Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERUBAHAN SOSIAL

“Pokok-pokok pikiran teori Ibnu Khaldun”

Dosen Pengampu :

Dra Mira Elfina, M.Si.

Drs. Alfitri, M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Salma Diyastri (2210812032)


2. Wiwied Widya Wati (2210812014)
3. Adinda Nabila Salma (2210813022)
4. Yolanda Ariesta Dewi (2210811006)
5. Afif Luthfi (2210812020)
6. Mila Anggraini (2210811012)

DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2022
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah perubahan sosial dan
juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
informasi yang semoga bermanfaat. Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada
Ibu Dra. Mira Elfina, M.Si. dan Bapak Drs. Alfitri, M.Si. selaku dosen
pengampu. Serta pihak pihak lain yang turut membantu.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik dan saran dari semua yang
membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah perubahan sosial yang kami
harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Padang,09 September 2023

Tim Penyusun

I
Daftar isi

Kata Pengantar......................................................................................................I

Daftar isi................................................................................................................II

BAB I Pendahuluan ...........................................................................................

A. Latar belakang..................................................................................................III

B. Rumusan masalah.............................................................................................IV

C. Tujuan..............................................................................................................IV

BAB II Pembahasan.................................................................................................1

A. Pokok pemikiran Ibnu khaldun........................................................................1


B. Solidaritas dan Siklus Perubahan….................................................................5

BAB III Penutup....................................................................................................10

A. Kesimpulan......................................................................................................10

B. Saran.................................................................................................................10

Daftar Pustaka........................................................................................................10

BAB I

II
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu sosial dari zaman klasik sampai pada era-modern menjadi
pembahasan yang menarik, sebab permasalahan yang selalu bergerak
butuh metode yang terbaik dalam memecahkan masalah sosial. banyak
sekali teori-teori sosial menggambarkan masyarakat yang begitu kompleks
dalam kehidupan manusia yang bersosial dan bermasyarakat. Suatu
kenyataan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri dan saling
membutuhkan satusamalain.
Kajian mengenai pemikir sosiologi klasik salah satunya Ibnu
Khaldun yang merupakan salah satu tokoh sejarawan, penggagas ilmu
sosial timur yang gagasannya mengenai masyarakat masih relevan dengan
kondisi sosial sampai pada saat ini, mengingat perhatiannya mengenai
fenomena alam yang dikaitkan dengan kondisi sosial empirik yang
disajikan. Pemikiran konseptual yang digagasnya mengenai bidang ilmu
sosial yang menganalisa gejala sosial berdasarkan amatan yang empirik.
dan diiringi dengan fakta-fakta sosial berdasarkan hasil pengamatannya
sendiri, menariknya dia adalah ilmuan timur dan karyanya terkenal
dikalangan barat, itulah sebab mengapa peneliti tertarik membahas
seorang sosiolog klasik yang gagasannya kadang muncul dan menghilang
karena tidak selalu pemikiran yang dahulu total dihilangkan.

III
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemikiran Ibnu Khaldun mengenai Masyarakat dan


Perubahannya dalam prinsip sosiologis?
2. Bagaimana Ibnu Khaldun menjelaskan tentang Solidaritas dan Siklus
Perubahan?

C. Tujuan
1. Untuk memahami apa saja pemikiran Ibnu Khaldun mengenai
Masyarakat dan Perubahannya dalam prinsip sosiologis
2. Untuk memahami tentang solidaritas dan siklus perubahan menurut
Ibnu Khaldun

