Anda di halaman 1dari 9

TEORI STRUKTURALIS DAN FUNGSIONALIS

ROBERT KING MERTON


Nur Zulva Khusna/22200011001, Rizma Kumala Dewi/22200011131

Program Studi Interdisciplinary Islamis Studies, Konsentrasi Psikologi Pendidikan Islam,


Fakultas Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Sunan Kaljaga
2023

A. Pendahuluan

Asal dari pendekatan strukturalis dan fungsionalis yaitu dari sebuah karya penemuan oleh
Bapak Sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte beranggapan bahwa ilmu-ilmu sosial harus tetap
menjadi ilmiah dan biologi sebagai dasar untuk melihat perkembangan manusia, sehingga lahir
ilmu sosiologi. Menurutnya sosiologi merupakan studi tentang strata sosial (struktur) dan
dinamika sosial (fungsi/proses). Kemudian dilanjutkan dalam karya Herbert Spencer, dan lebih
lanjut dikembnagkan oleh Emile Durkheim, Talcott Parson, Robert K. Merton, serta para tokoh
lainnya (Poloma, 2010).

Awal kelahiran teori strukturalis dan fungsionalis sangat dipengaruhi oleh pemikiran
biologis, sehingga menganggap masyarakat sseperti organisme biologis, terdiri dari bagian-
bagian atau organ yang saling tergantung satu sama lain, adanya ketergantungan tersebut
merupakan akibat agar organisme tetap bertahan hidup (Anto, 2018). Mula-mulanya strukturalis
dan fungsionalis tumbuh dengan cara melihat masyarakat yang dianalogikan seperti organisme
biologis atau lebih deikenal dengan pendekatan organisme (Organismic Appeoach). Dalam hal
ini seperti tubuh manusia yang terdiri dari bagian atau organ-organ (yang dianggap sebagai suatu
sistem) seperti otak, jantung, hati, paru-paru dan lain sebagainya. Setiap organnya mempunyai 1
atau beberapa fungsi tertentu yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup organ lain atau
hingga keseluruhan organisme tubuh (Partini & Suyatna). Sama halnya dengan masyarakat yang
mempunyai bagian atau komponen-komponen yang memiliki fungusnya sendiri-sendiri didalam
masyrakat, kemudian fungsi-fungsi tersebut saling bantu membantu, bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai.
Comte dan Herbert Spencer adalah tokoh yang terpengaruh oleh pandangan antara
organisme biologis dengan kehidupan sosial, namun disini Spencer lebih banyak
mengembangkan kajian ini. Spencer merupakan seorang ahli sosiologi dari inggris yang juga
mengungkapkan bahwa masyarakat manusia adalah seperti suatu organisme. Ia membahas
berbagai perbedaan dan persamaan yang khusus antara sistem sosial dan sistem biologis.

Kemudian fungsionalisme struktural lahir sebagai suatu perspektif yang berbeda dalam
sosiologi dipengaruhi oleh Emile Durkhem. Adanya pemikiran Durkhem ini dipengaruhi oleh
Comte dan Herbert. Durkheim menyatakan bahwa masyarakat merupakan sebuah kesatuan yang
didalamnya terdiri dari bagian - bagian yang berbeda. Adanya bagian-bagian tersebut memiliki
tugas dan kebutuhannya masing-masing yang nantinya dapat membuat sistem menjadi seimbang.
Bagian tersebut saling fungsional dan interdependensi satu sama lain, yang mana jika ada yang
tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Dengan kata lain, jika kebutuhan
tertentu tidak dipenuhi maka akan menjadi suatu keadaan yang disebut patologis. Teori ini
menamai keadaan normal dengan sebutan equilibrium/suatu sistem yang seimbang. Sebaliknya
pada keadaan patologis mengarah pada ketidakseimbangan atau perubahan sosial (Polama,2010).
Adanya pemikiran ini menjadi kontribusi Durkhem pada teori Persons dan Merton tentang
strukturalis fungsionalis.

B. Pembahasan
1. Biografi Robert King Merton
Robert King Merton merupakan seorang sosiolog yang lahir pada tanggal 4 Juli 1910 di
Philadelphia. Ia juga dikenal sebagai tokoh kritikus sekaligus teoritis structuralis fungsionalisme.
Merton berasal dari keluarga kelas buruh migran Yahudi dari Eropa Timur, ayahnya bekerja
sebagai supir truk dan tukang kayu. Merton memiliki 2 istri yaitu Harriet Zuckerman, dan
Suzanne Carchat, serta dikaruniai 3 orang anak (Wirawan, 2012).

Keluarga Merton menanamkan semangat belajar tinggi semanjak ia kecil, sehingga ia


selalu rajin membaca, dan ia sering ditemukan sedang membaca buku di perpustakaan Carnegie.
Dengan kepandaian yang ia miliki, Merton mendapatkan beasiswa untuk memulai studinya di
Universitas Temple, dan mendapatkan gelar B.A nya . Dari situ Merton mulai tertarik dengan
bidang sosiologi yang kemudian melanjutkan studinya di Harvard dan mendapat gelar MA serta
Ph.D nya.
Dibawah bimbingan George E. Simpson, Merton memulai karirnya sebagai sosiolog di di
Temple University (1927-1931) dan mulai bekerja pada tahun 1931 – 1936 sebagai asisten
penelitian untuk Sorokin. Tahun 1941, Merton mulai bergabung di penelitian-penelitian empiris
dan bergabung dengan Columbia University, Ia menjadi direktur di Universitas Biro Penelitian
Sosial Terapan pada tahun1942-1971, dan menjadi Giddings Profesor Sosiologi - 1963. Di tahun
1974 Merton menjadi Profesor Layanan Khusus, dan ia pensiun pada tahun 1979. Tahun 1990,
Merton juga menjadi seorang Profesor dalam Ilmu sosial. Ia sangat aktif dan menyukai
penelitian-penelitian empiris, sehingga menjadi pemimpin di jurusan Sosiologi Tulane. Tidak
hanya itu Merton juga terpilih sebagai presiden American Sociology Society, dan di tahum 1994
ia menjadi sosiolog Amerika pertama yang mendapatkan Medali Sains Nasional dari Presiden
Amerika (Ritzer George, 2012).

Merton telah mendapatkan banyak penghargan dan gelar dari beberapa universitas besar.
Diantaranya Universitas Columbia, Harvard, Chicago, Yale, Universitas Leiden, Oslo, Krakow,
Wales, Universitas Oxford dan Ibrani Yerusalem. Diusianya yang ke 93 tahun, Merton
menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 23 Februari 2003 di kota New York, Amerika
Serikat (Ritzer & Goodman, 2010)

2. Pengertian Strukturalis Fungsionalis

Teori strukturalis fungsionalis sangat erat kaitannya dengan sebuah struktur yang terjadi
dalam masyarakat, sehingga secara mendasar teori ini dapat dipahami sebagai sebuah bagan atau
keseluruhan yang memiliki struktur dan fungsi. Dalam hal ini menunjukan bahwa individu
mempunyai peran dan fungsinya masing-masing dalam tatanan masyarakat (Partini & Suyatna).
Teori ini merupakan hasil dari teori sistem umum, dimana pendekatan strukturalis berasal dari
linguistik yang memfokuskan pada sistem sosial dan pengorganisasian bahasa, sedangkan
fungsionalisme berasal dari ilmu alam atau biologi, yang memfokuskan kajian pada acara-cara
mempertahankan sistem dan mengornasisasikannya. Strukturalis fungsionalisme ini pada
dasarnya memiliki beberapa konsep, namun yang paling penting adalah konsep struktur dan
fungsi (Adibah, 2017).

Teori struktural fungsional sangat mementingkan adanya kesinambungan dan keselarasan


di dalam masyarakat, sehingga untuk mencapai keberlangsungan atau keberlanjutan sebuah
masyarakat maka yang diperlukan adalah keselarasan. Keselarasan yang dimaksud yaitu antara
satu bagian dengan bagian yang lain selaras dalam memainkan peranan atau fungsi dan tidak
berbenturan satu sama lain. Kemudian untuk mencapai adanya keselarasan tersebut adalah
dengan menciptakan keonsensus (kesepatan) bersama atas nilai-nilai yang diyakini sebagai
kebenaran. jadi sebuah kesepakatan merupakan kunci utama yang dimiliki oleh masyarakat agar
mereka bisa bertahan hidup dan menciptakan sebuah kondisi di mana keberlanjutan eksisiten
(keberadan) diri mereka itu menjadi mungkin (ada).

Teori ini juga sebagai teori yang terlalu menekankan pada keteraturan, harmoni dan
regulasi yang kemudian cenderung mengabaikan konflik serta perubahan-perubahan yang terjadi
di dalam masyarakat, bahkan menurut teori ini ketika terjadi konflik maka teori ini akan lebih
memusatkan pada perhatian tentang bagaimana cara menyelesaikan konflik itu sehingga
masyarakat kemudian kembali berada dalam keseimbangan. Jadi bagi teori ini, konflik itu
merusak dan karena konflik itu merusak keseimbangan, maka teori ini akan memusatkan
perhatian pada bagaimana cara masyarakat menyelesaikan konflik itu sehingga kemudian
masyarakat bisa mencapai keseimbangan baru.

Konsep Struktur

Ketika membahas sebuah lembaga atau struktur sering menggunakan kata sistem.
Sistem merupakan organisasi yang terdiri dari bagian-bagian, dimana bagian-bagian
tersebut saling berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Seperti halnya
dengan organisme makhluk hidup, yang sudah dipaparkan diatas. Dapat dicontohkan juga
seperti komputer, dimana didalamnya terdapat bagian-bagian yang saling berhubungan dan
mempengaruhi satu sama lain, ada prosesornya ada memorinya ada CPU dan lain
sebagainnya.

Contoh dalam masyarakat misalnya status ayah, ibu, dan anak. Semunaya saling
berpengaruh dan berhubungan timbal balik membentuk sebuah sistem yang disebut
keluarga. Struktur tersebut semakin lama akan membentuk sistem yang lebih besar, seperti
keluarga inti menjadi keluarga besar (Poloma, 2012). Dalam konteks masyarakat sebagai
sebuah sistem maka, faktor yang paling penting adalah mengintegrasikan masyarakat
tersebut dengan cara membentuk atau membuat kesepakatan-kesepakatan bersama di
antara anggota-anggotanya terhadap nilai-nilai masyarakat tertentu.
Konsep fungsi

Teori strukturalis fungsionalis ini memiliki konsep yang disebut fungsi, fungsi adalah
hal hal atau sumbangan-sumbangan yang diberikan oleh setiap komponen dalam
masyarakat. Setiap bagian-bagian tersebut menyumbangakan sesuatu yang positif demi
keberlangsungan masyarakat. Itu sebabnya konsep fungsi ini menjadi salah satu konsep
kunci dalam teori strukturalis fungsionalis. Mementingkan keberlanjutan sebuah
masyarakat, dapat terjadi ketika masing-masing komponen menjalankan fungsi-fungsi
positif bagi komponen yang lain. Terdapat 5 hal penting yang menjadi prinsip-prinsip
pokok fungsionalisme, yaitu sebagai berikut (Sanderson,2000) :

1. Masyarakat adalah sistem yang kompleks, memuat bagaian-bagian yang saling


berhubungan, bergantung satu sama lain serta setiap bagiannya berpengaruh secara
signifikan dengan bagaian-bagian lain. Dalam hal ini masyarakat harus dilihat sebagai
suatu sistem yang kompleks.
2. Bagi teori ini, pada dasarnya setiap bagian di dalam masyarakat itu fungsional bagi
yang lain. Selama ia memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat, komponen atau bagian
tersebut akan tetap eksis didalamnya. Namun jika ada satu komponen didalam
masyarakat yang tidak lagi menjalankan fungsinya, maka komponen atau bagian
tersebut akan hilang dengan sendirinya, maka ketika sesuatu itu sudah tidak lagi
memiliki fungsi di masyarakat maka dengan sendirinya akan menghilang pula dalam
masyarakat.
3. Perubahan sosial adalah peristiwa yang unik terjadi dalam masyarakat, namun bila
perubahan itu terjadi, maka pada umumnya perubahan tersebut akan membawa pada
konsekuensi-konsekuensi yang menguntungkan bagi masyarakat secara menyeluruh.
Perubahan-perubahan yang nantinya akan terjadi didalam masyarakat akan melalui
suatu tahapan atau bertahap melalui proses penyesuaian, jadi tidak terjadi secara cepat
(revolusioner). Misalnya suatu perubahan itu selalu terjadi secara bertahap melalui
perubahan-perubahan yanag terjadi dalam suatu komponen yang kemudian akan
berpengaruh terhadap perubahan-perubahan di dalam komponen lain. Jika bagian-
bagian di dalam masyarakat ada yang berubah maka yang lain akan menyesuaikan.
Contoh pendidikan berubah maka ekonomi juga perlahan-lahan akan berubah atau
sebaliknya ketika perekonomian makin maju, masyarakat makin banyak yang kaya
kemudian melanjutkan pendidikan atau ilmu meningkat, sehingga waktu kewaktu
orang yang memiliki pendidikan tinggi di desa itu juga semakin lama akan bertambah,
ketika pendidikan makin maju bisa jadi aspek lain juga akan makin maju atau berubah.
4. Walaupun masyarakat berubah, tetapi menurut teori ini adanya perubahan itu selalu
menuju pada situasi equilibrium. Situasi equiliblium merupakan situasi yang seimbang,
ketika sebuah masyarakat itu sudah mengalami keseimbangan maka tidak perlu ada
yang berubah begitu ada satu komponen yang berubah maka keseimbangan itu akan
terganggu. Oleh karena itu agar masyarakat dapat mencapai keseimbangan baru, maka
komponen yang lain juga harus ikut berubah atau cara lain adalah komponen yang
semula berubah itu harus dipaksa untuk kembali pada situasi semula sehingga
kemudian masyarakat akan kembali kepada keseimbangan.
5. Salah satu komponen penting dari mekanisme ini adalah komitmen, komitmen dari
anggota-anggota masyarakat pada serangkaian nilai-nilai dan kepercayaan yang telah
disepakati. Peraturan apapun tanpa adanya komitmen dari komponen-komponen di
dalam masyarakat untuk menegakkan peraturan, maka peraturan tersebut tidak akan
terlaksana. Karena komitmen itulah peraturan-peraturan, regulasi-regulasi, kesepakatan
dan nilai-nilai yang dimiliki bersama oleh masyarakat akan bisa ditegakkan dengan
baik.

3. Teori Fungsionalis Strukturalis Menurut Robert K Merton

Kritik Merton terhadap fungsionalis strukturalis


Penulis mengawali Teori Fungsionalis strukturalis menurut Robert K Merton dengan
motivasi Robert K Merton memberikan pembaharuan dalam teori ini. Robert K Merton
menganggap bahwasannya postulat strukturalis dan fungsionalis sebelumnya adalah sebuah hal
yang kliru, non empiris, dan berdasarkan teoritis abstrak. postulat tersebet diantaranya:
1) Postulat kesatuan fungsional masyarakat.
Postulat ini menyatakan bahwa suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem
sosial bekerjasama dalam suatu tingkat keselarasan atau kosistensi internal yang
memadai, tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat dibatasi atau
diatur. Postulat ini berpendirian bahwa semua yang ada di masyarakat ini fungsional
sebagai masyarakat satu kesatuan. Jika ada sistem sosial yang tinggi dalam suatu
masyarakat, pasti dalam masyarakat tersebut memiliki integrasi yang tinggi sehingga
kehidupan mereka mengalami keharmonian.
Kritik merton terhadap postulat ini bahwa postulat ini merupakan pernyataan
apriori. Tidak bisa dipukul rata bahwa Ketika suatu masyarakat itu eksis, tingkat integrasi
masyarakat itu tinggi. Mungkin benar postulat ini bagi masyarakat primitive. Meskipun
demikian tidak dengan masyarakat dengan tingkat yang lebih luas. Sehingga kita perlu
melakukan observasi lanjut ke masyarakat.

2) Postulat Fungsionalis universal


Postulat ini menyatakan bahwa seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah
baku memiliki fungsi-fungsi positif. Postulat ini menganalogikannya jika suatu yang ada
di masyarakat tetap eksis bertahan ada maka terdapat fungsi positif yang berada dalam
tubuh sesuatu yang berada dalam masyarakat tersebut. Jikalau sesuatu yang berada di
masyrakat tersebut tidak memiliki fungsi positif maka sesuatu yang berada di masyarakat
itu hilang.
Contohnya keberadaan kemiskinan. Adanya kemiskinan menurut postulat ini
memiliki fungsi positif berupa kemiskinan dapat menyediakan tenaga pekerjaan yang
murah. Jika tidak ada orang miskin mungkin tidak ada orang yang mau menjadi asisten
rumah tangga.
Kritik merton terhadap postulat ini bahwa postulat ini merupakan pernyataan
tautologis. Menurut Merton, sesuatu yang aksis ini tidak melulu memiliki fungsi positif
namun dapat menimbulkan kerusakan tatanan yang dinamakan Merton yaitu disfungsi.
Sesuatu yang disfungsi ini tergantung masyarakatnya.
Contohnya penjualan minuman beralkohol. Keberadaan penjual minuman
beralkohol dapat merusak tatanan masyarakat yang religious. Hal ini dikarenakan
masyarakat yang religious ini menghendaki sesuatu yang religious juga. Sementara
penjualan minuman beralkohol bukan suatu hal yang mereka anggap religious.

3) Teori fungsi dan disfungsi menurut Robert K. Merton


Teori fungsi dan disfungsi menurut Robert K. Merton berusaha melihat suatu fakta
sosial seperti mata uang. Fakta sosial tidak melulu memiliki konsekuensi yang fungsional
namun dapat memiliki konsekuensi yang disfungsi. (Adibah, 2017) Fungsi adalah akibat-
akibat suatu fenomena yang bersifat adaptif dan memilihara dalam sistem masyarakat
(Solikhudin, 2016). Disfungsi merupakan kebalikan dari fungsi yaitu akibat-akibat dari
suatu fenomena yang condong merusak tatanan suatu sistem sosial. (Solikhudin, 2016)
Contoh dari disfungsi yaitu penjualan minuman beralkohol. Keberadaan penjual
minuman beralkohol dapat merusak tatanan masyarakat yang religious. Hal ini
dikarenakan masyarakat yang religious ini menghendaki sesuatu yang religious juga.
Sementara penjualan minuman beralkohol bukan suatu hal yang mereka anggap religious.
Fungsi dari fakta sosial memiliki 2 sifat yaitu fungsi manifest dan fungsi laten.
Fungsi manifest adalah fungsi yang menguntungkan unit sosial tertentu.
(Solikhudin, 2016)
Sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang merugikan bagi unit sosial tertentu.
(Solikhudin, 2016)

4. Analisis contoh kasus

Aplikasi Teori Fungsionalisme Strukturalisme Penyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan


narkoba bukan suatu hal yang tidak dapat terbantahkan sebagai sebuah fenomena.
Penyalahgunaan narkoba menurut K.Berton merupakan dua hal seperti koin yaitu hal yang
fungsional dan disfungsi. Narkoba dapat menjadi suatu hal yang disfungsi jika melihat Narkoba
itu dalam kacamata penyintas. Narkoba ini dapat menurunkan tingkat Kesehatan penyintas
penyalahgunaan Narkoba. (Purwatiningsih, 2001) Penurunan tingkat Kesehatan ini secara tidak
langsung berpengaruh terhadap ekonomu pecandu Narkoba.

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu hal yang fungsional. Jika melihatnya dari
kacamata BNN. Sistem penyalahgunaan narkoba dapat memfungsikan BNN secara baik. Hal ini
dikarenakan tugas BNN yaitu melakukan upaya perbaikan masyarakat melalui sosialisasi dan
rehabilitasi. (Solikhudin, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi ”Dari Sosiologi Klasik sampai PerkembangaN Terakhir”.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ritzer, G & Goodman .J.D. (2010). Dari Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
Postmodern”. Yogyakarta : Kreasi Wacana

Ritzer, G. 1992). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Grafindo Persada.

Poloma, Margareth. (2012). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Partini, S. U., & Suyatna, H. Perspektif Teori Sosiologi. Modul

Wirawan,D. (2012). Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma: fakta sosial, definisi sosial, dan
perilaku sosial : Kencana.

Anto, R. (2018). Teori-Teori Sosiologi Hukum Fungsional Struktural. Pusat Studi Perencanaan
Dan Pembangunan Masyarakat.

Adibah, I. (2017). Struktural fungsional Robert K. Merton: Aplikasinya dalam kehidupan


keluarga. INSPIRASI (Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam), 1(2), 171-184

Purwatiningsih, S. (2001). PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI INDONESIA. In Penyalahgunaan


Narkoba di Indonesia 37 Populasi (Vol. 12, Issue 1).
Solikhudin, M. (2016). PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM MASYARAKAT: SEBUAH
ANALISIS TEORI STRUKTURAL FUNGSIONALISME. In Muhammad Solikhudin
Tamaddun (Vol. 1, Issue 1). http://ejournal.kopertais4.or.id/index.php/tamaddun

Anda mungkin juga menyukai