Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI KONFLIK SOSIAL DAN AKAR MASALAH KONFLIK

Disusun oleh kelompok 2


1.Gian shaera
2.Laura syahla najwa
3.Cantika
4.Afifah edni putri
5.Amisa azra
6.Abil dewantara

Guru pembimbing
Nur Miswari, S.Pd.I

KELAS XI F5 A
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 SUNGAI PENUH
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
TEORI KONFLIK SOSIAL DAN AKAR MASALAH KONFLIK ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam kami ucapkan kepada junjungan alam Nabi besar kita Muhammad Saw.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah kami ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, pembahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharap
kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru SOSIOLOGI tentang
KONFLIK SOSIAL DAN AKAR MASALAH KONFLIK guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
terutama bagi penulis dan pembaca amin.

Sungai penuh,06 februari 2024

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya kehidupan sosial di masyarakat bersifat dinamis. Perbedaan sosial
mutlak ada dalam kehidupan Masyarakat. Akan tetapi, perbedaan tersebut terkadang tidak
disikapi secara bijak. Akibatnya perbedaan sosial menyebabkan masyarakat lupa konsekuensi
atas keberagaman sosial. Pada akhirnya, antar pihak yang berbeda berupaya melampiaskan
kehendaknya dan mencoba menjatuhkan satu sama lain. Sikap tersebut menjadi akar
munculnya konflik sosial.

B.RUMUSAN MASALAH
1. apa saja teori-teori konflik sosial?
2.apa yang menjadi akar masalah konflik?