IV
BAB II

Pembahasan

A. Pemikiran Ibnu Khaldun mengenai Masyarakat dan Perubahannya


dalam prinsip sosiologis.
Perubahan sosial merupakan sebuah isu yang tidak akan pernah
selesai untuk diperdebatkan. Perubahan sosial itu sendiri menyangkut
kajian dalam ilmu sosial yang meliputi tiga dimensi waktu yang berbeda,
dulu (past), sekarang (present), dan masa depan (future). Untuk itulah,
masalah sosial yang terkait dengan isu perubahan sosial merupakan
masalah yang sulit diatasi dan diantisipasi. Namun demikian, di sisi lain,
masalah sosial yang muncul di masyarakat hampir semuanya merupakan
konsekuensi adanya perubahan sosial di masyarakat.
Secara definitif masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan atau
tata cara, dari wewenang dan kerjasama berbagai kelompok dan golongan.
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial, selalu berubah dalam
menghasilkan kebudayaan.
Perjalanan sejarah masyarakat, sesuai gerak alam, berlangsung
secara evolutif. Secara jasmaniah pribadi sebagai anggota masyarakat
berdiri sendiri sendiri, tetapi secara rohaniah antara satu individu
berhubungan dengan individu lainnya. Masyarakat merupakan hubungan
ruhaniah antara sekelompok manusia, yang dijalin oleh kebudayaan atau
oleh hidup dan kerjasama. Dalam masyarakat terkandung makna interaksi
yang meliputi sistem organisasi, peradaban, dan silaturahmi. Rodney Stark
bahkan menjelaskan tentang makna masyarakat atau society yaitu a group
of people who are united by social relationship.
Gagasan Ibnu Khaldun tentang bermasyarakat yang dikaji melalui
pendekatan sosiologis diilustrasikan dengan sifat alamiah manusia yang
senantiasa hidup berkelompok, saling menggantungkan diri, dan tidak
mampu hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan orang lain (zoon
politicon).

1
Sehingga dari sifat alamiah tersebut serta dibarengi adanya tujuan
yang sama dari masingmasing manusia, kemudian terbentuklah ashabiyah
(Solidaritas) di antara mereka. Kesatuan sosial ini terbentuk sejak mulai
dari kelompok terkecil sampai kepada kesatuan kelompok manusia yang
paling besar.
Argumentasi mendasar diperlukannya ashabiyah tersebut, karena;
Pertama, teori tentang berdirinya negara berkenaan dengan realitas
kesukuan (klan). Keadaan sebuah suku dilihat dari faktor psikologis bahwa
masyarakat tidak mungkin mendirikan negara tanpa didukung perasaan
persatuan dan solidaritas yang kuat. Kedua, bahwa proses pembentukan
negara itu harus melalui perjuangan yang keras dan berat. Apabila
pemimpin tidak mampu menundukkan lawan maka dirinya sendiri yang
akan kalah dan negara tersebut akan hancur.
Oleh sebab itu, dibutuhkan kekuatan yang besar untuk
mewujudkannya. Oleh karenanya, kekuatan solidaritas memberikan efek
yang dapat mempengaruhi keeksistensian negara. Selanjutnya Ibn Khaldun
berpendapat bahwa agama memiliki peran penting dalam membentuk
persatuan ashabiyah tersebut. Semangat persatuan rakyat yang dibentuk
melalui peran agama itu tidak bisa ditandingi oleh semangat persatuan
yang dibentuk oleh faktor lainnya. Hal tersebut didukung oleh visi agama
dalam meredakan pertentangan dan perbedaan visi rakyat, sehingga
mereka mempunyai tujuan sama, untuk berjuang bersama menegakkan
agamanya.

 Biografi Ibnu Khaldun


Cendikiawan muslim abad ke-14 M yang bernama Ibnu Khaldun
dengan nama lengkapnya Abdurrahman Abu Zaid, ia lahir di tunisia pada
bulan Ramadhan 732H/(1332 M) adalah sejarawan yang membahas ilmu
sosial terkemuka pada zamannya. Dikenal sebagai ilmuan pioner yang
memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan
untuk mendukung faktafakta yang terjadi.

