Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU SOSIOLOGI KELUARGA


MATA KULIAH SOSIOLOGI

DISUSUN OLEH:
NAMA:LALU MUHAMMAD KHAIRUL
NIM:D1A022455
KELAS - SEMESTER: H1 – 1

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi Rahmat serta Hidayat -Nya,
sehingga kita masih dalam keadaan sehat. Dan khususnya, kami (penyusun) dapat
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tetapi penyusun tentunya bertujuan agar
bisa menjelaskan dan memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan
yang saya peroleh, baik dari internet maupun sumber-sumber yang lain. Semoga semuanya
memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan maupun kata-kata yang kurang
jelas di dalam makalah ini. Penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Mataram, 11 Oktober 2022

Penyusun
Lalu Muhammad Khairul
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
 Latar Belakang...................................................................................................................... 1
 Rumusan Masalah................................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... Error! Bookmark not defined.3
BAB 3 PEMBAHASAN PERMASALAHAN ................................................................................. 6
BAB 4 PENUTUP .......................................................................................................................... 11
 Kesimpulan......................................................................................................................... 11
 Saran .................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 12
BAB 1 PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Keluarga bisa dibahas dari sudut pandang dan ilmu yang berbeda, bisa dari segi agama,
ekonomi, budaya, hukum, politik, sosiologi dan sebagainya. Pembahasan kita tentang
keluarga dalam buku sosiologi keluarga oleh A. Octamaya Tenri Awaru ialah dari sudut
pandang sosiologi. Sosiologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang manusia, atau
bagaimana manusia itu berinteraksi antara satu sama lain, atau juga dikatakan mempelajari
hubungan antara manusia dari segi sosialnya. Dan secara sederhananya sosiologi mempelajari
tentang masyarakat. Unit terkecil dalam masyarakat adalah keluarga.

Keluarga sendiri terbentuk karena diawali dengan terjadinya perkawinan. Perkawinan itu
sendiri merupakan sebuah pranata yang lahir karenaa adanya fitrah manusia untuk saling
menyukai, ingin hidup berpasangan dalam sebuah rumah tangga atau keluarga. Keluarga
merupakan pranata ialah pranata agar memenuhi kebutuhan dasar manusia yaitu
keberlangsungan hidup dengan pemenuhan kebutuhan dasar yaitu seksual.

Keluarga merupakan pranata sosial yang fungsinya sangat penting dalam masyarakat.
Sebagai salah satu sistem sosial keluarga merupakan institusi elementer dalam perkembangan
masyarakat. Dalam bukunya pengantar sosiologi (Sunarto, 2005) menuliskan ada empat
indikator yang melekat pada institusi keluarga sehingga dikatakan sebagai sebuah institusi
elementer dalam masyarakat, yaitu:

1. Keluarga merupakan pranata sosial dasar yang bersifat universal, artinya keluarga
merupakan pranata sosial pertama yang diperlukan untuk membentuk individu;
2. Keluarga adalah pusat penting untuk berfungsinya lembaga-lembaga sosial lainnya
dalam masyarakat;
3. Keluarga merupakan unsur sosial yang paling penting dan utama bagi para
anggotanya karena adanya hubungan emosional yang intim, interaksi yang intens dan
pengaruhnya terhadap proses sosialisasi yang intensif;
4. Keluarga merupakan suatu sistem yang secara fungsional berhubungan dengan unsur-
unsur lain dan merupakan landasan sosial bagi terbentuknya masyarakat yang
beradab. 1

1
A. Octamaya Tenri Awaru, Buku Sosiologi Keluarga, (Kota Bandung: CV. MEDIA SAINS INDONESIA, September
2021), h. 1-3
Ikatan yang mempertalikan suami dan istri dalam perkawinan kadangkala rapuh dan
bahkan putus sehingga terjadi perpisahan atau bahkan perceraian. Dengan terjadinya
perceraian maka dengan sendirinya fungsi keluarga akan mengalami gangguan dan pihak
yang bercerai maupun anak-anak harus menyesuiakan diri dengan situasi yang baru.
Peningkatan angka perceraian dalam masyarakat pun membawa gaya hidup khas keluarga
bercerai misalnya hidup sendiri menjanda atau menduda, adanya anak yang harus hidup
dengan salah satu orang tua saja, dan bahkan mungkin hidup berpisah dengan saudara
kandung sendiri.

