Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tipe-tipe organisasi saat ini sangat bervariasi dalam hal ruang lingkup
dan ukuran dan mungkin akan memiliki beberapa praktik yang unik pada organisasi itu.
Misalnya, sebuah organisasi yang umum adalah organisasi akademik yaitu universitas.
Terdapat beberapa ritual dalam perguruan tinggi, seperti orientasi mahasiswa baru.
Praktik-praktik seperti bimbingan dan magang juga memberi ciri kebanyakan institusi di
perguruan tinggi.
Jelaslah bahwa inti dari kehidupan organisasi ditemukan di dalam budayanya.
Dalam hal ini, budaya tidak mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan latar belakang
individu. Melainkan budaya adalah suatu cara hidup di dalam sebuah organisasi. Budaya
organisasi mencakup iklim atau atmosfer emosional dan psikologis. Hal ini mungkin
mencakup semangat kerja karyawan, sikap, dan tingkat produktivitas. Budaya organisasi
juga mencakup simbol (tindakan,

rutinitas, percakapan, dan sebagainya) dan

makna-makna yang dilekatkan orang pada simbol- simbol ini. Makna dan pemahaman
budaya dicapai melalui interaksi yang terjadi antar karyawan dan pihak manajemen.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.

Apakah pengertian dari budaya perusahaan?

2.

Apa saja teori-teori mengenai budaya perusahaan?

3.

Apakah dimensi-dimensi budaya perusahaan?

4.

Apa saja tipe-tipe budaya perusahaan?

5.

Apakah manfaat dan peranan budaya perusahaan?

6.

Bagaimana cara karyawan mempelajari budaya perusahaan?

BAB II
1

PEMBAHASAN

A. PEGERTIAN BUDAYA PERUSAHAAN


Menurut Susanto, AB. (1997:3) budaya perusahaan adalah suatu nilai-nilai yang
menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan
penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota organisasi
harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana meraka harus bertindak atau
berperilaku.
Menurut Koentjoroningrat (1994 : 5), budaya itu sendiri memiliki tiga tingkatan
yang saling berinteraksi satu sama lain. Tingkatan yang pertama berupa benda-benda
hasil kecerdasan dan kreasi manusia (artefacts dan creation). Tingkatan kedua adalah
nilai-nilai dan ideologi yang merupakan aturan, prinsip, norma, nilai, dan moral yang
menuntun organisasi dan merupakan harta kekayaan yang ingin mereka penuhi.
Tingkatan ketiga adalah asumsi dasar yang tidak disadari mengenai keadaan kebenaran
dan kenyataan, kemanusiaan, hubungan manusia dengan alam, hubungan antar manusia,
keadaan waktu dan alam semesta.
Menurut Hofstade, Geerst (1990:32), budaya perusahaan didefinisikan sebagai
perencanaan bersama dari pola pikir (collective programming mind) yang membedakan
anggota-anggota dari suatu kelompok masyarakat dengan kelompok dari suatu budaya
yang lain. Pola pikir ini pada dasarnya hanya ada dalam pikiran individu yang kemudian
mengalami kristalisasi dan memiliki bentuk. Pada gilirannya pola pikir bersama ini akan
meningkatkan sikap mental para anggota kelompok tersebut.
Budaya
bahkan diubah,

organisasi
memerlukan

yang

terbentuk,

praktik

yang

dikembangkan,

dapat

membantu

diperkuat

atau

menyatukan

nilai

budaya anggota dengan nilai budaya organisasi. Praktik tersebut dapat dilakukan melalui
induksi

atau

sosialisasi,

Sosialisasi organisasi

yaitu

merupakan

melalui

serangkaian

transformasi
aktivitas

budaya

yang

organisasi.

secara

substantif

berdampak kepada penyesuaian aktivitas individual dan keberhasilan organisasi, antara


lain komitmen, kepuasan dan kinerja. Beberapa langkah sosialisasi yang dapat membantu
dan mempertahankan budaya organisasi adalah melalui seleksi calon karyawan,
penempatan, pendalaman bidang pekerjaan, penialian kinerja, dan

pemberian

penghargaan, penanaman kesetiaan pada nilai-nilai luhur, perluasan cerita dan berita,
pengakuan kinerja dan promosi. Berbagai praktik di atas dapat memperkuat budaya
organisasi

dan memastikan

karyawan
2

yang

bekerja

sesuai

dengan

budaya

organisasi memberikan imbalan sesuai dukungan yang dilakukan. Sosialisasi yang


efektif akan menghasilkan kepuasan kerja, komitmen organisasi, rasa percaya diri
pada pekerjaan, mengurangi tekanan serta kemungkinan keluar dari pekerjaan. Beberapa
hal yang dapat dilakukan organisasi untuk mempertahankan organisasi adalah menyusun
asumsi dasar, menyatakan dan memperkuat nilai yang diinginkan dan menyosialisasikan
melalui contoh.