2
Ibnu Khaldun menuangkan pokok-pokok pemikirannya melalui
tulisan dan karyanya yang fenomenal yaitu Mukaddimah dusebut sebagai
permulaan dari pembukaan karya selanjutnya yaitu kitab Al-Ibar fi Diwan
al-Mubtada wa alkhabar fi ayyam al-Arab wa al-ajam wa al-Barbar wa
Man Asarum min Dhiwal al-Sultan al-Akbar yang biasa dikenal dengan
kitab Al-Ibar.
Ibnu Khaldun (1332-1406) adalah seorang cendekiawan muslim,
reputasi keilmuannya diakui di berbagai belahan dunia, bahkan teori dan
pemikiran yang ia gagas masih teruji dan banyak dikaji oleh para imuan
baik Timur ataupun Barat. Ia sangat terkenal sebagai pemikir, hakim,
administratur negara,sosiolog, dan sejarawan serta berbagai bidang
keilmuan lainnya.
Mengenai asal-usul keluarga Ibnu Khaldun telah terjadi silang
pendapat diantara para ahli. Perbedaan pendapat tersebut diakibatkan
karena Ibnu Khaldun diduga telah dipengaruhi faktor-faktor personal
dalam mengungkapkan terori-teorinya. Ibnu Khaldun dianggap telah
memojokkan bangsa Arab, khususnya ketika ia menyebut orang-orang
nomad Arab (Badui) sebagai biadab, perusak, buta huruf, serta memusuhi
ilmu pengetahuan dan keterampilan. Muhammad Abd Allah Enan,
misalnya menyatakan bahwa Ibnu Khaldun adalah seorang Barbar, yang
membenci orang Arab karena sentimen kebangsaannya melawan para
penakluk tanah airnya. Senada dengan Enan, Thaha Husain setelah
meneliti silsilah Ibnu Khaldun juga menyangsikan pendapat bahwa Ibnu
Khaldun adalah keturunan Arab. Sementara, Toynbee mencoba
menjelaskan kritik Ibnu Khaldun terhadap bangsa Arab berdasarkan
kenyataan bahwa Ibnu Khaldun bersal dari Arab bagian selatan.
Menurut pandangan Khaldun. Masyarakat tidak bersifat statis dan
tidak bersifat monolitik, masyarakat selalu berubah, dinamis dan
heterogen, antara satu masyarakat dan masyarakat lain memiliki akar
sejarah yang berbeda, memiliki kerangka norma, nilai dan aturan yang
khas, memiliki identitas dan ideologi yang dianut secara kolektif,

3
umumnya masyarakat-masyarakat yang telah mengenal peradaban
berorientasi pada kemajuan.
Menjelang kematiannya tahun 1400 M., Ibnu Khaldun telah
menghasilkan sekumpulan karya yang mengandung berbagai pemikiran
yang mirip dengan sosiologi jaman sekarang. Dia melakukan studi Ilmiah
tentang masyarakat, riset empiris, dan meneliti sebab-sebab fenomena
sosial. Ia memusatkan perhatian pada berbagai lembaga sosial (misalnya
lembaga politik dan ekonomi) dan hubungan antara lembaga sosial itu. Ia
juga melakukan studi perbandingan antara masyarakat primitif dan
masyarakat modern atau tentang masyarakat nomaden dengan masyarakat
menetap.
Ibnu Khaldun tak berpengaruh secara dramatis terhadap sosiologi
klasik, tetapi setelah sarjana pada umumnya dan sarjana muslim
khususnya meneliti ulang karyanya, ia mulai diakui sebagai sejarahwan
yang mempunyai signifikansi historis.
Ibnu Khaldun bukan hanya seorang intelektual, tetapi juga praktisi
politik. Pergulatannya dengan politik mengantarkannya terlibat di berbagai
kancah politik di wilayah barat Afrika Utara seperti Tunisia, Aljazair, dan
Maroko, hingga ke Andalusia dan kemudian Timur Tengah. Namun,
semangat intelektualitasnya tidak pernah padam. Di saat jeda, dia masih
sempat menjalankan kerja intelektualnya dengan meneliti dan berkarya,
termasuk menulis buku sosiologi politik kenegaraan Muqadimah-nya
banyak diperbincangkan para ahli selama berabad-abad.
Intelektualitasnya tidak hanya berputar di sekitar idea dan wacana,
melainkan membumi ke dunia nyata, bahkan ke realitas politik, sosial dan
ekonomi. Tidak banyak sosok yang dapat meraih posisi yang menonjol
dalam intelektualitas dan politik sekaligus seperti beliau, bahkan di dunia
modern sekarang. Ibnu Khaldun yang sempat mengambil jarak dari
kekuasaan pun tak mampu menahan diri untuk tidak terjun kembali ke
politik di usia tuanya. Ibnu Khaldun sempat melahirkan karya besar. Jika
tidak, tak akan ada nama Ibnu Khaldun yang dikenang dunia seperti
sekarang.

