Anda di halaman 1dari 126

Deskripsi Materi

MATA KULIAH : ILMU SOSIAL


BUDAYA ANTROPOLOGI
BEBAN KREDIT : 2 ( DUA ) SKS
SILABUS MATA KULIAH
Program Studi : .........................
Nama Mata Kuliah : Ilmu Sosial Budaya
Jumlah SKS :2
Semester : ........
Dosen : Dr. Mais Maikel Yaroseray.,S.Sos.M.Si
DESKRIPSI PERKULIAHAN
Dalam matakuliah ini diajarkan mengenai dasar-dasar
pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya Dasar kepada para
mahasiswa agar mampu mengkaji masalah sosial, kemanusiaan,
dan budaya. Harapannya adalah mahasiswa peka, tanggap, kritis,
serta berempati atas solusi pemecahan masalah sosial dan budaya
secara arif.
TUJUAN

Setelah perkulihan ini mahasiswa diharapkan :


Mempunyai wawasan pengetahuan tentang gejala –
gejala di lingkungan sosial dan kebudayaannya
2. Mahasiswa peka, tanggap, kritis, serta
berempati atas solusi pemecahan masalah sosial dan
budaya secara arif.
TUJUAN Belajar Ilmu Sosial
Budaya
1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami
Tentang apa itu Ilmu Sosial Budaya dan ruang
lingkupnya, serta kebudayaan yang ada di Papua.
2. Mahasiswa dapat mengaplikasiskan dalam
kehidupan dan kerja mereka ketika berhadapan
dengan Masyarakat.
Deskripsi :
 Mata Kuliah : Sosial Budaya
 Jumlah SKS : 2 SKS

Deskripsi Cabang Ilmu :

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar adalah cabang ilmu pengetahuan


yang merupakan integrasi dari dua ilmu lainnya, yaitu ilmu sosial yang
juga merupakan sosiologi (sosio:sosial, logos: ilmu) dan ilmu budaya
yang merupakan salah satu cabang dari ilmu sosial. Pengertian lebih
lanjut tentang ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi masalah-
masalah sosial, sedangkan ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk
dalam pengetahuan budaya, mengkaji masalah kemanusiaan dan
budaya.
Secara umum dapat dikatakan ilmu sosial dan budaya dasar
merupakan pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep
yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial
manusia dan kebudayaan. Istilah ISBD dikembangkan pertama
kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm
yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun
istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus
yang artinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari
the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih
manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari
the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih
manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian
bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai
manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar
manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu
the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya
yang lain sebagai manusia itu sendiri.
LITERATUR

 Baker, A. 1992. Ontologi: Metafisika Umum. Kanisius. Yogyakarta.


 Geerzt, H. 1980. Aneka Budaya dan Komunitas di Indonsia. Yis dan FIS
UI. Jakarta.
 Kuntowijoyo. 1990. Metodologi Sejarah. Tiara Wacana. Yogakarta.
 Salam, Burhanuddin. 1988. Filsafat Manusia (Antropologi Metafisika).
Bina Aksara. Jakarta.
 Schuon, F. 1997. Hakikat Manusia. Pustaka Pelajar. Yogakarta.
 Setiadi, Elly M.dkk. 2006. Ilmu SosialBudaya Dasar. Kencana. Jakarta.
 Soekanto, Soejono. 1983. Struktur Masyarakat. Rajawali. Jakarta.
 Suleman, munandar. 1995. Ilmu Budaya Dasar. Eresco. Bandung
Asih. Materi lengkap Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Sumber
http://www.ziddu.com/download/2453324/MateriIBD.
pdf.html
diunduh pada Sabtu, 26 September 2009 pukul 17.08.
Sofa, Muhaddar. Pengertian, Tujuan dan Ruang
Lingkup Ilmu Budaya Dasar. Sumber :
http://massofa.wordpress.com/2008/10/21/pengertian-
tujuan-dan-ruang-lingkup-ilmu-budaya-dasar.html
diunduh pada Sabtu, 26 September 2009 pukul 17.24.
Sofa, Muhaddar. Kajian Sosiologi dan Interaksi Sosial.
Sumber :
http://massofa.wordpress.com/2008/02/06/bidang-kaj
ian-sosiologi-dan-interaksi-sosial.html
diunduh pada Sabtu, 26 September 2009 pukul 17.27
Ilmu sosial budaya dasar adalah suatu rangkaian
pengetahuan mengenai aspek – aspek yang paling
mendasar dan menonjol yang ada di dalam kehidupan
manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki budaya dan
permasalahan – permasalahan yang bersifat ada .

Aspek lain dari pengantar ilmu sosial budaya dasar


merupakan pengenalan teori – teori ilmu sosial dan
kebudayaan sehngga diekspektasikan seseorang dapat
memiliki wawasan keilmuan yang bersifat multidipsliner
yang bersangkutan dengan keagamaan, kesetaraan , dan
manusia di dalam kehidupan bersosialisasi.
Secara umum, ilmu sosial budaya dasar bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian manusia sebaga makhluk
sosial ( zoon politicon ) dan sebagai makhluk budaya
( homo humanus ), sehingga mampu menghadapi secara
kritis dan berwawasan luas masalah yang mengenai sosial
budaya dan permasalahan lingkungan sosial budaya, serta
dapat menyelesaikannya dengan baik, tujuan umum ilmu
sosial budaya dasar ada beberapa yaitu yang pertama
pengembangan kepribadian manusia sebagai makhluk sosial
dan makhlUk berbudaya, yang kedua kemampuan seseorang
menanggapi secara kritis dan berwawasan luas terhadap
permasalahan sosial budaya dan permasalahan lingkungan
sosial budaya, dan yang terakhir ketiga adalah kemampuan
di dalam menyelesaikan secara baik, bijaksana dan obyektif
permasalahan – permasalahan di dalam kehidupan
bermasyarakat.
 Sehingga secara umum kita harus memahami konsep – konsep dasar
mengenai manusia sebagai makhluk sosial, dan manusia sebagai
makhluk berbudaya memlki daya kritis, wawasan yang luas terhadap
permasalahan lingkungan sosial budaya.

 Manusia sebagai makhluk berbudaya ( homo humanus ) artinya ,


manusia itu makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling
sempurna, karena sejak lahir sudah di bekali dengan unsure akal
(ratio), rasa (sense) yang membedakannya dengan makhluk lainnya.

 Manusia sebagai makhluk sosial ( zoon politicon ) artinya , manusia


sebagai individu tidak akan mampu hidup sendiri dan berkrmbang
sempurna tanpa hidup bersama dengan individu manusia lainnya.
Manusia harus hidup bermasyarakat saling berhubungan dan
berinteraksi satu sama lain dalam kelompoknya dan juga dengan
individu di luar kelompoknya guna memperjuangkan dan memenuhi
kepentingannya.

MATERI BELAJAR
Pengertian Sosial Budaya
Menurut Andreas Eppink,
Menurut Edward B. Tylor,
 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk
Manusia dan Kebudayaan
Etika dan Estetika Kebudayaan
Pengertian Sosial Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Menurut Andreas Eppink,


 kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

 Menurut Edward B. Tylor,


 kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Perubahan
sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan
kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya
struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
A. Hakikat Manusia Sebagai
Makhluk Budaya
Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia.
Makhluk Tuhan dialam fana ini ada empat macam,
yaitu alam, tumbuhan, binatang, dan manusia. Sifat–
sifat yang dimiliki keempat makhluk Tuhan tersebut
sebagai berikut.
1. Alam memiliki sifat wujud
2. Tumbuhan memiliki sifat hidup dan wujud
3. Binatang memiliki sifat wujud, hidup dan
dibekali nafsu
4. Manusia memiliki sifat wujud, hidup dibekali
nafsu serta akal budi
Akal budi merupakan pemberian sekaligus potensi
dalam diri manusia yang tidak dimiliki makhluk lain.
Kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain
terletak pada akal budi. Anugerah Tuhan akan akal
budilah yang membedakan manusia dari makhluk
lain. Akal adalah kemampuan berpikir manusia
sebagai kodrat alami yang dimiliki. Berpikir
merupakan perbuatan operasional dari akal yang
mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan
dan peningkatan hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal
adalah berpikir. Karena manusia yang dianugerahi
akal maka manusia dapat berpikir. kemampuan
berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan
maslaah–masalah hidup yang dihadapi.
 Budi berarti juga akal. Budi berasal dari bahasa Sansekerta budha
yang artinya akal. Budi menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia
adalah bagian dari kata hati yang berupa panduan akal dan
perasaan dan yang dapat membedakan baik–buruk sesuatu. Budi
dapat pula berarti tabiat, perangai dan akhlak. Sutan Takdir
Alisyahbana mengungkapkan bahwa budilah yang menyebabkan
manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna
dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian
objektif terhadap objek dan kejadian.
 Dengan akal budinya, manusia mampu menciptakan,
mengkreasi, memperlakukan, memperbarui, memperbaiki,
mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk
kepentingan hidup manusia. Contohnya manusia bisa
membangun rumah, membuat aneka masakan, menciptakan
beragam jenis pakaian, membuat alat transportasi, sarana
komunikasi dan lain–lain. Binatang pun bisa membuat rumah dan
mencari makan. Akan tetapi, rumah dan makanan suatu jenis
makanan tidak pernah berubah dan berkembang.
Rumah burung (sarang) dari dulu sampai sekarang
tetap saja wujudnya, tidak ada pembaharuan dan
peningkatan. Manusia dengan kemampuan akal
budinya bisa memperbaharui dan mengembangkan
sesuatu untuk kepentingan hidup.
 Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Secara umum,
kebutuhan manusia dalam kehidupan dapat
dibedakan menjadi dua. Pertama, kebutuhan yang
bersifat kebendaan (sarana–prasarana) atau badani
atau ragawi atau jasmani/biologis. Contohnya adalah
makan, minum, bernafas, istirahat dan seterusnya.
Kedua, kebutuhan yang bersifat rohani atau mental
atau psikologi. Contohnya adalah kasih sayang, pujian
perasaan aman, kebebasan, dan sebagainya.
. Manusia dan Kebudayaan (TLM) 22)I)
Kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal–hal yang berkaitan dengan budi dan
akal. Ada pendapat lain mengatakan budaya berasal dari kata
budi dan daya. Budi merupakan unsur rohani, sedangkan daya
adalah unsur jasmani manusia. Dengan demikian, budaya
merupakan hasil budi dan daya dari manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata latin colere, yaitu mengolah dan
mengerjakan. Dalam Bahsa Belanda, cultuur berarti sama
dengan culture. Culture atau cultuur bisa diartikan juga sebagi
mengolah tanah dan bertani. Dengan demikian, kata budaya
ada hubungannya dengan kemampuan manusia dalam
mengelola sumber–sumber kehidupan, dalam hal ini
pertanian. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
kultur dalam bahasa Indonesia.
Definisi kebudayaan telah banyak dikemukakan oleh
para ahli. Beberapa contoh sebagai berikut :
1. Herskovits memandang kebudayaan sebagai
sesuatu yang turun temurun dari suatu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
super organik.
2. Andreas eppink menyatakan bahwa kebudayaan
mengandung keseruhan pengertian, nilai, norma,
ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur–
struktur sosial, religius, dan lain–lain, ditambah lagi
dengan segala intelektual dan artistik yang menjadi
ciri khas suatu masyarakat.
Eward B, Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya mengandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan–kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota suatu masyarakat.
4. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
mengatakan kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa dan cipta masyarakat.
5. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakan dengan belajar besirat dari hasil budi
pekerti
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian
mengenai kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari–hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda- benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku
dan berupa benda- benda yang bersifat nyata, misalnya
pola–pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain–lain, yang kesemuanyan
ditujukan untuk membantu Manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakatnya.
J.J Hoeningman membagi wujud kebudayaan
menjadi tiga, yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak.
a. Gagasan (wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat
tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam
bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal
itu berada dalam karangan dan buku–buku hasil
karya para penulis warga masyarakat tersebut.
 b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam bermasyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas–aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola–pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari–hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
 c. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa
benda benda atau hal–hal yang dapat diraba, dilihat dan
didokumentasikan. Sifatnya paling kongkret diantara ketiga wujud
kebudayaan,
Koentjaraningrat membagi wujud kebudayaan menjadi tiga pula, yaitu
1. Suatu kompleks ide, gagasan, nilai norma dan sebagainya
2. Suatu kompleks aktivitas atau tindakan berpola dari manusia dalam
bermasyarakat
3. Suatu benda-benda hasil karya manusia
Sedangkan mengenai unsur kebudayaan, dikenal adanya
tuju usur kebudayaan yang bersifat universal. Ketujuh
unsur tersebut dikatakan universal karena dapat
dijumpai dalam setiap kebudayaan dimanapun dan
kapan pun berada.
Tujuh unsur kebudayaan tersebut yaitu :
1. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup
2. Sistem mata pencaharian hidup
3. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem pengetahuan
7. Sistem religi
Manusia merupakan pencipta kebudayaan karena
manusia dianugerahi akal dan budi daya. Dengan akal
dan budi daya itulah manusia menciptakan dan
mengembangkan kebudayaan. Terciptanya
kebudayaan adalah hasil interaksi manusia dengan
segala isi alam raya ini. Hasil interaksi binatang
dengan alam sekitar tidak membentuk
kebudayaan, tetapi hanya menghasilkan pembiasaan
saja. Hal ini karena binatang tidak dibekali akal budi,
tetapi hanya nafsu dan naluri tingkat rendah.
Karena manusia adalah pencipta kebudayaan maka
manusia adalah makhluk berbudaya. Kebudayaan
adalah ekspresi eksistesi manusia di dunia. Dengan
kebudayaannya manusia mampu menampakkan
jejak–jejaknya dalam panggung sejarah dunia.
TIGA RAS TERBESAR DI DUNIA
1.Ras Kaucasoid
2. Ras Mongoloid
3. Ras Negroid
Dari kitiga ras ini papua temasuk dalam Ras Negroid
sub Ras Melanesoid
Papua Tergolong alam Rumpun suku bangsa
Melanesia
BAHASA

