Anda di halaman 1dari 16

KONFLIK DAN

PERDAMAIAN
PERTEMUAN VI
MASHAB KONFLIK

 Mashab Positivis

 Mashab Humanis

 Mashab Kritis
Mashab Positivis

 Ralf Dahrendorf

 Konflik antara kelompok-kelompok terkoordinasi yang


dikarakteri oleh hubungan kekuasaan dengan beberapa
kelompok peranan mempunyai kekuasaan
memaksakan dari yang lainnya
 Konflik Makro:

1. Generalisasi teori yang bisa berlaku secara universal

2. Melihat konflik sebagai bagian dari dinamika gerakan


struktural
Mashab Positivis

 Dialektika konflik kekuasaan

 Wajah masyarakat (nasional dan internasional)


tidak selalu dalam kondisi terintegrasi, harmonis
dan saling memenuhi tetapi ada wajah lain yang
memperlihatkan konflik dan perubahan
 Konflik hanya muncul melalui relasi-relasi sosial
dalam sistem, itulah mengapa setiap individu atau
kelompok yang tidak terhubung dalam sistem tidak
akan mungkin terlibat dalam konflik
Mashab Humanis

 Digunakan untuk melihat konflik mikro atau


konflik antar-individu dan individu terhadap
kelompok
 Berpatokan pada interaksionisme simbolis yang
menekankan individu, simbol (bahasa dan makna)
dan dunia sosial
Mashab Humanis

A. Interaksi simbolis
 Self (diri sendiri)

 Self interaction (interaksi dengan diri sendiri)

 Symbolic meaning (pemaknaan simbolik) melalui


symbolik interpretation
Mashab Humanis

 Ada tujuh prinsip utama teori interaksionisme


simbolik:

1. Manusia memiliki kapasitas berpikir yang kreatif

2. Kapasitas berpikir kreatif itu dibentuk melalui


interaksi sosial

3. Interaksi sosial individu-individu bisa mempelajari


berbagai makna dan simbol yang memberi peluang
mereka menguji perbedaan kapasitas berpikir
Mashab Humanis

4. Makna dan simbol memberi peluang manusia menciptakan tindakan


dan interaksi yang berbeda-beda

5. Individu mampu memodifikasi atau membuka berbagai makna dan


simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasar pada
penafsiran dari situasi mereka

6. Para individu mampu menciptakan modifikasi dan perubahan karena


kapasitas kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri,
yang memberi peluang mereka menguji berbagai kemungkinan tindakan,
menilai keuntungan dan kerugian dari kemungkinan tindakan itu, dan
kemudian memilih salah satu tindakan yang menguntungkan mereka

7. pola-pola kesalingterkaitan dari tindakan dan interaksi memoles


kelompok dan masyarakat
Mashab Humanis

B. Konflik dalam Konstruksi Sosial

1. Konflik sosial dipahami sebagai hal yang alamiah, suatu


pengalaman2 umum yang hadir di setiap hubungan dan
budaya

2. Konflik dipahami sebagai kejadian konstruktif kebudayaan


secara sosial. Konflik tidak hanya terjadi pada seseorang
tetapi orang merupakan peserta aktif dalam menciptakan
situasi dan interaksi yang mereka ambil pengalaman sebagai
konflik

3. Konflik muncul melalui proses interaktif yang melandaskan


pada pencarian dan penciptaan makna bersama
Mashab Humanis

4. Proses interaktif disempurnakan melalui dan


diakarkan dalam persepsi manusia, intrepretasi,
ekspresi, dan niatan-niatan, yang semuanya tumbuh
dari dan berputar kembali ke kesadaran umum
mereka

5. Pemaknaan muncul sebagaimana manusia


meletakkan diri mereka sendiri dan sesutau yang
sosial seperti situasi, kejadian, dan tindakan di dalam
pengetahuan yang terkumpul mereka.
Mashab Kritis

 Ajakan moral dalam melakukan kritik terhadap


hubungan dominatif penguasa pada masyarakat
dalam struktur sosial
 Kepentingan mashab kritis adalah emansipasi yang
membebaskan masyarakat dari kekejaman struktur
sosial menindas yang dikuasai oleh kelompok
kekuasaan
Mashab Kritis

 Dominasi Struktural dan Komunikasi

 Dominasi dan oligarki elite

 Reproduksi dominasi sistem posisi


PEMETAAN KONFLIK

 Memberi deskripsi pendahuluan mengenai berbagai sikap,


prilaku, dan situasi yang berkembang dalam dinamika
konflik
 Merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
menggambarkan konflik secara grafis, menghubungkan
pihak-pihak dengan masalah dan dengan pihak lainnya
 Metode menghadirkan analisis terstruktur terhadap konflik
tertentu pada waktu tertentu
 Setiap konteks masyarakat dengan berbagai tipe konflik
yang ada akan menghasilkan pemetaan yang berbeda-beda
PEMETAAN KONFLIK

 (Miall, Romsbotham, dan Wood, 2003):

1. Siapa yang menjadi inti pihak bertikai? Apa subkelompok internal mereka
dan pada apa mereka tergantung?

2. Apa yang menjadi persoalan konflik? apa mungkin membedakan antara


posisi, kepentingan (kepentingan materi, nilai, hubungan) dan kebutuhan

3. Apa hubungan antara pihak-pihak yang bertikai? Apakah ada


ketidaksimetrisan kualitatif dan kuantitatif?

4. Apa persepsi penyebab dan sifat konflik di antara pihak-pihak yang bertikai?

5. Apa perilaku akhir-akhir ini pihak-pihak yang bertikai (apakah konflik dalam
fase eskalasi atau fase deskalasi)

6. Siapa pemimpin pihak-pihak yang bertikai? Pada tingkat elite dan individual,
apa tujuan, kebijakan, kepentingan, kekuatan, dan kelemahan relatif mereka?
PEMETAAN KONFLIK

 Wehr dan Bartos (2003) juga memberi teknik pemetaan konflik:

1. Specify the context

2. Identify the parties

3. Separate causes from consequences

4. Separate goals from interest goals

5. Understand the dynamics

6. Search for positive functions

7. Understand the regulation potential


PEMETAAN KONFLIK

 Amr Abdalla, Model SIPABIO:

1. Source

2. Issues

3. Parties

4. Attitudes/feelings

5. Behavior

6. Intervention

7. outcome

Anda mungkin juga menyukai