4
B. Solidaritas dan siklus perubahan
Ibnu Khaldun mendeskripsikan perubahan sosial dimualai sebuah
Peradaban besar dimulai dari masyarakat yang telah ditempa dengan
kehidupan keras, kemiskinan dan penuh perjuangan. Keinginan hidup
dengan makmur dan terbebas dari kesusahan hidup ditambah dengan
‘Ashabiyyah di antara mereka membuat mereka berusaha keras untuk
mewujudkan cita-cita mereka dengan perjuangan yang keras. Impian
yang tercapai kemudian memunculkan sebuah peradaban baru.
Dan kemunculan peradaban baru ini pula biasanya diikuti dengan
kemunduran suatu peradaban lain. Tahapan-tahapan di atas kemudian
terulang lagi, dan begitulah seterusnya hingga teori ini dikenal dengan
Teori Siklus.
Dalam konsepnya, Ibnu Khaldun mengklasifikasi dua jenis
kelompok sosial yang keduanya memiliki karakter yang cukup
berbeda. Pertama adalah “badawah” yakni masyarakat yang tinggal di
pedalaman, masyarakat primitif, atau tinggal di daerah gurun; kedua
“hadharah” yakni masyarakat yang identik dengan kehidupan kota. Ia
menyebut sebagai masyarakat beradab atau memiliki peradaban atau
sering juga disebut masyarakat kota.
Kondisi fisik tempat tinggal mereka turut mempengaruhi
kehidupan beragama mereka. Masyarakat Badui hidup lebih sederhana
dibanding masyarakat kota dan hidup dengan meninggalkan makanan
mewah, memiliki tingkat ketaqwaan yang lebih dibandingkan dengan
masyarakat kota. Orang Badui lebih berani, mereka memiliki ikatan
solidaritas (ashabiyah) yang kuat, dan menurut Khaldun inilah yang
menjadi syarat kekuasaan.
Di tempat lain, masyarakat kota lebih hidup dengan berbagai
kemewahan, serba enak, menyebabkan mereka menjadi lebih
individualis yang berdampak pada lemahnya ikatan solidaritas mereka.
Dengan lemahnya solidaritas ini, maka masyarakat kota lebih mudah
dikalahkan oleh masyarakat badui, dan masyarakat kota mengalami
kehancuran dan masyarakat badui berhasil menduduki kota. Menurut

5
Ibnu Khaldun, kemunculan sebuah bangunan kekuasaan akan
menimbulkan anarki, dan anarki pada gilirannya akan menghancurkan
peradaban. Proses kehancuran ini berjalan melalui masa transisi dari
kehidupan primitif (nomadisme), ruralisme menuju kehidupan
hadharah (urbanisme).
‘Ashabiyah adalah perasaan satu kelompok atau solidaritas sosial,
yang timbul secara alamiah dalam kehidupan manusia karena adanya
pertalian darah atau pertalian perkauman. Perasaan cinta kasih tersebut
menimbulkan perasaan senasib, sepenanggungan, rasa saling setia, rasa
saling membutuhkan, terlebih pada saat menghadapi musibah atau
ancaman musuh, atau untuk mencapai tujuan tertentu.
‘Ashabiyah disini diartikan oleh Ibnu Khaldun sebagai solidaritas
sosial. Menurut Ibnu Khaldun solidaritas sosial atau rasa golongan
yang dihubungkan oleh pertalian darah atau pertalian lain yang
mempunyai arti dan tujuan yang sama.
Kemudian Ibnu Khaldun berpendapat, orang tidak mungkin
menciptakan negara tanpa dukungan rasa persatuan dan solidaritas
yang kuat. Proses pendiriannya memerlukan perjuangan sungguh-
sungguh, suatu pertarungan hidup dan mati.
Solidaritas (‘ashabiyah) pada pokoknya adalah kerjasama dan
tolong menolong yang erat dalamsuatu kelompok yang berbentuk
sedemikian rupa sehingga anggota kelompok itu masing-masing bukan
saja bantu membantu, tetapi bersedia mengorbankan jiwa untuk
kepentingan bersama. Dan ini menurutnya adalah suatu gejala alami
bagi manusia dalam proses berdirinya negara.
Adapun tujuan yang hendak dicapai ‘ashabiyah adalah kekuasaan.
Menurut Ibn Khaldun mengenai hal ini: “Bahwa kemenangan terdapat
di pihak yang mempunyai solidaritas yang lebih kuat, dan anggota-
anggotanya lebih sanggup berjuang dan bersedia mati guna
kepentingan bersama.” Kedudukan sebagai raja adalah suatu
kedudukan yang terhormat dan diperebutkan, karena kedudukan
memberikan kepada pemeganya segala kekayaan duniawi dan juga