Kasus perceraian sering dianggap sebagai sesuatu peristiwa tersendiri dan menegangkan
dalam kehidupan keluarga, tetapi yang perlu direnungkan dalam kasus ini adalah akibat dan
pengaruh yang ditimbulkan pada diri anak khususnya dalam hal penyesuaian diri. Banyak
analisis sosial menunjukan adanya persamaan antara penyesuaian diri baik cerai yang
disebabkan oleh kematian maupun perceraian hidup.

Pengalaman universal yang dialami pada perceraian kematian maupun yang bercerai
hidup adalah penghentian kepuasan seksual, hilangnya persahabatan atau kasih sayang dan
rasa aman, hilangnya model peranan orang dewasa untuk diikuti anak, penambahan dalam
beban rumah tangga bagi pasangan yang ditinggalkan terutama dalam menangani anak,
penambahan persoalan ekonomi terutama jika si suami meninggal dunia atau meninggalkan
rumah dan pembagian kembali tugas-tugas rumah tangga dan tanggung jawab sebagai orang
tua tunggal.

 Rumusan Masalah

 Apa fungsi keluarga dalam sosiologi?


 Bagaimana menerapkan nilai sosial dalam keluarga?2

2
Su’adah, Sosiologi Keluarga, (Malang: Universitas Muhammadiyah, 2005), h. 20
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

 Keluarga dalam ilmu sosiologi

Sosiologi keluarga merupakan unit terkecil dari sistem sosial masyarakat, oleh karena
itu analisis dan studi tentang keluarga tidak bisa terlepas dari ilmu sosiologi. Sebagaima yang
kita paham bersama sosiologi adalah sebuah ilmu yang berhubungan dengan masyarakat atau
membahas bagaimana kehidupan manusia yang berada dalam sebuah lingkungan masyarakat.
Untuk memahami lebih lanjut tentang bagaimana keluarga sebagai ilmu sosiologi maka salah
satu cabang dari sosiologi adalah sosiologi keluarga. Sebelum membahas tentang sosiologi
keluarga sebaiknya kita mengetahui dan memahami ilmu sosiologi tersebut. Berikut adalah
defenisi sosiologi menurut para ahli, yaitu:

1. Max Weber, sosiologi merupakan sebuah pemahaman atau ilmu yang


mencoba merangkum keseluruhan suatu tindakan sosial yang disertai dengan
sebab akibatnya.
2. Pitirim Sorokin, sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari: a). Hubungan
dan pengaruh timbal balik antara berbagai macam gejala sosial (misalnya
antara fenomena ekonomi dan agama; keluarga dan moral; hukum dan
ekonomi; gerakan masyarakat dengan politik dan sebagainya). b). Hubungan
timbal balik dan pengaruh antara fenomena sosial dan fenomena non-sosial
(misalnya fenomena geografis, biologi, dan sebagainya). c). Ciri-ciri umum
semua jenis gejala sosial.
3. Roucek dan Warren, sosiologi merupakan studi tentang hubungan antara
manusia dalam kelompok.
4. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, sosiologi atau ilmu masyarakat
adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial dan proses sosial,
termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan hubungan
antara unsur-unsur sosial yang utama, yaitu prinsip-prinsip sosial (norma
sosial), pranata sosial, kelompok dan lapisan sosial. (Hendi Suhendi,2001). 3

3
A. Octamaya Tenri Awaru, Buku Sosiologi Keluarga, (Kota Bandung, CV. MEDIA SAINS INDONESIA, September
2021), h. 8
5. E.M. Duval, sosiologi keluarga ialah ilmu pengetahuan yang mengulas tentang
aspek dan steep by steep dalam kehidupan keluarga, dari mulai fase pacaran
dan memilih jodoh, pembentukan keluarga (menikah) sampai memberikan
fungsi keluarga secara menyeluruh dalam perubahan sosial di masyarakat.

