22600391
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2022
1
Daftar Isi Laporan
2
KOMUNIKASI DIDALAM KELUARGA
(PENDEKATAN TEORI SOSIOLOGI DALAM PRANATA KELUARGA)
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan pemikiran itu, A. Comte membedakan sifat sosiologi menjadi dua, yaitu
sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukumhukum
statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Contohnya, masyarakat dilihat dan dipahami
menurut unsur-unsur, seperti nilai, norma, peranan, lembaga, stratifikasi, dan struktur sosial.
Sosiologi yang bersifat dinamis memusatkan perhatian terhadap perkembangan masyarakat
berdasarkan perubahan yang terencana atau yang terarah oleh proses pembangunan. Dasar
pemikiran ini juga yang menjadi dasar dalam melihat perkembangan hidup keluarga sebagai alas
an dalam memilih judul “Komunikasi di dalam Keluarga Siahaan (Pendekatan Teori Sosiologi
dalam Pranata Keluarga)”. Pada masanya rintisan pemikiran Comte tersebut disambut hangat
oleh masyarakat luas. Keadaan itu dapat dilihat dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang
sosiologi di Eropa. Mereka itu, antara lain Herbert Spencer, Emile Durkheim, George Simmel,
dan Max Weber.
Pandangan Herbert Spencer tentang masyarakat mengambil ibarat tentang kondisi tubuh
manusia atau memahaminya menurut analogi organik, di mana antara bagian yang satu
berhubungan secara fungsional dengan bagian lainnya. Masyarakat sebagai suatu organisasi yang
terdiri atas bagian-bagian yang memiliki hubungan ketergantungan satu sama lain atau bersifat
organik. Maka cara pandang dan pemahaman yang sama sebagaimana disebut, diterapkan juga
terhadap usaha untuk mempelajari Sosiologi Keluarga. Keluarga, khususnya keluarga inti
menurut analogi organik menunjukkan pada kita mengenai gambaran sebuah organisasi yang
terdiri dari unsur-unsur, seperti orang tua (ayah dan ibu) serta anak. Dalam kehidupan rutin
(setiap hari) ayah, ibu, dan anak memiliki hubungan yang bersifat dinamis di antara satu dengan
lainnya. Status dan peranan ayah, ibu dan anak berbeda, namun dalam kehidupan rutin, mereka
saling membutuhkan. Mereka melaksanakan tugas masing-masing di dalam keluarganya sebagai
3
satu kesatuan jika salah satu unsur (misalnya ayah jatuh sakit) terganggu maka proses perjalanan
hidup keluarga pincang (ikut terganggu) untuk sementara atau dalam jangka waktu tertentu.
Selanjutnya, Emile Durkheim juga mengemukakan cara pandang dalam memahami masyarakat
secara fungsionalisme. Cara pandang ini dilakukannya dengan menelusuri fungsi dari berbagai
elemen-elemen sosial, misalnya norma, nilai, status, dan peranan sosial sebagai pengikat sekaligus
pemelihara keteraturan sosial di masyarakat. Pendekatan yang sama (seperti itu) dipergunakan pula
dalam mempelajari Sosiologi Keluarga.
Dalam hal ini, kehidupan normal keluarga-keluarga di masyarakat dapat kita lihat pula dari
hubungan-hubungan fungsional menurut peranan ayah, ibu, dan anak. Sejauh mana
perananperanan dan hubungan sosial dari unsur-unsur keluarga tersebut berlangsung, sangat
dipengaruhi oleh keberadaan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, dalam
mewujudkan tujuan yang dikehendaki.
Pemikiran Max Weber untuk mencurahkan minatnya dan dalam mempelajari masyarakat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan verstehen (pemahaman) terhadap makna yang
terkandung di dalam realitas sosial atau di balik tindakan manusia; yang dilakukan dengan
menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku dan Tindakan
manusia. Studi mengenai Sosiologi Keluarga bisa kita lakukan pula lewat pendekatan verstehen
dari Weber ini.
Realitas tindakan sosial keluarga (juga anggota keluarga) yang sering kurang bisa
dimengerti maksudnya; maka untuk memahami latar belakang tindakan tersebut dapat juga
dilakukan dengan pendekatan verstehen.
Sosiologi Keluarga
Keberhasilan atau kegagalan keluarga menjalankan fungsi dapat kita pahami dari realitas
atau kenyataan sosial yang terjadi. Kenyataan itu merupakan wujud dan hasil dari tindakan sosial
individu-individu (unsur) keluarga. Pemahaman lebih lanjut dari tindakan sosial tersebut bisa
juga ditelusuri maknanya dari hal-hal atau segala sesuatu dibalik tindakan. Hal-hal tersebut
berupa nilai sosial, kepercayaan, sikap, dan tujuan, yang semuanya itu menjadi penuntun
tindakan seorang individu atas nama dirinya sendiri maupun keluarga dalam mewujudkan citacita
atau sebaliknya gagal mencapai yang diinginkan. Contohnya, pecahnya satuan keluarga inti
karena perceraian, antara lain dapat dijelaskan dari lemahnya sendi-sendi hubungan sosial
4
anggota keluarga (suami istri) karena saling curiga (rentannya kepercayaan) yang tidak dapat
dikendalikan, dan sebagainya.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan yaitu :
1. Melakukan wawancara dan observasi ini dilakukan secara tatap muka langsung pada hari
Selasa, 15 November 2022, pukul 17.20 WIB sampai dengan selesai di rumah keluarga
Bapak U. Siahaan.
2. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkembang sesuai jawaban yang diberikan
dan saling melengkapi informasi yang ada.
3. Menyelesaikan tugas wawancara yang terkait dalam praktek langsung mata kuliah Sosiologi
pada Fakultas Hukum Universitas HKBP Nomensen Medan pada Tahun 2022.
Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk :
1. Meneliti kami mewawancarai masing-masing pribadi, yaitu diri sendiri, anggota keluarga
yang diobservasi berjumlah 5 (lima) orang. Anggota keluarga terdiri dari suami istri dan
ketiga anak-anak kandungnya yang masih bersekolah.
2. Melihat sejauh mana peranan-peranan dan hubungan sosial dari unsur-unsur keluarga
tersebut berlangsung, sangat dipengaruhi oleh keberadaan nilai-nilai dan norma yang berlaku
di masyarakat, dalam mewujudkan tujuan yang dikehendaki.
5
sudah mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan di mana ia tinggal, maka kehidupan
masyarakat akan tercipta menjadi kehidupan yang tenang, aman dan tenteram.
Inti sari pengertian keluarga, yaitu sebagai berikut:
1. Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak,
2. Hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah,
perkawinan dan / atau adopsi,
3. Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab, dan
4. Fungsi keluarga adalah memelihara, merawat, dan melindungi anak dalam rangka
sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
Namun, ada baiknya kita memahami terlebih dulu tentang pengertian keluarga, sebelum
berlanjut pada Sosiologi Keluarga. Pengertian mengenai keluarga memiliki padanan istilah dan
kata yang artinya sama atau hampir sama dan bahkan berbeda. Mari kita coba perhatikan
pengertian mengenai keluarga berikut ini. Keluarga ialah satu kumpulan manusia yang
dihubungkan dan dipertemukan melalui pertalian/hubungan darah, perkawinan atau melalui
adopsi (pengambilan) anak angkat. Di Barat (negara-negara industri Eropa dan Amerika Utara)
yang masyarakatnya hidup dan bekerja di bidang industri maka keluarga didefinisikan sebagai
satu satuan sosial terkecil yang mempunyai hubungan darah atau memiliki pertalian hubungan
sah melalui perkawinan, pengambilan anak angkat dan sebagainya.
Lokasi Wawancara
Lokasi wawancara berada di Jl. Pertahanan Gang Amal Kecamatan Patumbak, Provinsi
Sumatera Utara,
6
Aktivitas masing-masing
Setiap anggota keluarga memiliki kewajiban saling memberikan informasi setiap harinya
melalui Hp masing-masing baik melalui WA ataupun Telepon . Wajib menjawab setiap ada
panggilan ataupun WA. Apapun yang dialami setiap harinya baik suka maupun duka wajib
saling bercerita, walaupun sangat-sangat sibuk semua anggota keluarga makan malam bersama .
Begitu pula dengan tugas dirumah,Setiap paginya saling bantu dalam menyiapkan sarapan
dan membersihkan rumah.Komunikasi yang dijalin tidak luput juga,dengan salling memberikan
kabar kepada keluarga besar
Kunci utama saling jujur dan saling berkabar apapun itu tanpa ada rasa jenuh dan bosan.
Tidak ada perselisihan yang tidak dapat diatasi, semua diselesaikan secara cepat dan damai,
sopan santun, tata krama serta sikap patuh dan rajin ibadah harian sangat ditekankan. Inti dari
segala hal hanya komunikasi untuk menciptakan pergaulan yang ada
Seluruh pemikiran mengenai studi kemasyarakatan dan keluarga yang berkembang di
Eropa telah meletakkan dasar bagi perkembangan pemikiran selanjutnya. Jasa besar para pemikir
tersebut mendorong tumbuh dan berkembangnya pemikiran sosiologis serta mengkondisikan
lahirnya berbagai pendekatan baru dalam mempelajari masyarakat dan keluarga, hal ini memiliki
arti penting bagi perkembangan studi Sosiologi dan Sosiologi Keluarga ke depan. Pemikiran
pemikiran tersebut juga mengantar dan mengenalkan kita dalam mempelajari masyarakat dan
keluarga. Kita mendapatkan substansi pokok dan arah tentang apa, ke arah mana dan mengapa
mempelajari sosiologi keluarga.
D. ANALISA
Kesimpulan
Maka dapat diambil kesimpulan dari “Komunikasi di dalam Keluarga Siahaan (Pendekatan
Teori Sosiologi dalam Pranata Keluarga)”, yaitu :
1. Menurut saya ketiga pendekatan tersebut masih terdapat dalam lembaga keluarga saat
sekarang. Hal ini terlihat terjelas dalam kehidupan sehari-hari individu sebagai anggota dalam
lembaga keluarga, komunikasi yang hangat antara anggota keluarga merupakan bounding kuat
dalam organisasi atau ikatan kekeluargaan inti mereka.
2. Meskipun pada dasarnya keluarga yang mempunyai fungsi antara lain: biologis, afeksi,
pendidikan, ekonomi, sosialisasi, keagamaan, dan perlindungan sudah mengalami perubahan
(pergeseran) diakibatkan era dunia maya, tidak menutup kemungkinan mengalihkan cara
berkomunikasi dari langsung dengan intens saling memberikan kabar melalui gadgetnya
masing-masing anggota keluarga.
3. Berbicara yang mana ketiga pendekatan yang telah disebut sebelumnya lebih menarik, miss
communication akan memunculkan dan menitik beratkan pada pendekatan konflik dalam
keluarga, karena dalam realitas sekarang begitu banyak suami istri yang bercerai akibat
terjadinya perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat dikarenakan tidak saling
berkomunikasi satu dengan lainnya.
Saran
Adapun saran yang mampu saya simpulkan dari tugas wawancara dengan topik
11
“Komunikasi di dalam Keluarga (Pendekatan Teori Sosiologi dalam Pranata Keluarga)”. adalah :
1. Proses perubahan ekonomi pada masyarakat mampu mengubah sifat keluarga, dari institusi
pedesaan yang agraris ataupun sederhana misalnya menuju ke institusi perkotaan yang
bernuansa teknologi namun tetap humanis. Dengan demikian peranan anggota-anggota
keluarga juga mengalami perubahan. Fungsi saling memberikan tidak hilang, keluarga
menjadi kesatuan konsumsi semata-mata. Keluarga di kota tidak lagi melakukan fungsi saling
memberikan respon komunikasinya secara langsung.
2. Fenomena sosial dari yang kami lihat pada masyarakat perkotaan yang memiliki kesibukan
yang cukup padat. Orangtua baik itu bapak dan ibu dari keluarga Siahaan yang memiliki jam
kerja yang begitu padat sehingga tidak sempat untuk mendidik anaknya terpaksa menitipkan
anaknya kepada pembantu, pengasuh anak atau pada lembaga pendidikan non formal dengan
mengikuti les tambahan ataupun bimbingan belajar. Walaupun terkesan tidak ada bounding
dalam keluarga namun dengan bimbingan dan pengawasan melalui komunikasi tidak langsung
secara tidak sengaja menciptakan kemandirian dan kematangan mental serta rohani terhadap
ketiga anaknya.
3. Fenomena adanya peralihan fungsi yang di mana keluarga yang menjadi tempat sosialisasi
yang utama berpindah pada lembaga pendidikan non formal atau orang lain yang mempunyai
kapabilitas dalam hal tersebut. Dengan kata lain orang tua tersebut terkesan meninggalkan
yang dinilai fungsinya sebagai ayah sebagai kepala rumah tangga dan ibu sebagai ibu rumah
tangga yakni pengasuh anak-anaknya secara langsung, dapat dijadikan suatu peluang bukan
tantangan ataupun ancaman.
4. Fenomena tersebut di atas dapat mengganggu proses pertumbuhan anak terutama dalam hal
sosialisasi. Lembaga keluarga sebagai media sosialisasi pertama anak menjadi tidak berfungsi
atau akan hilang. Selain itu, fenomena ini bisa juga mendatangkan konflik dalam rumah
tangga tersebut. Ketika anak mengalami kegagalan maka orang tua (suami dan istri) akan
saling menuduh. Terjadi pertengkaran antara suami dan sitri. Mungkin juga berakhir pada
perceraian suami dan istri tersebut, karena sudah tidak ada lagi kecocokan antara mereka.
Akibatnya anak mengalami tekanan psikologis (depresi). Anak melakukan pelarian di luar
lingkungan keluarga, yang mungkin melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Keluarga
tersebut tidaklah lagi berjalan statis dengan fungsi-fungsi yang ideal, runtuhlah keluarga yang
harmonis pada mulanya. Dalam mengantisipasi hal yang demikian perlu ditingkatkan rasa
12
keimanan, rasa saling memiliki dan komunikasi yang tidak putus hentinya dengan berbagai
kegiatan yang meningkatkan kualitas waktu keluarga dihari Sabtu dan Minggu yang penuh
sukacita Bersama keluarga terutama anak-anak.
13