C.TUJUAN
Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui apa saja teori-teori konflik sosial dan apa
yang menjadi akar masalah konflik.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.TEORI KONFLIK SOSIAL
1.Ralf Dahrendorf
Teori Konflik menurut Ralf Dahrendorf. Ralf Dahrendorf menyebutkan bahwa salah
satu penyebab perubahan sosial adalah konflik sosial, seperti konflik antar kelas atau konflik
sosial lainnya. Menurut Paisol Burlian dalam bukunya yang berjudul Patologi Sosial
menyatakan bahwa teori konflik dibangun atas dasar "paradigma fakta sosial" tidak berbeda
dengan teori fungsional struktural.
Namun, pola pikir teori konflik bertentangan dengan teori fungsional struktural
karena melihat masyarakat multikultural secara berbeda. Pada teori fungsional akan berujung
pada integrasi sosial, sedangkan ujung dari teori konflik adalah dominasi antar kelompok
masyarakat, pertentangan, dan melahirkan perubahan sosial. Selain itu, dalam teori
fungsional struktural melihat setiap elemen masyarakat memberikan dukungan stabilitas.
Namun, pada teori konflik melihat bahwa elemen-elemen masyarakat tersebut memberikan
sumbangan terhadap disintegrasi sosial
2.Karl Mark
Teori konflik menurut Karl Marx. Teori konflik pertama kali dikembangkan oleh
filsuf asal Jerman, Karl Marx dengan dasar gagasannya yang melihat perbedaan kelas sosial
di masyarakat. Menurut Karl Marx, teori konflik adalah bentuk pertentangan dari perbedaan
kelas. Teori konflik Karl Marx menyatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan konflik
yang tiada henti karena persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas. Teori
konflik berpendapat bahwa tatanan sosial dipertahankan melalui dominasi dan kekuasaan,
bukan melalui konsensus dan konformitas.
Menurut teori konflik, mereka yang kaya dan berkuasa berusaha mempertahankannya
dengan segala cara, terutama dengan menekan kelompok miskin dan tidak berdaya. Premis
dasar teori konflik adalah bahwa individu dan kelompok dalam masyarakat akan bekerja
untuk memaksimalkan kekayaan dan kekuasaan mereka sendiri. Dikutip dari buku Essentials
of Sociology: A Down-to-earth Approach karya James M. Henslin, Karl Marx mengamati
perjuangan yang dilakukan borjuis, kelompok kecil kapitalis yang memiliki alat untuk
memproduksi kekayaan, dan proletariat yaitu para pekerja yang dieksploitasi oleh borjuis.
Dari fenomena tersebut dalam menimbulkan pertentangan antarkelas yang berujung pada
konflik.
3.Max Weber
Teori yang disampaikan Weber tidak membahas teori konflik secara spesifik. Weber
berusaha melakuan analisa kaitan gerakan sosial dengan konflik. Baginya, gerakan sosial bisa
memunculkan konflik seperti yang dialami masyarakat pada masa Revolusi Prancis. Peletak
teori konflik yang terkenal bukan hanya Max Weber. Masih ada Karl Marx dan George
Simmel yang mengemukakan teori konfliknya masing-masing. Bahkan, antar-teori juga
"berkonflik" karena perbedaan pandangan seperti pada pemikiran Karl Marx dan Max Weber.
Melansir Jurnal JIME Volume 3 Nomor 1 (2017) disebutkan, teori konflik menurut Karl
Marx menyatakan bahwa perubahan sosial muncul karena terjadi konflik yang akhirnya
menghasilkan kompromi berbeda dari keadaan awal. Masyarakat akan terbagi dalam dua
kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin (proletar). Mereka
berkonflik karena adanya sifat berbeda dari keduanya. Sementara dalam Jurnal Fikrah
Volume 3 Nomor 1 (2015) disebutkan, konflik antara kelas borjuis dan proletar tidak lepas
dari penerapan kapitalisme oleh kaum borjuis. Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang
memungkinkan sebagian indvidu menguasai sumberdaya produktif vital. Kelas borjuis
menggunakan akses tersebut untuk meraih keuntungan maksimal dengan memanfaatkan jasa
tenaga kelas proletar sebagai buruh. Max Weber menyanggah pendapat teori konflik Kari
Marx terkait materialisme historis tersebut. Materialisme historis yang ada dalam pendapat
Marx hanya menekankan perhatian pada satu sisi kelas. Menurut Weber diperlukan
penyeimbang dengan juga menekankan peranan faktor gagasan yang menjadi penyebab
perubahan sejarah. Weber memusatkan perhatian dengan memahami pertumbuhan sistem
kapitalisme rasional di dunia Barat dalam skala besar. Sebaliknya sistem kapitalisme justru
tidak mengalami banyak perkembangan di Timur dan tidak disukai. Weber berpendapat,
kekosongan transformasi relijius di Timur menjadipenghalang perkembangan kapitalisme di
wilayah tesebut.
Interaksi sosial yang melibatkan hubungan antarindividu dalam masyarakat akan
memunculkan dua dampak sisi mata uang, asosiatif dan disosiatif. Dampak asosiatif akan
membuat hubungan mereka lebih erat. Sebaliknya, dampak disosiatif menjadi hubungan
makin merenggang. Renggangnya hubungan interaksi tersebut dapat memunculkan konflik
sosial. Penyebab utamanya adalah perbedaan di tengah masyarakat dengan beragam
pemicunya seperti perbedaan budaya, ketidaksamaan kepentingan, perubahan sosial yang
terlampau cepat, hingga perbedaan pemikiran antarindividu. Beberapa pakar meneliti
mengenai konflik sosial ini, salah satunya adalah Max Weber. Menurut Weber, konflik
muncul dari keberadaan stratifikasi sosial dalam masyakat. Setiap stratifikasi tersebut
merupakan posisi yang pantas diperjuangkan manusia dan kelompoknya. Hubungan sosial
yang menjadi usaha untuk mendapatkan posisi tinggi di dalam masyarakat. Dalam teori
konfliknya, Weber mengemukakan bahwa kekuasaan memiliki arti penting untuk setiap tipe
hubungan sosial. Kekuasaan menjadi penggerak dinamika sosial yang menempatkan individu
atau kelompok dapat dimobilisasi atau memobilisasi. Akibat dari kekuasaan dan
kepentingannya, secara bersamaan dapat memunculkan konflik. Konflik sosial ini umumnya
terjadi kombinasi pentingan dari setiap struktur sosial yang memunculkan dinamika konflik.
4.George Simmel
Konflik sosial merupakan bentuk dasar interaksi yang terjadi secara alamiyah.
Konflik sosial adalah entitas dan realitas dalam kehidupan bermasyarakat. George Simmel
mengkonsepkan gagasan konflik sosial sebagai tindakan permusuhan timbal balik, yang
dipicu oleh benturan sifat-sifat manusia konfliktis dan sifat alamiah manusia feeling of
hostility.
Menurut simmel, Ketika suatu kelompok bekerja, akan muncul sifat menegaskan dari
pihak lain yang merupakan insting manusia. Contohnya persaingan, insting tersebut
menghasilkan konflik
5.Thomas Hobbes
Thomas Hobbes (1588-1679). Hobbes adalah seorang filsuf Inggris yang filsafat
politiknya mendominasi abad ke-17 dan terus mempunyai pengaruh besar hingga saat ini.