Banyak ahli yang memberi definisi tentang ilmu sosiologi, dari lima definisi yang
diuraikan diatas kita dapat simpulkan bahwa ilmu sosiologi merupakan sebuah ilmu yang
objeknya adalah manusia dalam kehidupan sosialnya atau biasa disebut dengan masyarakat.
Sosiologi ialah hal yang mempelajari atau mengamati pola-pola hubungan antar manusia baik
secara individu, kelompok dengan kelompok maupun kelompok dengan individu. Selain itu
pola hubungan antar manusia sosiologi juga mengamati atau mempelajari akibat atau dampak
yang akan ditimbulkan dari pola hubungan tersebut baik itu berupa nilai maupun norma
sosial yang dianut oleh anggota masyarakat.

Sebagai sebuah ilmu yang mempelajari interaksi manusia maka hampir seluruh aspek
kehidupan manusia menjadi fokus kepada sosiologi baik pada unit besar sampai pada unit
terkecil (Ihromi, 1999). Salah satu yang menjadi pusat ilmu sosiologi adalah keluarga,
sebagai sebuah sistem sosial dengan segala dinamika didalamnya. Dari pembahasan
sebelumnya kita sudah menguraikan konsep keluarga maka berikutnya apa yang dimaksud
dengan sosiologi keluarga. Dalam penjelasan konsep keluarga telah dipahami bersama bahwa
disebut sebagai sebuah keluarga jika orang yang ada didalamnya terhubung karena adanya
ikatan dalam perkawinan, ada hubungan darah maupun adopsi serta tinggal dalam satu
rumah. Dalam proses interaksinya komunikasi bisa dilakukan berdasarkan posisinya masing-
masing baik sebagai orang tua maupun anak. Dalam keluarga kebiasaan dan tradsi serta
budaya diturunkan, sehingga dalam perkembangan anak apa yang menjadi perilaku anak
menunjukan bagaimana didikan yang didapatkan nya dalam keluarga. Sosiologi keluarga
merupakan sebuah ilmu kemasyarakatan yang memahami pembentukan yang ada dikeluarga
dan gejala sosial masyarakat yang mempengaruhi kehidupan keluarga. 4

4
A. Octamaya Tenri Awaru, Buku Sosiologi Keluarga, (Kota Bandung, CV. MEDIA SAINS INDONESIA, September
2021), h. 9-10
Sosiologi keluarga adalah sebuah istilah yang menyatukan dua konsep yakni sosiologi
dan keluarga (Ihromi, 1999), (Goode, 1963). Sosiologi berarti ilmu tentang masyarakat, unit
terkecil dalam masyarakat yang di dalamnya terdapat seorang kepala dan sekelompok orang
yang berkumpul dan hidup bersama dalam situasi bersama. Sosiologi keluarga adalah ilmu
yang menjelaskan maupun membahas realitas sosiologi tentang interaksi, pola, bentuk, dan
perubahan keluraga yang terjadi yang mempengaruhi masyarakat keluarga yang nantinya
akan berpengaruh kepada sistem dalam keluarga secara umum. (Soemanto, 2014)
memberikan definisi sosiologi keluarga sebagai berikut ini:

“ Ilmu pengetahuan kemasyarakatan yang mempelajari pembentukan kelurarga,


hubungan dan pengaruh timbal balik dari aneka macam gejala sosial terkait dengan
hubungan antar dan inter individu dan/ atau sebaliknya, struktur sosial, proses dan
perubahan sosial, tindakan sosial, perilaku sosial serta aspek kelompok maupun
produk kehidupan kelompok”.

Sedangkan (Hendi Suhendi, 2001) menguraikan sosiologi kelurga adalah cabang


sosiologi umum yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara anggota
keluarga dan keluarga dengan struktur sosial, proses sosial dan perubahan sosial. Freud
mendifinisikan sosiologi keluarga sebagai ilmu yang mempelajari terbentuknya keluarga
karena adanya perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang sah secara hukum agama dan
hukum negara yang melakukan perannya untuk membentuk generasi perkawinannya tersebut.
Lain lagi dengan E.M. Duval, dia berpendapat bahwa sosiologi keluarga sebagai ilmu
pengetahuan yang mengulas tentang aspek kehidupan keluarga secara step by step yang
dimulai dari pacaran, dan pemilihan jodoh, pembentukan keluarga sampai pada step
memberikan fungsi keluarga secara menyeluruh dalam perubahan sosial (Duvall & Miller,
1985).5

5
A. Octamaya Tenri Awaru, Buku Sosiologi Keluarga, (Kota Bandung, CV. MEDIA SAINS INDONESIA, September
2021), h. 10-11
BAB 3 PEMBAHASAN PERMASALAHAN

 Fungsi Keluarga

Setiap keluarga sangat menginginkan kelangsungan suatu generasi yang baru dalam
setiap rumah tangga yang dapat memperoleh nilai-nilai dan norma-norma yang sesuai dengan
harapan masyarakat. Dengan kata lain keluarga merupakan mediator dari nilai-nilai sosial,
yang Margaret Meat menjelaskan bahwa keluarga adalah lembaga paling kuat daya tahannya
yang harus dimiliki, oleh sebab itu setiap orang dilahirkan dalam keluarga maka hal-hal yang
dekat dan sangat dikenal oleh setiap orang biasanya tidak luput dari pengamatan yang kritis,
sehingga sangat sulit untuk mengenali ketidak wajaran di dalamnya, 6 maka diperlukan usaha
ilmiah untuk dapat mengangkat permasalahan yang selama ini tidak terungkap, agar dapat
dikenali dan ditata kembali. Hal ini penting mengingat setiap keluarga berfungsi sebagai
pengantar pada masyarakat besar, dan penghubung pribadi-pribadi dengan struktur sosial
yang lebih besar. Kekuatan sosial yang dimiliki oleh keluarga merupakan aspek yang tidak
dapat ditemukan pada lembaga lainnya, yaitu kemampuan mengendalikan individu secara
terus menerus.

Menurut Parsons bahwa terdapat dua fungsi yang esensial keluarga yakni pertama
keluarga sebagai tempat sosialisasi yang utama bagi anak-anak dan tempat mereka dilahirkan
dan kedua tempat stabilitas kepribadian remaja atau orang dewasa. 7 Berkaitan dengan itu
Koentjaraningrat berpendapat bahwa fungsi pokok keluarga inti adalah individu memperoleh
bantuan utama berupa keamanan dan pengasuh karena individu belum berdaya menghadapi
lingkungan. Menurut pada pandangan ini dapat dipahami bahwa keluarga merupakan salah
satu agen sosialisasi yang paling penting dalam mengajarkan anggota-anggotanya tentang
aturan-aturan yang diharapkan oleh masyarakat.

6
Ihrimo, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1999), h. 20
7
Talcott Parsons, The Social System, (New York: Free Press, 1951), h. 59
8
Fungsi-fungsi keluarga yang dilakukan dengan baik akan memberikan hal yang positif
bagi perkembangan individu di dalamnya dan pada gilirannya memberikan kontribusi bagi
kehidupan lingkungan sosialnya. Keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yakni fungsi
yang sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain, sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi
sosial, relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan.

Berdasarkan uraian di atas bahawa fungsi keluarga itu terdiri dari dua pokok yaitu:
pertama, fungsi dari keluarga inti tidaklah hanya merupakan kesatuan biologis, tetapi juga
merupakan bagian dari hidup masyarakat. Disini keluarga bukan hanya bertugas memilihara
anak, tetapi berfungsi untuk membentuk ide dan sikap sosial. Dan kedua bahwa keluarga itu
mempunyai kewajiban untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan, rasa keagamaan, kemauan,
kesukaan, keindahan, kecakapan berekonomi dan pengetahuan perniagaan. Jika dilihat dari
sudut kebutuhan keluarga maka fungsi keluarga adalah pemenuhan kebutuhan biologis,
wadah emosional atau perasaan, pendidikan sosisalisasi, ekonomi dan pemuasan sosial.
Verkuyl dalam Ahmadi dan Supriono mengatakan bahwa ada tiga fungsi keluarga yaitu:

1. Mengurus keperluan material anak. Ini merupkan tugas pertama dari orang tua
harus memenuhi kebutuhan hidup, tempat perlindungan dan pakaian kepada anak-
anak;

2. Menciptakan suatu “home” bagi anak-anak. “Home” disini berarti, bahwa di


dalam keluarga anak-anak dapat berkembang dengan subur, merasakan
kemesraan, kasih sayang keramahtamaan, merasa aman, terlindungi dan
sebagainya;

3. Tugas pendidikan. Merupakan tugas terpenting dari orang tua terhadap anak-
anaknya.

8
Koenjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1983), h. 55
9
Keinginan setiap anggota keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk meningkatkat
taraf hidupnya yang baik bagi anggota-anggota keluarganya untuk mencapai keluarga yang
harmonis. Dalam kehidupan berkeluarga dituntut mempunyai pengetahuan tentang hal-hal
yang erat hubungannya dengan kehidupan rumah tangga itu sendiri, bagaimana mendidik
anak dengan baik, kesejahteraan keluarga terjamin dan saling tukar pikiran antara suami dan
istri.

Ahmadi dan Supriyono menambahkan bahwa tugas dan fungsi keluarga merupakan
fungsi yang tunggal tetapi jamak. Dalam hal ini fungsi keluarga dibagi menjadi tiga bagian
secara sederhana diantaranya menstabilisasi situasi keluarga dalam artian stabilisasi ekonomi
rumah tangga dan mendidik anak yakni pemiliharaan fisik dan psikis keluarga termasuk
disini kehidupan religius.
Pendapat lain dikemukakan oleh Vebrianto, (1989), sama dengan apa yang
dikemukakan oleh Horton dan Hunt (1984) berpendapat bahwa ada tiga fungsi dari pada
keluarga yakni:

1. Fungsi biologis. Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologi


orang tua ialah melahirkan anak. fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup
masyarakat;

2. Fungsi afeksi. Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan
kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta
kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi,
persamaan pandangan mengenai hal nilai-nilai;

3. Fungsi sosiolisasi. Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam


membentuk kepribadian anak. melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak
mempelajari tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai pada
masyarakat dalam rangka pembentukan kepribadian.

9
Achir, Y.C.A. “Pembangunan Keluarga Sejahtera”, “Majalah Ekonomi dan Sosial Prisma”, (1994), h. 29
 Penerapan Nilai-Nilai Sosial Dalam Masyarakat

Konsep nilai dalam kajian sosiologis melihat bahwa nilai-nilai sosial seseorang atau
kelompok secara langsung dapat mempengaruhi segala aktivitas, tarutama dalam rangka
menyesuaikan diri dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat sekitarnya. Nilai-nilai
sosial dapat menentukan ukuran besar kecil atau tinggi rendahnya status dan peran seseorang
di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Di beberapa kajian filsafat, terdapat prinsip-prinsip untuk pemilihan nilai, pertama nilai
instrinsik yang harus mendapatkan prioritas pertama dari pada nilai ekstrinsik. Sesuatu yang
berharga instrinsik yaitu yang baik dari dalam dirinya sendiri dan bukan kerena menghasilkan
sesuatu yang lain. Sesuatu yang berharga secara ekstrinsik, yaitu sesuatu yang bernilai baik
karena suatu hal dari luar, dan jika sesuatu itu merupakan sarana untuk mendapat sesuatu
yang lain. Semua benda yang dapat digunakan untuk aktivitas mempunyai nilai ekstrinsik.
Kedua nilai yang produktif secara permanen didahulukan dari pada nilai yang produktif
kurang permanen. Bebrapa nilai ekonomi akan habis dalam aktivitas kehidupan, sedangkan
nilai persahabatan akan bertambah jika dipergunakan untuk membagi nilai akal dan jiwa
bersama orang lain. Oleh karena itu nilai persahabatan harus didahulukan dari pada nilai
ekonomi.

Nilai dapat diartikan sebagai harga (dalam arti taksiran harga), harga sesuatu (uang)
misalnya jika diukur atau ditukarkan dengan yang lain, angka kepandaian, kadar (mutu,
banyak sedikitnya isi), dan sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusian.
Soekanto mengemukakan bahwa nilai merupakan pandangan-pandangan mengenai apa yang
baik dan apa yang buruk, karena itu yang baik harus ditaati dan yang buruk harus dihindari.
Nilai juga merupakan sesuatu yang abstrak yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip
umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai
sangat relatif dan kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh karena itu nilai dapat dilihat
sebagai pedoman bertindak dan sekaligus tujuan kehidupan manusia itu sendiri. Sehingga
dapat dalam ciri dari nilai sosial yang dikenal yaitu:
1. Nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi diantara para
anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial, bukan secara biologis atau bawaan
sejak lahir;
2. Nilai sosial ditularkan, yakni nilai dapat diteruskan dan ditularkan dari satu grup ke
grup yang lain dalam suatu masyarakat melalui berbagai macam proses sosial dan dari
satu masyarakat serta dari kebudayaan ke yang lainnya melalui akulturasi, difusi, dan
sebagainya;
3. Nilai dapat dipelajari. Artinya nilai dicapai dan bukan bawaan lahir. Proses
pencapaian nilai-nilai itu dimulai sejak masa kanak-kanak dalam keluarga melalui
sosialisasi;
4. Nilai memuaskan manusia dan mengambil bagian dalam usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan sosial. Nilai yang disetujui dan telah diterima secara sosial itu
menjadi dasar bagi tindakan dan tingkah laku, baik ssecara pribadi maupun grup dan
masyarakat secara keseluruhan. Nilai juga membantu masyarakat agar dapat berfungsi
dengan baik. Tanpa suatu sistem nilai, masyarakat akan menjadi kacau. Oleh karena
itu, sitem nilai sosial dipandang penting oleh masyarakat, khususnya untuk
pemeliharaan kemakmuran dan kepuasan sosial bersama;
5. Nilai merupakan asumsi-asumsi abstrak dimana terdapat konsensus sosial tentang
harga dan relatif dari objek dalam masyarakat. Nilai-nilai secara konseptual
merupakan abstraksi dari unsur-unsur nilai dan bermacam-macam obyek di dalam
masyarakat;
6. Nilai cendrung berkaitan satu dengan yang lainnya secara komunal untuk membentuk
pola-pola dan sistem nilai dalam masyarakat. Bila tidak terdapat keharmonisan yang
integral dari nilai-nilai sosial, maka akan timbul problem sosial;
7. Sistem-sistem nilai bervariasi antar kebudayaan satu dengan kebudayaan lainnya,
sesuai dengan harga relatif yang diperhatikan oleh setiap kebudayaan terhadap pola-
pola aktivitas dan tujuan serta sasarannya. Dengan kata lain, keanekaragaman
kebudayaan dengan bentuk dan fungsi yang saling berbeda menghasilkan sistem-
sistem nilai yang saling berbeda pula.10

10
Soejono Soekanto, Sosiologi Keluarga (Tentang Ikwal Keluarga, Remaja dan Anak), (Jakarta; Rineka Cipta,
2004), h. 9
BAB 4 PENUTUP

 Kesimpulan

Keluarga merupakan peran yang sangat penting dalam mengajarkan hal baik buat seorang
anak. Dalam perspektif sosiologi, peran orang tua sangat sebagai pengendali keluarga
merupakan kewajiaban sebagai peran sosial orang tua. Terutama dikaitkan dengan upaya
membentuk kepribadian seorang anak yang diterima dan tidak sampai menjadikan anak tidak
bersiksap dan berprilaku yang tidak diterima di lingkungan sosialnya.

 Saran

Fungsi-fungsi keluarga yang dicontohkan dengan baik akan memberikan hal yang positif
bagi perkembangan individu anak. Maka sebagai orang tua sebaiknya salalu bersosialisasi
dengan anak dan memberi contoh-contoh yang baik kepada anak agar perilaku yang diajarkan
kepada anak akan terus diikuti oleh anak.
DAFTAR PUSTAKA

Achir, Y.C.A, “Pembangunan Keluarga Sejahtera”. Majalah Ekonomi dan Sosial


Prisma, 1994.

A.Ooctamaya Tenri Awaru, Buku Sosiologi Keluarga, Bandung: CV. Media Sains
Indonesia, September 2021.

Ihrimo,T.O., Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,


1999.

Koenjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Aksara Baru, 1983.

Parsons, Talcott, The Social System, New York: Free Press, 1951.

Soekanto, Soejono, Sosiologi Keluarga (Tentang ikhwal Keluarga, Remaja dan


anakia), Jakarta; Rineka Cipta, 2004.

Su’adah, Sosiologi Keluarga, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005.

Anda mungkin juga menyukai