

Idelisme

sebagai

lawan

materialisme,

dinamakan

juga

spiritualisme. Idealisme berarti serbacita, spiritualisme berarti serba


ruh. Aliran idealisme beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang
beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis
dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang.
Tokoh aliran ini diantaranya :
1) Plato (428 -348 SM) dengan teori ide-nya. Menurutnya, tiap-tiap
yang ada dialam mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari
setiap sesuatu.
2) Aristoteles (384-322 SM), memberikan sifat keruhanian dengan
ajarannya yang menggambarkan alam ide itu sebagai sesuatu
tenaga

yang

berada

dalam

benda-benda

itu

sendiri

dan

menjalankan pengaruhnya dari dalam benda itu.


3) Pada Filsafat modern padangan ini mula-mula kelihatan pada
George Barkeley (1685-1753 M) yang menyatakan objek-objek
fisis adalah ide-ide.
4) Kemudian Immanuel Kant (1724-1804 M), Fichte (1762-1814 M),
Hegel (1770-1831 M), dan Schelling (1775-1854 M).
2. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam hakikat
sebagai asal sumbernya yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda
dan ruh, jasad dan spirit. Tokoh paham ini adalah Descartes (15961650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan
kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia
ruang (kebendaan). Tokoh yang lain : Benedictus De spinoza (16321677 M), dan Gitifried Wilhelm Von Leibniz (1646-1716 M).
3. Pluralisme
Paham

ini

berpandangan

bahwa

segenap

macam

bentuk

merupakan kenyataan. Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa


kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur.

Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan
Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk
dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern
aliran ini adalah William James (1842-1910 M) yang terkenal sebagai
seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of
Truth, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak,
yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas
dari akal yang mengenal. Apa yang kita anggap benar sebelumnya
dapat dikoreksi/diubah oleh pengalaman berikutnya.8
Kedua,

keberadaan

dipandang

dari

segi

sifat

(kualitas)

menimbulkan aliran spiritualisme dan materialisme.


1. Spiritualisme
Spiritualisme mangandung beberapa arti yaitu:
a. Ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam
adalah roh.
b. Kadang-kadang dikenakan pada pandangan idealistis yang
menyatakan adanya roh mutlak.
c. Dipakai dalam istilah keagamaan untuk menekankan pengaruh
langsung dari roh suci dalam bidang agama.
d. Kepercayaan bahwa roh orang mati itu berkomunikasi dengan
orang yang masih hidup melalui perantara atau orang tertentu
dan lewat bentuk wujud yang lain.
Aliran spiritualisme juga disebut idealisme. Tokoh aliran ini
dianataranya adalah Plato dengan ajarannya tentang idea dan jiwa.
2. Materialisme
Adalah pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu
yang nyata kecuali materi. Pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan
dari materi yang dapat dikembalikan pada unsur-unsur fisik. Materi
adalah

sesuatu

yang

kelihatan,

dapat

diraba,

berbentuk

dan

menempati ruang. Hal-hal yang bersifat kerohanian seperti pikiran,


jiwa, keyakinan, rasa sedih, dan rasa senang tidak lain hanyalah
ungkapan proses kebendaan. Tokoh-tokoh yang termasuk aliran ini
8 Tim Dosen Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu, h. 34-35. Lihat juga, Marion,
Ontologi, http://marion-rebai.blogspot.co.id/2013/12/ontologi.html, diakses
tanggal 18 Desember 2015.
5

adalah (a) Demokritos (460-370 SM) yang berkeyakinan bahwa alam


semesta tersusun atas atom-atom kecil yang memiliki bentuk dan
badan; dan (b) Thomas Hobbes (1588-1679) berpendapat bahwa
sesuatu yang terjadi di dunia merupakan gerak dari materi.9
Ketiga, keberadaan Dipandang dari Segi Proses Kejadiaan atau
Perubahan memunculkan aliran antara lain: mekanisme, teologi dan
vitalisme.
1. Mekanisme
Menyatakan bahwa semua gejala dapat dijelaskan berdasarka
asas-asas mekanik (mesin). Semua peristiwa adalah hasil dari materi
yang bergerak dan dapat dijelaskan menurut kaidah-kaidahnya.
Pandangan yang bersifat mekanistik dalam kosmologi pertama kali
diajukan oleh Leucippus dan Democritus yang berpendirian bahwa
alam dapat diterangkan berdasarkan pada atom-atom yang bergerak
pada ruang kosong. Pandangan ini dianut oleh Galileo Galilei dan filsuf
lainnya sebagai fisafat mekanik. Rene Descartes menganggap bahwa
hakikat