Thomas Hobbes lahir di Malmesbury, Wiltshire, pada tanggal 5 April 1588, sebagai
putra seorang pendeta. Ayahnya meninggalkan keluarga pada tahun 1604 dan tidak pernah
kembali, jadi seorang paman kaya mensponsori pendidikan Hobbes di Universitas Oxford.
Pada tahun 1608, Hobbes menjadi guru bagi William Cavendish, yang kemudian menjadi
bangsawan Devonshire. Keluarga Cavendish menjadi pelindung Hobbes sepanjang hidupnya.
Pada tahun 1610, Cavendish dan Hobbes melakukan perjalanan ke Eropa bersama-sama,
mengunjungi Jerman, Prancis, dan Italia. Setelah Cavendish meninggal, Hobbes memperoleh
posisi lain namun kemudian menjadi guru bagi putra Cavendish. Selama tahun-tahun ini ia
melakukan perjalanan ke Eropa dua kali lagi, bertemu dengan para pemikir terkemuka
termasuk astronom Galileo Galilei dan filsuf Rene Descartes.
Pada tahun 1640, ketika Inggris berada di ambang perang saudara, Hobbes yang
royalis melarikan diri ke Paris karena takut akan reaksi Parlemen Panjang terhadap
tulisannya. Dia tinggal di pengasingan selama 11 tahun. Antara 1646 dan 1648, Hobbes
menjadi guru matematika Charles, Pangeran Wales (calon Charles II) yang juga berada di
pengasingan.
Pada tahun 1651, karya Hobbes yang paling terkenal 'Leviathan' atau, 'Materi,
Bentuk, dan Kekuatan Gerejawi dan Sipil Persemakmuran' diterbitkan. Bagi Hobbes, satu-
satunya cara bagi manusia untuk keluar dari ketakutan dan kekerasan alaminya adalah dengan
menyerahkan kebebasannya dan membuat kontrak sosial dengan orang lain untuk menerima
otoritas pusat. Hobbes merasa bahwa monarki memberikan otoritas terbaik. Ia juga
berargumen bahwa karena kekuasaan berdaulat bersifat absolut, maka penguasa juga harus
menjadi kepala agama nasional. Akibatnya, dia memusuhi Gereja Katolik Roma.
Hal ini membuatnya tidak populer di kalangan otoritas Prancis dan pada tahun 1651 ia
kembali ke Inggris. Ia terus menulis, menghasilkan karya tentang matematika dan fisika serta
filsafat, dan terlibat dalam perselisihan akademis. Pada tahun 1660, mantan muridnya
kembali ke Inggris sebagai Charles II dan memberikan Hobbes uang pensiun.
Pada tahun 1666, parlemen memerintahkan 'Leviathan' untuk diselidiki karena
kecenderungan ateis. Hobbes takut dicap sesat dan membakar banyak surat-suratnya. Charles
II menengahi atas namanya, namun syaratnya tampaknya Hobbes tidak menerbitkan apa pun
lebih lanjut mengenai subjek politik yang terang-terangan.
Pada tahun 1672, Hobbes menerbitkan otobiografi dalam syair Latin dan terjemahan 'Iliad'
dan 'Odyssey' pada tahun 1675-1676. Dia meninggal pada tanggal 4 Desember 1679 di
Hardwick Hall di Derbyshire, salah satu rumah keluarga Cavendish.
6.Randall Collins
Randall Collins (lahir 29 Juli 1941) adalah seorang sosiolog Amerika yang
berpengaruh baik dalam pengajaran maupun penulisannya. Ia telah mengajar di banyak
universitas terkemuka di seluruh dunia dan karya akademisnya telah diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa. [1] Collins saat ini adalah Profesor Sosiologi Dorothy Swaine Thomas,
Emeritus di Universitas Pennsylvania . Ia adalah ahli teori sosial kontemporer terkemuka
yang bidang keahliannya meliputi sosiologi makro-sejarah tentang perubahan politik dan
ekonomi; mikro-sosiologi, termasuk interaksi tatap muka ; dan sosiologi intelektual dan
konflik sosial. [2] Publikasi Collins meliputi The Sociology of Philosophies: A Global Theory
of Intellectual Change (1998), yang menganalisis jaringan filsuf dan matematikawan selama
lebih dari dua ribu tahun di masyarakat Asia dan Barat. Penelitiannya saat ini melibatkan pola
makro kekerasan termasuk perang kontemporer, serta solusi terhadap kekerasan polisi. Ia
dianggap sebagai salah satu ahli teori konflik non-Marxis terkemuka di Amerika Serikat, dan
menjabat sebagai presiden American Sociological Association dari tahun 2010 hingga 2011.

