A. Pendahuluan
Asal dari pendekatan strukturalis dan fungsionalis yaitu dari sebuah karya penemuan oleh
Bapak Sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte beranggapan bahwa ilmu-ilmu sosial harus tetap
menjadi ilmiah dan biologi sebagai dasar untuk melihat perkembangan manusia, sehingga lahir
ilmu sosiologi. Menurutnya sosiologi merupakan studi tentang strata sosial (struktur) dan
dinamika sosial (fungsi/proses). Kemudian dilanjutkan dalam karya Herbert Spencer, dan lebih
lanjut dikembnagkan oleh Emile Durkheim, Talcott Parson, Robert K. Merton, serta para tokoh
lainnya (Poloma, 2010).
Awal kelahiran teori strukturalis dan fungsionalis sangat dipengaruhi oleh pemikiran
biologis, sehingga menganggap masyarakat sseperti organisme biologis, terdiri dari bagian-
bagian atau organ yang saling tergantung satu sama lain, adanya ketergantungan tersebut
merupakan akibat agar organisme tetap bertahan hidup (Anto, 2018). Mula-mulanya strukturalis
dan fungsionalis tumbuh dengan cara melihat masyarakat yang dianalogikan seperti organisme
biologis atau lebih deikenal dengan pendekatan organisme (Organismic Appeoach). Dalam hal
ini seperti tubuh manusia yang terdiri dari bagian atau organ-organ (yang dianggap sebagai suatu
sistem) seperti otak, jantung, hati, paru-paru dan lain sebagainya. Setiap organnya mempunyai 1
atau beberapa fungsi tertentu yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup organ lain atau
hingga keseluruhan organisme tubuh (Partini & Suyatna). Sama halnya dengan masyarakat yang
mempunyai bagian atau komponen-komponen yang memiliki fungusnya sendiri-sendiri didalam
masyrakat, kemudian fungsi-fungsi tersebut saling bantu membantu, bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai.
Comte dan Herbert Spencer adalah tokoh yang terpengaruh oleh pandangan antara
organisme biologis dengan kehidupan sosial, namun disini Spencer lebih banyak
mengembangkan kajian ini. Spencer merupakan seorang ahli sosiologi dari inggris yang juga
mengungkapkan bahwa masyarakat manusia adalah seperti suatu organisme. Ia membahas
berbagai perbedaan dan persamaan yang khusus antara sistem sosial dan sistem biologis.
Kemudian fungsionalisme struktural lahir sebagai suatu perspektif yang berbeda dalam
sosiologi dipengaruhi oleh Emile Durkhem. Adanya pemikiran Durkhem ini dipengaruhi oleh
Comte dan Herbert. Durkheim menyatakan bahwa masyarakat merupakan sebuah kesatuan yang
didalamnya terdiri dari bagian - bagian yang berbeda. Adanya bagian-bagian tersebut memiliki
tugas dan kebutuhannya masing-masing yang nantinya dapat membuat sistem menjadi seimbang.
Bagian tersebut saling fungsional dan interdependensi satu sama lain, yang mana jika ada yang
tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Dengan kata lain, jika kebutuhan
tertentu tidak dipenuhi maka akan menjadi suatu keadaan yang disebut patologis. Teori ini
menamai keadaan normal dengan sebutan equilibrium/suatu sistem yang seimbang. Sebaliknya
pada keadaan patologis mengarah pada ketidakseimbangan atau perubahan sosial (Polama,2010).
Adanya pemikiran ini menjadi kontribusi Durkhem pada teori Persons dan Merton tentang
strukturalis fungsionalis.
B. Pembahasan
1. Biografi Robert King Merton
Robert King Merton merupakan seorang sosiolog yang lahir pada tanggal 4 Juli 1910 di
Philadelphia. Ia juga dikenal sebagai tokoh kritikus sekaligus teoritis structuralis fungsionalisme.
Merton berasal dari keluarga kelas buruh migran Yahudi dari Eropa Timur, ayahnya bekerja
sebagai supir truk dan tukang kayu. Merton memiliki 2 istri yaitu Harriet Zuckerman, dan
Suzanne Carchat, serta dikaruniai 3 orang anak (Wirawan, 2012).
Merton telah mendapatkan banyak penghargan dan gelar dari beberapa universitas besar.
Diantaranya Universitas Columbia, Harvard, Chicago, Yale, Universitas Leiden, Oslo, Krakow,
Wales, Universitas Oxford dan Ibrani Yerusalem. Diusianya yang ke 93 tahun, Merton
menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 23 Februari 2003 di kota New York, Amerika
Serikat (Ritzer & Goodman, 2010)
Teori strukturalis fungsionalis sangat erat kaitannya dengan sebuah struktur yang terjadi
dalam masyarakat, sehingga secara mendasar teori ini dapat dipahami sebagai sebuah bagan atau
keseluruhan yang memiliki struktur dan fungsi. Dalam hal ini menunjukan bahwa individu
mempunyai peran dan fungsinya masing-masing dalam tatanan masyarakat (Partini & Suyatna).
Teori ini merupakan hasil dari teori sistem umum, dimana pendekatan strukturalis berasal dari
linguistik yang memfokuskan pada sistem sosial dan pengorganisasian bahasa, sedangkan
fungsionalisme berasal dari ilmu alam atau biologi, yang memfokuskan kajian pada acara-cara
mempertahankan sistem dan mengornasisasikannya. Strukturalis fungsionalisme ini pada
dasarnya memiliki beberapa konsep, namun yang paling penting adalah konsep struktur dan
fungsi (Adibah, 2017).
Teori ini juga sebagai teori yang terlalu menekankan pada keteraturan, harmoni dan
regulasi yang kemudian cenderung mengabaikan konflik serta perubahan-perubahan yang terjadi
di dalam masyarakat, bahkan menurut teori ini ketika terjadi konflik maka teori ini akan lebih
memusatkan pada perhatian tentang bagaimana cara menyelesaikan konflik itu sehingga
masyarakat kemudian kembali berada dalam keseimbangan. Jadi bagi teori ini, konflik itu
merusak dan karena konflik itu merusak keseimbangan, maka teori ini akan memusatkan
perhatian pada bagaimana cara masyarakat menyelesaikan konflik itu sehingga kemudian
masyarakat bisa mencapai keseimbangan baru.
Konsep Struktur
Ketika membahas sebuah lembaga atau struktur sering menggunakan kata sistem.
Sistem merupakan organisasi yang terdiri dari bagian-bagian, dimana bagian-bagian
tersebut saling berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Seperti halnya
dengan organisme makhluk hidup, yang sudah dipaparkan diatas. Dapat dicontohkan juga
seperti komputer, dimana didalamnya terdapat bagian-bagian yang saling berhubungan dan
mempengaruhi satu sama lain, ada prosesornya ada memorinya ada CPU dan lain
sebagainnya.
Contoh dalam masyarakat misalnya status ayah, ibu, dan anak. Semunaya saling
berpengaruh dan berhubungan timbal balik membentuk sebuah sistem yang disebut
keluarga. Struktur tersebut semakin lama akan membentuk sistem yang lebih besar, seperti
keluarga inti menjadi keluarga besar (Poloma, 2012). Dalam konteks masyarakat sebagai
sebuah sistem maka, faktor yang paling penting adalah mengintegrasikan masyarakat
tersebut dengan cara membentuk atau membuat kesepakatan-kesepakatan bersama di
antara anggota-anggotanya terhadap nilai-nilai masyarakat tertentu.
Konsep fungsi
Teori strukturalis fungsionalis ini memiliki konsep yang disebut fungsi, fungsi adalah
hal hal atau sumbangan-sumbangan yang diberikan oleh setiap komponen dalam
masyarakat. Setiap bagian-bagian tersebut menyumbangakan sesuatu yang positif demi
keberlangsungan masyarakat. Itu sebabnya konsep fungsi ini menjadi salah satu konsep
kunci dalam teori strukturalis fungsionalis. Mementingkan keberlanjutan sebuah
masyarakat, dapat terjadi ketika masing-masing komponen menjalankan fungsi-fungsi
positif bagi komponen yang lain. Terdapat 5 hal penting yang menjadi prinsip-prinsip
pokok fungsionalisme, yaitu sebagai berikut (Sanderson,2000) :
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu hal yang fungsional. Jika melihatnya dari
kacamata BNN. Sistem penyalahgunaan narkoba dapat memfungsikan BNN secara baik. Hal ini
dikarenakan tugas BNN yaitu melakukan upaya perbaikan masyarakat melalui sosialisasi dan
rehabilitasi. (Solikhudin, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi ”Dari Sosiologi Klasik sampai PerkembangaN Terakhir”.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ritzer, G & Goodman .J.D. (2010). Dari Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
Postmodern”. Yogyakarta : Kreasi Wacana
Ritzer, G. 1992). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Grafindo Persada.
Wirawan,D. (2012). Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma: fakta sosial, definisi sosial, dan
perilaku sosial : Kencana.
Anto, R. (2018). Teori-Teori Sosiologi Hukum Fungsional Struktural. Pusat Studi Perencanaan
Dan Pembangunan Masyarakat.