DISUSUN OLEH
KELOMPOK 10 :
DOSEN PENGAMPU :
Elva Ronaning Roem, Dr. M.Si
Sarmiati, Dr. M.Si
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang sudah dan senantiasa memberikan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Teori Dalam Komunikasi Organisasi” secara tepat waktu. Penulisan makalah ini
melibatkan anggota kelompok yang saling membantu, untuk membuat makalah ini lebih
baik. Makalah ini menyajikan tentang teori-teori yang relevan dengan komunikasi
organisasi
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
perkuliahan pada mata kuliah Teori Komunikasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan baik bagi penulis, selaku kelompok penyaji
maupun bagi para pembaca mengenai kajian materi tentang Teori Dalam Komunikasi
Organisasi.
Penulis dalam penulisan makalah ini menyadari bahwa masih terdapat kesalahan.
Oleh karena itu, penulisan menerima kritik dan saran dengan lapang terbuka dari berbagai
pihak untuk memperbaiki penulisan makalah ini. Akhir kata, melalui penulisan makalah
ini kami berharap pembaca dapat diperoleh manfaat.
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
BAB II................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Tradisi Sosiopsikologis ................................................................................... 3
2.1.1 Teori Birokrasi Max Weber ......................................................................... 3
2.2 Tradisi Sibernatika .......................................................................................... 4
2.2.1 Proses Berorganisasi .................................................................................... 4
2.2.2 Teori Co-Orientasi Taylor ........................................................................... 5
2.3 Tradisi Sosiokultural ....................................................................................... 6
2.3.1 Teori Strukturasi .......................................................................................... 6
2.3.2 Teori Kendali Organisasi ............................................................................. 8
2.3.3 Budaya Organisasi ....................................................................................... 9
2.4 Tradisi Kritis ................................................................................................... 11
2.4.1 Gender dan Ras Dalam Komunikasi Organisasi.......................................... 11
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 13
3.2 Saran ............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi dalam organisasi adalah bidang penelitian yang mempelajari berbagai
aspek komunikasi di dalam konteks organisasi. Ini melibatkan analisis sistematis tentang
bagaimana pesan dikirim, diterima, dan dipahami oleh anggota organisasi, serta
bagaimana komunikasi tersebut memengaruhi hubungan dan kinerja organisasi secara
keseluruhan. Dalam suatu organisasi untuk mengkajinya lebih dalam terdapat banyak
teori yang dapat digunakan. Setiap teori pada dasarnya akan mempunyai gagasan yang
berbeda diantara satu sama lain. Maka dari itu teori dibentuk menjadi tradisi-tradisi yang
sesuai dengan kajianya. Beberapa diantaranya ialah tradisi Tradisi Sosiopsikologis,
sibernatika, sosiokultural, dan kritis.
Jika tradisi-tradisi tersebut dikaitkan dengan organisasi maka akan mempunyai
definisi tertentu. Mulai dari tradisi sosiopsikologis menekankan pentingnya memahami
individu dalam konteks sosial dan psikologis saat menganalisis organisasi. Tradisi
sibernatika menganggap organisasi sebagai sistem yang kompleks dan berfokus pada
penggunaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan pengambilan
keputusan. Tradisi sosiokultural menekankan peran budaya dan konteks sosial dalam
memahami organisasi. Yang terkahir ialah tradisi kritis menyoroti aspek kekuasaan,
dominasi, dan ketidakadilan dalam organisasi.
Pada dasarnya setiap bidang kehidupan manusia mempunyai teori-teori tertentu
yang dapat mengkaji hal-hal yang terjadi. Keseluruhan tradisi mempunyai bermacam
sudut padang tentang proses komunikasi, termasuk didalam organisasi. Maka dari itu
teori-teori yang telah dipaparkan diatas akan membantu proses pemahaman yang lebih
baik tentang komunikasi organisasi.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikaji, maka dapat ditarik ruumusan
masalah dalam penulisan ini yaitu adalah “Apa saja komunikasi pesan yang terdapat
dalam tradisi teori komunikasi dalam organisasi serta apa saja teori yang terdapat
didalamnya”
2
BAB II
PEMBAHASAN
Teori birokrasi dipakai dalam komunikasi organisasi. Teori ini disampaikan oleh
Max Weber, Max Weber mendefinisikan birokrasi itu sebagai metode organisasi yang
mana didalamnya terdapat pembagian tugas-tugas tertentu bagi setiap orang. Model
birokrasi seringkali digunakan agar dapat mencapai komunikasi yang efektif dalam
organisasi. Teori yang dicetus oleh Max Weber ini termasuk kedalam teori
sosiopsikologis karena gagasan yang menjelaskan bahwa suatu tindakan dan perbuatan
terjadi karena dorongan diri individu itu sendiri. Maka dari itu disini ada perbedaan antara
organisasi dan kelompok. Sesuai dengan padangan Max Weber yang juga memaparkan
bahwa organisasi itu mempunyai aturan yang mengikat yaitu birokrasi, sedangkan
kelompok tidak mempunyai birokrasi.
Teori birokrasi ini sangat berkaitan erat dengan rasionalitas, karena pemikiran yang
rasional akan berpengaruh terhadap perkembangan organisasi. Dalam teori ini terdapat
tiga hal yang menjadi karakteristik dari suatu birokrasi, diantaranya ialah birokrasi,
spesialisasi dan peraturan. Berikut penjelasan dari tiga karakteristik tersebut :
- Otoritas, strategi terbaik dalam mengorganisir otoritas legal dan rasional, ialalh
dengan hierarki/kedudukan. Dalam artian lain, atasan mempunyai atasan yang
juga memiliki atasan lagi. Kedudukan dijelaskan berdasarkan regulasi dalam
organisasi terkait. Tipa-tiap lapisan manajemen mempunyai otoritas resminya
serta hanya kepala organisasi yang mempunyai otoritas menyeluruh dan penuh.
- Spesialisasi, merupakan pembagian dimana setiap anggota organisasi dibagi
berdasarkan pekerjaan dan mereka tahu tugas apa yang akan dilakukan. Bagian
spesialisasi ini termasuk penting karen akan menjadikan batasan yang jelas dan
tegas serta memisahkan antara fungsi yang satu dengan yang lainya.
- Peraturan, peraturan menjadi kebutuhan dalam organisasi. Menurut Max Weber
aturan dalam organisasi haruslah rasional, yang mana tujuanya untuk mengatur
3
perilaku setiap anggota dan mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu setiap
kegiatan operasional perlu dicatat, dipelihara, dan di evaluasi.
4
pertanyaan yang muncul. Apa sifat dari masalah ini, dan bagaimana anggota akan
memecahkannya? Apakah anggota yang lain juga telah diminta untuk menyelesaikan
masalah ini? Jawaban dari masalah tersebut belum jelas kepastiannya, karena masalah
tersebut dapat dipecahkan dalam berbagai cara. Seperti dengan berkomunikasi dengan
atasan, anggota lain yang terlibat dengan masalah dan sebagainya. Dengan proses
interaksi tersebut, maka tingkat ketidakpastian akan menjadi rendah. Proses penghilangan
ketidakpastian atau kesamaran ini merupakan proses yang berkembang dengan tiga
bagian, yaitu pembuatan, pemilihan dan penyimpanan. Berikut penjelasanya ;
- Pembuatan, yaitu proses yang menyatakan bahwa terdapat informasi yang
samar-samar dari luar, dalam proses pembuatan kita terfokus pada satu masalah,
yang berarti sudah menghilangkan beberapa ketidakpastian dari masalah yang
mungkin sedang dihadapi.
- Pemilihan, yaitu proses mempersempit masalah, maksudnya kita menghilangkan
pilihan mengenai hal-hal yang dipertanyakan dari masalah. Pada proses ini kita
telah bergerak dari situasi samar yang tidak jelas menjadi situasi yang jauh lebih
jelas.
- Penyimpanan, yaitu proses pengumpulan informasi-informasi yang telah ada
mengenai masalah, yang mana akan digabungkan agar dapat digunakan untuk
menjalankan organisasi. Dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
sedang berada di ambang ambiguitas.
2.2.2 Teori Co-orientasi Taylor tentang Organisasi
James Taylor bersama koleganya memandang berorganisasi sebagai sebuah proses
interaksi, namun mereka memperluas gagasan mereka mengenai pandangan tersebut
dengan cara yang berbeda. Taylor memulai pemikirannya dengan gagasan bahwa
kegiatan berorganisasi terjadi ketika dua orang berinteraksi seputar fokus masalah
tertentu, proses tersebut disebut dengan co-orientasi. Maksud dari co-orientasi yaitu
adanya gagasan bahwa dua orang yang berorientasi pada sebuah objek umum seperti
topik, isu, keprihatinan, situasi, gagasan, tujuan, orang lain, kelompok dan sebagainya.
Dalam sebagian besar masalah, dua individu mempertemukan sudut pandang yang
berbeda. Contohnya ketika seorang atasan merasa bahwa adanya perubahan kebijakan
sangatlah penting untuk perkembangan keberhasilan operasional, sedangkan anggota
5
memiliki pandangan mengenai perubahan kebijakan tersebut membawa pengaruh yang
berbahaya bagi mereka karena adanya peningkatan beban kerja. Orientasi yang beragam
terhadap masalah ini merupakan suatu hal yang alami karena manusia mempunyai bidang
masalah dan minat yang berbeda.
Menurut Taylor, berorganisasi adalah proses sirkuler yang memperlihatkan
interaksi dan penafsiran yang saling memengaruhi. Untuk mudah memahami hal tersebut
kita dapat membedakan dua istilah teoritis yaitu percakapan (conversation) dan naskah
(text). Percakapan adalah interaksi atau perilaku penggunakan kata, sikap dan gerak
tubuh. Sedangkan naskah adalah isi atau gagasan yang ditanamkan dengan bahasa.
Contohnya seperti pada saat kita berfokus pada perilaku interaksi artinya kita fokus pada
percakapan, jika kita berkonsentrasi pada apa yang dikatakan berarti kita fokus pada
naskah.
6
sebuah kampus hendak mendirikan fakultas seni, maka akan mempengaruhi
jalur komunikasi dalam kampus tersebut.
- Tempat kedua adalah kodifikasi formal serta pemberitahuan keputusan dan
pilihan tempat implementasi. Misalnya, saat keputusan untuk mendirikan sebuah
kampus baru, maka pembantu rektor akan memberikan sebuah pengumuman
formal kepada para pengajar serta staf terkait informasi tersebut. Pengumuman
formal ini tentunya akan membentuk susunn organisasi baru di masa depan.
- Strukturasi terjadi saat anggota organisasi bertindak sesuai dengan keputusan
yang ada dalam organisasi yang merupakan tempat penerimaan. Misalnya, saat
fakultas baru telah berdiri, maka akan diangkatnya seorang dekan, serta beberapa
kepala jurusan. Maka jalur komunikasi para pengajar tentunya akan berubah.
Meskipun setiap anggota dalam organisasi selau dapat ikut serta dalam salah satu
maupun semua tempat di atas, namun strukturasi ini cenderung bersifat khusus. Proses
komunikasi dlam tiga tempat seperti di atas juga kerap kali cenderung sulit serta dipenuhi
konflik. Selain susunan organisasi, strukturasi juga dapat memunculkan iklim organisasi.
Iklim organisasi merupakan penjelasan umum kolektif terkait organisasi, yang
menciptakan harapan, perasaan anggota organisasi, serta kinerja organisasi. Anggta
organisasi menciptakan iklim organisasi saat mereka menjalani kehidupan sehari-hari
merka, dan akan tercipta seiring dengan berjalannya waktu. Organisasi juga memiliki
beragam iklim untuk kelompok yang berbeda. Terdapat tiga faktor yang berhubungan
dalam proses perkembangan iklim komunikasi organisasi, yaitu :
7
2.3.2 Teori Kendali Sosial
Teori ini dikemukakan oleh Phillip Tompkins, George Cheney, dan rekan-
rekannnya. Mereka mengembangkan seuah pendekatan baru dalam komunikasi
organisasi. Para ahli teori ini tertarik pada cara-cara komunikasi biasa yang dapat
membentuk kendali atas pegawai atau anggota organisasi. Dalam organisasi, kendali
dapat dinyatakan dalam berbagai cara yang berbeda-beda.
Cara kendali yang paling efektif dalam organisasi tergantung pada nilai-nilai yang
mendorong anggota organisasi, serta hal apa yang mereka perjuangkan. Hal ini dapat
berupa uang, waktu, pengalaman, pencapaian, dan lain sebagainya. Misalnya, cara
kendali sebuah organisasi sosial dengan tujuan untuk membantu masyarakat penyandang
disabilitas, tentunya akan berbeda dengan cara kendali organisasi perusahaan dengan
tujuan profit atau keuntungan.
8
2.3.3 Budaya Organisasi
- Konteks ekologis, merupakan dunia fisik, termasuk loksi, waktu, konteks sosial,
sejarah, dan lain sebagainya.
- Jaringan organisasi dan interaksi diferensial.
- Terdapat cara umum dalam menafsirkan kejadian, ataupun pemahaman kolektif.
- Terdapatnya kegiatan atau tindakan yang dilakukan individu, yang mendasari
bidang individu.
- Interaksional, lebih kepada dialog yang terjadi dalam organisasi. Dengan kata
lain, penampilan organisasi merupakan suatu tindakan sosial yang terjadi.
- Penampilan bersifat kontekstual, penampilan organisasi tidak dapat dipangdang
sebagai tindakan mandiri, melainkan tindakan bersama yang menciptakan suatu
konteks.
- Penampilan adalah peristiwa. Penampilan d=organisasi merupakan peristiwa
yang memiliki awal dan akhir. Penampilan dapat menyatukan peristiwa, serta
membedakannya dengan peristiwa yang lain.
9
- Penampilan diciptakan sendiri. Terdapat keluwesan terkait bagaimana sebuah
penampilan dan peristiwa komunikasi dimainkan.
Kedua, Hasrat (passion). Pada bagian ini, para bekerja berusaha membuat pekerjaan
yang terasa membosankan menjadi lebih menarik dan berhasrat. Cara yang paling umum
yang dilakukan adalah dengan bercerita (Story Telling), seperti menceritakan
pengalaman, pekerjaan, dan lain sebagainya. Dengan bercerita satu sama lain, dapat lebih
melancarkan proses komunikasi dalam oorganisasi. Ketiga, sosialitas. Pada bagian ini
menguatkan pemahaman umum terkit kesopanan serta menggunakanaturan sosial dalam
berorganisasi. Contohya seperti kesopanan dalam berbicara, bersenda gurau, dan
sebagainya. Dalam sosialitas, setiap anggota organisasi juga harus memiliki kepekaan
terhadap privasi orang lain.
Keempat, politik organisasi. Pada bagian ini biasanya menggunakan Gerakan yang
dirancang unutuk memposisikan seseorang secara strategis dengan cara-cara tertentu,
dengan alasan politis. Pada politik organisasi ini juga menciptakan serta memperkuat
gagasan terkait kekuasaan dan pengaruh. Kelima, enkulturasi atau proses pengajaran
budaya pada anggota organisasi. Enkulturasi dalam organisasi terjadi secara terus-
menerus. Penampilan organisasi dalam proses ini merupakan halyang sangat penting.
Contohnya, seperti orientai pada anggota baru.
10
2.4 Tradisi Kritis
Kajian ini dijabarkan sebagai kategori yang universal dan abadi, dimana akan
berjalan dalam sebuah organisasi tersebut. Kajian selanjutnya mengkaji tentang
bagaimana wanita yang dianggap berbeda dalam membahas sebuah gender, dimana
wanita tersebut dianggap sebagai hal lain dariapad norma yang dianggap berbeda. kajian
yang terakhir yakni memperlakukan isu perempuan dengan seragam dan minat dari
semua wanita yang tidak bersaing sehingga adanya perbedaan gender yang dilihat sebagai
sebuah permasalahan individu dan antar pribadi dalam sebuah organisasi.
Joan Acker mengkaji berpendapat bahwa organisasi ini dibentuk oleh gender, dan
organisasi merupakan formasi sosial gender. Pada ilmu pengetahuan ini mengubah suatu
perhatian dari isu gender dalam organasasi menjadi kajian gender dalam organisasi. Dapat
digambarkan dari contoh karya Angel Trethewey, Karen Ashcraft dan rekan dan juga
Robin Clair.
11
membantu program orang tua tunggal yang miskin untuk memperoleh Pendidikan dan
pekerjaan yang penting untuk menyokong tanpa bantuan dari badan kesejahteraan.
Karen aschraft dan koleganya Brenda Allen mmeperluas tentang kajian feminism
ini dalam sebuah organasasi, dan juga menyarankan bahwaorganisasi ini tidak hanya
sebuah area gender namun mereka juga adalah suatu ras. Aschraft dan Allen menemukan
dari suatu buku panduan komunikasi organisasional karena mereka mendiskriminasi pada
karya agung dalam bukunya. Aschraft dan Allen menemukan tentang bahwa buku itu
menawekan beberapa pesan implisit tentang ras:
- Ras merupakan sebuah konsep tunggal, ketertarikan yang terpisah untuk orang
orang yang berwarna, dengan demikian isu tentang ras pada buku sering dibuat
secara terpisah.
- Ras juga akan relevan ketika ras emberikan ketertarikan pada suatu
organisasional seperti suatu kreativitas dan produktivitas.
- Adanya perbedaan pada budaya / ras bisa dilihat dari suatu kesamaan dengan
adanya perbedaan internasional.
- Adanya diskriminasi sosial yang berakar dari kesemuan pada identitas dan
kekurangan ras minoritas di tempat kerja.
Robin clay juga memiliki karya dan memperluas karyanya dalam ketertarikan
kompleksitas kehidupan organisasional dan pada jalur ras, gender, dan kategori diatas
lainnya yang sangat berperan secara strategis dalam merespon berbagai makna. Perspektif
kritis dalam komunikasi organisasi ialah tempat atau area penyelidikan yang sangat kaya
di mana ilmu feminis menuntun kita untuk menyelidiki suatu kemungkinannya sangat
tidak Terduga dan kemungkinan yang akan ada dalam kehidupan organisasi dan pada
dimensi gender dan ras nya yang menyambung pada komunikasi yang berfungsi untuk
menyuguhkan dan melawan ideologi organisasi dominan. Dalam pembahasan ini bisa
disimpulkan bahwa, kita melihat daya tarik yang sangat kuat antara jarak kritis dan sosial
budaya mengenai teori komunikasi organisasi. Di mana tradisi sosial budaya ini
cenderung berpusat pada deskripsi atau Representasi perilaku organisasi sementara tradisi
kritis ini menguraikan pada wacana kecurigaan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan, keempat tradisi dalam kajian komunikasi organisasi
memberikan perspektif yang berbeda dalam memahami dan menganalisis komunikasi di
dalam konteks organisasi. Masing-masing tradisi memberikan kontribusi yang berharga
dalam memperluas pemahaman tentang bagaimana komunikasi berperan dalam
membentuk hubungan, budaya, dan kinerja organisasi. Dengan mempertimbangkan
pendekatan yang beragam ini, setiap orang dapat mengembangkan pemahaman yang
lebih komprehensif tentang kompleksitas komunikasi organisasi dan mengidentifikasi
strategi yang efektif untuk meningkatkan komunikasi dalam konteks organisasi.
3.2 Saran
Tentunya penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan ataupun kesalahan
dalam pembuatan makalah ini. Nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah ini melalui pedoman serta kritik yang membangun dari para pembaca.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.
13
DAFTAR ISI
14