6
kepuasan lahir batin. Karena itulah kekuasaan menjadi sasaran
perebutan dan jarang sekali dilepaskan dengan suka rela kecuali
dibawah paksaan. Perebutan menimbulkan perjuangan dan peperangan
dan runtuhnya singgasana-singgasana. Semuanya itu tidaklah dapat
terjadi kecuali dengan ‘ashabiyah atau solidaritas sosial.
Ibnu Khaldun memperkenalkan bahwa terjadinya keberlangsungan
masyarakat nomaden dan masyarkat kota harus mengenal faktor-faktor
penyebabnnya demikian pula terhadap kekacauan politik di dunia
Islam masa itu. Dalam Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun menguraikan
metodologi penelitian sejarah dan penjelasan sejarah umat manusia.
Ibnu Khaldun tidak hanya sebagai pelaku sejarah tetapi juga ilmuwan
sejarah yang dapat melahirkan teori-teori baru berdasarkan hasil
penelitian empiris dan sangat metodologis.
Menurut Ibnu Khaldun , hakekat sejarah adalah catatan tentang
masyarakat ummat manusia. Sejarah itu sendiri identik dengan
peradaban dunia, tentang revolusi, dan pemberontakan oleh
segolongan yang lain dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan
negara-negara dengan berbagai macam tingkatannya; tentang kegiatan
dan kedudukan orang, baik untuk mencapai penghidupannya maupun
dalam ilmu pengetahuan dan pertukangan; dan pada umumnya tentang
segala perubahan yang terjadi dalam peradaban karena watak
peradaban itu sendiri adalah sunnatullah.
la menyadari bahwa penulisan sejarah sudah wataknya cenderung
mengalami kebohongan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. semangat terlibatnya sejarahwan atau penulis sejarah kepada
pendapat-pendapat atau mazhab-mazhab.
2. akibat terlalu percaya pada orang yang menukilkan sehingga
memerlukan personality criticism. ketidaksanggupan memahami
maksud yang sebenarnya dari hasil observasinya.
3. asumsi tak beralasan terhadap kebenaran sesuatu hal termasuk
yang akibat terlalu percaya pada para penukil.

7
4. ketidaktahuan tentang bagaimana kondisi-kondisi sesuai dengan
realitas, disebabkan kondisi-kondisi itu dimasuki oleh ambisi-
ambisi dan distorsi-distorsi artifisial serta tidak mempunyai
gambaran yang benar tentang kondisi-kondisi tersebut.
5. adanya fakta bahwa kebanyakan manusia cenderung ingin dipuji
atau kepentingan politik sehingga informasi yang disampaikannya
cenderung tidak jujur.
6. kebohongan sejarah yang tidak dapat dihindarkan adalah
ketidaktahuan tentang berbagai watak berbagai kondisi yang
muncul dalam peradaban .

Sehubungan dengan peradaban umat manusia, Ibnu Khaldun


mengatakan organisasi kemasyarakatan merupakan suatu keharusan
karena manusia adalah makhluk yang bersifat politis menurut tabiatnya.
Menurut dia, tanpa organisasi itu eksistensi manusia tidak akan sempurna.
Umat manusia memerlukan seorang yang akan melaksanakan kewibawaan
dan memelihara mereka karena permusuhan dan kezaliman adalah
merupakan watak hewani yang dimiliki oleh manusia. Senjata yang dibuat
manusia untuk pertahanan dari serangan binatang tidaklah mencukupi bagi
pertahanan terhadap serangan sesama manusia. Dan ini tidaklah mungkin
datang dari luar. Oleh karena itu, dengan sendirinya orang yang akan
melaksanakan kewibawaan itu haruslah seorang di antara mereka sendiri.
Ia harus menguasai mereka dan mempunyai kekuatan dan wibawa
melebihi mereka sehingga tak seorang pun di antara mereka sanggup
menyerang yang lainnya dan inilah yang dinamakan kekuasaan (mulk)
atau kedaulatan.