B.AKAR MASALAH KONFLIK


Akar masalah konflik
Konflik sosial merupakan fenomena kompleks yang terjadi ketika ada perbedaan,
ketegangan, atau pertentangan antara individu, kelompok, atau entitas sosial dalam
masyarakat. Penyebabnya bisa bermacam-macam, termasuk perbedaan nilai, kepentingan,
atau sumber daya, serta adanya ketidaksetaraan dalam distribusi kekuasaan atau akses
terhadap sumber daya. Konflik sosial bisa berlangsung dalam berbagai bentuk, mulai dari
konflik antarindividu di tingkat personal hingga konflik antar-kelompok yang melibatkan
struktur sosial yang lebih luas, seperti kelas sosial, agama, etnis, atau politik. Dampaknya
juga beragam, mulai dari ketegangan sosial, kekerasan fisik, hingga perubahan sosial yang
signifikan. Solusi untuk konflik sosial biasanya melibatkan upaya mediasi, dialog antarpihak
yang terlibat, pembangunan kapasitas sosial, serta reformasi kebijakan atau struktur sosial
yang mendasar.
Harus diingat bahwa dalam masyarakat terkandung kenyataan-kenyataan sebagai berikut.
1) Setiap struktur sosial, di dalam dirinya sendiri, terdapat konflik-konflik dan kontradiksi-
kontradiksi yang bersifat internal. Pada gilirannya justru menjadi sumber terjadinya
perubahan-perubahan sosial.
2) Reaksi dari suatu sistem sosial terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar dan
tidak selalu bersifat adjustive.
3) Suatu sistem sosial dapat juga mengalami konflik-konflik sosial dalam waktu yang
panjang. 4) Perubahan-perubahan sosial tidak selalu terjadi secara bertahap melalui
penyesuaian-penyesuaian yang lunak
Akar masalah dari konflik sosial bisa bervariasi tergantung pada konteks dan
karakteristik masyarakat tertentu, namun beberapa akar masalah umum yang sering menjadi
pemicu konflik sosial antara lain:
1. *Perbedaan Nilai dan Keyakinan*: Ketidaksepakatan atau perbedaan dalam nilai-nilai,
keyakinan, atau norma di antara individu atau kelompok dalam masyarakat dapat memicu
konflik sosial.
2. *Ketidaksetaraan Sosial dan Ekonomi*: Ketidakadilan dalam distribusi kekayaan,
pendapatan, atau akses terhadap sumber daya bisa menjadi pemicu utama konflik sosial,
terutama di masyarakat yang sudah terbelah antara kaya dan miskin.
3. *Persaingan atas Sumber Daya*: Persaingan atas sumber daya seperti tanah, air, atau
mineral sering kali menjadi pemicu konflik antarkelompok, terutama di daerah yang sumber
dayanya langka atau terbatas.
4. *Ketidakpuasan terhadap Pemerintah atau Otoritas*: Ketidakpuasan terhadap pemerintah
atau otoritas bisa menjadi pemicu konflik sosial, terutama jika masyarakat merasa bahwa
kebijakan atau tindakan pemerintah tidak adil atau tidak menguntungkan bagi mereka.
5. *Ketegangan Etnis atau Suku*: Perbedaan etnis atau suku sering kali menjadi sumber
konflik sosial, terutama di masyarakat yang multi-etnis atau multikultural. Diskriminasi,
marginalisasi, atau konflik sejarah antar-etnis dapat memperkeruh hubungan antarkelompok
dan memicu konflik.
6. *Konflik Politik*: Perselisihan politik, baik di tingkat lokal maupun nasional, bisa memicu
konflik sosial di antara pendukung berbagai pihak politik atau kelompok kepentingan.
7. *Krisis Identitas*: Konflik sosial juga dapat muncul karena krisis identitas, di mana
individu atau kelompok merasa terancam atau tidak diakui dalam identitas mereka, baik itu
dalam konteks budaya, agama, atau bahasa.
8. *Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial*: Kemiskinan, ketimpangan sosial, dan
ketidakadilan dalam distribusi sumber daya juga dapat menjadi pemicu konflik sosial,
terutama jika kondisi tersebut tidak ditangani dengan tepat oleh pemerintah atau masyarakat.
Akan tetapi, dapat juga terjadi secara revolusioner. Hal itu berbeda dengan pendapat
dari pendekatan konflik. Pendekatan konflik memiliki anggapan tersendiri terhadap
masyarakat yang berpotensi terhadap konflik. Anggapan tersebut sebagai berikut.
1) Setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir.
Seperti diketahui bahwa perubahan berpotensi untuk timbulnya konflik.
2) Setiap masyarakat memiliki konflik-konflik di dalam dirinya.
3) Setiap unsur dalam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan
perubahan perubahan sosial.
4) setiap masyarakat terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang lain
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ralf Dahrendorf menganggap bahwa bentuk konflik terjadi karena adanya