materi

adalah

keluasan

dan

semua

gejala

fisik

dapat

diterangkan dengan kaidah mekanik. Bagi Immanuel Kant, kepastian


dari suatu kejadian sesuai dengan kaidah sebab akibat sebagai suatu
kaidah alam.
2. Teleologi
Berpendirian bahwa yang berlaku dalam kejadian alam bukanlah
kaidah sebab akibat, akan tetapi sejak semula memang ada sesuatu
kemauan atau kekuatan yang mengarahkan alam ke suatu tujuan.
Plato membedakan antara idea dan materi. Tujuan berlaku dialam ide,
sedangkan kaidah sebab akibat berlaku dalam materi. Menurut
Aristoteles, untuk melihat kenyataan yang sesungguhnya kita harus
memahami empat sebab yaitu: sebab bahan, sebab bentuk, sebab
kerja dan sebab tujuan.
3. Vitalisme

9 Tim Dosen Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu, h. 35-36. Lihat juga, Marion, Ontologi,
http://marion-rebai.blogspot.co.id/2013/12/ontologi.html,
diakses
tanggal
18
Desember 2015.

Memandang
sepenuhnya

sepenuhnya

dijelaskan secara

bahwa

kehidupan

fisika-kimiawai,

tidak

karena

dapat

hakikatnya

berbeda dengan yang tidak hidup.10


D. OBJEK KAJIAN ONTOLOGI
Ontologi membatasi diri pada objek kajian yang bersifat empiris.11
Objek penalaahan ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat
diuji oleh panca idera manusia. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa hal-hal yang sudah berada di luar jangkauan manusia tidak
dibahas oleh ilmu karena tidak dapat dibuktikan secara metodologis
dan empiris, sedangkan ilmu itu mempunyai cirri tersendiri yakni
berorientasi pada dunia empiris.
Untuk mengkaji lebih mendalam hakekat objek empiris, maka ilmu
membuat beberapa asumsi (andaian) mengenai objek itu. Asumsi yang
sudah dianggap benar dan tidak diragukan lagi adalah asumsi yang
merupakan dasar dan titi tolak segala pandang kegiatan. Asumsi itu
perlu sebab pernyataan asumtif itulah yang memberikan arah dan
landasan bagi kegiatan penelaahan.12
Ada beberapa asumsi mengenai objek empiris yang dibuat oleh
ilmu, yaitu: Pertama, menganggap objek-objek tertentu mempunyai
kesamaan antara yang satu dengan yang lainnya, misalnya dalam hal
bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Kedua, menganggap bahwa
suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
Ketiga,

determinisme

yakni

menganggap

setiap

gejala

bukan

merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. 13 Asumsi yang


dibuat oleh ilmu bertujuan agar mendapatkan pengetahuan yang
10 Tim Dosen Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu, h. 37-38. Lihat juga, Marion,
Ontologi, http://marion-rebai.blogspot.co.id/2013/12/ontologi.html, diakses
tanggal 18 Desember 2015.
11 Jujun A. Suriasumantri (Peny.), Ilmu dalam Perspektif (Jakarta: Yayasan
Obor, 2006), h. 5.
12 A.M. Saefuddin, dkk., Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi
(Bandung: Mizan, 1991) h. 66-67. . Lihat juga, Ontologi,
http://lafire77.blogspot.co.id/2011/09/ontologi.html, diakses tanggal 18
Desember 2015.
13 Jujun S. Suriasumantri (Peny.), Ilmu dalam Perspektif, h. 7-8. . Lihat juga,
Ontologi, http://lafire77.blogspot.co.id/2011/09/ontologi.html, diakses
tanggal 18 Desember 2015.
7