Pemikiran Ibnu Khaldun tentang sejarah dan sosiologi, pada


dasarnya memberi kontribusi bagi dunia intelektual. Teori-teori sejarah
dan sosiologinya menjadi pijakan kajian bagi kaum intelektual modern
meskipun nama besarnya sempat redup ketika era keemasan intelektual
Eropa. Peran para orientalis dan sarjana muslim mengkaji pemikiran para
sarjana muslim abad XIV M, membuka mata dunia tentang kualitas

8
pemikiran sarjana-sarjana muslim dan patut dikaji sebagai khasanah
keilmuwan khususnya di bidang sejarah dan ilmu- ilmu sosial. Bahkan
para pemikir moderen pun belum ada yang mampu menyamai
pemikirannya. Termasuk tokoh-tokoh sosiologi seperti August Comte dari
Prancis, Max Weber dari Jerman atau lainnya.

Lingkaran perubahan ikatan sosial atau solidaritas kelompok dalam


kehidupan sehari-hari. Perubahannya melalui tiga tahap, yaitu

1. solidaritas sangat kuat yang ditimbulkan oleh kekerasan kondisi


kehidupan nomaden di gurun pasir;
2. Munculnya kultur kehidupan menetap dilokasi tertentu dan
meningkatnya kemakmuran memperburuk ikatan kelompok dan
memperlemah solidaritas; dan
3. ini menyebabkan hancurnya solidaritas sosial, membubarkan
kelompok, lalu diikuti oleh kristalisasi kelompok berdasarkan
solidaritas sosial baru.

Dalam bagian ini Ibnu Khaldun mengemukakan suatu observasi


menarik yang paralel dengan teori sosiologi modern mengenai pembagian
kerja dan diferensi sosial.

Kini di dunia Eropa maupun di dunia Islam, nama Ibnu Khaldun


menjadi popular seirama dengan perkembangan kajian keilmuwan
khususnya di bidang sejarah dan sosiologi. Dengan demikian, pemikiran-
pemikiran Ibnu Khaldun dapat dijadikan sebagai rujukan dalam kajian
sosiologi dan ilmu sosial lainnya, serta menjadi kekayaan sejarah bagi
masyarakat Islam.

9
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Ibnu Khaldun mendeskripsikan perubahan sosial dimualai sebuah


Peradaban besar dimulai dari masyarakat yang telah ditempa dengan
kehidupan keras, kemiskinan dan penuh perjuangan. Keinginan hidup
dengan makmur dan terbebas dari kesusahan hidup ditambah dengan
‘Ashabiyyah di antara mereka membuat mereka berusaha keras untuk
mewujudkan cita-cita mereka dengan perjuangan yang keras. Impian yang
tercapai kemudian memunculkan sebuah peradaban baru. Dan kemunculan
peradaban baru ini pula biasanya diikuti dengan kemunduran suatu
peradaban lain. Tahapan-tahapan di atas kemudian terulang lagi, dan
begitulah seterusnya hingga teori ini dikenal dengan Teori Siklus.

B. Saran
Kami sebagai penulis tentunya sadar akan berbagai kekurangan di
makalah yang saya buat ini, maka dari itu saya mengharapkan kritik
serta saran mengenai pembahasan di atas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Ahmad Mukri. Urgensi Maslahat Mursalah Dalam Dialektika


Pemikiran Hukum Islam, Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2012.

Ba’al, Fuad dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam, terj.
Ahmadie Thaha dan Mansuruddin, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989.

Ibnu Khaldun dalam Kitab al-Ibar (Tarikh Ibnu Khaldun) Darul Qudus al-
Ilmiyah, Beirut Lebanon.

Al-Khudairi, Zainab. 1995. Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, terj. Ahmad


Rafi’. Bandung: Pustaka.

Goodman. George Ritzer- Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern. Edisi


VI. Jakarta: Prenada Media

https://core.ac.uk/download/pdf/229577379.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai