Anda di halaman 1dari 3

Teori Konflik

 Menurut Lockwood, konflik dapat terjadi apabila memiliki sifat pementingan diri, karena
hal ini akan menyebabkan diferensiasi kekuasaan yang akan menimbulkan sekelompok
orang menindas kelompok lainnya. Perbedaan kepentingan dan pertentangan kemudia
pada akhirnya dapat membuahkan konflik dalam sebuah masyarakat.
 Kemudian menurut Marx dalam suatu permasalahan gender terdapat teori sosial-konflik
yang terkadang diidentifikasikan karena pengaruh Marx di dalamnya. Marx yang
kemudian dilengkapi oleh F. Engels. Beliau mengemukakan suatu pemikiran yang
menarik bahwa dalam perbedaan dan ketimpangan gender antara laki-laki dan perempuan
tidaklah dikarenakan oleh perbedaan biologis, tetapi hal ini dikarenakan bagian dari
penindasan kelas yang memiliki kuasa dalam relasi produksi yang dapat diterapkan
dalam konsep sebuah keluarga. Hubungan antar laki-laki dan perempuan (suami dan istri)
tidak ubahnya dengan hubungan kaum ploretar dan borjuis, hamba dan tuan, atau
pemeras dan yang diperas. Maka dari itu, ketimpangan peran gender dalam masyarakat
bukan disebabkan karena kodrat dari Tuhan, melainkan karena sebuah konstruksi
masyarakat. Teori ini selanjutnya dikembangkan oleh para pengikut Marx seperti F.
Engels, R. Dahrendorf, dan Randall Collins.
 Contoh konflik adalah revolusi, eksploitasi, kolonialisme, ketergantungan, konflik kelas
dan rasial. Misal perempuan memiliki peran dan kontribusi yang sama dengan laki-laki.
Menurut Marxisme, penindasan perempuan dalam dunia kapitalis karena mendatangkan
keuntungan. Pertama, eksploitasi wanita dalam rumah tangga akan meningkatkan
meningkatkan produksi kerja laki-laki di pabrik-pabrik. Kedua, perempuan yang terlibat
peran produksi menjadi buruh murah, memungkinkan dapat menekan biaya produksi,
sehingga perusahaan lebih diuntungkan. Ketiga, masuknya perempuan sebagai buruh
murah dan mengkondisikan buruh-buruh cadangan akan memperkuat posisi tawar pihak
kapitalis, mengancam solidaritas kaum buruh. Ketiga, hal tersebut dapat mempercepat
akumulasi kapital bagi kapitalis (Mansour Fakih, 1996: 87-88).
Teori Interaksionisme Simbolik
 Teori interaksionisme simbolik lahir setelah adanya teori aksi yang dilontarkan oleh
Weber. Menurut Ritzer, Teori interaksionisme simbolik merupakan pusat dari perhatian
pada pemaknaan terhadap tindakan dan interaksi manusia. Tokoh teori interaksonalisme
simbolik yakni Mead. Dalam pemikiran Mead, beliau menyetujui hal pentingnya sebab
akibat dalam interaksi sosial. Kemudian yang menjadi pusat pokok yakni bagaimana
bukan hanya seorang manusia menciptakan arti dari sebuah simbol yang ada di
lingkungan sekitarnya akan tetapi tentang bagaimana mereka belajar ketika interaksi itu
dapat berlangsung pada proses sosialisasi pada khususnya. Soeprapto (2002 : 71)
 Teori interaksi simbolis (simbolic interactionism) memfokuskan perhatian pada cara-cara
yang digunakan manusia untuk membentuk sebuah makna dan struktur dalam suatu
masyarakat melalui percakapan. Interaksi simbolis pada awalnya merupakan suatu
gerakan pemikiran dalam ilmu sosiologi yang mampu dibentuk oleh George Herbet
Mead, dan karya beliau menjadi inti dari aliran pemikiran yang dinamakan Chicago
School. Interaksi simbolis mendasarkan gagasannya atau enam hal yakni :
1. Manusia membuat keputusan dan bertindak pada situasi yang dihadapinya sesuai
dengan pengertian subjektifnya.
2. Kehidupan sosial merupakan proses interaksi, kehidupan sosial bukanlah
struktur atau bersifat struktural dan karena itu akan terus berubah.
3. Manusia memahami pengalamannya melalui makna dan simbol yang digunakan
di lingkungan terdekatnya (primary group), dan bahasa merupakan bagian yang
sangat penting dalam kehidupan sosial.
4. Dunia terdiri dari berbagai objek sosial yang memiliki nama dan makna yang
ditentukan secara sosial.
5. Manusia mendasarkan tindakannya atas interpretasi mereka, dengan
mempertimbangkan dan mendifinisikan objek-objek dan tindakan yang relevan
pada situasi saat itu.
6. Dari seseorang adalah objek signifikan dan bagaimana objek sosial lainnya dari
didefiniskan melalui interaksi sosial dengan orang lain.
Kemudian Mead juga memiliki tiga konsep penting dalam teori ini yakni masyarakat,
diri, dan pikiran. Ketiga konsep tersebut mempunyai focus fokus yang berbeda namun
berasal dari proses umum yang sama yang disebut “tindakan sosial” (social act).
 George Herbert Mead, tokoh yang lebih dikenal sebagai perintis teori interaksionisme
simbolik menyatakan tentang posisi simbol dalam lingkaran kehidupan sosial. Beliau
memahami proses dalam suatu simbol yang merupakan proses penafsiran dalam
berkomunikasi. Cotohnya salah satu premis yang dikembangkan melalui metode
hermenutik yang menyatakan bahwa pada dasarnya hidup manusia guna memahami
segala pemahaman manusia tentang hidup kemungkinan karena manusia melakukan
penafsiran, baik secara sadar maupun tidak (Umiarso dan Elbandiansyah, 2014: 63).
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau
lebih. Simbol berkaitan dengan bahasa dapat diartikan sebagai seperangkat simbol,
dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan
mampu dipahami oleh suatu komunitas (Muliyana, 2014:68).
Daftar Pustaka
Nur Sopiani, 2015. “Sosiologi Gender : Sebuah Intepretasi Realitas Gender
Dalam Masyarakat”, Bandung, Sosiologi F.
Aminah dan Jalil Abdul, 2018. “Gender Dalam Perspektif Budaya dan Bahasa”
dalam Jurnal Al Maiyyah Vol.11 No. 2 Juli- Desember. STAI DDI Pangkep.
Ilawatus Wahyu, 2017. “Interaksionisme Simbolik Pekerja Seks Komesial di
Karaoke Keluarga X2 Sidoarjo” dalam Jurnal Paradigma Vol 5, No.3. Universitas
Surabaya.
Nur Sayekti Imelda, 2017. “Analisis Teori Interaksionisme Simbolik Pada
Pengaplikasian Konsep Maskulinitas Mahasiswa Universitas Sebelas Maret.” FKIP
UNS.

Anda mungkin juga menyukai