Anda di halaman 1dari 13

TUGAS OBSERVASI SOSIOLOGI

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH


Pdt. NURMAYA SIMANJUNTAK, M.Si.

BOYMA OJAK FERNANDO SINAMBELA

22600391

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2022

1
Daftar Isi Laporan

1. TENTUKAN JUDULMU (yang berhubungan dengan Sosiologi)


2. LEMBARAN KERJA
A. LATAR BELAKANG: pemilihan judul
B. METODE PENELITIAN :
Wawancara (Rumah/kos, tempat tinggal), Diri Sendiri, Anggota Keluarga yang diobservasi.
C. HASIL WAWANCARA:
Pengertian : (dapat dibuat jika ada kata-kata dalam observasi atau penulisan paper yang perlu
dijelaskan sesuai dgn kamus KBBI, Wikipedia dan buku-buku lain.
Bahasan:
- Letak penelitian : alamat tempat observasi, jalan, kecamatan, kabupaten dan batas-batas
wilayah dan gambaran masyarakat sekitar
- Melengkapi data dalam foto (dalam bagian ini adalah hasil dari wawancara menyangkut
judul yang ditentukan, dengan penjelasan hasil-hasil yang diperoleh dari observasi dan
wawancara secara sistematis termasuk didalam data yang lengkap dari narasumber
- Menginventarisir/mengelompokkan hasil wawancara dan menjelaskankannya baik
berdasarkan hasil wawancara atau menambahkannya dari referensi lain (buku) dan
melengkapi juga penjelasan dengan foto.
D. ANALISA: Mengolah Hasil Wawancara serta menghubungkan dgn pokok-pokok bahasan
Sosiologi : dalam bagian ini terdiri dari penekanan dari beberapa hasil wawancara dan
observasi tsb dengan menghubungkannya pada materi Sosiologi yang dibahas dalam satu
semester ini.
E. KESIMPULAN/SARAN

2
KOMUNIKASI DIDALAM KELUARGA
(PENDEKATAN TEORI SOSIOLOGI DALAM PRANATA KELUARGA)

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan pemikiran itu, A. Comte membedakan sifat sosiologi menjadi dua, yaitu
sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukumhukum
statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Contohnya, masyarakat dilihat dan dipahami
menurut unsur-unsur, seperti nilai, norma, peranan, lembaga, stratifikasi, dan struktur sosial.
Sosiologi yang bersifat dinamis memusatkan perhatian terhadap perkembangan masyarakat
berdasarkan perubahan yang terencana atau yang terarah oleh proses pembangunan. Dasar
pemikiran ini juga yang menjadi dasar dalam melihat perkembangan hidup keluarga sebagai alas
an dalam memilih judul “Komunikasi di dalam Keluarga Siahaan (Pendekatan Teori Sosiologi
dalam Pranata Keluarga)”. Pada masanya rintisan pemikiran Comte tersebut disambut hangat
oleh masyarakat luas. Keadaan itu dapat dilihat dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang
sosiologi di Eropa. Mereka itu, antara lain Herbert Spencer, Emile Durkheim, George Simmel,
dan Max Weber.
Pandangan Herbert Spencer tentang masyarakat mengambil ibarat tentang kondisi tubuh
manusia atau memahaminya menurut analogi organik, di mana antara bagian yang satu
berhubungan secara fungsional dengan bagian lainnya. Masyarakat sebagai suatu organisasi yang
terdiri atas bagian-bagian yang memiliki hubungan ketergantungan satu sama lain atau bersifat
organik. Maka cara pandang dan pemahaman yang sama sebagaimana disebut, diterapkan juga
terhadap usaha untuk mempelajari Sosiologi Keluarga. Keluarga, khususnya keluarga inti
menurut analogi organik menunjukkan pada kita mengenai gambaran sebuah organisasi yang
terdiri dari unsur-unsur, seperti orang tua (ayah dan ibu) serta anak. Dalam kehidupan rutin
(setiap hari) ayah, ibu, dan anak memiliki hubungan yang bersifat dinamis di antara satu dengan
lainnya. Status dan peranan ayah, ibu dan anak berbeda, namun dalam kehidupan rutin, mereka
saling membutuhkan. Mereka melaksanakan tugas masing-masing di dalam keluarganya sebagai

