Anda di halaman 1dari 16

Nama : Ana Maria

NPM : 22100111
Matkul : Teori Komunikasi

Jelaskan teori-teori berikut melalui dari definisi, ciri, dan contoh penerapan sesuai
dengan ruang lingkupnya:
1. Teori Informasi Organisasi
A. Penjelasan Teori Informasi Organisasi
Menurut Goldhaber suatu komunikasi organisasi adalah proses
penciptaan dan saling tukar menukar pesan dalam satu jaringan hubungan.
Ketergantungan antara satu sama lain dalam mengatasi lingkungan yang tidak
pasti atau lingkungan yang berubah-ubah. Ron Ludlow menjelaskan,
komunikasi organisasi adalah program komunikasi pada kajian di bidang
public relations.
Mengenai hubungan internal dan hubungan pemerintah serta hubungan
investor dalam sebuah organisasi. Di sisi lain, Devito menyebutnya sebagai
usaha mengirim serta menerima pesan baik dalam sebuah kelompok formal
maupun informal dalam suatu organisasi. Proses penyampaian, penerimaan
dan bertukar informasi pesan dapat dilakukan secara formal maupun informal.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah proses yang
terjadi dan muncul dalam suatu organisasi berupa penyampaian, penerimaan
hingga pertukaran informasi dan pesan. Dengan tujuan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang sudah ditetapkan oleh bersama, dalam hal ini adalah para
anggota dari organisasi tersebut.
B. Teori Informasi Organisasi :
1. Teori Struktural Klasik
Teori ini berkembang sejak 1800-an dan bisa disebut sebagai
teori mesin, menjelaskan bahwa organisasi digambarkan sebagai
lembaga yang sentral dengan tugas-tugasnya serta memberi petunjuk
mekanis strukturalnya yang bersifat kaku, monoton dan tidak inovatif.
Empat kondisi pokok dari teori ini, kekuasaan, saling melayani,
doktrin dan disiplin.
2. Teori Neoklasik atau Hubungan Manusia
Diperkenalkan oleh elton mayo dan lahir karena adanya
ketidakpuasan dengan teori klasik, teori ini mengacu pada pentingnya
aspek psikologis serta sosial dari karyawan sebagai seorang individu
atau kelompok kerja. Melalui percobaan di Hawthorne pada 1924,
didapatkan penting memperhatikan upah insentif serta kondisi
karyawan dalam meningkatkan produktivitas.
3. Teori Fusi
Muncul dan diperkenalkan oleh Bakke, sementara pada 1957
disempurnakan oleh Argyris. Berawal dari kesadaran Bakke pada 1950
mengenai kesadaran kepuasan minat yang berbeda-beda, organisasi
pada tahap tertentu akan memengaruhi individu seseorang. Pada saat
yang sama individu memberi pengaruh besar pada organisasi.
Fenomena ini menyebabkan pegawai menunjukkan ciri-ciri
dalam membentuk organisasi atau berorganisasi. Setiap jabatan yang
diemban pegawai memperlihatkan keunikan dan ciri khas tersendiri,
sehingga mampu dilakukan modifikasi sesuai dengan minat dan bakat
khusus yang dimiliki oleh karyawan tersebut.
4. Teori Peniti Penyambung (The Linking Pin Model)
Dikembangkan oleh Rensis Likert dengan menggambarkan
struktur organisasi yang saling berkaitan dengan beberapa kelompok,
teori ini menjelaskan ada beberapa penyelia. Yakni anggota dari dua
organisasi atau kelompok tersebut, penyelia ini bertugas sebagai
penyambung atau seseorang yang mengingat kelompok kerja satu
dengan yang lainnya.
5. Teori Sistem Sosial
Hubungan antarmanusia memungkinkan suatu organisasi bisa
bertahan lebih lama ketimbang orang-orang yang ada di dalamnya.
Meskipun seseorang yang ada di dalam suatu kelompok sudah
meninggal, namun kelompok itu tetap ada orang yang akan
menggantikannya. Hubungan antar manusia di dalam organisasi dinilai
lebih penting ketimbang jabatan formal.
