Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Adapun yang menjadi judul makalah kami adalah TEORI PERTUKARAN
SOSIAL (GEORGE C. HOMANS). Tujuan kami dalam menulis makalah ini dalam rangka
untuk memenuh tugas dalam mata kuliah teori teori sosial. Selain itu, kami berharap makalah
ini juga dapat berguna untuk kedepannya sebagai bahan bacaan dan bahan ajar.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Secara khusus kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Tappil, S.Pd.,
M.Si. selaku dosen pengampu pada mata kuliah teori teori sosial.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang akan kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk berbagai pihak.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I PENDAULUAN.............................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan ...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................5
A. KESIMPULAN..............................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keberadaan manusia sebagai makhluk individu dan sosial mengandung pengertian
bahwa manusia merupakan makhluk unik, dan merupakan perpaduan antara aspek
individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan makhluk sosial sebagai anggota
kelompok atau masyarakat. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial akan
menampilkan tingkah laku tertentu, akan terjadi peristiwa pengaruh mempengaruhi
antara individu yang satu dengan individu yang lain. Hasil dari peristiwa saling
mempengaruhi tersebut maka timbulah perilaku sosial tertentu yang akan mewarnai
pola interaksi tingkah laku setiap individu. Perilaku sosial individu akan ditampilkan
apabila berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini individu akan mengembangkan
pola respon tertentu yang sifatnya cenderung konsisten dan stabil sehingga dapat
ditampilkan dalam situasi sosial yang berbeda-beda
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dari tokoh dan latar belakang kehidupan pencetus teori?
2. Bagaimana kondisi sosial tempat tinggal dari pencetus teori?
3. Bagaimana sejarah lahirnya teori tersebut?
4. Bagaimana konsep konsep dasar dari teori tersbut?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui biografi dan latar belakang kehidupan dari tokoh pencetus teori
2. Mengetahui bagaimana kondisi sosial tempat tinggal tokoh tsb
3. Mengetahi sejarah lahirnya teori tsb
4. Menegetahui konsep dasar dari teori tsb
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
dipengaruhi oleh B.F. Skinner, seorang psikolog yang juga merupakan teman dekatnya
tentang teori behaviorisme psikologis. Berdasarkan perspektif ini Homans membangun Teori
Pertukaran.
Homans bergabung di Center for Advanced Studies di Behavioral Sciences, presiden dari
American Sociological Association, dan anggota National Academy of Scie Homans pensiun
dari posisi pengajar di Harvard University pada tahun 1980 M ke rumahnya di Cambridge,
dari mana ia terus menulis teks menjelaskan teori-teori sosialnya. Homans meninggal pada 29
Mei 1989 M di Cambridge Rumah Sakit penyakit jantung.
B. KONDISI SOSIAL
George C. Homans mengembangkan teori pertukaran sosial yang menyatakan bahwa individu
cenderung bertindak berdasarkan pertukaran sosial, di mana mereka mencari keuntungan dan
menghindari kerugian. Teori ini mengandaikan bahwa hubungan sosial didasarkan pada
pertukaran sumber daya, seperti waktu, perhatian, dukungan, atau barang lainnya.
Homans yang di samping akrab dengan teori ekonomi dan pernah mengikuti dinas militer
angkatan laut pada Perang Dunia II yang melihat langsung pertarungan bangsa-bangsa,
melihat perubahan kondisi ekonomi sebagai akibat logis dari pertukaran yang seimbang
maupun tidak seimbang yang juga bisa dijelaskan dengan prinsip ekonomi dan psikologis,
yaitu teori pertukaran. Inilah yang kemudian dijelaskan oleh Homans bahwa ada kaitan antara
teori pertukaran dengan isu kekuasaan. Teori pertukaran mengenal dua hubungan: hubungan
simetris (nilai yang dipertukarkan sama dan terjadi di antara orang yang secara sosial sama)
dan hubungan a-simetris (tidak seimbang). Ketidakseimbangan tersebut disebabkan oleh
sistem stratifikasi yang berkaitan dengan kekuasaan dan wewenang. Homans menjelaskan
asal-mula kekuasaan dan wewenang dalam kaitannya dengan prinsip kepentingan mininum
(principle of least interest): orang yang memiliki kepentingan yang paling sedikit untuk
kelangsungan situasi sosial adalah yang paling bisa menentukan kondisi-kondisi asosiasi.
Prinsip ini menghasilkan kekuasaan di tangan salah satu pihak yang berpartisipasi, “sebab
dalam pertukaran seseorang memiliki kapasitas yang lebih besar untuk memberi orang lain
ganjaran ketimbang yang mampu diberikan orang itu kepadanya” (Homans, 1974: 74). Jadi,
kapitalisme yang mengglobal dan ketidakseimbangan antara kelas buruh dan pemilik modal,
menurut Homans, adalah akibat logis dari pertukaran sosial yang tidak seimbang.
Homans memperlihatkan bahwa suatu pola tertentu pada kehidupan masyarakat yang bersifat
menguntungkan masyarakat bukan untuk menjelaskan penyebab orang itu menyesuaikan
tindakannya terhadap pola tersebut. Penjelasan mengenai perilaku menuntut suatu
pemahaman mengenai motif-motif dan perasaan-perasaan manusia dan tidak menyoalkan
kebutuhan hipotesis dan tuntutan-tuntutan masyarakatnya. Menurut Homans, nampakanya
tidak ada cara untuk menentukan secara definitif apa kebutuhan fungsional itu, terlebih jika
kita mengakui bahwa kekurangan yang diciptakan oleh runtuhnya setiap pola institusional
biasanya diikuti oleh munculnya institusi-institusi alternatif untuk menggantikan kerusakan
itu, sehingga Homans tidak menggunakan penjelasan tipe-fungsional seperti Parsons, karena
menurutnya pola-pola pertukaran harus dianalisa menurut motif-motif dan perasaan-perasaan
manusia yang terlibat dalam interaksi tersebut.
6
Banyak ide dasar dalam karya Homans yang juga menyerang intepretasi Levi-Strauss
mengenai kebiasaan-kebiasaan perkawinan dalam masyarakat primitif. Hal ini merupakan
tema pokok dalam analisis lintas-budaya yang dikemukakan oleh Homans. Levi-Strauss
mengemukakan bahwa pola perkawinan, dimana seorang anak mengawini putri saudara
Ibunya memberikan sumbangan yang amat besar pada tingkat solidaritas yang tinggi pada
masyarakat primitif, dibandingkan dengan seseorang yang mengawini anak dari saudara
bapaknya. Alasan Levi-Strauss menjelaskan solidaritas sosial yang lebih tinggi ini adalah
bahwa pola yang lebih disukai ini mencakupi pertukaran tidak langsung dari pada pertukaran
langsung. Sedangkan Homans memberikan penjelasan yang bersifat Psikologis mengenai
pola-pola perkawinan ini. Arahnya adalah keperasaan-perasaan manusia itu sendiri yang
bersifat alamiah (berlawanan dengan determinasi budaya), tidak terhadap integrasi atau
solidaritas masyarakat. Tekanan Homans pada penjelasan institusi-institusi sosial di tingkat
psikologi individu merupakan pendekatan dasarnya. Homans mengemukakan bahwa alasan
sering terjadinya perkawinan dengan anak saudara ibu hanya karena individu itu secara
emosional lebih dekat dengan ibunya dari pada bapaknya.
Menurut Homans, teori tak hanya cukup mengandung beberapa proposisi saja. Teori tentang
fenomena adalah sebuah penjelasan tentang fenomena itu sendiri. Homans berpegang pada
keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial
daripada hanya sekedar menggambarkannya. Homans mengemukakan bahwa penjelasan
ilmiah harus dipusatkan pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara empirik.
Keadaan-keadaan internal (perasaan dan sikap subyektif, dan sebagainya) harus didefinisikan
dalam istilah istilah perilaku (Behavioral term) untuk keperluan pengukuran empiris.
C. LAHIRNYA TEORI
Perilaku Sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain, artinya
perilaku sosial ini adalah perilaku yang relatif menetap yang diperlihatkan oleh individu di
dalam berinteraksi dengan orang lain. Menurut Max Weber Perilaku mempengaruhi aksi
sosial dalam masyarakat yang kemudian menimbulkan masalah-masalah. Orang yang
berperilakunya mencerminkan keberhasilan dalam proses sosialisasinya dikatakan sebagai
orang yang sosial, sedangkan orang yang perilakunya tidak mencerminkan proses sosialisasi
tersebut disebut non sosial. Yang termasuk ke dalam perilaku non sosial adalah perilaku a-
sosial dan anti sosial. Seseorang yang berperilaku a-sosial tidak mengetahui apa yang yang
dituntut oleh kelompok sosial, sehingga berperilaku yang tidak memenuhi tuntutan sosial.
Mereka akan mengisolasi diri atau menghabiskan waktunya untuk menyendiri. Sedangkan
yang berperilaku anti sosial mereka mengetahui hal-hal yang dituntut kelompok tetapi karena
sikap permusuhannya, mereka melawan norma kelompok tersebut. Dalam konteks seperti ini
Weber menyadari permasalahan permasalah dalam masyarakat sebagai sebuah penafsiran.
Skinner mengemukakan bahwa perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku yang alami
(innate behavior) dan perilaku operan (operant behavior). Perilaku yang alami adalah perilaku
yang dibawa sejak lahir, yang berupa refleks dan insting, sedangkan perilaku operan adalah
perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Perilaku operan merupakan perilaku yang
dibentuk, dipelajari dan dapat dikendalikan, oleh karena itu dapat berubah melalui proses
belajar. Akan halnya tingkatan bahwa suatu perilaku adalah rasional (menurut ukuran logika
atau sains atau menurut standar logika ilmiah), maka hal ini dapat dipahami secara langsung.
7
Perilaku sosial berkembang melalui interaksi dengan lingkungan. Lingkungan akan turut
membentuk perilaku seseorang. Lewin mengemukakan formulasi mengenai perilaku dengan
bentuk B=F (E - O) dengan pengertian B = behavior, F = function, E = environment, dan O =
organism, formulasi tersebut mengandung pengertian bahwa perilaku (behavior) merupakan
fungsi atau bergantung kepada lingkungan (environment) dan individu (organism) yang
saling berinteraksi.
Berdasarkan deskripsi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial seseorang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang
terhadap perkembangan seseorang secara positif, maka akan dapat mencapai perkembangan
sosial secara matang. Namun sebaliknya apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif,
seperti perlakuan yang kasar dari orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat
yang tidak baik, maka perilaku sosial seorang anak cenderung menampilkan perilaku yang
menyimpang.
8
Tingkat perbandingan evaluasi, yakni bentuk representasi dari apa yang orang lain rasakan, di
mana hal tersebut seharusnya diterima sebagai bentuk penghargaan dan pengorbanan dari
sebuah hubungan tertentu.
Tingkat perbandingan alternatif, yakni tingkatan terendah dari penghargaan suatu hubungan
yang akan diterima oleh seseorang dengan memberikan alternatif pengorbanan yang tersedia.
9
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dengan teori pertukaran (exchange), Homans ingin menjelaskan hubungan-hubungan sosial,
minimal antara dua individu, atau antarkelompok. Pertukaran yang dimaksudkan oleh
Homans adalah “pertukaran sosial” (social exchange) yang tidak hanya melibat materi,
melainkan merupakan pertukaran non-materi yang lazimnya terjadi dalam sebuah hubungan
sosial. Pertukaran sosial tentu saja mengambil bentuk dan dimensi yang berbeda dengan
“pertukaran ekonomi” karena melibatkan emosi, namun menurut Homans tidak keluar dari
prinsip dasar pertukaran dalam ekonomi yang asasnya adalah pilihan rasional.
Jadi, fenomena sosial yang dijelaskan adalah hubungan sosial (tindakan yang dilakukan
individu yang diarahkan kepada orang lain) yang basisnya (unit analisisnya) adalah individu.
Oleh karena itu, fenomena atau realitas sosial yang dijelaskan, dalam kategorisasi George
Ritzer, adalah realitas sosial mikro-subjektif. Bukan struktur atau norma yang bekerja dalam
hubungan sosial itu, melainkan pertimbangan stimulus-respon, atau reward and punishment.
10
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Dr. Sri Ilham Nasution, S. M. (2023). Psikologi sosial. yogyakarta: Selat media patners.
11