3
satu kesatuan jika salah satu unsur (misalnya ayah jatuh sakit) terganggu maka proses perjalanan
hidup keluarga pincang (ikut terganggu) untuk sementara atau dalam jangka waktu tertentu.
Selanjutnya, Emile Durkheim juga mengemukakan cara pandang dalam memahami masyarakat
secara fungsionalisme. Cara pandang ini dilakukannya dengan menelusuri fungsi dari berbagai
elemen-elemen sosial, misalnya norma, nilai, status, dan peranan sosial sebagai pengikat sekaligus
pemelihara keteraturan sosial di masyarakat. Pendekatan yang sama (seperti itu) dipergunakan pula
dalam mempelajari Sosiologi Keluarga.
Dalam hal ini, kehidupan normal keluarga-keluarga di masyarakat dapat kita lihat pula dari
hubungan-hubungan fungsional menurut peranan ayah, ibu, dan anak. Sejauh mana
perananperanan dan hubungan sosial dari unsur-unsur keluarga tersebut berlangsung, sangat
dipengaruhi oleh keberadaan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, dalam
mewujudkan tujuan yang dikehendaki.
Pemikiran Max Weber untuk mencurahkan minatnya dan dalam mempelajari masyarakat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan verstehen (pemahaman) terhadap makna yang
terkandung di dalam realitas sosial atau di balik tindakan manusia; yang dilakukan dengan
menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku dan Tindakan
manusia. Studi mengenai Sosiologi Keluarga bisa kita lakukan pula lewat pendekatan verstehen
dari Weber ini.
Realitas tindakan sosial keluarga (juga anggota keluarga) yang sering kurang bisa
dimengerti maksudnya; maka untuk memahami latar belakang tindakan tersebut dapat juga
dilakukan dengan pendekatan verstehen.

Sosiologi Keluarga
Keberhasilan atau kegagalan keluarga menjalankan fungsi dapat kita pahami dari realitas
atau kenyataan sosial yang terjadi. Kenyataan itu merupakan wujud dan hasil dari tindakan sosial
individu-individu (unsur) keluarga. Pemahaman lebih lanjut dari tindakan sosial tersebut bisa
juga ditelusuri maknanya dari hal-hal atau segala sesuatu dibalik tindakan. Hal-hal tersebut
berupa nilai sosial, kepercayaan, sikap, dan tujuan, yang semuanya itu menjadi penuntun
tindakan seorang individu atas nama dirinya sendiri maupun keluarga dalam mewujudkan citacita
atau sebaliknya gagal mencapai yang diinginkan. Contohnya, pecahnya satuan keluarga inti
karena perceraian, antara lain dapat dijelaskan dari lemahnya sendi-sendi hubungan sosial

4
anggota keluarga (suami istri) karena saling curiga (rentannya kepercayaan) yang tidak dapat
dikendalikan, dan sebagainya.

B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan yaitu :
1. Melakukan wawancara dan observasi ini dilakukan secara tatap muka langsung pada hari
Selasa, 15 November 2022, pukul 17.20 WIB sampai dengan selesai di rumah keluarga
Bapak U. Siahaan.
2. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkembang sesuai jawaban yang diberikan
dan saling melengkapi informasi yang ada.
3. Menyelesaikan tugas wawancara yang terkait dalam praktek langsung mata kuliah Sosiologi
pada Fakultas Hukum Universitas HKBP Nomensen Medan pada Tahun 2022.
Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk :
1. Meneliti kami mewawancarai masing-masing pribadi, yaitu diri sendiri, anggota keluarga
yang diobservasi berjumlah 5 (lima) orang. Anggota keluarga terdiri dari suami istri dan
ketiga anak-anak kandungnya yang masih bersekolah.
2. Melihat sejauh mana peranan-peranan dan hubungan sosial dari unsur-unsur keluarga
tersebut berlangsung, sangat dipengaruhi oleh keberadaan nilai-nilai dan norma yang berlaku
di masyarakat, dalam mewujudkan tujuan yang dikehendaki.