6. Teori Public Relations
Komunikasi organisasi merupakan kajian pada teori public
relations, menyatakan bahwa upaya yang dilakukan secara terencana
dan berkesinambungan menyeluruh oleh suatu organisasi. Upaya ini
dilakukan untuk menciptakan serta memelihara niat baik agar saling
mengerti antara organisasi dan orang di dalamnya.

7. Teori Kepemimpinan
Pemimpin organisasi maupun kelompok merupakan hal penting
dalam membantu anggota memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuan
kelompok secara bersama. Hersey memformulasikan empat tugas
pemimpin, di antaranya seperti memberi informasi secara lugas,
memberi petunjuk, menjalin kerja sama dengan baik dan mengambil
keputusan.
C. Ciri-ciri Komunikasi Organisasi
Karakteristik komunikasi organisasi berdasarkan persepsi :
=> Komunikasi organisasi terjadi di dalam suatu sistem terbuka
yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungan internal (budaya)
dan eksternal.
=> Komunikasi organisasi melibatkan pesan-pesan dan arusnya,
tujuan, arah, dan media yang digunakan.
=> Komunikasi organisasi melibatkan orang-orang dengan sikap,
perasaan, hubungan, dan kemampuan-kemampuannya.
=> Komunikasi organisasi ditujukan kepada audiens korporat
seperti stakeholders, jurnalis, analis, regulator, dan legislator.
=> Komunikasi organisasi memiliki perspektif jangka panjang dan
tidak secara langsung ditujukan untuk tujuan penjualan.
=> Komunikasi organisasi mengaplikasikan jenis yang berbeda
sebab pesan-pesannya lebih formal dan tidak berlebihan seperti pesan-
pesan komunikasi pemasaran.
D. Contoh Komunikasi Organisasi
1. Komunikasi antar-staff
Komunikasi antar-staff ini merupakan contoh komunikasi horizontal
dalam organisasi yang membahas mengenai masalah seputar pekerjaan dan
mencari solusi penyelesaian sendiri.
2. Komunikasi antar-manajer
Biasanya komunikasi ini memiliki isi penting untuk menyusun strategi
perencanaan kerja yang tujuannya agar organisasi atau perusahaan tersebut
berjalan lancar dan mencapai tujuan serta kesuksesan bersama.
3. Komunikasi antar-kepala departemen
Biasanya terjadi komunikasi untuk melakukan koordinasi, menyebar
informasi, dan menyelesaikan masalah yang terjadi di organisasi atau
perusahaan dan memberi solusi agar masalah dapat terselesaikan dengan
baik.
2. Teori Budaya Organisasi
A. Penjelasan Teori Budaya Organisasi
pengertian budaya organisasi adalah suatu karakteristik yang ada di
suatu kelompok dan digunakan sebagai tuntunan mereka dalam berperilaku
serta membedakannya dengan kelompok lain. Artinya, budaya organisasi
merupakan suatu normal dan nilai-nilai perilaku yang harus dipahami dan
dipatuhi oleh kelompok orang yang menganutnya.
Adapun beberapa asumsi dasar mengenai teori budaya organisasi, antara lain:
1. Asumsi terhadap nilai organisasi
Anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan persamaan
yang sama mengenai realitas organisasi, sehingga pemahaman mereka
mengenai nilai-nilai organisasi lebih baik. Asumsi teori budaya organisasi
ini mengacu pada nilai organisasi, yang merupakan standar dan prinsip-
prinsip yang terdapat dalam sebuah budaya.
2. Asumsi terhadap simbol budaya organisasi
Penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting dalam budaya
organisasi. Saat orang bisa memahami simbol tersebut, maka seseorang
bisa bertindak berdasarkan budaya organisasinya.
3. Asumsi terhadap budaya yang bervariasi
Setiap perusahaan pasti memiliki budaya organisasi yang bervariasi
dan interpretasi tindakannya juga beragam. Karena setiap organisasi
memiliki budaya yang berbeda-beda, setiap individu dalam organisasi
tersebut juga menafsirkan budaya organisasinya secara berbeda. Tapi,
perbedaan budaya dalam organisasi justru seringkali menjadi kekuatan dari
organisasi tersebut.
B. Fungsi Budaya Organisasi
Pemimpin sebuah organisasi memiliki peran penting dalam membentuk
budaya organisasi. Banyak pemimpin yang menggunakan teori budaya
organisasi yang ada saat ini untuk diterapkan di perusahaannya. Oleh karena
itu, budaya organisasi yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma memiliki
5 fungsi, antara lain:
1. Meningkatkan rasa kepemilikan
Budaya organisasi berfungsi sebagai identitas yang meningkatkan rasa
kepemilikan dan loyalitas bagi seluruh anggotanya. Rasa kepemilikan berarti
penerimaan sebagai anggota atau bagian dari sesuatu. Misalnya, suatu
organisasi sangat menekankan budaya kedisiplinan. Maka, anggotanya akan
memiliki identitas bahwa mereka kumpulan orang-orang yang disiplin.
2. Alat untuk mengorganisir
Fungsi budaya organisasi kedua, yaitu sebagai alat untuk
mengorganisir setiap anggota atau karyawan suatu perusahaan. Maksudnya,
mengorganisasi atau mengatur suatu kelompok agar membentuk satu
kesatuan. Nilai-nilai dan norma-norma dalam budaya organisasi bisa
menjadi batasan-batasan yang harus dipahami dan dipatuhi semua
anggotanya.Hal ini bisa membedakan antara satu organisasi dengan
organisasi lainnya.
3. Meningkatkan kekuatan organisasi
Budaya organisasi memiliki fungsi untuk meningkatkan kekuatan
nilai suatu organisasi. Maksudnya, meningkatkan kualitas suatu organisasi
melalui nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam budaya organisasi
tersebut. Karena itu, budaya organisasi juga dikenal sebagai pedoman dalam
menyatukan organisasi dengan memberikan standar tepat mengenai tutur
kata dan tingkah laku para anggotanya.
4. Mengontrol perilaku
Ketiga, Fungsi budaya organisasi sebagai mekanisme dalam
mengontrol perilaku setiap anggota di dalam maupun di luar lingkungan
organisasi. Nilai-nilai dan norma dalam budaya organisasi bisa memandu
dan membentuk sikap serta perilaku karyawannya. Perilaku adalah
serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu, organisme, sistem atau
entitas buatan dalam hubungannya dengan diri sendiri atau lingkungannya,
yang mencakup sistem atau organisme lain di sekitarnya serta lingkungan
fisik.
5. Mendorong kinerja anggota
Budaya organisasi juga berfungsi membantu mendorong seluruh
anggota organisasi atau karyawan perusahaan untuk meningkatkan
performa kerja, baik itu dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sehingga, budaya organisasi akan mendorong para anggota agar lebih
mengedepankan kepentingan organisasi dibandingkan kepentingan pribadi.
Jadi, mereka lebih sadar bahwa kepentingan bersama harus lebih
diprioritaskan.
6. Menentukan tujuan organisasi
Budaya organisasi berfungsi sebagai alat untuk menentukan arah
atau hal-hal yang bisa dilakukan dan tidak. Tujuan adalah penjabaran dari
visi dan misi yang ingin dicapai oleh suatu organisasi atau perusahaan
C. Karakteristik Budaya Organisasi
Budaya organisasi memang bisa berasal dari pengalaman, tapi tidak
terbentuk begitu saja. Ada beberapa karakteristik budaya organisasi yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. Contoh Budaya Organisasi
Ada beberapa contoh budaya organisasi yang bisa dianut dan dimiliki
suatu perusahaan atau organisasi. Hal ini mungkin juga yang membedakan
antara satu organisasi dengan lainnya. Berikut contoh budaya organisasi,
antara lain:
a. Kerapian administrasi
Kerapian administrasi termasuk contoh budaya organisasi yang
dibutuhkan untuk memperlancar kinerja perusahaan, khususnya terkait
dengan surat menyurat, keuangan, pendapatan karyawan, daftar barang
masuk atau keluar dan lainnya.
b. Kedisiplinan
Kedisiplinan juga termasuk contoh budaya organisasi yang melekat
pada citra perusahaan sekaligus karakter orang-orang yang sukses dalam
menghargai waktu. Misalnya, disiplin tidak terlambat datang ke kantor,
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan sebagainya.
c. Inovasi
Inovasi juga termasuk contoh budaya organisasi anggotanya
menciptakan dan mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif demi
kemajuan organisasi atau perusahaan tersebut.
Inovasi adalah proses atau hasil pengembangan mobilisasi
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman untuk menciptakan atau
memperbaiki suatu produk maupun sistem.
4. Pembagian wewenang yang jelas
Pembagian wewenang yang jelas termasuk contoh budaya
organisasi, karena itulah kunci keberhasilan sebuah perusahaan. Tanpa
adanya pembagian wewenang yang jelas, maka anggota organisasi atau
karyawan perusahaan aka kebingungan dan tidak bisa bekerja optimal.
3. Teori hermeneutika budaya
Hermeneutika adalah, menurut Khadiq (2003) penafsiran terhadap
kebudayaan manusia dengan cara memperlakukan kebudayaan itu sebagai teks.
Sedangkan metode hermeneutika adalah hasil teorisasi dan diaplikasi dari
hermeneutika yang dipakai untuk memahami dunia kehidupan dan pengalaman-
pengalaman manusia.
Hermeneutika dapat diartikan sebagai teori analisis dan praktik penafsiran
terhadap teks. Sebagai kajian filsafat yang memiliki perbedaan dengan cara kerja
epistemologi pada umumnya yang menitikberatkan ukuran kebenaran pada
rasionalitas ilmiah hermeneutika mengandung kemahiran untuk memahami teks –
teks yang berada pada ruang relativitas kultural dan historis dari setiap wacana
manusia. Proses kegiatan reflektif terhadap pengetahuan dan karya manusia dalam
teori hermeneutika selalu terkait dengan persoalan waktu, tempat, pencipta teks
dan subjek penafsir.
Makna dari sebuah teks dapat dipahami secara beragam oleh pembaca
yang kemudian melahirkan penjelasan yang berbeda pula. Hal ini menandakan
bahwa pembaca bisa mengalami kebingungan ketika dihadapkan pada berbagai
dokumen yang berbeda penjelasannya. Karena itu, berhasil tidaknya pembaca
menangkap pesan dari sebuah teks sangat tergantung pada upayanya mengatasi
kesenjangan jarak, bahasa, kultur serta maksud pencipta teks.
Hermeneutika dipandang sebagai kegiatan intelektual untuk “memikirkan
kembali metafisika” dan “menerobos ke sebalik tabir epistemologi tradisional”.
Para pencetus hermeneutika mengaitkan ikhtiar itu dengan keyakinan bahwa
hasrat mencari makna dan memahami segala sesuatu yang dijumpai dalam
kehidupan merupakan hal yang kodrati pada manusia, termasuk hasrat mencari
makna dan keinginan memahami wacana filsafat, komunikasi, keagamaan dan
sastra.
1. Empat Konsep Kunci Pemahaman Menurut Gadamer
Gadamer mengajukan empat konsep yang dapat menolong seseorang
memperkaya pemahaman, termasuk pemahaman karya sastra. Keempat konsep itu
ialah bildung, sensus communis, pertimbangan, dan selera.
a. Bildung
Istilah bildung bersinonim dengan formation, form, yang berarti
bentuk atau formasi. Maksudnya adalah bentuk atau jalan pikiran yang
mengalir secara harmonis. Dalam kaitannya dengan proses penafsiran,
misalnya bila seorang membaca sesuatu teks yang termasuk dalam ilmu-
ilmu kemanusiaan seperti sejarah sastra, dan filsafat, maka keseluruhan
pengalaman akan ikut berperan. Dua orang yang berbeda latar belakang
kebudayaan, usia, atau tingkat pendidikannya tidak akan melakukan
interpretasi dengan cara yang sama.
Bildung adalah konsep-konsep yang meliputi seni, sejarah
weltanschauung (pandangan dunia), pengalaman, ketajaman pikiran,
dunia eksternal, kebatinan, ekspresi atau ungkapan, style atau gaya dan
simbol, yang kesemuanya itu mengerti saat ini sebagai istilah-istilah
dalam sejarah (Sumaryono, 1993: 71).
Pengertian bildung dalam konteks hermeneutika Gadamer dapat
dimengerti jika dikaitkan dengan filsafat eksistensi Heideger. Dalam
pengertian eksistensialnya konsep bildung mengandung pengertian
bahwa setiap orang sebenarnya, termasuk pengarang, hidup dan
mengada di dunia berdasar keterlibatannya dalam sejarah. Pengarang
berkarya untuk mengangkat dirinya ke luar dari lingkungan kodrat
alaminya menuju tahapan kerohanian dari eksistensinya. Caranya ialah
dengan mencipta bahasa, tradisi, estetika, dan lain-lain yang kelak
menjadi miliknya.
Hanya dalam bildung orang dapat menjelmakan diri secara
penuh. Dari sudut pandang lain, bildung dapat diberi arti sebagai
himpunan ingatan atau cita-cita akan sesuatu yang baik, benar, dan
indah. Ia adalah himpunan simbol-simbol dalam sebuah jaringan yang
rumit. Dalam prosesnya ia membentuk diri menjadi sesuatu yang ideal,
bagi suatu masyarakat atau seseorang (Hadi, 2008: 125).
Bildung adalah konsep-konsep yang meliputi seni, sejarah
weltanschauung (pandangan dunia), pengalaman, ketajaman pikiran,
dunia eksternal, kebatinan, ekspresi atau ungkapan, style atau gaya dan
simbol, yang kesemuanya itu kita mengerti saat ini sebagai istilah-
istilah dalam sejarah. Kata bildung sendiri mempunyai arti yang lebih
luas dari pada sekedar kultur atau kebudayaan, bahkan mempunyai arti
dalam konotasi yang lebih tinggi.
Seperti alam, bildung tidak mempunyai tujuan akhir selain
dirinya sendiri, sejauh kata bildungziel, mempunyai tujuan untuk
meluaskan pengertian kata bildung tersebut. Bildung adalah sebuah
gagasan historis asli dan pengadaannya penting untuk pemahaman dan
interpretasi ilmu-ilmu kemanusiaan, selama seni dan sejarah masuk
dalam bildung (kebudayaan), orang akan melihat dengan mudah
hubungan antara bildung dan hermeneutik. Tanpa bildung orang tidak
akan dapat memahami ilmu-ilmu tentang hidup atau ilmu-ilmu
kemanusiaan.
b. Sensus Communis
Istilah sensus communis digunakan Gadamer bukan dalam
pengertian pendapat umum tetapi sebagai pertimbangan praktis yang
baik. Mengerti konsep ini penting untuk hidup bermasyarakat. Karena
hidup di dalam masyarakat mempertimbangkan suatu pandangan
tentang kebaikan yang benar dan umum. Sejarawan memerlukan
sensus communis dengan tujuan untuk memahami arus yang
mendasari pola sikap manusia. Sejarah pada dasarnya tidak berbicara
tentang seorang manusia yang hidup terpencil.
Dalam dirinya sensus communis bersifat reflektif,
mengundang seseorang untuk melakukan perenungan bersama-sama.
Dikaitkan dengan pertimbangan estetik, ia melampau dunia estetik
atau keindahan formal. Ia melekat dalam setiap pertimbangan estetik
dan juga membuat pemahaman universal. Perannya dalam
hermeneutika ialah membatasi dua wawasan yang bertentangan,
wawasan penafsir dan wawasan teks yang ditafsir yang melaluiproses
dialog dan dialektik menciptakan pemahaman bersama. Dari konsep
inilah lahir konsep peleburan atau cakrawala (horizontverschmelzung).
Dengan demikian, sensus communis dapat mengendalikan
pertimbangan estetik sehingga tidak cenderung subjektif dan
mencegah timbunya relativitas penafsiran yang berlebihan serta
sewenang-wenang (Hadi, 2008: 127).
Gadamer menggunakan ungkapan ini bukan sebagai pendapat
umum atau pendapat kebanyakan orang pada umumnya. Menurut
pengertiannya yang mendasar, istilah tersebut adalah pandangan yang
mendasari komunitas dan karenanya sangat penting untuk hidup.
Hidup di dalam suatu komunitas atau kelompok masyarakat
memperkembangkan suatu pandangan tentang kebaikan yang benar
dan umum.
Sejarawan memerlukan sensus komunis semacam ini dengan
maksud untuk memahami arus yang mendasari pola sikap manusia.
Sejarah pada dasarnya tidak berbicara tentang seorang manusia yang
terpencil, tetapi berbicara tentang kelompok manusia atau komunitas.
Demikian juga dengan kesusastraan. Sebuah karya sastra, yang
temanya bersifat universal atau yang menggambarkan keadaan
manusia, layak untuk dihargai. Gadamer sepakat dengan Shaftesbury
bahwa sensus komunis adalah pandangan tentang kebaikan umum,
cinta komunitas, masyarakat, atau kemanusiaan. Sensus communis
adalah kebijaksanaan dalam pergaulan sosial. Melalui sensus
communis orang memperkembangkan pandangan tentang kebaikan
umum atau cinta kemanusiaan.
c. Pertimbangan
Pertimbangan, yaitu menggolongkan hal-hal khusus atas dasar
pandangan tentang yang universal. Pertimbangan merupakan sesuatu
yang berhubungan dengan apa yang harus dilakukan. Bagi Gadamer
sikap ini sulit untuk diajarkan dan dipelajari, tetapi hanya dapat
dilakukan sesuai atau didasarkan atas kasus-kasus yang ada (Comte
dkk dalam Muslih, 2004: 141).
Konsep pertimbangan mirip dengan sensus communis dan
selera. Pertimbangan sifatnya adalah universal, namun bukan berarti
berlaku umum. Seperti halnya sensus communis yang dianggap
sebagai harta universal, kemanusiaan namun juga tidak juga digunakan
secara umum. Pertimbangan juga bersifat universal, tetapi hanya
sedikit orang saja yang kiranya memilliki hal itu serta
mempergunakannya sebagaimana mestinya. Pertimbangan dan sensus
communis keduanya merupakan interpretasi ilmu-ilmu tentang hidup.
Melalui pertimbangan orang dapat memilah-milah macam-macam
peristiwa.
Gadamer sepakat dengan Immanuel Kant tentang pembinaan
praktis yang dihubungkan dengan pengertian estetis atau nilai estetis.
Pertimbangan adalah kemampuan untuk memahami hal-hal khusus
sebagai contoh yang universal, dan kemampuan ini akan melibatkan
perasaan, konsep, prinsip, dan hukum-hukum yang dapat diolah
manusia.
d. Taste atau Selera
Taste atau Selera, yaitu sikap subjektif yang berhubungan
dengan macam-macam rasa. Namun dengan keseimbangan antara
intrinsik panca indera, dan kebebasan intelektual, sikap ini dapat
membuat diskriminasi terhadap hal-hal yang bertentangan dengan
yang indah dan yang baik. Keempat hal tersebut merupakan unsur
yang selalu ada dalam setiap proses interpretasi. Oleh karena itu,
Gadamer melihat hermeneutika bukan sebagai metode yang
menekankan proses mekanis, tetapi lebih sebagai seni (Comte dkk
dalam Muslih, 2004: 141-142).
Penyelidikan tentang selera menurut pandangan Gadamer
dalam hal ini tidak bersangkut- paut dengan kecenderungan pribadi,
atau bahkan dengan kesukaan pribadi. Sebaliknya, pandangan
Gadamer justru mengatasi kesukaan pribadi. Menurut gadamer orang
tentu saja dapat menyukai apa yang orang lain tidak suka. Oleh karena
itu tentang selera tidak perlu diperdebatkan, sebab tidak ada criteria
untuk menentukan selera.
Menurut Gadamer selera sama dengan rasa, yaitu dalam
pengoperasiannyatidak memakai pengetahuan akali. Jika selera
menunjukkan reaksi negatif atas sesuatu, kita tidak tahu sebabnya.
Tetapi selera tahu pasti tentang hal itu. Semakin selera dinyatakan
pasti, maka akan semakin dirasakan hambar. Berdasarkan fakta, selera
bertentangan dengan hal yang tidak menimbulkan selera.
Gadamer mempertentangkan antara selera yang baik dengan
yang tidak menimbulkan selera. Gadamer menyatakan bahwa
fenomena selera adalah kemampuan intelektual untuk membuat
diferensiasi atau pembedaan, tetapi kemampuan ini tidak dapat
didemonstrasikan. Selera tidak terbatas pada apa yang indah secara
alami dan di dalam seni, tetapi sebaliknya justru meliputi seluruh
moralitas dan perilaku atau tabiat.
4. Teori Spiral Keheningan
Teori spiral of silence pertama kali dicetuskan oleh Elisabeth Noelle-
Neumann pada tahun 1970-an. Dalam penelitiannya, ia menyebut bahwa salah satu
pengaruh yang dihadirkan media adalah adanya pembentukan opini publik yang
akhirnya memicu timbulnya kelompok mayoritas dan minoritas.
Media massa adalah sebuah platform yang sangat penting untuk
menyampaikan informasi, pesan atau berita kepada khalayak. Jenis media massa
sendiri ada berbagai macam mulai dari surat kabar atau koran, radio, televisi,
hingga media berbasis teknologi digital. Setiap informasi, pesan, maupun berita
yang dikeluarkan oleh media massa tentu selalu menjadi bahan perbincangan serta
pembentukan opini yang berbagai macam. Opini yang terbentuk di masyarakat
dapat beragam karena masing-masing orang menerima dampak yang berbeda-beda
dari paparan media, hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam teori spiral
keheningan.
1. Asumsi Teori Spiral of Silence
Asumsi utama atau pokok-pokok pemikiran yang ada dalam teori spiral of
silence ada tiga, yaitu:
1. Masyarakat Memiliki Kuasa terhadap Kelompok Minoritas Melalui
Ancaman Isolasi
Pernahkah kamu melihat ada seseorang yang mengungkapkan opini
berbeda dari orang kebanyakan di media sosial, lalu ia mendapat serangan
bertubi-tubi?
Nah, itu merupakan salah satu penggambaran untuk asumsi pertama.
Dengan kata lain, masyarakat dengan pendapat mayoritas mengancam
individu yang menyimpang (memiliki pendapat minoritas) dengan adanya
isolasi. Alhasil, kelompok minoritas pun akan merasa takut terhadap isolasi
yang dilakukan kelompok berkuasa.
2. Adanya Penilaian Iklim Opini Secara Terus Menerus
Rasa takut akan isolasi yang diberikan membuat individu akan menilai
iklim opini publik setiap saat. Mereka biasanya melakukan observasi terhadap
pendapat publik, lalu menggabungkannya dengan opini mereka sendiri.
3. Opini atau Penilaian Publik Mempengaruhi Perilaku Masyarakat
Seseorang cenderung memilih untuk berkomunikasi jika mereka
merasa pendapatnya akan didukung oleh orang lain. Sebaliknya, jika ia
merasa tidak ada yang akan setuju dengan pendapatnya, individu tersebut
cenderung akan memilih tetap diam. Dengan kata lain, seseorang akan enggan
menyuarakan pendapatnya jika ia memiliki opini yang bertentangan dengan
opini mayoritas.

2. Contoh Kasus Teori Spiral of Silence dalam Kehidupan Sehari-hari


Saat berbincang-bincang dengan teman-temanmu dan membicarakan topik
tertentu, kamu pasti pernah sekali-kali memiliki pendapat yang berbeda sendiri
bukan? Teman-temanmu berpendapat A, sedangkan kamu berpendapat B.
Lalu, pernahkah kamu akhirnya merasa enggan mengutarakannya atau
memilih menyimpannya sendiri karena karena takut dicemooh, ditertawakan,
dianggap tidak asyik, atau bahkan diasingkan? Jika iya, fenomena tersebut
merupakan contoh teori spiral of silence.
Contoh fenomena spiral of silence juga kerap terjadi di media sosial, di mana
orang dengan pendapat mayoritas biasanya akan menyerang individu yang
memiliki pendapat berbeda atau minoritas.

Anda mungkin juga menyukai