B. TEORI BUDAYA PERUSAHAAN


Terdapat tiga asumsi yang mengarahkan pada teori budaya perusahaan, yaitu:
1. Angota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan
yang dimiliki bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada
pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah organisasi.
Asumsi yang pertama berhubungan dengan pentingnya orang di dalam
kehidupan organisasi. Secara khusus, individu saling berbagi dalam menciptakan dan
mempertahankan realitas. Individu-individu ini mencakup karyawan, supervisor, dan
atasan. Pada inti dari asumsi ini adalah yang dimiliki oleh organisasi. Nilai adalah
standar dan prinsip-prinsip dalam sebuah buadanya yang memiliki nilai intrinsik dari
sebuah budaya. Nilai menunjukkan kepada anggota organisasi mengenai apa yang
penting. Orang berbagi dalam proses menemukan nilai-nilai perusahaan. Menjadi
anggota dari sebuah organisasi membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi
tersebut.
2. Penggunaan dan intepretasi simbol sangat penting dalam budaya organisasi
Realitas organisasi juga sebagiannya ditentukan oleh simbol-simbol, dan ini
merupakan asumsi kedua dari teori ini. Perspektif ini menggaris bawahi penggunaan
simbol di dalam organisasi. Simbol-simbol ini sangat penting bagi budaya
perusahaan. Simbol-simbol mencakup komunikasi verbal dan non-verbal di dalam
organisasi. Seringkali simbol-simbol ini mengkomunikasikan nilai-nilai organisasi.
Simbol dapat berupa slogan yang memiliki makna. Sejauh mana simbol-simbol ini
efektif bergantung tidak hanya pada media tetapi bagaimana karyawan perusahaan
mempraktikannya.
3. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi
tindakan dalam budaya ini juga beragam
Asumsi yang ketiga mengenai teori budaya organisasi berkaitan
dengan keberagaman budaya organisasi. Sederhana, budaya organisasi sangat

bervariasi. Persepsi mengenai tindakan dan aktivitas di dalam budaya-budaya ini


juga seberagam budaya itu sendiri.
C. DIMENSI BUDAYA PERUSAHAAN
Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi ini mempengaruhi
perilaku yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidakepakatan, atau
bahkan konflik. Konsep budaya pada awalnya berasal dari lapangan antropologi dan
mendapat tempat pada awal perkembangan ilmu perilaku organisasi.
Luthan (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya
organisasi, yang meliputi:
1. Aturan-Aturan Perilaku, yaitu bahasa, terminologi, dan ritual yang biasa
dipergunakan oleh anggota organisasi.
2. Norma, adalah standar perilaku yang menjadi petunjuk bagaimana melakukan
sesuatu. Lebih jauh di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma
susila, norma sosial, norma adat, dll.
3. Nilai-Nilai Dominan, adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk
dikerjakan oleh para anggota, misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat
absensi, tingginya produktivitas dan efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.
4. Filosofi, adalah kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal yang
disukai para karyawan dan pelanggannya, seperti Kepuasan Anda Adalah Harapan
Kami.
5. Peraturan-Peraturan, adalah aturan yang tegas dari organisasi. Pegawai baru harus
mempelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima dalam organisasi.
6. Iklim Organisasi, adalah keseluruhan perasaan yang meliputi hal-hal fisik,
bagaimana para anggota berinteraksi dan bagaimana para anggota organisasi
mengendalikan diri dalam berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar organisasi.
Hofsede (dalam Gibson, 1996) mengemukakan empat dimensi budaya, yaitu:
1. Penghindaran Atas Ketidakpastian, adalah tingkat dimana anggota masyarakat merasa
tidak nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan
mereka untuk mempercayai kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara
lembaga-lembaga yang melindungi penyesuaian.
2. Maskulin VS Feminisme, Maskulinitas berarti kecenderungan dalam masyarakat
akan prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan materil. Feminitas
berarti kecenderungan akan kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan
kualitas hidup
3. Jarak Kekuasaan, adalah ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa
kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata.
4

D. TIPE-TIPE BUDAYA PERUSAHAAN


Menurut Cameron dan Quinn, Handy (dalam Amstrong 2003) yang
diterjemahkan oleh Sudarmanto (2009), mengemukakan 4 (empat) tipe budaya
perusahaan yaitu :
1. Budaya Kekuasaan (Power Culture)
Merupakan sumber kekuatan inti yang menonjolkan kontrol. ada beberapa
peraturan atau prosedur dan atmosfer kompetitif, berorientasi pada kekuatan, dan
politis.
2. Budaya Peran (Role Culture)
Pekerjaan dikontrol oleh prosedur dan peraturan. Peran atau deskripsi
jabatan adalah lebih penting daripada orang yang mengisi jabatan tersebut.
3. Budaya Pendukung (Support Culture)
Tujuannya bersama-sama membawa orang yang tepat dan membiarkan
mereka melakukan tugas. Pengaruhnya lebih didasarkan pada kekuatan ahli daripada
kekuatan posisi atau pribadi.
4. Budaya Orang (People Culture)
Individu adalah titik utama, perusahaan hanya ada untuk melayani individu
yang ada dalam perusahaan.
Gibson (2006), mengemukakan 4 (empat) tipe budaya perusahaan, diantaranya
yaitu:
1. Budaya Birokrasi (Bureauractic Culture)
Suatu perusahaan yang mementingkan peraturan, kebijakan, prosedur,
perintah dan pengambilan keputusan yang terpusat memiliki budaya birokratis. Pihak
militer, instansi pemerintah dan perusahaan memulai dan mengelola dengan manajer
yang otokrat merupakan contoh dari birokratis. Beberapa individual lebih memilih
yang pasti, hierarki, dan perusahaan yang ketat, seperti perusahaan ini
2. Budaya Keluarga (Clan Culture)
Menjadi bagian dari keluarga yang bekerja, mengikuti tradisi dan adaptasi,
kerjasama dan semangat, manajemen diri, dan pengaruh sosial merupakan
karakteristik budaya keluarga. Karyawan bersedia untuk bekerja keras untuk suatu
kompensasi yang adil, sesuai dan paket tunjangan tambahan. Dalam budaya
keluarga, karyawan bersosialisasi dengan karyawan lainnya. Anggota saling
menolong sesama dan sukses bersama.
3. Budaya Wirausaha (Entrepreneurial Culture)
5

Inovasi, kreativitas, pengambilan resiko dan secara agresif mencari


kesempatan menggambarkan budaya wirausaha. Karyawan mengerti akan dinamika
perubahan, inisiatif individu dan otonomi dari praktik-praktik standar.
4. Budaya Pasar (Market Culture)
Suatu penekanan pada pertumbuhan penjualan, peningkatan pangsa pasar,
stabilitas keuangan dan keuntungan merupakan atribut-atribut budaya pasar. Karena
karyawan mempunyai hubungan yang bersifat kontrak dengan perusahaan. Hanya
terdapat sedikit rasa kerjasama dan hubungan dalam tipe budaya seperti ini.

E. MANFAAT DAN PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN


1. Manfaat Budaya Perusahaan
AB. Susanto (2002), mengemukakan manfaat yang diperoleh apabila budaya
perusahaan itu dipahami dan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
a. Bagi Sumber Daya Manusia :
Memberikan arah atau pedoman berperilaku di dalam perusahaan. Dalam hal
ini sumber daya manusia tidak dapat semena-mena bertindak atau
berperilaku sekehendak hati, melainkan harus menyesuaikan diri dengan

siapa dan dimana dia berada.


Mempunyai kesamaan langkah dan visi di dalam melakukan tugas dan
tanggungjawab, masing-masing individu dapat meningkatkan fungsinya dan
mengembangkan tingkat interpedensi antar individu atau bagian yang saling

melengkapi dalam kegiatan usaha perusahaan.


Mendorong sumber daya manusia mencapai prestasi kerja atau produktivitas
yang baik. Hal ini dapat dicapai apabila proses sosialisasi dapat dilakukan

dengan tepat sasaran.


Memiliki atau mengetahui secara pasti tentang karirnya di perusahaan

sehingga mendorong mereka untuk konsisten dan tanggung jawab.


b. Bagi Perusahaan :
Sebagai salah satu unsur yang dapat menekan turn over karyawan ini dapat
dicapai karena budaya perusahaan mendorong sumber daya manusia

memutuskan untuk berkembang bersama perusahaan.


Sebagai pedoman di dalam menentukan kebijakan yang berkenaan dengan
ruang lingkup kegiatan intern perusahaan seperti tata tertib, administrasi,
hubungan antar bagian, penghargaan prestasi sumber daya manusia,
penilaian kinerja, dan lain-lain.
6

Untuk mengajukan kepada pihak eksternal tentang keberadaan perusahaan


dan ciri-ciri khas yang dimiliki, ditengah-tengah perusahaan yang ada

dimasyarakat.
Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan (corporate
planning) yang meliputi pembentukan marketing plan, penentuan segmen
pasar yang akan dikuasai, penentuan penempatan perusahaan yang akan

dikuasai.
Dapat membuat program-program pengembangan usaha dan pengembangan
sumber daya manusia dengan dukungan penuh dari seluruh jajaran sumber

daya manusia yang ada.


2. Peranan Budaya Perusahaan
Dalam hidupnya, manusia dipengaruhi oleh budaya dimana dia berada,
seperti nilai-nilai, keyakinan dan perilaku sosial/masyarakat yang kemudian
menghasilkan budaya sosial atau budaya masyarakat. Hal yang sama juga akan
terjadi bagi para anggota organisasi. Hal yang sama juga akan terjadi bagi para
anggota organisasi dengan segala nilai, keyakinan,dan perilakunya dalam organisasi
yang kemudian menciptakan budaya organisasi.
Wheelen dan Hunger (1986) secara spesifik mengemukakan sejumlah
peranan penting yang dimainkan oleh budaya organisasi, yaitu :
a.
b.
c.
d.

Membantu menciptakan rasa memilki jati diri bagi pekerja


Dapat dipakai untuk mengembangkan keikatan pribadi dengan organisasi
Membantu stabilisasi organisasi sebagai suatu sistem sosial
Menyajikan pedoman perilaku, sebagai hasil dari norma-norma perilaku yang
sudah terbetuk.

F. CARA KARYAWAN MEMPELAJARI BUDAYA PERUSAHAAN


Proses transformasi budaya oleh karyawan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu:
1. Cerita
Cerita mengenai bagaimana kerasnya perjuangan pendiri organisasi di
dalam memulai usaha sehingga kemudian menjadi maju seperti sekarang merupakan
hal yang baik untuk disebarluaskan. Bagaimana sejarah pasang-surut perusahaan dan
bagaimana perusahaan mengatasi kemelut dalam situasi tak menentu merupakan
kisah yang dapat menodorong dan memotivasi karyawan untuk bekerja keras jika
mereka mau memahaminya.
2. Ritual / Upacara-Upacara
7

Semua

masyarakat

memiliki

corak

ritual

sendiri-sendiri.

Di

dalam perusahaan, tidak jarang ditemui acara-acara ritual yang sudah mengakar
dan menjadi

bagian

hidup

perusahaan.

Sehingga

tetap

dipelihara

keberadaannya, contohnya adalah selamatan mulai musim giling di pabrik gula.


3. Simbol-Simbol Material
Simbol-simbol atau lambang-lambang material seperti pakaian
seragam, ruang kantor dan lain-lain, atribut fisik yang dapat diamati merupakan
unsur penting

budaya

organisasi

yang

harus

diperhatikan

sebab

dengan

simbol-simbol itulah dapat dengan cepat diidentifikasi bagaimana nilai, keyakinan,


norma, dan berbagai hal lain itu menjadi milik bersama dan dipatuhi anggota
organisasi.
4. Bahasa
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, tiap bidang, divisi, strata atau
semacamnya memiliki bahasa atau jargon yang khas, yang kadang-kadang hanya
dipahami oleh kalangan itu sendiri. Hal ini penting karena untuk dapat diterima di
suatu lingkungan dan menjadi bagian dari lingkungan, salah satu syaratnya adalah
memahami bahasa yang berlaku di lingkungan itu. Dengan demikian menjadi jelas
bahwa bahasa merupakan unsur penting dalam budaya perusahaan.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa pokok kesimpulan


sebagai berikut:
1. Budaya perusahaan tidak muncul dengan sendirinya di kalangan anggota organisasi,
tetapi perlu dibentuk dan dipelajari karena pada dasarnya budaya perusahaan adalah
sekumpulan nilai dan pola perilaku yang dipelajari, dimiliki bersama, oleh semua
anggota organisasi dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2. Budaya perusahaan sangat penting peranannya dalam mendukungterciptanya suatu
organisasi atau perusahaan yang efektif. Secara lebih spesifik, budaya perusahaan
dapat berperan dalam menciptakan jati diri, mengembangkan keikutsertaan pribadi
dengan perusahaan dan menyajikan pedoman perilaku kerja bagi karyawan.

Anda mungkin juga menyukai