bersifat analitis dan mampu menjelaskan berbagai kaitan dalam gejala


yang tertangguk dalam pengalaman manusia.
Asumsi itupun dapat dikembangkan jika pengalaman manusia
dianalisis dengan berbagai disiplin keilmuan dengan memperhatikan
beberapa hal; Pertama, asumsi harus relevan dengan bidan dan tujuan
pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi ini harus operasional dan
merupakan dasar dari pengkajian teoritis. Kedua, asumsi harus
disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya bukan bagaimana
keadaan yang seharusnya.14
Asumsi pertama adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah,
sedangkan asumsi kedua adalah asumsi yang mendasari moral. Oleh
karena itu seorang ilmuan harus benar-benar mengenal asumsi yang
dipergunakan dalam analisis keilmuannya, sebab mempergunakan
asumsi yang berbeda maka berbeda pula konsep pemikiran yang
dipergunakan. Suatu pengkajian ilmiah hendaklah dilandasi dengan
asumsi yang tegas, yaitu tersurat karena yang belum tersurat
dianggap belum diketahui atau belum mendapat kesamaan pendapat.15
E. ASPEK ONTOLOGI
Aspek ontologis pengembangan ilmu pengetahuan hendaknya
diuraikan secara (1) metodis, yaitu menggunakan cara ilmiah; (2)
sistematis, yaitu saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam
suatu keseluruhan; (3) koheren, yaitu unsur-unsurnya tidak boleh
mengandung uraian yang bertentangan; (4) rasional, yaitu harus
berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis); (5) komprehensif,
yaitumelihat
melainkan

obyek
secara

tidak

hanya

dari

multidimensional

satu

sisi/sudut

atau

secara

pandang,

keseluruhan

(holistik); (6) radikal, yaitu diuraikan sampai akar persoalannya, atau


esensinya; dan (7) universal, yaitu muatan kebenarannya sampai
tingkat umum yang berlaku di mana saja.16
14 Jujun A. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, h. 89.
15 Ontologi, http://lafire77.blogspot.co.id/2011/09/ontologi.html, diakses
tanggal 18 Desember 2015.
16 Marion, Ontologi, http://marionrebai.blogspot.co.id/2013/12/ontologi.html, diakses tanggal 18 Desember
2015.
8

F. MANFAAT MEMPELAJARI ONTOLOGI


Ontologi mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai
berikut:
1. Sebagai refleksi kritis atau objek atau bidang garapan, konsepkonsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu.

Di antara

asusmsi dasar keilmuan antara lain yaitu dunia ini ada, dan kita
dapat mengetahui nahwa dunia ini benar ada.
2. Dunia empiris dapat diketahui manusia dengan panca indera
3. Fenomena yang ada di dunia ini berhubungan satu sama lain secara
kausal. Ilmu tidak mampu merefleksikan postulat-postulat, asumsi,
prinsip, dalil dan hukum sebagai pikiran dasar keilmuan dalam
paradigmanya. Dalam hal ini ontologi dapat membantu kita untuk
merefleksikan eksistensi suatu disiplin keilmuan tertentu.
Ontologi menjadi penting sebab:
1. Kesalahan
keilmuan

suatu
yang

asumsi,
salah

akan

pula.

melahirkan

Sebagai

teori,

contoh,

metodologi

ilmu

ekonomi

dikembangkan atas dasar postulat bahwa manusia adalah


serigala bagi manusia lainnya, dan asumsi bahwa hakikat manusia
adalah homo ekonomikus, makhluk yang serakah, maka asumsi
ini akan mempengaruhi teori dan metode yang didasarkan atas
keserakahan manusia tersebut. Padahal kebenaran asumsi tersebut
secara ontologis masih diragukan, namun sebagai ilmu, asumsi
tersebut berterima tanpa pengujian.
2. Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia
yang integral, komprehensif, dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya
mengkaji hal-hal yang khusus untuk dikaji secara tuntas yang pada
akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang objek
telaahannya, namun pada kenyataannnya kadang hasil temuan
ilmiah bernhenti pada simpulan-simpulan parsial dan terpisahpisah. Ilmuwan dalam hal ini tidak mampu mengintegrasikan
pengetahuan tersebut dengan pengetahuan lain.
3. Ontologi membantu memberikan masukan informasi

untuk

mengatasi permasalahan yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmuilmu

khusus.

Dalam

hal

ini

ontologi

berfungsi

membantu

memetakan

batas-batas

kajian

ilmu.

Dengan

demikian

berkembanglah ilmu-ilmu yang dapat diketahui dari tiap masa.17


G. ONTOLOGI ILMU PENGETAHUAN
Ilmu dan pengetahuan seringkali dimaknai secara berbeda.
Menurut Sidi Gazalba, pengetahuan ialah apa yang diketahui atau hasil
pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari pada: kenal,
sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengertian itu semua milik atau isi
pikiran.
Pengetahuan

adalah

suatu

istilah

yang

digunakan

untuk

menuturkan apabila sesorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal


yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri dari unsur yang
mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang
ingin diketahuinya itu. Oleh karena itu, pengetahuan selalu menuntut
tentang sesuatu dan obyek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya
sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi, bisa dikatakan pengetahuan
adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan
manusia untuk memahami suatu objek tertentu.18
Ilmu berasal dari bahasa arab yaitu alimayalamuilman yang
berarti mengerti, memahami benar-benar. Ilmu dalam kamus Indonesia
adalah pengetahuan suatu bidang yang disusun secara konsisten
menurut

metode-metode

tertentu,

juga

dapat

digunakan

untuk

menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.19


Ilmu

dalam

bahasa

Inggris

science,

dari

bahasa

Latin

scientia (pengetahuan). Sinonim yang paling akurat dalam bahasa


Yunani adalah episteme. Pada prinsipnya ilmu merupakan cabang
pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara
metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu sosial dan ilmu alam,
karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka

17 Ontologi, http://risnadewi12.blogspot.co.id/2013/02/ontologi.html,
diakses tanggal 18 Desember 2015.
18 Louis O Kattsouff, Pengantar filsafat (Yogjakarta: Tiara Wacana, 2004), h.
21.
19 Ontologi Ilmu Pengetahuan,
http://www.rangkumanmakalah.com/ontologi-ilmu-pengetahuan, diakses
tanggal 12 Pebruari 2016.
10

filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu
sosial.20
Ilmu merupakan terjemahan dari kata science, yaitu pengetahuan
yang rasional dan didukung dengan bukti empiris, dalam bentuk yang
baku. Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca
dalam

pustaka

menunjuk

sekurang-kurangnya

tiga

hal,

yakni pengetahuan, aktivitas dan metode. Diantara para filsuf dari


berbagi aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah sesuatu
kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (any systematic body of
knowledge).21
Secara ontologis, ilmu membatasi lingkup penelaah keilmuannya
hanya pada daerah-daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman
manusia. Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia
dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu tidak mempelajari
ikhwal surga dan neraka. Sebab, ikhwal surga dan neraka berada diluar
jangkauan

pengalaman

manusia.

Ilmu

tidak

mempelajari

sebab

musabab terciptanya manusia sebab kejadian itu terjadi diluar


jangkauan pengalamann manusia. Baik hal-hal yang terjadi sebelum
hidup kita, maupun hal-hal yang terjadi setelah kematian manusia,
semua itu berada di luar penjelajahan ilmu.
Ilmu hanya membatasi daripada hal-hal yang berbeda dalam
batas pengalaman kita karena fungsi ilmu sendiri dalam hidup manusia
yaitu sebagai alat bantu manusia dalam menanggulangi masalahmasalah yang dihadapinya sehari-hari. Persoalan mengenai hari
kemudian tidak akan kita tanyakan pada ilmu, melainkan kepada
agama. Sebab agamalah pengetahuan yang mengkaji masalahmasalah seperti itu. Metode yang dipergunakan dalam menyusun ilmu
telah teruji kebenarannya secara empiris.22

20 Jujun S. Suriasumantri (Peny.), Ilmu dalam Perspektif, h. 36.


21 Ontologi Ilmu Pengetahuan,
http://www.rangkumanmakalah.com/ontologi-ilmu-pengetahuan, diakses
tanggal 12 Pebruari 2016.
22 Jujun S. Suriasumantri (Peny.), Ilmu dalam Perspektif, h. 10.
11

Dari definisi yang diungkapkan di atas, kita dapat melihat bahwa


sifat-sifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu
bidang tertentu yakni:
1. Berdiri secara satu kesatuan.
2. Tersusun secara sistematis.
3. Ada dasar pembenarannya

(ada

penjelasan

yang

dapat

dipertanggung jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi


fakta dan data).
4. Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.
5. Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga
dapat dimengerti dan dipahami maknanya.
6. Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat
berlaku di mana saja dan kapan saja di seluruh alam semesta ini.
7. Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuanpengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia
mampu menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang
dari sebelumnya.23
H. SUMBER-SUMBER ONTOLOGI ILMU PENGETAHUAN
Para filusuf menyebutkan beberapa sumber ilmu pengetahuan,
yaitu:
1. Alam Fisik (Alam Tabiat)
Kaum sensualisme, khususnya John Locke, menganggap bahwa
pengetahuan yang sah dan benar hanya lewat indra saja. Mereka
mengatakan bahwa otak manusia ketika lahir dalam keadaan kosong
dari segala bentuk pengetahuan, kemudian melalui indra realita-realita
di luar tertanam dalam benak. Peranan akal hanya dua saja yaitu,
menyusun dan memilah serta meng-generalisasi.24
2. Alam Akal
Kaum Rasionalis, selain alam tabiat atau alam fisika, meyakini
bahwa akal merupakan sumber pengetahuan yang kedua dan sekaligus
juga sebagai alat pengetahuan. Mereka menganggap akal-lah yang
sebenarnya

menjadi

alat

pengetahuan

sedangkan

indra

hanya

pembantu saja. Menurut mereka, fungsi akal adalah :


23 Ontologi Ilmu Pengetahuan,
http://www.rangkumanmakalah.com/ontologi-ilmu-pengetahuan, diakses
tanggal 12 Pebruari 2016.
24 Louis O Kattsouff, Pengantar filsafat, h. 23.
12

a.

Menarik

kesimpulan. Yang dimaksud dengan menarik

kesimpulan adalah mengambil sebuah hukum atas sebuah kasus


tertentu dari hukum yang general. Aktivitas ini dalam istilah
logika disebut silogisme kategoris demonstratif.
b.
Mengetahui konsep-konsep yang general. Ada dua teori
yang

menjelaskan

aktivitas

akal

ini, Pertama, teori

yang

mengatakan bahwa akal terlebih dahulu menghilangkan ciri-ciri


yang

khas

kesamaan

dari

beberapa person dan

mereka.

Teori

ini

membiarkan

titik-titik

disebut

dengan

teori tajrid dan intiza. Kedua, teori yang mangatakan bahwa


pengetahuan akal tentang konsep yang general melalui tiga
tahapan, yaitu persentuhan indra dengan materi, perekaman
benak, dan generalisasi.
c.
Pengelompokan Wujud.

Akal

mempunyai

kemampuan

mengelompokkan segala yang ada di alam realita ke beberapa


kelompok.
d.
Pemilahan dan Penguraian.
e.
Penggabungan dan Penyusunan.
f. Kreativitas.25
3. Analogi (Tamtsil)
Termasuk alat pengetahuan manusia adalah analogi yang dalam
terminologi fiqih disebut qiyas. Analogi ialah menetapkan hukum (baca;
predikat) atas sesuatu dengan hukum yang telah ada pada sesuatu
yang lain karena adanya kesamaan antara dua sesuatu itu. Analogi
tersusun dari beberapa unsur:
a. Asal, yaitu kasus parsial yang telah diketahui hukumnya.
b. Cabang, yaitu kasus parsial yang hendak diketahui hukumnya,
c. Titik kesamaan antara asal dan cabang, dan
d. Hukum yang sudah ditetapkan atas asal.26
4. Hati dan Ilham (Wahyu)
Kaum empiris yang memandang bahwa ada sama dengan materi
sehingga sesuatu yang inmateri adalah tidak ada, maka pengetahuan
tentang in materi tidak mungkin ada. Sebaliknya kaum Ilahi (theosopi)
yang meyakini bahwa ada lebih luas dari sekedar materi, mereka
25 Ontologi Ilmu Pengetahuan,
http://www.rangkumanmakalah.com/ontologi-ilmu-pengetahuan, diakses
tanggal 12 Pebruari 2016.
26 Ontologi Ilmu Pengetahuan,
http://www.rangkumanmakalah.com/ontologi-ilmu-pengetahuan, diakses
tanggal 12 Pebruari 2016.
13

mayakini keberadaan hal-hal yang inmateri. Pengetahuan tentangnya


tidak mungkin lewat indra tetapi lewat akal atau hati.
Tentu yang dimaksud dengan pengetahuan lewat hati di sini
adalah pengetahuan tentang realita immateri eksternal, kalau yang
internal seperti rasa sakit, sedih, senang, lapar, haus dan hal-hal yang
intuitif lainnya diyakini keberadaannya oleh semua orang tanpa
kecuali. Pengetahuan tentang alam gaib yang dicapai manusia lewat
hati

jika

berkenaan

dengan

pribadi

seseorang

saja

disebut ilham atau isyraq, dan jika berkaitan dengan bimbingan umat
manusia dan penyempurnaan jiwa mereka dengan syariat disebut
wahyu.27
I. KESIMPULAN
1. Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
ultimate reality, baik yang berbentuk jasmani/konkret, maupun
rohani/abstrak.
2. Dalam pemahaman ontologi tentang persoalan keberadaan,
menimbulkan tiga segi pandangan, yaitu keberadaan dipandang
dari segi jumlah (kuantitas), sifat (kualitas) dan proses. Keberadaan
dipandang

dari

segi

jumlah

(kuantitas),

ditemukan

aliran

Monoisme, Dualisme dan Pluralisme. Dari segi sifat (kualitas)


menimbulkan aliran spiritualisme dan materialisme. Sedangkan dari
Segi Proses memunculkan aliran antara lain: mekanisme, teologi
dan vitalisme.
3. Ontologi membatasi diri pada objek kajian yang bersifat empiris,
meliputi

aspek

metodis,

sistematis,

komprehensif, radikal dan universal.


4. Ilmu adalah kumpulan yang sistematis

koheren,
dari

rasional,

pengetahuan,

sedangkan pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap


sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu
objek tertentu.
5. Sumber ilmu pengetahuan antara lain, alam fisik, alam akal,
analogi, hati dan wahyu (ilham)

27 Ontologi Ilmu Pengetahuan,


http://www.rangkumanmakalah.com/ontologi-ilmu-pengetahuan, diakses
tanggal 12 Pebruari 2016.
14

DAFTAR PUSTAKA
Ontologi, http://lafire77.blogspot.co.id/2011/09/ontologi.html
Ontologi, http://risnadewi12.blogspot.co.id/2013/02/ontologi.html
Ontologi

Ilmu

Pengetahuan,

http://www.rangkumanmakalah.com/ontologi-ilmupengetahuan
Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu Dari beberapa Tokoh. dan
Ruang

Lingkupnya,

http://manusiapinggiran.blogspot.co.id/2013/02/pengertianfilsafat-ilmu-dan-filsafat.html
A.M. Saefuddin, dkk., Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi
(Bandung: Mizan, 1991)
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Bandung: PT. Raja Grafindo Persada,
2011)
Anton Bakker, Ontologi Metafisika Umum: filsafat Pengada dan DasarDasar Kenyataan ( Yogyakarta: Kanisius, 1992)
Indah

Widyaningrum,

Ontologi,

http://matematikaunsriindah.blogspot.co.id/2014/09/ makalahontologi.html
Jujun A. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2007)
Jujun A. Suriasumantri (Peny.), Ilmu dalam Perspektif (Jakarta: Yayasan
Obor, 2006)
Louis O Kattsouff, Pengantar filsafat (Yogjakarta: Tiara Wacana, 2004)
Marion,

Ontologi,

http://marion-

rebai.blogspot.co.id/2013/12/ontologi.html
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu ( Yogyakarta : Liberty, 2010)
Tim Dosen Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty, 2003)

15

Anda mungkin juga menyukai