Apakah bahasa itu?


Bahasa adalah suatu system bunyi yang kalau digabungkan
menurut aturan tertentu menimbulkan arti, yang dapat ditangkap
oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu. Meskipun
manusia pertama-tama bersandar pada bahasa untuk saling
berkomunikasi satu sama lain, tetapi bahasa bukanlah satu-
satunya sarana berkomunikasi. Sarana-sarana lain itu adalah para
bahasa (para language) yaitu suatu sistem bunyi yang menyertai
bahasa, dan kinesika (kinesics) yaitu system gerak tubuh yang
digunakan untuk menyampaikan pesan (Haviland, 1988 : 359).
Kalau dilihat dari konsep tersebut diatas, maka orang Papua juga
mempunyai suatu system bunyi yang dapat menimbulkan arti
berdasarkan kebudayaan mereka masing-masing.
Orang Papua secara umum di bagi kedalam dua
kelompok besar menurut pembagian bahasa yang
digunakan. Kedua bahasa tersebut adalah bahasa
Austronesia dan bahasa Non Austronesia. Adapun
bahasa-bahasa yang masuk dalam kelompok
Austronesia disebut dengan nama bahasa-bahasa
Papua. Dua bahasa ini merupakan bahasa induk yang
kedalamannya tergolong bahasa-bahasa lokal yang
kurang lebih 250 bahasa (Silzer, 1986; Peneliti Program
Bahasa, Uncen, 2001) Bahasa sebagai wahana
berkomunikasi antara warga, maka tiap kelompok etnik
mengujar bahasa tertentu selalu membedakan diri
mereka dari kelompok pengujar bahasa lain. Ini berarti
dari segi kebahasaan terdapat kurang lebih 250
kelompok etnik yang masing-masing merasa dirinya
berbeda dari kelompok-kelompok lainnya.
Di Papua ini terdapat ratusan bahasa daerah yang
berkembang pada kelompok etnik yang ada. Aneka
pelbagai bahasa ini telah menyebabkan kesulitan dalam
berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan
kelompok etnik lainnya. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia
digunakan secara resmi oleh masyarakat-masyarakat di
Papua bahkan hingga ke pedalaman.
PUALAU PAPUA MINIATUR BUMI
Pulau papua dikatakan sebagai Mini atur bumi karena
memiliki struktur geografis yang lengkap seperti;
Mualia dari laut paling dalam, laut dalam, laut
dangkal, pinggiran pantai, pantai, dataran rendah,
rawa-rawa, datarann tinggi, bukit-bukit, gunung-
gunung sedang gunung tinggi, puncak tertinggi yang
selalu di selimuti salju abadi sepanjang tahun
Kebudayaan menurut seorang Antropolog yang
bernama E.B. Taylor mengatakan bahwa,
kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,
kesusasteraan, hukum, adat istiadat serta
kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipeljari oleh
manusia sebagai anggota suatu masyarakat.
• Selanjutnya juga menurut Ralp Linton bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan,
sikap, dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan
yang di miliki dan diwariskan oleh anggota suatu
masyarakat tertentu.
Pada umumnya semua kebudayaan dari setiap suku
bangsa diatas muka bumi ini terdapat 7 (tujuh) unsur
universal yaitu :
Jumlah suku PAPUA
Papua terdiri dari kurang lebih 251 suku bags
a atau etnis yang memiliki keanekaragaman
kebudayaan, dimana setiap suku bangsa mempunyai
ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut dapat
membedakan kebudayaan satu kelompok etnis yang
satu dengan etnis yang lain. Untuk membedakan ciri
khas budaya pada setiap etnis yang ada, maka perlu
kita mengetahui dan memahami apa yang dimaksud
dengan kebudayaan.
Sistem Pengetahuan
Nilai budaya yang bermanifestasi dalam bentuk etika,
norma, peraturan, hukum dan aturan-aturan khusus
yang menjadi pedoman bagi manusia itu sehingga
berbeda dari satu masyarakat kebudayaan dengan
masyarakat kebudayaan lainnya. Apa yang dianggap
bernilai tinggi oleh masyarakat kebudayaan A belum
tentu dianggap baik oleh masyarakat kebudayaan B.
Apa yang dianggap patut dipatuhi oleh masyarakat
kebudayaan C belum tentu dianggap penting untuk
dipatuhi oleh masyarakat kebudayaan D. Demikian
seterusnya.
Kluckhohn dan Stodbeck (1961), secara universal bersumber
dari konsepsi yang berbeda teradap lima hal atau prinsip
dasar. Kelima prinsip dasar itu adalah:
- Konsepsi terhadap hakekat hidup (MH). Semua
kebudayaan di dunia ini, niscaya memiliki konsep tentang apa
yang disebut hidup. Apa arti hidup ini, apa tujuannya dan
bagaimana menjalankannya. Biasanya agama-agama
memberikan tuntunan terhadap seseorang sehingga
terbentuk persepsinya terhadap hakekat hidup itu. Terhadap
hakekat hidup terdapat bermacam-macam tanggapan,
ada yang memandang dan menanggapi hidup itu sebagai
kesengsaraan yang harus diterima sebagai ketentuan yang tak
dapat dihindari:
sebagai hidup untuk menebus suatu dosa;
sebagai kesempatan untuk menggembirakan diri;
menerima sebagaimana adanya; dan berbagai tanggapan
lainnya.
 Konsepsi terhadap karya manusia (MK). Tanggapan
(TLM 1)tentang arti karya terdapat banyak variasi yang
ditampilkan oleh berbagai kebudayaan.
Ada yang memandang karya atau bekerja itu sebagai
sesuatu yang memberikan suatu kedudukan yang
terhormat dalam masyarakat atau mempunyai arti
bagi kehidupan; bekerja itu adalah pernyataan tentang
kehidupan;
Bekerja adalah intensifikasi dari kehidupan untuk
menghasilkan lebih banyak kerja lagi;
 dan berbagai macam konsepsi lainnya yang
menunjukkan bagaimana manusia hidup dalam
kebudayaan tertentu memandang dan menghargai
karya itu.
 Konsepsi terhadap alam (MA). Bagaimana manusia
harus menghadapi alam, juga terdapat persepsi yang
berbeda-beda menurut tiap-tiap kebudayaan.
Ada yang memandang alam ini sebagai sesuatu yang
potensial dapat memberikan kehidupan yang bahagia
bagi manusia dengan mengolahnya;
ada yang memandang alam ini sebagai suatu yang
harus dipelihara keseimbangannya sehingga harus
diikuti saja hukum-hukumnya;
ada yang memandang alam ini sebagai sesuatu yang
sakral dan maha dahsyat sehingga manusia itu pada
hakekatnya hanya bisa bersifat menyerah saja dan orang
harus menerima sebagaimana adanya tanpa berbuat
banyak untuk mengolah alam; dan berbagai tanggapan
lainnya.
Tanggapan terhadap waktu (MW). Ada berbagai
tanggapan tentang soal waktu menurut masing-masing
kebudayaan.
 Ada tanggapan bahwa yang sebaik-baiknya adalah masa
lalu yang memberikan pedoman kebijaksanaan dalam
hidupnya; ada yang beranggapan bahwa orientasi ke masa
depan itulah yang terbaik untuk kehidupan ini. Dalam
kebudayaan serupa itu perencanaan hidup menjadi suatu
hal yang amat penting.
Sebaliknya ada pula kebudayaan-kebudayaan yang hanya
mempunyai suatu pandangan waktu yang sempit, mereka
memandang waktu sekarang adalah waktu yang
terpenting. Warga dari kebudayaan serupa itu tidak akan
memusingkan diri dengan memikirkan zaman yang
lampau maupun masa akan datang. Mereka hidup
menurut keadaan yang ada pada masa sekarang ini.
Tanggapan terhadap sesama manusia (MM). Ada
kebudayaan-kebudayaan yang menanamkan pada
warga masyarakatnya pandangan-pandangan terhadap
sesama manusia bahwa hubungan vertikal antara
manusia dengan sesamanya adalah amat penting.
Dalam pola kelakuannya, manusia yang hidup dalam
kebudayaan serupa itu akan berpedoman kepada
tokoh-tokoh pemimpin dan orang-orang senior,
sehingga orang atasan selalu dijadikan panutan bagi
warganya.
Ada yang menanamkan pandangan bahwa hubungan
horizontal antara manusia dengan sesamanya sebagai
yang terbaik. Orang dalam suatu kebudayaan serupa
itu akan merasa amat tergantung kepada sesamanya,
dan usaha untuk memelihara hubungan baik dengan
tetangganya dan sesama kaum kerabat dianggap amat
penting dalam hidup. Sebaliknya ada kebudayaan yang
berorientasi bahwa menggantungkan diri pada orang
lain adalah bukan hal yang baik. Dalam kebudayaan
serupa itu individualisme amat dipentingkan dan
sangat menghargai orang yang mencapai banyak
tujuan dalam hidupnya dengan hanya sedikit bantuan
dari orang lain.
C. Etika dan Estetika Kebudayaan
1. Etika Manusia dalam Berbudaya (PAUD)
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos.
Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik–
buruk, yang diterima umum atau tentang sikap,
perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Etika bisa
disamakan artinya dengan moral (mores dalam bahasa
latin), akhlak, atau kesusilaan. Etika berkaitan dengan
masalah nilai, karena etika pada pokoknya
membicarakan masalah–masaah yang berkaitan
dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan
buruk. Dalam hal ini, etika termasuk dalam kawasan
nilai, sedangkan nilai etika itu sendiri berkaitan
dengan baik–buruk perbuatan manusia.
Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens
menyebutkan ada tiga jenis makna etika sebagai
berikut :
a. Etika dalam arti nilai–nilai atau norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
orang dalam mengatur tingkah laku.
b. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral
(yang dimaksud disini adalah kode etik)
c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang
baik dan yang buruk . Disini etika sama artinya
dengan filsafat moral.
Etika sebagai nilai dan norma etik atau moral
berhubungan dengan makna etika yang pertama.
Nilai–nilai etik adalah nilai tentang baik buruk
kelakuan manusia. Nilai etik diwujudkan kedalam
norma etik, norma moral, norma kesusilaan.
Norma etik berhubungan dengan manusia sebagai
individu karena menyangkut kehidupan pribadi.
Pendukung norma etik adalah nurani individu dan
bukan manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai
anggota masyarakat yang terorganisir. Norma ini dapat
melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi dan
mencegah kegelisahan diri sendiri.
Norma etik ditujukan kepada umat manusia agar tebetuk
kebaikan akhlak pribadi guna penyempurnaan manusia dan
melarang manusia melakukan perbuatan jahat. Membunuh,
berzina, mencuri, dan sebagaiya. Tidak hanya dilarang oleh
norma kepercayaan atau keagamaan saja, tetapi dirasaan juga
sebagai bertentangan dengan (norma) kesusilaan dalam setia
hati nurani manusia. Norma etik hanya membebani manusia
dengan kewajiban–kewajiban saja.
Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri
yang bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir,
tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia. Batinnya
sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar norma
kesusilaan dengan sanksi. Tidak ada kekuasaaan diluar dirinya
yang memaksakan sanksi itu. Kalau terjadi pelanggaran norma
etik, misalnya pencurian atau penipuan, maka akan timbullah
dalam hati nurani si pelanggar itu rasa penyesalan, rasa malu,
takut, dan merasa bersalah.
Daerah berlakunya norma etik relatif universal, meskipun
tetap dipengaruhi oleh ideologi masyarakat pendukungya.
Perilaku membunuh adalah perilaku yang amoral, asusila
atau tidak etis. Pandangan itu bisa diterima oleh orang
dimana saja atau universal. Namun, dalam hal tertentu,
perilaku seks bebas bagi masyarakat penganut kebebasan
kemungkinan bukan perilaku yang amoral. Etika
masyarakat Timur mungkin berbeda dengan etika
masyarakat barat.

Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam


berperilaku. Dengan norma etik, manusia bisa
membedakan mana perilaku yang baik dan juga mana
perilaku yang buruk. Norma etik menjadi semacam das
sollen untuk berperilaku baik. Manusia yang beretika
berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan norma–
norma etik.
Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa
dan karsa manusia. Manusia yang beretika akan
menghasilkan budaya yang memiliki nilai–nilai etik
pula. Etika berbudaya mengandung tuntutan atau
keharusan bahwa budaya yang diciptakan manusia
mengandung nilai–nilai etik yang kurang lebih
bersifat universal atau diterima sebagian besar orang.
Budaya yang memiliki nilai–nilai etik adalah budaya
yang mampu menjaga, mempertahankan, bahakan
mampu meningktkan harkat dan martabat manusia
itu sendiri. Sebaliknya, budaya yang beretika adalah
kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan
menghancurkan martabat kemanusiaan.
menyimpang dari nilai etika adalah bergantung dari paham atau ideologi
yang diyakini masyarakat pendukung kebudayaan . Hal ini
dikarenakan berlakunya nilai–nilai etik bersifat universal, namun amat
dipengaruhi oleh ideologi masyarakatnya.
Contohnya, budaya perilaku berduaan dijalan antara sepasang muda
mudi, bahkan bermesraan di hadapan umum. Masyarakat individual
menyatakan hal demikian bukanlah perilaku yang etis, tetapi akan
ada sebagian orang atau masyarakat yang berpandangan hal
tersebut merupakan suatu penyimpangan etik.
 2. Estetika Manusia dalam Berbudaya
Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni.
Estetika berkaitan dengan nilai indah–jelek (tidak indah). Nilai
estetika berari nilai tentang keindahan. Keindahan dapat diberi
makna secara luas, secara sempit, dan estetik murni.
Secara luas keindahan mengandung ide kebaikan, bahwa
segala sesuatunya yang baik termasuk yang abstrak maupun
nyata yang mengandung ide kebaikan adalah indah.
Keindahan dalam arti luas meliputi banyak hal, seperti watak
yang indah, hukum yang indah, ilmu yang indah, dan
kebajikan yang indah. Indah dalam arti luas mencakup
hampir seluruh yang ada apakah merupakan hasil seni,
alam, moral, dan intelektual.
b. Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup
persepsi penglihatan (bentuk dan warna).
c. Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik
seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
diresapinya melalui penglihatan, pendengaran perabaan dan
perasaan, yang semuanya dapat menimbulkan persepsi
(anggapan) indah.
Namun demikian, menentukan apakah suatu budaya yang
dihasilkan manusia itu memenuhi nilai–nilai etik ataukah
D. MEMANUSIAKAN MANUSIA
Manusia tidak hanya sebatas menjadi homo, tetapi harus
meningkatkan diri menjadi human. Manusia harus memiliki
prinsip, nilai, dan rasa kemanusiaan yang melekat dalam dirinya.
Manusia memiliki perikemanusiaan, tetapi binatang tidak bisa
dikatakan memiliki perbintangan. Hal ini karena binatang tidak
memiliki akal budi, sedangkan manusia memiliki akal budi yang
bisa memunculkan rasa atau perikemanusiaan. Perikemanusiaan
inilah yang mendorong perilaku baik sebagai manusia.

Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk senantiasa


menghargai dan menghormati harkat dan derajat manusia lainnya.
Memanusiakan manusia memberi keuntungan bagi diri sendiri
maupun orang lan. Bagi diri sendiri akan menunjukan harga diri
dan nilai luhur pribadinya sebagai manuia. Sedangkan bagi orang
lain akan memberikan rasa percaya, rasa hormat, kedamaian, dan
kesejahteraan hidup.
Sebaliknya, sikap tidak manusiawi terhadap
manusia lain hanya akan merendahkan harga diri
dan martabatnya sebagai manusia yang
sesungguhnya makhluk mulia. Sedangkan bagi
orang lain sebagai korban tindakan yang tidak
manusiawi akan menciptakan penderitaan,
kesusahan, ketakutan, perasaan dendam, dan
sebagainya. Sejarah membuktikan bahwa
perseteruan, pertentangan, dan peperangan terjadi
diberbagai belahan dunia adalah karena manusia
belum mampu memanusiakan manusia lain, dan
sekelompok bangsa menindas bangsa lain.
Penjajahan atau kolonialisme adalah contoh
prilaku satu bangsa menindas bangsa lain.
Penjajahan tidak sesuai dengan peri kemanusiaan.
Dewasa ini, perilaku tidak manusiawi dicontohkan dengan
adanya kasus kekerasaan terhadap para pembantu rumah
tangga. Misalkan seorang pembantu disiksa, tidak diberi upah,
dikurung dalam rumah,dan sebagainya. Para majikan telah
melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
kemanusiaan.
Sikap dan perilaku memanusiakan manusia didasarkan
atas prinsip kemanusiaan yang disebut the mankind is one.
Prinsip kemanusiaan tidak membeda-bedakan kita
memperlakukan orang lain atas dasar warna
kulit,suku,agama,ras,asal,dan status sosial ekonomi. Kita tetap
harus manusiawi terhadap orang lain, apa pun latar
belakangnya, karena semua manusia adalah makhluk Tuhan
yang sama harkat dan martabatnya. Perilaku yang manusiawi
atau memanusiakan manusia adalah sesuai dengan kodrat
manusia. Sebaliknya, perilaku yang tidak manusiawi
bertentangan dengan hakikat kodrat manusia. Perilaku yang
tidak manusiawi akan mendatangkan kerusakan hidup manusia.
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DALAM MASYARAKAT
Konsep Perubahan sosial budaya dalam masyarakat
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang gejala-gejala dan
kejadian sosial budaya di masyarakat sebagai proses-proses
yang sedang berjalan atau bergeser kita memerlukan
beberapa konsep. konsep-konsep tersebut sangat perlu
untuk menganalisa proses pergeseran masyarakat dan
kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan
sosiologi yang disebt dinamika social.
Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami
perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan
yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun
dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial
yang terjadi memang telah ada sejak zaman dahulu. Ada
kalanya perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung
demikian.
cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang
menghadapinya. Berikut ini beberapa ilmuwan yang
mengungkapkan tentang batasan-batasan perubahan
sosial. Gillin dan Gillin menyatakan bahwa perubahan
sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang
telah diterima, baik karena perubahan kondisi
geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi
penduduk, ideologi, ataupun karena adanya
penemuan-penemuan baru di dalam masyarak.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai
nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola
prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.
Para sosiologi pernah mengadakan klasifikasi antara masyarakat-
masyarakat statis dan dinamis. Masyarakat yang statis adalah
masyarakat yang sedikit sekali mengalami perubahan dan
berjalan lambat. Masyarakat yang dinamis adalah masyarakat
yang mengalami berbagai perubahan dengan cepat.Jadi setiap
masyarakat, pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat
yang statis. Sedangkan pada masyarakat yang lainya, dianggap
sebagai masyarakat yang dinamis. Perubahan-perubahan
bukanlah semata-mata berarti suatu kemajuan (progress) namun
dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang kehidupan
tertentu.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa
ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar
dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya
komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang
teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat
diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari tempat
tersebut.
Masyarakat dan kebudayaan manusia di manapun
selalu berada dalam keadaan berubah. Pada
masyarakat-masyarakat dengan kebudayaan primitif,
yang hidup terisolasi jauh dari berbagai jalur
hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain di luar
dunianya sendiri, perubahan yang terjadi dalam
keadaan lambat. Perubahan yang terjadi dalam
masyarakat berkebudayaan primitif tersebut, biasanya
telah terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal
dari dalam masyarakat dan kebudayaan itu sendiri,
yaitu karena perubahan dalam hal jumlah dan
komposisi penduduknya dan karena perubahan
lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Sedangkan dalam masyarakat-masyarakat yang
hidupnya tidak terisolasi dari atau yang berada dalam
jalur-jalur hubungan dengan masyarakat-masyarakat
dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah secara
cepat dibandingkan dengan perubahan yang terjadi
dalam masyarakat berkebudayaan primitif seperti
tersebut di atas. Perubahan yang terjadi secara lebih
cepat tersebut, disamping karena faktor-faktor
perubahan jumlah dan komposisi penduduk serta
perubahan lingkungan hidup juga telah disebabkan
oleh adanya difusi atau adanya penyebaran
kebudayaan lain ke dalam masyarakat yang
bersangkutan, penemuan-penemuan baru khususnya
penemuan-penemuan teknologi dan inovasi.
Definisi Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi
perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial.
Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya
ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh para anggota
sistem sosial yang bersangkutan. Proses perubahan
sosial biasa tediri dari tiga tahap:
1. Invensi, yakni proses di mana ide-ide baru
diciptakan dan dikembangkan
2. Difusi, yakni proses di mana ide-ide baru itu
dikomunikasikan ke dalam sistem sosial.
3. Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang
terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat
pengadopsian atau penolakan inovasi.
Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu
mempunyai akibat. Dalam menghadapi perubahan sosial budaya
tentu masalah utama yang perlu diselesaikan ialah pembatasan
pengertian atau definisi perubahan sosial (dan Wilbert E. Maore,
Order and Change, Essay in Comparative Sosiology, New York,
John Wiley & Sons, 1967 : 3. perubahan kebudayaan) itu sendiri.
Ahli-ahli sosiologi dan antropologi telah banyak
membicarakannya.
Menurut Max Weber dalam Berger (2004), bahwa, tindakan
sosial atau aksi sosial (social action)tidak bisa dipisahkan dari
proses berpikir rasional dan tujuan yang akan dicapai oleh
pelaku. Tindakan sosial dapat dipisahkan menjadi empat macam
tindakan menurut motifnya:
(1) tindakan untuk mencapai satu tujuan tertentu,
(2) tindakan berdasar atas adanya satu nilai tertentu,
(3) tindakan emosional, serta
(4) tindakan yang didasarkan pada adat kebiasaan (tradisi).
Aksi sosial adalah aksi yang langsung menyangkut
kepentingan sosial dan langsung datangnya dari
masyarakat atau suatu organisasi, seperti aksi menuntut
kenaikan upah atau gaji, menuntut perbaikan gizi dan
kesehatan, dan lain-lain. Aksi sosial adalah aksi yang
ringan syarat-syarat yang diperlukannya dibandingkan
dengan aksi politik, maka aksi sosial lebih mudah
digerakkan daripada aksi politik. Aksi sosial sangat penting
bagi permulaan dan persiapan aksi politik. Dari aksi sosial,
massa/demonstran bisa dibawa dan ditingkatkan ke aksi
politik. Aksi sosial adalah alat untuk mendidik dan melatih
keberanian rakyat. Keberanian itu dapat digunakan untuk:
mengembangkan kekuatan aksi, menguji barisan aksi,
mengukur kekuatan aksi dan kekuatan lawan serta untuk
meningkatkan menjadi aksi politik.
Selanjutnya Menurut Netting, Ketther dan McMurtry
(2004) berpendapat bahwa, aksi sosial merupakan
bagian dari pekerjaan sosial yang memiliki komitmen
untuk menjadi agen atau sumber bagi mereka yang
berjuang menghadapi beragam masalah untuk
memerlukan berbagai kebutuhan hidup.
Perubahan sosial dalam masyarakat bukan
merupakan sebuah hasil atau produk tetapi
merupakan sebuah proses. Perubahan sosial
merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil
oleh anggota masyarakat. Konsep dinamika kelompok
menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk
memahami perubahan sosial.
Lippit (1958) mencoba mengembangkan teori yang
disampaikan oleh Lewin dan menjabarkannya dalam
tahap-tahap yang harus dilalui dalam perubahan
berencana. Terdapat lima tahap perubahan yang
disampaikan olehnya, tiga tahap merupakan ide dasar
dari Lewin. Walaupun menyampaikan lima tahapan
Tahap-tahap perubahan adalah sebagai berikut:
(1) tahap inisiasi keinginan untuk berubah,
(2) penyusunan perubahan pola relasi yang ada,
(3) melaksanakan perubahan,
(4) perumusan dan stabilisasi perubahan, dan
(5) pencapaian kondisi akhir yang dicita-citakan.
 Konsep pokok yang disampaikan oleh Lippit diturunkan dari Lewin
tentang perubahan sosial dalam mekanisme interaksional.
Perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap
kelompok, individu, atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa
kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan
penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat terjadi
dengan memperkuat driving forcesdan melemahkan resistences to
change. Peran agen perubahan menjadi sangat penting dalam
memberikan kekuatan driving force.
 Membahas tentang perubahan sosial, Comte membaginya dalam dua
konsep yaitu social statics (bangunan struktural) dan social
dynamics (dinamika struktural). Bangunan struktural merupakan
struktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utamanya
mengenai struktur sosial yang ada di masyarakat yang melandasi dan
menunjang kestabilan masyarakat. Sedangkan dinamika struktural
merupakan hal-hal yang berubah dari satu waktu ke waktu yang lain.
Perubahan pada bangunan struktural maupun dinamika struktural
merupakan bagian yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
Pengertian Perubahan Sosial Dan Perubahan Kebudayaan
 Ada perbedaan pengertian antara perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan. Yang dimaksud dengan perubahan sosial adalah
perubahan dalam struktur sosial dan dalam pola-pola hubungan
sosial, yang antara lain mencakup, sistem status, hubungan-
hubungan dalam keluarga, sistem-sistem politik dan kekuatan, dan
persebaran penduduk. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan
kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang
dimiliki bersama oleh para warga atau oleh sejumlah warga
masyarakat yang bersangkutan, yang antara lain mencakup, aturan-
aturan atau norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam
kehidupan warga masyarakat, nilai-nilai, teknologi, selera dan rasa
keindahan atau kesenian dan bahasa.
 Walaupun perubahan sosial dibedakan dari perubahan kebudayaan,
tetapi pembahasan-pembahasan mengenai perubahan sosial tidak
akan dapat mencapai suatu pengertian yang benar tanpa harus juga
mengkaitkannya dengan perubahan kebudayaan yang terwujud
dalam masyarakat yang bersangkutan. Hal yang sama juga berlaku
dalam pembahasan-pembahasan mengenai perubahan kebudayaan.
Salah satu bentuk proses perubahan sosial yang
terwujud dalam masyarakat dengan kebudayaan
primitif maupun dengan kebudayaan yang kompleks
atau maju, adalah proses imitasi yang dilakukan oleh
generasi yang lebih muda terhadap kebudayaan dari
generasi yang lebih tua. Proses imitasi dilakukan
dengan belajar meniru, yang belum tentu atau bahkan
yang kebanyakan tidak sempurna, dari berbagai pola
tindakan generasi orang tua. Sehingga hasilnya adalah
adanya perubahan yang berjalan secara lambat dan
teratur, dan yang baru terasa perubahannya setelah
dilihat dalam suatu jangka waktu yang panjang dari
proses pewarisan kebudayaan tersebut.
Contoh yang lain lagi dari penciptaan baru adalah
ditemukannya listrik, yang bersumber pada
pengetahuan bahwa gesekan menimbulkan listrik, dan
bahwa benda-benda tertentu dapat menghasilkan listrik
lebih banyak bila digesekkan satu dengan lainnya, dan
bahwa diperlukan tehnik-tehnik penggesekkan tertentu
untuk menghasilkan listrik, dan benda-benda tertentu
yang dapat menerima arus listrik tanpa membahayakan
keselamatan jiwa dan raga manusia. Kombinasi dari
pengetahuan ini menghasilkan serentetan penemuan
baru, yaitu: alat-alat penghasil tenaga listrik, benda-
benda atau alat-alat yang dapat menyalurkan arus listrik,
dan alat-alat yang dapat memanfaatkan arus tenaga
listrik tersebut sebagai sumber energi sehingga dapat
berguna bagi manusia.
Sedangkan perubahan yang terjadi dalam masyarakat
yang sudah maju atau kompleks kebudayaannya
daripada masyarakat dengan kebudayaan primitif
yang terisolasi kehidupannya, biasanya terwujud
dengan melalui proses penemuan (discovery),
penciptaan bentuk baru (invention), dan melalui
proses difusi (persebaran unsur-unsur kebudayaan).
Dengan melalui proses-proses tersebut di atas,
perubahan sosial biasanya berjalan dengan cepat.
Sehingga, berbagai nilai, norma, dan pola-pola
hubungan sosial yang tadinya berlaku pada generasi
sebelumnya dalam masyarakat tersebut bisa tidak
berlaku lagi dan diganti oleh yang lainnya.
Penemuan (discovery) adalah suatu bentuk
penemuan baru yang berupa persepsi mengenai
hakekat sesuatu gejala atau hakekat mengenai
hubungan antara dua gejala atau lebih. Suatu
penemuan (discovery) mengenai bentuk bumi yang
bulat dan bukannya datar, telah menyebabkan adanya
berbagai kegiatan yang berkenaan dengan itu yang
mewujudkan adanya perubahan sosial pada
masyarakat-masyarakat di Eropa Barat pada abad ke-
16. Perubahan sosial tersebut telah terjadi karena
adanya usaha-usaha untuk melayari bumi tanpa harus
takut untuk sampai ke ujung dunia yang tidak
berujung pangkal, sebagaimana disangkakan semula,
guna mencari rempah-rempah dan benda-benda
berharga lainnya.
Sedangkan ciptaan baru (invention) adalah suatu pembuatan
bentuk baru yang berupa benda atau pengetahuan yang
dilakukan dengan melalui proses penciptaan yang didasarkan
atas pengkombinasian dari pengetahuan-pengetahuan yang
sudah ada mengenai benda dan gejala. Contohnya, sepotong
kayu yang berbentuk seperti tongkat dan sebuah batu hitam
adalah dua benda alamiah. Kedua benda ini kalau
dihubungkan satu dengan lainnya dapat menjadi sebuah tugal
atau alat untuk melubangi tanah guna menaruh biji-bijian
yang ditanam di ladang. Caranya adalah dengan
pengkombinasian pengetahuan mengenai perlunya ujung
tongkat yang tajam untuk melubangi tanah dan batu hitam
yang keras permukaannya, dan bahwa penajaman ujung kayu
dapat dilakukan dengan cara mengasahkannya pada
permukaan benda yang keras dan kasar, dan bahwa batu
hitam yang keras dan kasar tersebut dapat digunakan untuk
mengasah tongkat kayu sehingga tajam ujungnya; dan
menghasilkan alat yang namanya tugal.
Perubahan-perubahan yang terwujud karena inovasi (inovasi
adalah istilah yang dipakai untuk pengertian baik untuk
discovery maupun untuk invention) dan karena difusi dari
inovasi telah dipercepat lagi prosesnya oleh kekuatan-
kekuatan teknologi, industrialisasi, dan urbanisasi. Ketiga-
tiganya secara bersama-sama menghasilkan proses
modernisasi dalam masyarakat yang bersangkutan. Teknologi
modern, secara disadari atau tidak oleh para warga
masyarakat yang bersangkutan, telah menciptakan
keinginan- keinginan dan impian-impian baru berkenaan
dengan kehidupan yang ingin dijalani (yaitu berupa
memperoleh berbagai peralatan yang serba modern dan luks
secara lebih banyak dan lebih baik daripada yang sudah
dipunyai, kondisi kehidupan yang lebih nyaman dan nikmat),
dan memberikan jalan-jalan yang dapat memungkinkan
dilaksanakannya usaha-usaha untuk memperbaiki kondisi-
kondisi sosial dalam masyarakat.
Tetapi penemuan baru maupun penciptaan baru tidaklah dapat
begitu saja merubah kehidupan sosial manusia tanpa melalui
suatu proses difusi. Difusi adalah persebaran unsur-unsur
kebudayaan dari masyarakat yang satu ke masyarakat yang lain
dan dari warga masyarakat yang satu ke warga yang lain dari
masyarakat yang bersangkutan. Persebaran unsur kebudayaan
adalah suatu proses, yaitu proses penerimaan unsur-unsur
kebudayaan tersebut oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
Suatu unsur kebudayaan baru, yang berupa penciptaan ataupun
penemuan baru, tidak akan dapat digunakan dan mempunyai
fungsi merubah kehidupan sosial warga masyarakat yang
bersangkutan tanpa melalui proses difusi. Suatu unsur baru
dapat saja ditolak oleh warga masyarakat yang bersangkutan
sehingga unsur kebudayaan baru tersebut tidak mempunyai arti
apapun dalam kehidupan sosial. Contohnya adalah penolakan
cara mengerjakan sawah secara lebih intensif dengan
menggunakan mesin traktor yang dilakukan oleh para petani di
pulau Bali.
Para petani di Bali menganggap bahwa cara bertani
dengan menggunakan traktor tidak menguntungkan,
karena biaya perawatannya yang cukup mahal dari
mereka, dan juga karena traktor bisa rusak dan tidak
bisa digunakan lagi, serta traktor tidak dapat beranak.
Sehingga mereka menganggap bahwa mengerjakan
sawah dengan menggunakan traktor lebih banyak
ruginya daripada untungnya; khususnya kalau mereka
bandingkan dengan penggunaan sapi dalam pertanian
sawah. Menurut mereka, sapi tidak merugikan dan
bahkan menguntungkan. Biaya pemeliharaannya
murah, tidak pernah tidak berguna, dapat beranak,
dan kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk.
 Dalam proses difusi antara dua masyarakat yang berdekatan, maka bila yang
satu lebih sederhana kebudayaannya daripada yang satunya lagi, masyarakat
yang kebudayaannya lebih sederhanalah yang lebih banyak menerima
kebudayaan dari masyarakat yang lebih maju atau kompleks; dan bukan
sebaliknya. Contohnya adalah hubungan antara masyarakat kota dengan
masyarakat desa. Lebih banyak unsur-unsur kebudayaan kota yang diambil alih
dan diterima untuk dijadikan pegangan dalam berbagai kehidupan sosial warga
desa daripada unsur-unsur kebudayaan desa yang dijadikan pegangan bagi
pengaturan kehidupan sosial warga masyarakat kota.
 Perubahan-perubahan yang terwujud karena inovasi (inovasi adalah istilah
yang dipakai untuk pengertian baik untuk discovery maupun untuk invention)
dan karena difusi dari inovasi telah dipercepat lagi prosesnya oleh kekuatan-
kekuatan teknologi, industrialisasi, dan urbanisasi. Ketiga-tiganya secara
bersama-sama menghasilkan proses modernisasi dalam masyarakat yang
bersangkutan. Teknologi modern, secara disadari atau tidak oleh para warga
masyarakat yang bersangkutan, telah menciptakan keinginan- keinginan dan
impian-impian baru berkenaan dengan kehidupan yang ingin dijalani (yaitu
berupa memperoleh berbagai peralatan yang serba modern dan luks secara
lebih banyak dan lebih baik daripada yang sudah dipunyai, kondisi kehidupan
yang lebih nyaman dan nikmat), dan memberikan jalan-jalan yang dapat
memungkinkan dilaksanakannya usaha-usaha untuk memperbaiki kondisi-
kondisi sosial dalam masyarakat.
Konsep-Konsep Penting Dalam Sosial Budaya
Masyarakat.
Konsep-konsep penting tersebut antara lain
internalisasi , sosialisasi,dan enkulturasi. Kemudian
ada juga evolusi kebudayaan yang mengamati
perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang
sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin
komplek. Serta juga ada difusi yaitu penyebaran
kebudayaan secara geografi ,terbawa oleh perpindahan
bangsa-bangsa di muka bumi .Proses lain adalah
proses unsure kebudayaan asing oleh warga
masyarakat yaitu proses alkulturasi dan
asimilasi.Akhir nya ada proses pembaharuan atau
inovasi yang berhubungan erat dengan penemuan
baru.
a) Proses Internalisi
Manusia mempunyai bakat tersendiri dalam gen nya untuk
mengembang berbagai mavam perasaan, hasrat, nafsu, serta
emosi kepribadian. Tetapi wujud dari kepribadian nyaitu sangat
di pengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang ada di sekitar
alam dan lingkungan sosial dan budaya nya.maka proses
internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu di
lahirkan sampai ia hamper meninggal,dimana ia belajar
menanamkan dalam kepribadian nya segala hasrat, perasaan,
nafsu serta emosi yang di perlukan sepanjang hidup nya.
b) Proses Sosial
Proses ini bersangkutan dengan proses kebudayaan dalam
hubungan dengan sistem sosial. Dalam prose itu individu dari
masa anak-anak hingga masa tua nya belajar pola-pola tindakan
dalam interaksi dengan egala macam individu di sekelilingi nya
yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin
ada dalam kehidupan sehari-hari.
Proses Enkulturasi
Dalam proses ini eorang individu mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran erta sikap dengan adat-
istiadat, sistem norma, serta peraturan-peraturan yang
hidup dalam kebudayaan nya .kata enkulturasi dalam
bahaa Indonesia juga bearti “pembudayaan”. Seorang
individu dalam hidup nya juga sering meniru dan
membudayakan berbagai macam tindakan setelah
perasaan dan nilai budaya memberi motivasi akan
tindakan meniru itu telah diinternaliasi dalam
kepribadianya.

KORNELIO-
d) Penyebaran Manusia
Ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa manusia
terjadi di daerah sabana tropical di Afrika Timur, dan
sekarang mahluk ituudah menduduki hamper seluruh
permukaan bumi ini. Hal ini diterangkan dengan adanya
proses pembiakan dan penyebaran atau migrasi yang disertai
dengan proses adaptasi fisik dan soial budaya.
Penyebaran Unsur-unsur Kebudayaan
Bersama dengan penyebaran dan migrasi kelompok manuia
di muka bumi , turut pula tersebar unsure kebudayaan dan
sejarah dari proses penyebaran unur penyebaran seluruh
penjuru dunia yang disebut proses difusi. Salah satu bentuk
difusidibawa oleh kelompok yang berimigrasi ,namun bisa
juga tampa ada nya migrasi ,tapi karena ada individu yang
membawa unsure kebudayaan itu , dan mereka adalah para
pedagang dan pelaut.
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya
 Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk
berikut ini yaitu :
 a. Perubahan lambat dan Perubahan Cepat
 Perubahan lambat di sebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi
karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan
dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi
adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat
pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun karena
masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang
sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks. Perubahan
cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan sosial
mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali
perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan
dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari
bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan.
Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu.
Berikut ini beberapa persyaratan yang mendukung
terciptanya revolusi yaitu :
a) Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu
perubahan.
b) Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang
yang mampu memimpin masyarakat tersebut.
c) Harus bisa memanfaatkan momentum untuk
melaksanakan revolusi
d) Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat
ditunjukkan kepada rakyat.
e) Kemampuan pemimpin dalam menampung,
merumuskan, serta menegaskan rasa tidak puas
masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan
untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi.
Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada
unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa
pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi
masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah
perubahan mode rambut atau perubahan mode
pakaian. Sebaliknya, perubahan besar adalah
perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang membawa pengaruh langsung atau
pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan
besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak
industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
Pandemi COVID-19
yang melanda
seluruh negara di
dunia mendorong
perubahan sosial
dalam skala luas.

Mau tidak mau, masyarakat harus beradaptasi dengan kebiasaan baru, seperti mengenakan
masker, menjaga jarak, menghindari sentuhan fisik langsung, dan protokol kesehatan
lainnya.
 Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan
yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
 Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan
perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu
oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat.
Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk
memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial.
 · Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan
atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata
pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi.
Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan
merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang
tidak diharapkan.
 · Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan
adalah munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa
peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan tatanan Orde
Baru ke Orde Reformasi.
 Sebab-Sebab Terjadinya Perubahan Sosial Budaya
 Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena
adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang
berasal dari luar masyarakat. Adapun sebab-sebab terjadinya perubahan
sosial budaya terbagi menjadi dua, yaitu :
 a. Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
 Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam
masyarakat (sebab intern) yaitu :
 a) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah
penduduk.
 b) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat,
baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru
yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
 c) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam
masyarakat.
 d) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut
terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia
(Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran
dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan
pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang
mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.
 Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
 a. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
 a) Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
 Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling
berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang
telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru tersebut dapat berasal dari
kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing dengan
budaya sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu
kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada.
 b) Sistem Pendidikan Formal yang Maju
 Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama
membuka pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan
objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai
apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan
zaman atau tidak.
 c) Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
 Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang
untuk berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu
untuk menghasilkan karya-karya lain.
b) Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi
manusia, terutama membuka pikiran dan mem-
biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif.
Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk
menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat
memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
c) Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan
mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik lagi,
sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk
menghasilkan karya-karya lain.
g) Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan
membuat masyarakat selalu berpikir maju dan
mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang
disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
h) Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang
Tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan
masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa
perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk
mengubahnya.
i) Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar
untuk Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya
memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas.
d) Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan
tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan
sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat diberikan agarsemakin
tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e) Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau
horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat
tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin
hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada
para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f) Heterogenitas Penduduk
Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang
budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi
pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan
demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan
baru dalam masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan
sosial.
b. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
a) Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak
mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah
terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan
kehidupan masyarakat menjadi statis.
b) Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang
terasing dan tertutup, contohnya masyarakat pedalaman.
Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di
bawah pengaruh masyarakat lain (terjajah).
c) Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau
dapat membuat terlena dan sulit menerima kemajuan dan
perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang
bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
Tipe-Tipe Perubahan
Dalam pandangan awan setiap perubahan yang terjadi pada masyarakat
disebut dengan perubahan sosial. Apakah perubahan itu mengenai
pakaian, alat transportasi, pertambahan penduduk, ataupun tingkah
laku anak muda. Pada beberapa pemikir terdapat tiga tipe perubahan
yaitu: perubahan peradaban, perubahan, budaya dan perubahan sosial.
a. Perubahan peradaban
Perubahan adalah keniscayaan, dan perubahan ke arah yang lebih baik
tentunya merupakan hasrat dari setiap individu maupun organisasi.
Keharusan sejarah, kita semua terus menerus berhadapan dengan sejarah
perkembangan peradaban bangsa yang bergerak ke depan dan tak
pernah balik. Gordon Childe seorang arkeolog, mendefinisikan
peradaban sebagai suatu transformasi elemen-elemen budaya manusia,
yang berarti transformasi dalam penguasaan tulis-menulis, metalurgi,
bangunan arsitektur monumental, perdagangan jarak jauh, standar
pengukuran panjang dan berat, ilmu hitung, alat angkut, cabang-cabang
seni dan para senimannya, surplus produksi, system pertukaran atau
barter dan penggunaan bajak atau alat bercocok tanam lainnya.
Teori Barrington Moore
Teori yang disampaikan oleh Barrington Moore
berusaha menjelaskan pentingnya faktor struktural
dibalik sejarah perubahan yang terjadi pada negara-
negara maju. Negara-negara maju yang dianalisis oleh
Moore adalah negara yang telah berhasil melakukan
transformasi dari negara berbasis pertanian menuju
negara industri modern. Secara garis besar proses
transformasi pada negara-negara maju ini melalui tiga
pola, yaitu demokrasi, fasisme dan komunisme.
 Demokrasi merupakan suatu bentuk tatanan politik yang dihasilkan
oleh revolusi oleh kaum borjuis. Pembangunan ekonomi pada
negara dengan tatanan politik demokrasi hanya dilakukan oleh
kaum borjuis yang terdiri dari kelas atas dan kaum tuan tanah.
Masyarakat petani atau kelas bawah hanya dipandang sebagai
kelompok pendukung saja, bahkan seringkali kelompok bawah ini
menjadi korban dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh
negara tersebut. Terdapat pula gejala penhancuran kelompok
masyarakat bawah melalui revolusi atau perang sipil. Negara yang
mengambil jalan demokrasi dalam proses transformasinya adalah
Inggris, Perancis dan Amerika Serikat.
 Berbeda halnya demokrasi, fasisme dapat berjalan melalui revolusi
konserfatif yang dilakukan oleh elit konservatif dan kelas menengah.
Koalisi antara kedua kelas ini yang memimpin masyarakat kelas
bawah baik di perkotaan maupun perdesaan. Negara yang memilih
jalan fasisme menganggap demokrasi atau revolusi oleh kelompok
borjuis sebagai gerakan yang rapuh dan mudah dikalahkan. Jepang
dan Jerman merupakan contoh dari negara yang mengambil jalan
fasisme.
Teori Perilaku Kolektif
Teori perilaku kolektif mencoba menjelaskan tentang
kemunculan aksi sosial. Aksi sosial merupakan sebuah
gejala aksi bersama yang ditujukan untuk merubah norma
dan nilai dalam jangka waktu yang panjang. Pada sistem
sosial seringkali dijumpai ketegangan baik dari dalam sistem
atau luar sistem. Ketegangan ini dapat berwujud konflik
status sebagai hasil dari diferensiasi struktur sosial yang ada.
Teori ini melihat ketegangan sebagai variabel antara yang
menghubungkan antara hubungan antar individu seperti
peran dan struktur organisasi dengan perubahan sosial.
Perubahan pola hubungan antar individu menyebabkan
adanya ketegangan sosial yang dapat berupa kompetisi atau
konflik bahkan konflik terbuka atau kekerasan. Kompetisi
atau konflik inilah yang mengakibatkan adanya perubahan
melalui aksi sosial bersama untuk merubah norma dan nilai.
 Teori Inkonsistensi Status
 Stratifikasi sosial pada masyarakat pra-industrial belum terlalu
terlihat dengan jelas dibandingkan pada masyarakat modern.
Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya derajat perbedaan
yang timbul oleh adanya pembagian kerja dan kompleksitas
organisasi. Status sosial masih terbatas pada bentuk ascribed
status, yaitu suatu bentuk status yang diperoleh sejak dia lahir.
Mobilitas sosial sangat terbatas dan cenderung tidak ada. Krisis
status mulai muncul seiring perubahan moda produksi agraris
menuju moda produksi kapitalis yang ditandai dengan
pembagian kerja dan kemunculan organisasi kompleks.
 Perubahan moda produksi menimbulkan maslaah yang pelik
berupa kemunculan status-status sosial yang baru dengan segala
keterbukaan dalam stratifikasinya. Pembangunan ekonomi
seiring perkembangan kapitalis membuat adanya pembagian
status berdasarkan pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan lain
sebagainya. Hal inilah yang menimbulkan inkonsistensi status
pada individu.
Bagian-bagian perubahan sosial budaya dalam era global
a) Modernisasi
Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu
perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai
aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara sederhana, dapat
dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari
cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju dalam
rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sebagai
suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya
merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan
terencana. Perencanaan sosial (social planning) dewasa ini
menjadi ciri umum bagi masyarakat atau negara yang sedang
mengalami perkembangan. Suatu perencanaan sosial haruslah
didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang
bagaimana suatu kebudayaan dapat berkembang dari taraf
yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau modern.
Di Indonesia, bentuk-bentuk modernisasi banyak kita
jumpai di berbagai aspek kehidupan masyarakatnya,
baik dari segi pertanian, industri, perdagangan,
maupun sosial budayanya. Salah satu bentuk
modernisasi di bidang pertanian adalah dengan
adanya teknik-teknik pengolahan lahan yang baru
dengan menggunakan mesin-mesin, pupuk dan obat-
obatan, irigasi teknis, varietas-varietas unggulan baru,
pemanenan serta penanganannya, dan sebagainya.
Semua itu merupakan hasil dari adanya modernisasi.
Untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian dan
kesalahan pemahaman tentang modernisasi, maka secara
garis besar istilah modern dapat diartikan berikut ini.
1. Modern berarti kemajuan yang rasional dalam segala
bidang dan meningkatnya taraf penghidupan masyarakat
secara menyeluruh dan merata.
2. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai
peradabannya dalam pergaulan hidup. Agar modernisasi
(sebagai suatu proses) tidak mengarah ke angan-angan
belaka, maka modernisasi harus mampu
memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam
masyarakat sekarang ke arah waktu-waktu yang akan
datang.
Proses modernisasi tidak serta merta terjadi dengan
sendirinya. Modernisasi dapat terjadi apabila ada syarat-
syarat berikut ini.
. Cara berpikir yang ilmiah yang melembaga dalam
kelas penguasa maupun masyarakat.
2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-
benar mewujudkan birokrasi.
3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan
teratur.
4. Penciptaan iklim yang menyenangkan dari
masyarakat terhadap modernisasi dengan cara
penggunaan alat-alat komunikasi massa.
5. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin
diri.
6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan
perencanaan sosial.
Globalisasi
 Istilah globalisasi berasal dari kata global atau globe (globe = bola
dunia; global = mendunia). Berdasarkan akar katanya tersebut, dapat
diartikan globalisasi sebagai suatu proses masuk ke lingkungan dunia.
Pada era modern ini harus diakui bahwa peradaban manusia telah
memasuki tahapan baru, yaitu dengan adanya revolusi komunikasi.
Dengan cepat, teknik dan jasa telekomunikasi yang memanfaatkan
spektrum frekuensi radio dan satelit ini telah berkembang menjadi
jaringan yang sangat luas dan menjadi vital dalam berbagai aspek
kehidupan dan keselamatan bangsa-bangsa di dunia. Pemanfaatan jasa
satelit tidak semata-mata untuk usaha hiburan, namun berkembang
secara meluas dan digunakan dalam teknologi pertelevisian,
komunikasi, komputer, analisis cuaca, hingga penggunaan untuk survei
sumber daya alam. Contoh paling mudah adanya pengaruh globalisasi
adalah adanya siaran langsung televisi antarnegara. Hal-hal yang
sedang terjadi di negara lain, misalnya final Piala Dunia di Jerman
dapat kita ketahui pada saat yang bersamaan. Dalam hal ini definisi
berita yang biasanya diartikan sebagai suatu peristiwa yang telah terjadi
berubah menjadi suatu peristiwa yang sedang terjadi. Contoh lain
adalah internet.
Internet merupakan hasil penggabungan kemajuan teknologi
komputer dengan kemajuan teknologi komunikasi yang
dianggap sebagai bentuk revolusi di kedua bidang tersebut.
Dengan kemampuan pembaruan data yang cepat, internet
berkembang sebagai “jendela dunia” yang up to date. Melalui
internet, banyak kemudahan yang dapat kalian peroleh tanpa
harus berurusan dengan birokrasi antarnegara. Pengiriman
surat, data, atau dokumen-dokumen penting ke berbagai
penjuru dunia dapat dilakukan dalam hitungan detik. Bebas,
terbuka, langsung, dan tanpa mengenal batas negara
merupakan ciri era komunikasi global. Semua kalangan bisa
berhubungan dengan jaringan internet, termasuk di dalamnya
jaringan-jaringan yang tidak layak atau menyesatkan yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita. Kondisi tersebut
hanya sebagian kecil contoh globalisasi. Artinya, hubungan
antarmanusia tidak lagi dibatasi aturan atau wilayah negaranya
saja, namun mulai mengikuti aturan internasional yang
berkembang di dunia.
 Adanya hubungan yang mendunia ini dipengaruhi oleh adanya saluran-saluran
pendukung proses globalisasi berikut ini.
 1. Saluran pergaulan; adanya kontak kebudayaan dan saling mengunjungi antarwarga
negara akan memudahkan seseorang mempelajari dan mengerti kebudayaan asing.
Bentuk pertukaran pelajar, home stay, pertukaran misi kebudayaan, penyerapan
tenaga kerja asing, dan sebagainya membuat seseorang tidak hanya tinggal di negara
lain, tetapi secara sadar atau tidak ia akan menyerap kebiasaan dan pola kehidupan
masyarakat setempat.
 2. Saluran teknologi; berbagai peralatan teknologi merupakan saluran globalisasi
yang membawa pengaruh yang sangat besar. Seperti telah diungkapkan sedikit pada
bagian awal, saluran teknologi ternyata memiliki potensi perubahan yang sangat
besar bagi masyarakat penggunanya.
 3. Saluran ekonomi; produk-produk baru dapat dengan cepat diinformasikan pada
konsumen. Hal ini akan mempercepat pola penawaran dan permintaan di pasar.
Bahkan, saat ini sistem bisnis melalui multimedia sudah banyak dilaku-kan oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia, misalnya dengan cara telemarketing, baik
melalui pesawat telepon maupun internet. Kekayaan dan utang suatu negara dapat
diketahui dan dibandingkan dengan kondisi di negara lain, sehingga hampir tidak
ada rahasia yang dapat tertutup rapat.
 4. Saluran media hiburan; produk-produk hiburan seperti film , lagu, dan berbagai
jenis produk permainan/games yang beredar dapat memengaruhi mental
masyarakat. Sektor ini perlu diwaspadai dalam upaya pembinaan dan perlindungan
generasi muda dari degradasi moral.
Dampak Modernisasi dan Globalisasi
 a) Tanggapan dan Kecenderungan Perilaku Masyarakat terhadap
Modernisasi dan Globalisasi
 Saat memasuki era milenium ketiga ini, tampaknya arus modernisasi dan
globalisasi tidak akan dapat dihindari oleh negara-negara di dunia dalam
berbagai aspek kehidupannya. Menolak dan menghindari modernisasi dan
globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat
internasional. Kondisi ini tentu akan menyulitkan negara tersebut dalam
menjalin hubungan dengan negara lain.
 Berbagai tanggapan dan kecenderungan perilaku masyarakat dalam
menghadapi arus modernisasi dan globalisasi. Secara garis besar dapat
dibedakan menjadi sikap positif dan sikap negatif berikut ini.
 a. Sikap Positif
 Sikap positif menunjukkan bentuk penerimaan masyarakat terhadap arus
modernisasi dan globalisasi. Sikap positif mengandung unsur-unsur sebagai
berikut.
 · Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah
pertama dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap
terbuka akan membuat kita lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama
yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah menerima perubahan dan
kemajuan zaman.
 Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif; sikap ini merupakan
kelanjutan dari sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal
baru, langkah selanjutnya adalah kita harus memiliki kepekaan (antisipatif )
dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi kaitannya dengan
pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat menunjukkan
pengaruh yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan modernisasi.
Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi, maka kita harus
mampu memilih (selektif ) pengaruh mana yang baik bagi kita dan
pengaruh mana yang tidak baik bagi kita.
 · Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif.
Sikap adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil
perkembangan modernisasi dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri
yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki pengaruh positif bagi si
pelaku.
 · Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman
mengubah perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada,
bahkan menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini menyebabkan
seseorang/masyarakat kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus dapat
dihindari. Semaju apa pun dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak
boleh meninggalkan unsur-unsur budaya asli sebagai identitas diri. Jepang
merupakan salah satu negara yang modern dan maju, namun tetap
mempertahankan identitas diri mereka sebagai masyarakat Jepang.
Sikap Negatif
Berbeda dari sikap positif yang menerima terjadinya
perubahan akibat dampak modernisasi dan globalisasi, sikap
negatif menunjukkan bentuk penolakan masyarakat
terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap negatif
mengandung unsur-unsur berikut ini.
· Tertutup dan was-was (apatis); sikap ini umumnya
dilakukan oleh masyarakat yang telah merasa nyaman
dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada, sehingga
mereka merasa was-was, curiga, dan menutup diri dari segala
pengaruh kemajuan zaman. Sikap seperti ini pernah
ditunjukkan oleh negara Cina dengan politik Great Wall-nya.
Sikap apatis dan menutup diri ini tentu juga kurang baik,
karena sikap ini akan menjauhkan diri dari kemajuan dan
perkembangan dunia, kondisi ini akan menyebabkan
masyarakat negara lain yang terus tumbuh dan berkembang
seiring dengan kemajuan zaman.
 Acuh tah acuh; sikap ini pada umumnya ditunjukkan oleh masyarakat
awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan
globalisasi. Masyarakat awam pada umumnya tidak terlalu repot
mengurusi dampak yang akan ditimbulkan oleh modernisasi dan
globalisasi. Mereka pada umumnya memercayakan sepenuhnya pada
kebijakan pemerintah atau atasan mereka (hanya sebagai pengikut
saja). Sikap ini cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif.
 · Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi; sikap ini
ditunjukkan dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa
adanya seleksi/filter. Kondisi ini akan menempatkan segala bentuk
kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar, padahal tidak
semua bentuk kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat
kita. Jika seseorang atau suatu masyarakat hanya menerima suatu
modernisasi tanpa adanya filter atau kurang selektif, maka unsur-
unsur budaya asli mereka sedikit demi sedikit akan semakin terkikis
oleh arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya, masyarakat
tersebut akan kehilangan jati diri mereka dan ikut larut dalam arus
modernisasi yang kurang terkontrol.
 Akibat Modernisasi dan Globalisasi terhadap Budaya Indonesia
 Suatu kemajuan akan menghasilkan dampak positif dan negatif. Hal ini
harus dapat kalian sadari betul agar dapat meminimalkan dampak negatif
yang merugikan serta memaksimalkan dampak positif yang
menguntungkan.
 a. Akibat positif globalisasi
 · Semakin dipercayanya kebudayaan Indonesia; dengan adanya internet,
kalian bisa mengetahui kebudayaan-kebudayaan bangsa lain, sehingga dapat
dibandingkan ragam kebudayaan antarnegara, bahkan dapat terjadi adanya
akulturasi budaya yang akan semakin memperkaya kebudayaan bangsa.
Dengan memperbandingkan itu pula kalian dapat mengetahui kekurangan
dan kelebihan budaya Indonesia bila dibandingkan dengan kebudayaan
bangsa-bangsa lain.
 · Ragam kebudayaan dan kekayaan alam negara Indonesia lebih dikenal
dunia; dulu mungkin masyarakat Eropa hanya mengenal Bali sebagai objek
wisata di Indonesia. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi
komunikasi, masyarakat Eropa mulai mengenal keindahan alam Danau Toba
di Sumatra Utara, panorama Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara,
keaslian alam Perairan Raja Ampat di Papua, kelembutan tari Bedoyo
Ketawang dari Solo (Jawa Tengah), keanggunan tari Persembahan dari
Sumatra Barat, atau kemeriahan tari Perang dari suku Nias di Sumatra Utara.
 Akibat Negatif Globalisasi
 · Munculnya guncangan kebudayaan (cultural shock); guncangan budaya
umumnya dialami oleh golongan tua yang terkejut karena melihat
adanya perubahan budaya yang dilakukan oleh para generasi muda.
Cultural Shock dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian unsur-unsur
yang saling berbeda sehingga menghasilkan suatu pola yang tidak serasi
fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Perubahan unsur-unsur
budaya seringkali ditanggapi oleh masyarakat dengan beragam. Bagi
masyarakat yang belum siap menerima perubahan-perubahan yang
terjadi maka akan timbul goncangan (shock) dalam kehidupan sosial dan
budayanya yang mengakibatkan seorang individu menjadi tertinggal
atau frustasi. Kondisi demikian dapat menyebabkan timbulnya suatu
keadaan yang tidak seimbang dan tidak serasi dalam kehidupan. Contoh:
di era globalisasi ini unsur-unsur budaya asing seperti pola pergaulan
hedonis (memuja kemewahan), pola hidup konsumtif sudah menjadi
pola pergaulan dan gaya hidup para remaja kita. Bagi individu atau
remaja yang tidak siap dan tidak dapat menyesuaikan pada pola
pergaulan tersebut, mereka akan menarik diri dari pergaulan atau
bahkan ada yang frustasi sehingga menimbulkan tindakan bunuh diri
atau perilaku penyimpangan yang lain.
Munculnya ketimpangan kebudayaan (cultural lag); kondisi ini
terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan tidak berkembang
secara bersamaan, salah satu unsur kebudayaan berkembang
sangat cepat sedangkan unsur lainnya mengalami ketertinggalan.
Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah ketertinggalan alam
pikiran dibandingkan pesatnya perkembangan teknologi, kondisi
ini terutama terjadi pada masyarakat yang sedang berkembang
seperti Indonesia. Untuk mengejar ketertinggalan ini diperlukan
penerapan sistem dan pola pendidikan yang berdisiplin tinggi.
Contoh: Akibat kenaikan harga BBM pemerintah mengkonversi
bahan bakar minyak menjadi gas dengan cara mensosialisasikan
tabung gas ke masyarakat. Namun berhubung sebagian
masyarakat belum siap, terkait dengan kenyamanan dan
keamanan penggunaan tabung gas maka masyarakat kebayakan
menolak konversi tersebut. Kondisi demikian menunjukkan
adanya ketertinggalan budaya (cultural lag) oleh sebagian
masyarakat terhadap perubahan budaya dan perkembangan
kemajuan teknologi.
Sistem Religi Dan kesenian
 1. Sistem Religi
 Kita harus memperhatikan sistem kepercayaan dari sudut pandang,
mengapa manusia mendiami alam semesta dengan keberadaan dan
kekuatan yang terlihat, mendongeng tentang kejadian-kejadian dahulu
kala dan kejadian-kejadian menakjubkan, menciptakan ritus yang rinci
dan harus benar, agar kehidupan manusia itu berhasil baik.
 Taylor, satu abad yang lalu telah mendefenisikan agama sebagai satu
kepercayaan dalam bentuk spiritual. Sejumlah ahli antropologi sosial
moderen sudah kembali ke suatu perluasan defenisi agama dalam
pengembangan kehidupan sosial masyarakat terhadap manusia biasa
atau kekuatannya. Ahli lainnya mengakui Durkheim, telah berusaha
menemukan beberapa nilai khusus tentang kesucian yang membatasi
agama dan kepercayaan duniawi.
Agama sangat bervariasi dalam peranannya di alam semesta
ini dan cara-cara manusia berhubungan dengan agama
tersebut. Dalam hal ini bisa terjadi kelompok-kelompok
dewa-dewi, satu dewa atau sama sekali tidak ada, roh atau
bahkan mahluk dan kekuatan yang berlebihan. Kelompok ini
secara konstan dapat menghalangi kegiatan manusia atau
tanpa terlihat dan jauh. Kelompok ini bersifat hukum atau
bersifat positif. Berhubungan dengan ini maka manusia dapat
merasa kagum/hormat atau dapat merasa takut; tetapi juga
mereka dapat membangkitkan kekuatan gaib atau berusaha
memperdayakannya. Agama kepercayaan juga dapat
mengatur moral manusia melakukan atau melanggar moral,
jadi agama memberikan keterangan; memberikan pengesahan;
menambah kemampuan manusia untuk mengahadapi
kelemahan kehidupannya-kematian, penyakit kelaparan,
banjir, dan kegagalan. (Keesing,1992:92-94)
Bagaimana sistem kepercayaan dan agama pada suku bangsa
Papua? Sebelum agama-agama besar Kristen, Islam masuk di
Papua, tiap suku bangsa mempunyai sistem kepercayaan
tradisi. Masing-masing suku bangsa mempunyai
kepercayaan tradisi yang percaya akan adanya satu dewa atau
tuhan yang berkuasa diatas dewa-dewa. Misalnya pada orang
Biak Numfor, dewa tertingginya “Manseren Nanggi”; orang
Moi menyebut “Fun Nah”; orang Seget menyebut “Naninggi”;
orang Wandamen menyebut “Syen Allah”. Orang Marind-
anim menyebut “Dema”; orang Asmat menyebut
“Mbiwiripitsy” dan orang Mee menyebutnya “Ugatame”.
Semua dewa atau Tuhan diakui dan dihormati karena
dianggap dewa pencipta yang mempunyai kekuasaan mutlak
atas nasib kehidupan manusia, mahluk yang tidak nampak,
juga dalam unsur alam tertentu (angin, hujan, petir, pohon
besar, sungai, pusaran air, dasar laut, tanjung tertentu).
Kesenian

Kesenian merupakan salah satu dari tujuh unsur


kebudayaan. Setiap suku bangsa yang mendiami muka
bumi ini memiliki unsur tersebut, namun unsur
kesenian bagi setiap suku bangsa tidak ( satu suku
berbeda dengan lainnya). Haviland mengemukakan
Seni adalah penggunaan kreatif imajinasi manusia
manusia untuk menerangkan, memahami, dan
menikmati kehidupan. Dalam beberapa kebudayaan
suku bangsa Seni di gunakan untuk keperluan yang
dianggap penting dan praktis.
Kesenian itu sendiri terdiri dari beberapa sub, yaitu
antara lain : seni rupa (seni lukis, seni pahat, seni
bangunan (artistektur), seni suara/seni musik,
seni tari, seni sastra dan darmatik. Semuanya ini
selalu menonjolkan sifat dan ciri khas kebudayaan
suatu etnik /suku bangsa atau suatu negara.
Kesenian di Papua dapat itu dibedakan berdasarkan
fungsi dan coraknya. Yang dimaksud adala dipendensi
(ketergantungan) dari fakta bahwa perwatakan atau
karakter menampakkan sebuah lingkungan (Guepin,
1973)
Fungsi kesenian bagi kelompok etnik ini adala sebagai
media komunikasi dan media ekspresi kehidupan
yang dihayati dengan kolektif (sosialisasi) seperti
nampak diwujudkan dalam upacara-upacara magis,
pemujaan, penciptaan, bahkan nampak pada
kehidupan keseharian seperti makan, minum, tidur,
bernapas, bersin, terantuk dan sebagainya. Dalam
melahirkan produk estetis melalui media dan dimensi
sperti menggubah lagu, merancang tari, melukis,
mengukir, membuat serta memainkan alat musik, dan
tindak artistik lainya, sekali lagi bukanlah
intherentitas (seniman) dalam kerja serta produk
material yang dihasilkan melainkan kompleksitas
kesepakatan (konvensi) itulah.
Sistem KepemimpinanTradisional

Dalam setiap komunitas selalu dijumpai dengan berbagai


proses “politik”, di mana ada orang yang memimpin,
menyusun organisasi, memperoleh dan menggunakan
kekuasaan. Dalam masyarakat sebagai suatu sistem kita
melihat adanya berbagai permasalahan tertentu yang harus
dipecahkan melalui organisasi politik formal tertentu, misalnya
memelihara ketertiban intern, mengalokasikan kekuasaan
dalam membuat keputusan tentang kegiatan kelompok. Jadi
dapatlah dikatakan bahwa organisasi politik suatu masyarakat
adalah peraturan-peraturan dan tugas-tugas apa saja yang
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut,
tanpa memperhatikan apakah ada organisasi pemerintahan
yang formal atau tidak (Keesing, 1992:38-39).
Orang Papua mengenal sistem yang mengatur
hubungan atau relasi antar warga dalam berbagai
aktivitas hidupnya sehari-hari berdasarkan
kebudayaan mereka masing-masing. Orang Papua
mengenal sistem politik atau sistem kepemimpinan
politik tradisional,
Menurut Sahlins(1963) dan Mansoben(1995) terdapat
empat sistem atau tipe politik di Papua yaitu:
1.Sistem Big man atau pria wibawa: diperoleh
melalui pencapaian. Sumber kekuasaan terletak
pada kemampuan individual, kekayaan material,
kepandaian berdiplomasi/pidato, keberanian
memimpin perang, fisik tubuh yang besar, sifat
bermurah hati (Sahlins, 1963; Koentjaraningrat,
1970; Mansoben, 1995). Pelaksanaan kekuasaan biasanya
dijalankan oleh satu orang. Adapun etnik yang menganut
sistem ini adalah orang Dani, Asmat, Mee, Meibrat,
Muyu. (Mansoben, 1995).
Sistem Politik Kerajaan: sistem ini adalah pewarisan
berdasarkan senioritas kelahiran dan klen. Weber
(1972:126) mengatakan sebagai birokrasi patrimonial atau
birokrasi tradisional . Birokrasi tradisional terdapat pada
cara merekrut orang untuk duduk dalam birokrasi.
Biasanya mereka yang direkrut mempunyai hubungan
tertentu dengan penguasa, misalnya hubungan keluarga
atau hubungan pertemanan. Di sini terdapat pembagian
kewenangan tugas yang jelas, pusat orientasi adalah
perdagangan. Tipe ini terdapat di Raja Ampat,
Semenanjung Onin, Teluk MacCluer (teluk Beraur) dan
Kaimana. (Mansoben, 1995: 48).
POLA PENGOBATAN TRADISIONAL MASYARAKAT PAPUA ,
 Djekky R. Djoht ( Materi Oleh; Mais M Y . S.Sos. M.Si)

 Berdasarakan cara –cara pengobatan, maka di papaua terdapat 6 pola


pengobatan trdisional Yitu:
1. Pola pengobatan jimat
 pola pengobatan Jimat di kenal oleh masyarakat di daerah
kepala burung terutama masyarakat Maybrat dan Ayfat.

 Prinsip pengobatan Jimat, menurut Elmberg adalah orang


menggunakan benda kuat atau jimat untuk memberi perlindungan
terhadap penyakit. Jimat adalah segalah sesuatu yang telah diberikan
kekuatan gaib, sering berupa tumbu-tumbuhan yang berbau kuat dan
ber warna tua.
Pola pengobatan Kesurupan
Pola Kesurupan di kenal oleh suku-suku di daearah
sayap burung, yaitu daerah teluk arguni kabupaten
Fakfak . Prinsip pengobatan Kesurupan menurut Van
Loghem adalah seorang pengobat sering kemasukan
Roh / makluk halus pada waktu berusaha mengobati
orag sakit. Dominasi kekuatan gaib dalam prinsip i9ni
sangat kentara seperti pada pengobatan jimat.
3 Pola pegobatan Pengisapa D
arah
Pola pengisapan darah di kenal oleh suku-suku yang tinggal di
sepanjang sungai tor daerah sarmi. Prinsip dari pengobatan ini
menurut Oostewal adalah bahwa penyakit itu terjadi karena
darah kotor itu, penyakit dapat disembuhkan. Cara pengobatn
pengispan darah ini dengasn membuat insisi dengan pisau atau
taring babi pada bagian tubuh yang sakit. Cara seperti ini juga
di kenal eropa pada abad lalu yang populer dengan sebutan
Bloodleting. Carah lain dengan meletakan daun oroh dan kapur
pada bagian tubuh yang sakit. Dengan lidah dan bibir daun
tersebut digosok-gosok sampai timbul cauran merah yang di
anggap perdarahan. Pengobatan degan cara ini khusus pada
wanita. Prinsip ini persis seperti pengobatan Kerok pada
masyarakat Jawa.
4. Pola Injak
Pola Injak di kenl oleh suku-suku yang tinggal di
sepnjang sungai tor daerah sarmi. Prinsip dari
pengobatan ini menurut Oostewal adalah bahwa
penyakiti itu terjadi karena tubuh kemasukan roh,
maka dengan menginjak-injak tubuh si sakit di mulai
dri kedua tungkai di lanjutkan ketubuh sampai
akhirnya sampai kekepala maka injakan tersebut akan
mengeluarkan roh jahat dari dalam tubuh.
5. POLA PENGOBATAN PENGURUTAN

Pola pengurutan di kenal oleh suku-sukun yang tinggal di


daerah selaan kabpaten Merauke yaitu Suku Asmad dan
di selatan kabupaten Jayapura yaitu suku bangsa Towe.
Prinsip dari pengobatan ini menurut, Van Amelsvoort
adalah bahwa penyakit itu terjadi karena tubuh kemasukan
roh, maka dengan mengurut tubuh sisakit maka urutan
tersebut akan mengeluarkan roh jahat dari dalam tubuh.
Orang Asmat menggunakan lendir dari hidung sebagai
minyak yang dipakai untuk pengurutan. Sedangkan
menurut , Djekky R.Djoht bahwa pada suku towe penyebab
penyakit akibat Faktor empirik dan Magis. Dengan
menggunakan daun-daun yang sudah di pilih umumnya
baunya menyengat, di panasi kemudian diurutkan pada
tubuh yang sakit.
6. Pola Pengobatan Ukup
Pola Ukup di kenal oleh suku-suku yang tinggal di
selatan kabupaten jayapura ber batasan dengan
kabupaten Jayawijaya yaitu suku towe, dan Ubrub,
prinsip ari pengobatan ini Mnurut Dj. R.Djoht adalah
bahwa penyakit itu terjadi karenah tubuh kemasukan
roh, hilang keseimbangan tubuh dan jiwa maka,
dengan mandi Uap dari hasil ramuan daun-daun yang
dipanasin dapat mengeluarkan roh jahat dan
penyebab empirik penyakit.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai