Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kasus

DISPEPSIA

Oleh :
HENI HARYANI
NIM. 1208121709

Pembimbing
dr. Dasril Efendi, Sp.PD, KGEH-FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
2016

GASTROENTEROPATI OAINS
Heni Haryani1 Dasril Efendi2
1

Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau,

Alamat: Jl. Diponegoro No.1, Pekanbaru, E-mail: heniharyani94@yahoo.co.id


2

bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau/RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau


ABSTRAK
Gastroenteropati akibat obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) adalah
lesi mukosa gaster dan duodenum yang berhubungan dengan terapi OAINS. 1 Obat
anti-inflamasi non-steroid (OAINS) digunakan untuk pengobatan berbagai
kondisi, seperti nyeri, demam, peradangan, kanker, atau penyakit kardiovaskular.
Obat ini dapat menyebabkan luka pada saluran pencernaan. OAINS berhubungan
dengan gangguan saluran cerna termasuk dispepsia, erosi, penyakit ulkus
peptikum dan komplikasi seperti perdarahan perforasi.
Dilaporkan pasien baru masuk ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad
pada tanggal 22 Januari 2015, laki-laki 58 tahun dengan keluhan buang air besar
berwarna hitam sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Sebelumnya, 2
minggu SMRS pasien mengeluhkan adanya nyeri ulu hati disertai rasa tidak
nyaman pada perut, nyeri seperti terbakar hingga kerongkongan. Keluhan ini
disertai dengan keluhan mual dan berkurangnya selera makan. Pasien juga merasa
pusing dan lemas sejak 3 hari SMRS. Pasien memiliki riwayat pemakaian obat
nyeri sendi sejak 2 bulan SMRS.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah kesadaran
komposmentis, tekanan darah 130/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit regular,
frekuensi napas 20x/menit dan suhu 36,4oC, konjungtiva anemis, dan adanya
nyeri tekan pada regio epigastrium. Pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan leukosit yaitu 11.700/ul, penurunan hemoglobin yaitu 7,2 g/dl, dan
peningkatan ureum sebesar 86 mg/dl.
Laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
penegakan diagnosis gastroenteropati OAINS serta penatalaksanaannya.
Kata kunci: gastroenteropati, OAINS

Pendahuluan

seperti tukak peptik, perdarahan,

Gastroenteropati

akibat

obat

anti-inflamasi non-steroid (OAINS)


adalah lesi mukosa gastrointestinal
yang berhubungan dengan terapi
OAINS.1 Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) digunakan untuk

perforasi. 1-3
Diagnosis
OAINS

gastroenteropati

ditegakkan

anamnesis,

pemeriksaan

laboratorium,

endoskopi,

melalui
fisis,
dan

pemeriksaan histopatologi.1

pengobatan berbagai kondisi, seperti


nyeri, demam, peradangan, kanker,
atau penyakit kardiovaskular. Obat
ini dapat menyebabkan luka pada
saluran

pencernaan.

berhubungan

OAINS

dengan

gangguan

saluran cerna termasuk dispepsia,


erosi, penyakit ulkus peptikum dan
komplikasi

seperti

perdarahan

perforasi.1,2
Faktor risiko gastroenteropati
OAINS adalah usia lebih tua dari 60
tahun,

beratnya

kerusakan,

pengobatan lebih dari satu macam


OAINS atau penggunaan bersama
dengan kortikosteroid, OAINS dosis
tinggi,

riwayat

penggunaan

tukak

bersama

peptik,
dengan

antikoagulan, infeksi Helicobacter


pylori sebelum terapi, dan mengidap
penyakit sistemik yang berat.

1,3,4

Manifestasi klinis bervariasi dari


tanpa gejala, gejala ringan dengan
manifestasi
heartburn,

tersering

dispepsia,

abdominal

discomfort,

dan nausea; hingga gejala berat

Tinjuan Pustaka
Definisi
Gastroenteropati OAINS adalah
lesi mukosa gastrointestinal yang
terjadi akibat penggunaan OAINS
dalam waktu yang lama.1,3
Faktor Resiko
Faktor

risiko

utama

gastroenteropati OAINS adalah:4,5


1. Usia lebih tua dari 60 tahun
2. Riwayat pernah menderita
tukak
3. Pengobatan lebih dari satu
macam OAINS
4. Penggunaan bersama dengan
kortikosteroid
5. Mengidap penyakit sistemik
yang berat.
Selain

itu,

infeksi

Helicobacter pylori sebelum terapi,


merokok, dan konsumsi alkohol juga
merupakan

faktor

mungkin terjadi.4,5
Patofisiologi

resiko

yang

Patofisiologi
kerusakan

gastroduodenal

utama

demikian mencegah atau mengurangi

akibat

difusi balik ion hidrogen. Selain itu,

OAINS adalah disrupsi fisiokimia

prostaglandin

juga

pertahanan

hyperplasia

mukosa

mukosa

gaster

dan

menyebabkan

inhibisi sistemik terhadap pelindung

duodenum

(terutama

mukosa

gaster

melalui

inhibisi

antrum

lambung),

aktivitas

COX

mukosa

gaster.

memperpanjang

daur

lambungdi

antara
dengan

hidupsel-sel

OAINS merusak mukosa lambung

epitel yang sehat (terutama sel-sel di

melalui dua mekanisme yaitu topikal

permukaan

dan sistemik. Kerusakan mukosa

mukus),

secara tropikal terjadi karena OAINS

aktivitas proliferasi.1,4,6

yang

memproduksi

tanpa

meningkatkan

bersifat asam dan lipofili, sehingga


mempermudah
hydrogen

trapping

masuk

menimbulkan

ion

mukosa

kerusakan.

Diagnosis

dan

Diagnosa

gastroenteropati

Efek

OAINS dapat ditegakkan dari gejala

sistemik OAINS lebih penting yaitu

klinis gastroenteropati OAINS yang

kerusakan mukosa terjadi akibat

dapat bervariasi mulai dari dispepsia

produksi

dan

prostaglandin

menurun

secara bermakna.1,4,6

nyeri

bagian

perut

sampai

kepada komplikasi yang fatal seperti

Seperti

diketahui

perforasi, ulserasi, dan perdarahan.

prostaglandin merupakan substansi

Sebagai tambahan, lesi yang tidak

sitoprotektif yang amat penting bagi

memberikan gejala (asimtomatik),

mukosa lambung. Efek sitoproteksi

adalah yang paling sering ditemukan

itu dilakukan dengan cara menjaga

pada

aliran darah mukosa, meningkatkan

OAINS.1,6

kasus

gastroenteropati

sekresi mukosa dan ion bikarbonat

Gejala klinis gastroenteropati

dan meningkakan epitel defensif. Ia

tersebar dari ringan hingga berat dan

memperkuat sawar mukosa lambung-

bervariasi. Pada anamnesis, apabila

duodenum

gejala

dengan

meningkatkan

berat,

keluhan

berupa

kadar fosfolipid mukosa sehingga

gastrointestinal discontrol.4,6 Selain

meningkatkan

itu,

permukaan

hidrofobisitas
mukosa,

dengan

didapatkan

merupa

gambaran

anoreksia,

nyeri

klinik
seperti

terbakar hingga kerongkongan, rasa


tidak nyaman pada perut, mual dan

Ulkus aktif
OAINS

muntah, dan nyeri ulu hati. Apabila

dihentikan

Antagonis reseptor
H2

Proton

pump

OAINS

inhibitor
Proton

pump

dengan melihat adanya faktor resiko

dilanjutkan
Terapi

inhibitor
Misoprostol

yang

profilaksis

Proton

berat dapat ditemukan hematemesis


dan melena.1,6
Diagnosis

juga

diperkuat

memicu

gastroenteropati
penyakit

terjadinya

OAINS,

seperti

komorbid

inhibitor

(yang

Penghambat COX-

2 selektif
Eradikasi

memperparah) seperti osteoartritis,


reumatoid

artritis,

ankylosing

Infeksi

penyakit

Pylori

spondylitis,
muskuloskeletal

dan

H.

besar

gastopati

untuk

atau riwayat ulkus

penyakit

yang

mendapatkan

disebabkan

oleh

pemakaian OAINS.1

peptik

umumnya

sendiri meskipun
dikonsumsi.4

Jika tidak tertangani dengan


komplikasi

OAINS

Pada gastroenteropati OAINS


ringan

Komplikasi
baik,

Penatalaksanaan
dapat

sembuh

OAINS tetap

Penghentian

obat

OAINS sebaiknya dilakukan apabila

jika

terdapat ulkus aktif

kardiovaskular yang memiliki resiko


lebih

pump

gastroenteropati

dapat

penderita.

muncul

Komplikasi

pada
tersebut

meliputi perdarahan gastrointestinal


(hematemesis,

melena),

perforasi,

striktura, syok hipovolemik, dan


kematian.1

memungkinkan.1,4

Enteropati OAINS
Penatalaksanaan

gastroenteropati

OAINS dapat dilihat pada Tabel 1.1,4


Klinis

Rekomendasi

OAINS

lebih

sering

menyebabkan lesi pada duodenum


daripada lesi pada gaster.2,7 Lokasi
sering

terkena

pada

enteropati

OAINS adalah pada bagian bulbus


Laporan Kasus

duodenum.7,8
Lesi pada duodenum akan

Tn. E (58 tahun) merupakan

menimbulkan keluhan seperti perih,

pasien yang dirawat di ruangan rawat

rasa seperti terbakar, dan nyeri. Rasa

inap Penyakit Dalam RSUD Arifin

nyeri

Achmad Provinsi Riau mulai tanggal

berlangsung

terus-menerus
sampai

22 Januari 2014 dengan keluhan

berat, biasanya terletak di bawah

buang air besar berwarna hitam sejak

sternum. Nyeri biasanya tidak ada

6 hari sebelum masuk rumah sakit

ketika bangun tidur tetapi timbul

(SMRS).

dengan

intensitas

ringan

menjelang siang. Minum susu dan

Pasien

buang

air

besar

makan (yang menyangga keasaman

berwarna hitam dengan konsistensi

PH lambung) atau meminum obat

ampas,

antasida

tapi

tidak bercampur lender dan darah

mulai timbul kembali setelah 2 atau 3

segar, dengan volume 1,5 gelas

jam kemudian. Nyeri yang dapat

aqua. Sebelumnya, 2 minggu SMRS

membangunkan orang ketika malam

pasien mengeluhkan adanya nyeri

hari juga ditemukan. Seringkali nyeri

ulu hati disertai rasa tidak nyaman

timbul sekali atau lebih dalam sehari

pada perut, nyeri seperti terbakar

selama beberapa minggu dan hilang

hingga kerongkongan dan muncul

tanpa diobati. Namun, nyeri biasanya

terutama pada malam hari dan

timbul kembali 2 tahun kemudian

sebelum makan, tidak terus menerus,

dan terkadang juga dalam beberapa

tidak menjalar ke regio yang lain,

tahun kemudian. Penderita biasanya

perubahan posisi tidak memperparah

akan belajar mengenai pola sakitnya

nyeri, dan hilang setelah pasien

ketika

makan. Keluhan ini disertai dengan

mengurangi

kambuh

nyeri,

(biasanya

terjadi

3-4

kali/hari,

keluhan mual dan berkurangnya

ketika stres).7
Enteropati
efektif

frekuensi

dapat

OAINS

disembuhkan

secara

selera makan. Pasien juga merasa

oleh

pusing dan lemas sejak 3 hari SMRS.

sejumlah

agen,

termasuk

H2

Demam

antagonis,

PPI,

sukralfat

dan

pasien. Buang air kecil pasien tidak

misoprostol.7

dan

muntah

disangkal

ada keluhan. Pasien tidak memiliki

keluhan sesak, berdebar-debar, atau

Pasien merokok sejak 10

nyeri dada. Pasien belum mengobati

tahun yang lalu dengan jumlah rokok

keluhan ini sebelumnya.

yang

Pasien mengaku tidak pernah


mempunyai

keluhan

seperti

ini

dihisap

sebanyak

setengah

bungkus/hari. Pasien tidak minum


alkohol

dan

tidak

suka

makanan

pedas.

terakhir

pasien

sebelumnya dan tidak ada anggota

mengkonsumsi

keluarga yang menderita keluhan

Sejak

yang sama. Pasien tidak memiliki

mengkonsumsi obat nyeri sendi yang

riwayat maag, diabetes melitus tidak

dibeli di apotik yaitu renadinac,

diketahui, tidak ada riwayat

sakit

pasien berhenti mengkonsumsi obat

kuning,

sakit

5 hari SMRS.

sakit

ginjal,

dan

jantung. Pasien menderita hipertensi


sejak

tahun

lalu

dan

tidak

bulan

Hasil
pasien

pemeriksaan

ini

adalah

umum

kesadaran

terkontrol, dengan tekanan darah

komposmentis, tekanan darah 130/70

berkisar antara

150/90 hingga

mmHg, frekuensi nadi 90x/menit

160/100. Selain itu, sejak 4 bulan

regular, frekuensi napas 20x/menit

SMRS pasien mengeluhkan adanya

dan suhu 36,4oC.

nyeri sendi. Keluhan ini diatasi oleh

Pemeriksaan kepala dan leher

pasien dengan membeli sendiri obat

didapatkan

konjungtiva

anemis,

di apotik. Anggota keluarga tidak ada

sklera tidak ikterik, tidak terdapat

yang menderita hipertensi, DM, dan

udem pada palpebra, tidak ditemukan

sakit jantung.

pembesaran kelenjar getah bening,


dan JVP tidak meningkat.
Hasil

pemeriksaan

fisik

thorax paru, dan ekstremitas dalam


batas normal dan tidak ditemukan
kelainan. Pada pemeriksaan fisik
jantung didapatkan batas jantung
kanan pada SIK 4 linea parasternalis
dextra dan batas jantung kiri pada
SIK 5 linea mid klavikula sinistra.
Pada pemeriksaan fisik abdomen

didapatkan nyeri tekan pada regio

teori yakni adanya gejala seperti

epigastrium. Tidak ada pembesaran

sindrom dispepsia antara lain mual,

hati dan limpa.

anoreksia, nyeri ulu hati, dan melena.

Hasil

pemeriksaan

Selain itu juga ditemukan adanya

laboratorium didapatkan peningkatan

rasa terbakar dan rasa tidak nyaman

leukosit yaitu 11.700/ul, penurunan

pada perut. Gejala klinis pada pasien

hemoglobin

mengacu

yaitu

7,2

g/dl,

ke

arah

lesi

penurunan hematokrit yaitu 22,6%,

duodenum,

dan peningkatan ureum sebesar 86

ditemukan

mg/dl. Enzim SGOT-SGPT, kreatinin

dirasakan terutama pada malam hari

dan elektrolit dalam batas normal.

dan sebelum makan. Selain itu nyeri

Pada tanggal 23 Januari 2014 telah

menghilang

dilakukan rontgen thorax dan USG

makanan. Pada pemeriksaan fisik

abdomen

ditemukan adanya nyeri tekan pada

dengan

hasil

tidak

ditemukan kelainan.

dimana

pada

lebih

melena

dominan,

setelah

nyeri

pemberian

regio epigastrium. Pada pemeriksaan


laboratorium

Diskusi

ditemukan

anemia

dengan Hb 7,2 g/dl dan hematokrit

Diagnosis

gastroenteropati

22,6%. Peningkatan ureum sebesar

OAINS pada pasien ini ditegakkan

86 mg/dl menunjukkan terjadinya

dari anamnesis, pemeriksaan fisik,

peningkatan

dan pemeriksaan penunjang. Dari

seperti

anamnesis didapatkan bahwa pasien

gastrointestinal.

mengkonsumsi

obat

nyeri

sendi

katabolisme
pada

protein

perdarahan

Selanjutnya pasien diterapi

renadinac. Obat tersebut termasuk

sesuai

dalam golongan obat anti inflamasi

ditemukan.

non-steroid

untuk

mengobati

perdarahan dan mengatasi anemia

reumathoid

arthritis.

Hal

ini

pasien diberikan infus Ringer Laktat

merupakan

faktor

pencetus

20 tetes per menit, injeksi asam

terjadinya

gastroenteropati

pada

pasien.

dengan

masalah

Untuk

yang

menghentikan

traneksamat 3x500 mg, injeksi Vit. K


3x10 mg, dan transplantasi PRC

Gambaran

klinik

yang

dikeluhkan oleh pasien sesuai dengan

sebanyak tiga labu. Sedangkan untuk


mengatasi

lesi

pada

duodenum

diberikan sucralfate 4x1 dan injeksi

keluhan pasien selama dalam masa

omeprazole 2x40 mg. Pada pasien

rawat inap. Pada pasien ini dilakukan

diberikan profilaksis berupa injeksi

pemantauan terhadap perdarahan dan

ceftriaxone 2x1 gr.

keadaan

umumnya.

Pasien

Pada pasien juga ditemukan

diperbolehkan pulang pada tanggal

adanya hipertensi derajat 2. Pasien

28 Januari 2015 setelah keluhan

diterapi dengan pemberian captopril

subjektif BAB hitam, mual, muntah,

peroral

nyeri

2x12,5

ditingkatkan
pemberian

mg.

Dosis

apabila
obat,

setelah

tekanan

darah

pasien belum mencapai target.


Jika

dibandingkan

ulu

hati,

menghilang.

dan

Terapi

lemas

dilanjutkan

dengan rawat jalan yaitu dengan


pemberian sucralfate sirup 4x1, dan

dengan

ranitidin 2x150 mg.

teori maka penatalaksanaan pada


pasien sudah sesuai karena pada teori

Kesimpulan

pasien rawat inap diberikan terapi


suportif

dan

pilihan

simptomatik.
untuk

gastroenteropati

Obat

mengatasi

pada

pasien

ini

Gastroenteropati

OAINS

adalah lesi mukosa gaster yang


berhubungan
OAINS.

dengan

penggunaan

Mekanisme

terjadinya

adalah obat golongan PPI yaitu

gastroenteropati

omeprazole

berhubungan dengan efek lokal yang

untuk

mencegah

pengeluaran sekret lambung lebih

disebabkan

banyak. Obat-obat golongan PPI

OAINS dalam sel mukosa gaster dan

merupakan

dalam

efek sistemik melalui penghambatan

pencegahan

COX yang menyebabkan sintesis PG

obat

pengobatan

pilihan

dan

kerusakan

gastroduodenal

NSAID.

Sedangkan

diberikan

sebagai

akibat

sucralfate

mukoprotektor

terhambat.

oleh

OAINS
terperangkapnya

Penghentian

OAINS,

pemilihan OAINS, dan penggunaan


obat

gastroprotektif

dengan

yang melindungi ulkus dari asam,

mempertimbangkan

peptin, garam empedu, sehingga

gastrointestinal dan kardiovaskular

ulkus dapat sembuh.

merupakan

Terapi
memantau

dilakukan

keadaan

dengan

umum

dan

tatalaksana

risiko
dalam

menangani gastroenteropati OAINS.

5. Lanza et al. Guidelines

DAFTAR PUSTAKA
1. Gosal F, Paringkoan B,
Wenas NT. Patofisiologi
dan

penanganan

gastroenteropati

obat

antiinflamasi
nonsteroid.

Journal of

the Indonesian Medical


Association;

2012.

62(11): 444-449.

gastroenteropathy. The
Journal

of

Gastroenterology;

3. Waranugraha

Y,

Suryana BP, Pratomo B.


pola

penggunaan
dengan

OAINS

gejala

klinis

gastroenteropati

pada

pasien reumatik. Jurnal


Kedokteran

Brawijaya;

2010. 26(2): 107-112.


4. Sudoyo et al. Buku ajar
ilmu

penyakit

Jakarta:

of

NSAID-related

ulcer

complications.

The

American

Journal

of

Gastroenterology;
2009. 104: 728 738.
6. Schellack

N.

An

overview

of

nonsteroidal

anti-

inflammatory
South

drugs.
African

Pharmaceutical Journal;
2012. 79(4): 12-18.

2008, 52(3):134-141.

hubungan

prevention

gastropathy induced by

2. Kim JW. NSAID-induced


Korean

for

dalam.
Internal

Publishing. h. 511-512.

7. Wallace BL, Chin BC.


NSAID
gastroenteropathy:
current

therapy

diagnosis.
Today;

and

Drugs

1997.

of

33(2):

115-122.
8. Simadibrata M et al.
Endoscopical
appearances

of

nonsteroidal

anti

inflammatory

drug

(NSAID)-

enteropathy.

Medical

Journal

of

Indonesia; 2005. 14(4):


225-229.

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat
    Referat
    Dokumen12 halaman
    Referat
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • CA Mammae Heni
    CA Mammae Heni
    Dokumen18 halaman
    CA Mammae Heni
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • CKD Heni Ridho
    CKD Heni Ridho
    Dokumen22 halaman
    CKD Heni Ridho
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen12 halaman
    Referat
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • CKD Merak Heni Kiki
    CKD Merak Heni Kiki
    Dokumen23 halaman
    CKD Merak Heni Kiki
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Surat Voli
    Surat Voli
    Dokumen4 halaman
    Surat Voli
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Case Heni
    Case Heni
    Dokumen15 halaman
    Case Heni
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan SMA
    Penyuluhan SMA
    Dokumen10 halaman
    Penyuluhan SMA
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Dispepsia Case
    Dispepsia Case
    Dokumen10 halaman
    Dispepsia Case
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan
    Penyuluhan
    Dokumen10 halaman
    Penyuluhan
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Efusi Pleura
    Efusi Pleura
    Dokumen13 halaman
    Efusi Pleura
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Refer at
    Refer at
    Dokumen12 halaman
    Refer at
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • DHF
    DHF
    Dokumen18 halaman
    DHF
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Case Fix
    Case Fix
    Dokumen17 halaman
    Case Fix
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • CKD Heni Ridho
    CKD Heni Ridho
    Dokumen22 halaman
    CKD Heni Ridho
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen35 halaman
    PPT
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen31 halaman
    Case
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Demam Dengue
    Demam Dengue
    Dokumen18 halaman
    Demam Dengue
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Word Case Heni
    Word Case Heni
    Dokumen29 halaman
    Word Case Heni
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Demam Dengue
    Demam Dengue
    Dokumen18 halaman
    Demam Dengue
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Demam Dengue
    Demam Dengue
    Dokumen18 halaman
    Demam Dengue
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat
  • Demam Dengue
    Demam Dengue
    Dokumen18 halaman
    Demam Dengue
    Heni Haryani
    Belum ada peringkat