kelompok yang berkuasa atau dominasi (domination) dan yang dikuasai (submission),
maka jelas ada dua sistem kelas sosial yaitu mereka yang berperan serta dalam
struktur kekuasaan melalui penguasaan dan mereka yang tidak berpartisipasi melalui
penundukan. Dasar pemikiran Ralf Dahrendort atas teori ini adalah mengasumsikan
bahwa setiap masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan, dan pertikaian
serta konflik ada dalam sistem sosial juga berbagai elemen kemasyarakatan
memberikan kontribusi bagi disintegrasi dan perubahan. Suatu bentuk keteraturan
dalam masyarakat berasal dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang
memiliki kekuasaan, sehingga ia menekankan tentang peran kekuasaan dalam
mempertahankan ketertiban dalam masyarakat. Jadi menurut teori ini konflik dapat
menyebabkan perpecahan bahkan ketertiban dan hala tersebut dipengaruhi oleh para
penguasa atau otoritas (kelas atas), karena peran mereka yang diatas dapat
menundukkan masyarakat dibawah sehingga masyarakat bawah tunduk akan
perubahan.

Coser mengembangkan proposisi dan memperluas konsep Simmel dalam


menggambarkan kondisi-kondisi di mana konflik secara positif membantu struktur
sosial dan bila terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat.
Merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan
pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas
antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat
kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial
di sekelilingnya.seluruh fungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi
suatu kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. Jadi menurut
Coser konflik antar kelompok dapat memperkuat suatu kelompok sehingga terjadi
beridentitas dalam suatu kelompok.

Teori sistem dipetakan oleh George Ritzer (2005) pada paradigma fakta sosial.
Maksudnya adalah penggunaan teori ini dikhususkan pada masalah-masalah sosial
yang berkaitan dengan nilai-nilai, institusi/pranata-pranata sosial yang mengatur dan
menyelenggarakan eksistensi kehidupan bermasyarakat. Sistem sendiri merupakan
suatu kesatuan dari elemen-elemen fungsi yang beragam, saling berhubungan dan
membentuk pola yang mapan. Hubungan antara elemen elemen sosial tersebut adalah
hubungan timbal-balik atau hubungan dua arah. Contohnya, misalnya masalah hukum
adat yang mempengaruhi segi kehidupan ekonomi masyarakat atau nelayan
tradisional, Jadi maksud dari teori sistem sendiri adalah bahwa sistem sosial yang ada
dimasyarakat mempengaruhi kondisi suatu masyarakat.

Teori birokrasi sendiri mengemukakan bahwa peran-peran, tugas dan kewajiban


dari suatu masyarakat mampu menjadikan kondisi lingkungan masyarakat yang
disosiatif atau asosiatif. Teori struktural fungsional sendiri menghubungkan
kebutuhan manusia yang harus dipenuhi sehingga hal tersebut pun dapat
mempengaruhi terjadinya konflik.

B. Saran

Setelah mempelajari teori konflik ang dikemukakan oleh berbagai ilmuwan


semoga pembaca dapat tertarik untuk terus membaca literatur mengenai teori konflik
dalam berbagai referensi. Makalah ini sebagai salah satu referensi bagi pembaca yang
haus akan ilmu mengenai teori konflik.
DAFTAR PUSTAKA

 https://amp.kompas.com/skola/read/2021/02/22/150133569/unsur-
unsur-mayarakat-dan-pembagiannya

 https://www.gramedia.com/literasi/teori-konflik/#:~:text=3.-,Teori
%20Konflik%20Ralf%20Dahrendorf,struktur%20sosial
%20ditentukan%20oleh%20kekuasaan

 https://tirto.id/contoh-revolusi-evolusi-bentuk-perubahan-sosial-
masyarakat-f9VM

 https://katadata.co.id/amp/intan/berita/61b727af5e1a5/faktor-
penyebab-masalah-sosial-dan-contohnya-di-lingkungan-masyarakat

Anda mungkin juga menyukai