C. HASIL WAWANCARA Pendekatan Teori Sosiologi dalam Pranata Keluarga


Keluarga merupakan lembaga sosial pertama dan dasar dari semua lembaga-lembaga sosial
lainnya yang berkembangan dalam masyarakat luas. Di masyarakat manapun di dunia, keluarga
merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam
kehidupan individu. Keluarga dapat digolongkan ke dalam kelompok penting, selain karena para
anggotanya saling mengadakan kontak langsung juga karena adanya keintiman dari para
anggotanya.
Pranata keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima untuk menyesuaikan
beberapa tugas penting. Keluarga berperan membina anggota-anggotanya untuk beradaptasi
dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya di mana ia berada. Bila semua anggota

5
sudah mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan di mana ia tinggal, maka kehidupan
masyarakat akan tercipta menjadi kehidupan yang tenang, aman dan tenteram.
Inti sari pengertian keluarga, yaitu sebagai berikut:
1. Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak,
2. Hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah,
perkawinan dan / atau adopsi,
3. Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab, dan
4. Fungsi keluarga adalah memelihara, merawat, dan melindungi anak dalam rangka
sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
Namun, ada baiknya kita memahami terlebih dulu tentang pengertian keluarga, sebelum
berlanjut pada Sosiologi Keluarga. Pengertian mengenai keluarga memiliki padanan istilah dan
kata yang artinya sama atau hampir sama dan bahkan berbeda. Mari kita coba perhatikan
pengertian mengenai keluarga berikut ini. Keluarga ialah satu kumpulan manusia yang
dihubungkan dan dipertemukan melalui pertalian/hubungan darah, perkawinan atau melalui
adopsi (pengambilan) anak angkat. Di Barat (negara-negara industri Eropa dan Amerika Utara)
yang masyarakatnya hidup dan bekerja di bidang industri maka keluarga didefinisikan sebagai
satu satuan sosial terkecil yang mempunyai hubungan darah atau memiliki pertalian hubungan
sah melalui perkawinan, pengambilan anak angkat dan sebagainya.

Lokasi Wawancara
Lokasi wawancara berada di Jl. Pertahanan Gang Amal Kecamatan Patumbak, Provinsi
Sumatera Utara,

Data-data yang diperoleh selama wawancara yaitu :


1. Brigadir Rambo Sinambela,S.H,M.H bekerja sebagai anggota kepolisian sebagaiPenyidik
Reserse kriminal Polda Sumut,Umur 32 tahun dan bertempat tinggal di Jl.Pertahanan Gang
Amal kecamatan Patumbak
2. Hanna Siregar,S.Pd bekerja sebagai honorer di RESKRIMUM Polda Sumut Umur 27 tahun
dan bertempat tinggal di Jl.Pertahanan Gang Amal Kecamatan Patumbak
3. Saya sendiri Boyma Ojak fernando sinambela,bekerja di perusahaan swasta,umur 23 tahun
dan bertempat tinggal di Jl.Pertahanan Gang Amal kecamatan Patumbak

6
Aktivitas masing-masing
Setiap anggota keluarga memiliki kewajiban saling memberikan informasi setiap harinya
melalui Hp masing-masing baik melalui WA ataupun Telepon . Wajib menjawab setiap ada
panggilan ataupun WA. Apapun yang dialami setiap harinya baik suka maupun duka wajib
saling bercerita, walaupun sangat-sangat sibuk semua anggota keluarga makan malam bersama .
Begitu pula dengan tugas dirumah,Setiap paginya saling bantu dalam menyiapkan sarapan
dan membersihkan rumah.Komunikasi yang dijalin tidak luput juga,dengan salling memberikan
kabar kepada keluarga besar
Kunci utama saling jujur dan saling berkabar apapun itu tanpa ada rasa jenuh dan bosan.
Tidak ada perselisihan yang tidak dapat diatasi, semua diselesaikan secara cepat dan damai,
sopan santun, tata krama serta sikap patuh dan rajin ibadah harian sangat ditekankan. Inti dari
segala hal hanya komunikasi untuk menciptakan pergaulan yang ada
Seluruh pemikiran mengenai studi kemasyarakatan dan keluarga yang berkembang di
Eropa telah meletakkan dasar bagi perkembangan pemikiran selanjutnya. Jasa besar para pemikir
tersebut mendorong tumbuh dan berkembangnya pemikiran sosiologis serta mengkondisikan
lahirnya berbagai pendekatan baru dalam mempelajari masyarakat dan keluarga, hal ini memiliki
arti penting bagi perkembangan studi Sosiologi dan Sosiologi Keluarga ke depan. Pemikiran
pemikiran tersebut juga mengantar dan mengenalkan kita dalam mempelajari masyarakat dan
keluarga. Kita mendapatkan substansi pokok dan arah tentang apa, ke arah mana dan mengapa
mempelajari sosiologi keluarga.
D. ANALISA

Beberapa Pendekatan Teori Sosiologi dalam Keluarga


1 Teori Struktural Fungsional. Ritzer (2009: 21) konsep utama dalam teori ini adalah fungsi,
disfungsi, fungsi laten, fungsi manisfest, dan keseimbangan (equilibrium). Menurut teori ini
masyarakat adalah suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan
dan menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan
mempengaruhi akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya
bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya, jika
tidak fungsional maka struktur tidak akan nada atau akan hilang dengan sendirinya. Penganut
teori ini cenderung melihat hanya kepada sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadap
7
sistem yang lain dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa dapat
beroperasi menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim
penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional
bagi suatu masyarakat.
Keluarga sebagai lingkungan pertama seorang anak mendapatkan didikan dan bimbingan.
Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di
dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam
keluarga. Sehingga keluarga yang merupakan institusi sosial yang bersifat universal dan
multifungsional mempunyai fungsi pengawasan, sosial, ekonomi, pendidikan, keagamaan,
perlindungan, dan rekreasi terhadap anggota-anggotanya.
Sebagaimana para penganut teori struktural fungsional melihat masyarakat dengan
menganalogikan masyarakat ibarat organisme biologis. Makhluk hidup yang bisa sehat atau
sakit. Ia sehat jika bagian-bagian dari dirinya (kelompok/individu fungsional) memiliki
kebersamaan satu sama lain. Jika ada bagiannya yang tidak lagi menyatu secara kolektif,
maka kesehatan dari masyarakat tersebut terancam, atau sakit. Demikian halnya juga dalam
keluarga yang terdiri dari anggota-anggota keluarga yang saling berhubungan satu sama lain
dan fungsional terhadap anggota keluarga lainnya. Bahwa pada umumnya, keluarga terdiri
dari ayah, ibu dan anak dimana masing-masing anggota keluarga tersebut saling
mempengaruhi, saling membutuhkan, semua mengembangkan hubungan intensif antar
anggota keluarga.
Misalnya fungsi ekonomi keluarga, dalam keluarga terdapat pembagian kerja yang
disesuaikan dengan status, peranan, jenis kelamin, dan umur anggota-anggota keluarga. Ayah
sebagai kepala rumah tangga fungsional terhadap istri dan anak-anaknya. Bagi keluarga pada
umumnya ayah mempunyai peranan dan tanggung jawab utama dalam pemenuhan kebutuhan
material para anggota keluarganya, meskipun para anggota keluarga lain (ibu dan anak-anak
sudah dewasa) juga bekerja. Disamping fungsional, Robert K. Merton dalam Ritzer (2009: 22)
juga mengajukan konsep disfungsi dalam struktur sosial atau pranata sosial. Bahwa dalam
suatu pranata sosial selain menimbulkan akibat-akibat yang bersifat positif juga ada
akibatakibat bersifat negatif. Masih terhubung dengan contoh di atas, bahwa seorang ayah
bisa disfungsi terhadap anggota-anggota keluarga lain (istri dan anak-anaknya). Dimana ayah
tidak menjalankan peranan dan tanggung jawabnya sebagai pencari nafkah utama dalam
8
keluarganya. Jika hal tersebut terjadi dalam suatu keluarga maka akan mengganggu sistem
yang ada dalam keluarga, membuat fungsi ekonomi keluarga mengalami pergeseran.
2. Teori Konflik. Tidak dapat dipungkiri dalam suatu lembaga keluarga tidak selamanya akan
berada dalam keadaan yang statis atau dalam kondisi yang seimbang (equilibrium), namun
juga mengalami kegoncangan di dalamnya. Menurut teori konflik masyarakat senantiasa
berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus-menerus di antara
unsur-unsurnya (Ritzer, 2009:26). Pertentangan (konflik) bisa terjadi antara anggota-anggota
dalam keluarga itu sendiri, ataukah antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain.
Menurut teori konflik Dahrendrof mengatakan bahwa konflik menurutnya memimpin ke
arah perubahan dan pembangunan. Dalam situasi konflik golongan yang terlibat melakukan
tindakan-tindakan untuk mengadakan perubahan dalam struktur sosial. Kalau konflik itu
terjadi secara hebat maka perubahan yang timbul akan bersifat radikal. Begitu pula kalau
konflik itu disertai oleh penggunaan kekerasan maka perubahan struktural akan efektif
(Ritzer, 2009:28).
Para penganut teori konflik mengakui bahwa konflik dapat memberikan sumbangan
terhadap integrasi dan sebaliknya integrasi dapat menimbulkan konflik. Berghe dalam Ritzer
(2009:29) mengemukakan empat fungsi dari konflik sebagai berikut:
a. Sebagai alat untuk memelihara solidaritas,
b. Membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain,
c. Mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi. (Protes terhadap perang Vietnam
mendorong pemuda AS untuk aktif berkampanye untuk Mc. Carthy dan Mc. Govern
yang anti perang tersebut),
d. Fungsi komunikasi. Sebelum konflik kelompok tertentu mungkin tidak mengakui posisi
lawan. Tapi dengan adanya konflik, posisi dan batas antara kelompok menjadi lebih
jelas. Individu dan kelompok tahu secara pasti di mana mereka berdiri dan karena itu
dapat mengambil keputusan lebih baik untuk bertindak dengan lebih tepat.
Misalnya dalam sebuah keluarga terjadi konflik atau pertentangan antara anggota
keluarga (kakak dan adiknya), kemudian di luar lingkungan keluarganya mereka memiliki
musuh yang sama. Maka mereka terintegrasi dalam melawan musuhnya tersebut dengan
mengabaikan konflik internal antara mereka. Dalam keluarga yang broken home, di mana
sering terjadi percekcokan di antara orang tua dan saling bermusuhan disertai
9
tindakantindakan yang agresif, maka dengan sendirinya keluarga yang bersangkutan akan
mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga yang sebenarnya.
3. Teori Interaksionis Simbolik. Menurut Herbert Blumer (1962) seorang tokoh modern dari
Teori Interaksionisme Simbolik dalam Ritzer (2009:52) mengungkapkan bahwa istilah
interaksionisme simbolik menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia.
Kekhasannya adalah manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakannya.
Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung terhadap tindakan orang lain, melainkan
didasarkan pada “makna” yang diberikan terhadap tindakan orang lain itu. Interaksi antara
individu diantarai oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling berusaha
untuk saling memahami maksud dari tindakan masing-masing. Jadi dalam interaksionisme
simbolik bahwa dalam proses interaksi individu dimulai dari suatu proses stimulus secara
otomatis dan langsung menimbulkan respon oleh si aktor. Tetapi antara stimulus dan respon
atau tanggapan diantarai oleh proses interpretasi. Proses interpretasi adalah proses berpikir
yang merupakan kemampuan yang khas yang dimiliki manusia.
Secara sederhana dapat digambarkan suatu proses interaksi yang terjadi dalam lembaga
keluarga yang dimulai dengan adanya proses stimulus kemudian respon atau tanggapan.
Dalam masyarakat dikenal simbol komunikasi. Ritzer (2009:55) mengemukakan simbol
komunikasi merupakan proses dua arah di mana kedua pihak saling memberikan makna atau
arti terhadap simbol-simbol itu. Dengan mempelajari simbol-simbol tersebut berarti manusia
belajar melakukan tindakan secara bertahap. Dalam lembaga keluarga juga dikenal simbol
komunikasi, sehingga antara anggota keluarga saling memahami dan mengerti tindakan
anggota keluarga lainnya.
Contoh seorang kakek memerintahkan cucunya untuk mengambilkan obatnya di dalam
kamar kakek. Cucu tersebut mendengarkan perintah kakek dan melaksanakan perintah
kakeknya dengan mengambilkan obat itu. Ini artinya si kakek memberikan stimulus kemudian
secara tidak langsung si cucu menerima stimulus itu dan selanjutnya memberikan tanggapan
atau respon atas stimulus dari si kakek. Contoh lain, ketika seorang kakak memukul adiknya,
kemudian sang adik menangkis pukulan tersebut maka terjadi proses interaksi antara kedua
kakak adik tersebut. Ataukah seorang datang ke rumah kemudian memberikan salam, orang
dalam rumah menjawab salam tersebut dan mempersilahkannya masuk. Ada simbol bahasa
yang digunakan yang menandakan ada orang yang bertamu ke rumah tersebut.
10
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pendekatan ketiga teori sosiologi yang dipaparkan hasil analisa di atas yakni teori
struktural fungsionalis, teori konflik, dan teori interaksionisme simbolik terhadap lembaga
keluarga, masing-masing sangat jelas mendiskripsikan proses sosial yang terjadi dalam keluarga.
Bahwa dalam sebuah keluarga ada fungsi dan disfungsi yang terjadi antara anggota keluarga.
Dalam keluarga pun sering terjadi pertentangan (konflik) internal maupun eksternal anggota
keluarga. Dan sebagai lembaga sosialisasi pertama (lembaga keluarga) dimana di dalamnya
terdapat proses interaksi antara anggota keluarga sehingga ada kesepahaman dan tercipta
keharmonisan dalam keluarga itu.

Kesimpulan
Maka dapat diambil kesimpulan dari “Komunikasi di dalam Keluarga Siahaan (Pendekatan
Teori Sosiologi dalam Pranata Keluarga)”, yaitu :
1. Menurut saya ketiga pendekatan tersebut masih terdapat dalam lembaga keluarga saat
sekarang. Hal ini terlihat terjelas dalam kehidupan sehari-hari individu sebagai anggota dalam
lembaga keluarga, komunikasi yang hangat antara anggota keluarga merupakan bounding kuat
dalam organisasi atau ikatan kekeluargaan inti mereka.
2. Meskipun pada dasarnya keluarga yang mempunyai fungsi antara lain: biologis, afeksi,
pendidikan, ekonomi, sosialisasi, keagamaan, dan perlindungan sudah mengalami perubahan
(pergeseran) diakibatkan era dunia maya, tidak menutup kemungkinan mengalihkan cara
berkomunikasi dari langsung dengan intens saling memberikan kabar melalui gadgetnya
masing-masing anggota keluarga.
3. Berbicara yang mana ketiga pendekatan yang telah disebut sebelumnya lebih menarik, miss
communication akan memunculkan dan menitik beratkan pada pendekatan konflik dalam
keluarga, karena dalam realitas sekarang begitu banyak suami istri yang bercerai akibat
terjadinya perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat dikarenakan tidak saling
berkomunikasi satu dengan lainnya.

Saran
Adapun saran yang mampu saya simpulkan dari tugas wawancara dengan topik

11
“Komunikasi di dalam Keluarga (Pendekatan Teori Sosiologi dalam Pranata Keluarga)”. adalah :
1. Proses perubahan ekonomi pada masyarakat mampu mengubah sifat keluarga, dari institusi
pedesaan yang agraris ataupun sederhana misalnya menuju ke institusi perkotaan yang
bernuansa teknologi namun tetap humanis. Dengan demikian peranan anggota-anggota
keluarga juga mengalami perubahan. Fungsi saling memberikan tidak hilang, keluarga
menjadi kesatuan konsumsi semata-mata. Keluarga di kota tidak lagi melakukan fungsi saling
memberikan respon komunikasinya secara langsung.
2. Fenomena sosial dari yang kami lihat pada masyarakat perkotaan yang memiliki kesibukan
yang cukup padat. Orangtua baik itu bapak dan ibu dari keluarga Siahaan yang memiliki jam
kerja yang begitu padat sehingga tidak sempat untuk mendidik anaknya terpaksa menitipkan
anaknya kepada pembantu, pengasuh anak atau pada lembaga pendidikan non formal dengan
mengikuti les tambahan ataupun bimbingan belajar. Walaupun terkesan tidak ada bounding
dalam keluarga namun dengan bimbingan dan pengawasan melalui komunikasi tidak langsung
secara tidak sengaja menciptakan kemandirian dan kematangan mental serta rohani terhadap
ketiga anaknya.
3. Fenomena adanya peralihan fungsi yang di mana keluarga yang menjadi tempat sosialisasi
yang utama berpindah pada lembaga pendidikan non formal atau orang lain yang mempunyai
kapabilitas dalam hal tersebut. Dengan kata lain orang tua tersebut terkesan meninggalkan
yang dinilai fungsinya sebagai ayah sebagai kepala rumah tangga dan ibu sebagai ibu rumah
tangga yakni pengasuh anak-anaknya secara langsung, dapat dijadikan suatu peluang bukan
tantangan ataupun ancaman.
4. Fenomena tersebut di atas dapat mengganggu proses pertumbuhan anak terutama dalam hal
sosialisasi. Lembaga keluarga sebagai media sosialisasi pertama anak menjadi tidak berfungsi
atau akan hilang. Selain itu, fenomena ini bisa juga mendatangkan konflik dalam rumah
tangga tersebut. Ketika anak mengalami kegagalan maka orang tua (suami dan istri) akan
saling menuduh. Terjadi pertengkaran antara suami dan sitri. Mungkin juga berakhir pada
perceraian suami dan istri tersebut, karena sudah tidak ada lagi kecocokan antara mereka.
Akibatnya anak mengalami tekanan psikologis (depresi). Anak melakukan pelarian di luar
lingkungan keluarga, yang mungkin melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Keluarga
tersebut tidaklah lagi berjalan statis dengan fungsi-fungsi yang ideal, runtuhlah keluarga yang
harmonis pada mulanya. Dalam mengantisipasi hal yang demikian perlu ditingkatkan rasa
12
keimanan, rasa saling memiliki dan komunikasi yang tidak putus hentinya dengan berbagai
kegiatan yang meningkatkan kualitas waktu keluarga dihari Sabtu dan Minggu yang penuh
sukacita Bersama keluarga terutama anak-anak.

13

Anda mungkin juga menyukai