Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmu Pemerintahan Kybernan Vol. 7, No.

1, Maret 2016
JEJAK PEMIKIRAN:
DARI TRADISIONALIS KE BEHAVIORALIS

Muhtar Haboddin
Universitas Brawijaya muhtar_haboddin@ub.ac.id

Abstrak

Tulisan ini berusaha menjejaki dua pendekatan yakni tradisionalisme dan


beravioralisme dalam studi ilmu politik. Kedua pendekatan ini menarik untuk ditelaah
karena pertama, miliki jejak sejarah dalam perkembangan ilmu politik. Kedua,
memiliki objek kajiannya yang berbeda. Bila pendekatan tradisional aspek histroris-
yuridisi maka bevaioralisme lebih menekankan pada sosiologis-psikologis.
Perbedaan berikutnya adalah pemikiran tradisonal berkembang secara pesat di
Eropa sementara pendekatan behavioralisme berkembang di Amerika Serikat. Tidak
hanya itu, kehadiran pendekatan behavioralisme dalam studi ilmu telah
menjungkirbalikkan pendekatan tradisional. Tanpa mengurangi bobot dan penilaian
akan perselisihan antara dua pendekatan iniyang jelas dan pasti adalah kedua
pendekatan ini memberikan sumbangsih yang sangat berharga dalam perkembangan
studi ilmu politik kontemporer.

Kata kunci: pendekatan tradisional, behavioralisme dan ilmu politik.


postbehavioral 1 . Pada tahun 2006 I
PENGANTAR Ketut Putra Erawan kembali
Ibrahim Ambong dalam Memahami menyebutkan empat pendekatan ilmu
Pendekatan Tingkah Politik politik Ala Amerika Serikat yakni
menyebutkan bahwa perkembangan pendekatan klasik; pendekatan
ilmu politik terutama di Amerika behavioral; pendekatan post-
Serikat, telah melalui empat tahap. behavioral dan After the post-
Empat tahapan ini dapat dilihat dari behavioralisme4.
berbagai sudut pembagian. Beberapa Baik Ambong maupun I Ketut Putra
ahli politik melihat pembagian itu dari Erawan sama membagi empat
sudut metodemetode atau pendekatan- pendekatan politik. Meskipun
pendekatan yang muncul ketika samasama menghasilkan empat
membuat periodesasi. Empat tahap pendekatan politik, namun caranya
perkembangan ilmu politik adalah: sangat berbeda dalam membuat
tahap formal (legal); tahap tradisional; kategorisasi. Pendekatan Ambong
tahap behavioral dan tahap sebenarnya bisa disempitkan menjadi

1
Ibrahim Ambong Memahami Pendekatan politik menjadi enam.1). Filsafat Politik; 2).
Tingkah Politik Jurnal Ilmu Politik, Paham Kelembagaan;3). Paham Tingkah laku;
No.13/1993. hlm.20; terdapat pendapat yang 4). Paham Kemajemukan ; 5) Paham Struktural;
beragam mengenai pemetaan pendekatan 6) Paham Perkembangan. Riswandha Imawan
politik. Membagi empat pendekatan yakni (1). Sistem Sosial, Sistem Politik dan Sistem
tradsional (yuridis dan institusional); 2). Administrasi Negara membagi tiga keluarga
Pendekatan perilaku; 3) pendekatan psca besar pendekatan politik; 1). Tradisional; 2).
perilaku; 4). Pendekatan Neo Marxis.Miriam Tingkah laku, dan 3). Pilihan Rasional.
Budiarjo, Demokrasi di Indonesia, (Jakarta, Sementara, Pratikno dalam artikelnya Melacak
Gramedia, 1999), hlm. 57. David After. Ruang Kajian Pemerintahan dalam Ilmu Politik:
Pengantar Analisa Politik, Jakarta, Sebuah Riset Awal, membagi enam pendekatan
LP3ES,1985, hlm.13. Membagi penekatan ilmu
17
Jurnal Ilmu Pemerintahan Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
tiga pendekatan saja dalam ilmu hegemonik dan nyaris tak memberi
politik. Dengan asumsi bahwa tempat bagi lahirnya ide-ide baru.
pendekatan formal dan tradisional Dalam konteks inilah pendekatan
digabungkan menjadi satu dengan behavioralisme ingin dibicarakan
nama pendekatan klasik ditambah Gambaran pendekatan behavioralisme
pendekatan behavioral dan pendekatan bisa dilacak dalam sejarah kemunculan
post-behavioral. Dengan melihat hasil dan perkembangannya dalam ilmu
pemetaan yang tawarkan I Ketut Putra politik. Kemunculan behavioralisme
Erawan jauh lebih maju ketimbang tidak hanya membawa
Ambong. Terlepas dari inovasi/perbaikan terhadap pendekatan
tradisionalis. Tetapi juga ingin berbeda
politik yakni (1). Pendekatan Normatif dalam hal metode yang digunakan,
atau Filsafat Politik. 2). Pendekatan aliran pemikiran yang dianut, objek
kelembangaan formal negara. 3). yang dijadikan kajian, basis
Pendekatan perilaku. 4). Pendekatan pengetahuan serta preferensi ilmiah
teori negara. 5). Pendekatan Diskursus lainnya. Dengan kata lain, semangat
dan, 6). Pendekatan feminisme. Jurnal perbedaan yang dia bawa merupakan
Transformasi, Vol. 1. No.1 September pukulan yang akan berdampak
2003. hlm. 17-19. Selanjutnya David merugikan para pendukung
Marsh and Gerry Stoker dalam Theory pendekatan tradisionalis serta juga
and Methods in Political Science menjadi awal dari sebuah
(2002), menyebutkan tujuh pendekatan kehancurannya.
ilmu politik yakni, Pendekatan Mengapa kehancuran? Karena
Tingkah Laku, 2). Pendekatan Pilihan kehancuran merupakan bahasa
Rsional. 3). Pendekatan kelembagaan. provokatif yang pantas dialamatkan
4). Pendekatan Feminisme. 5). kepada para pendukung pendekatan
Pendekatan Interpretasi. 6). tradisional. Yang pada perkembangan
Pendekatan Marxisme dan, 7). selanjutnya terjadi penjungkirbalikkan
Pendekatan paradigmatik sebagaimana terlihat
Normatif. dalam table 1.
4
I Ketut Putra Erawan, Materi Tabel 1
Perkuliahan Skope dan Metodologi Perbandingan Tradisional versus
Ilmu Politik Tahun Ajaran 2006/2007. Behavioralisme
keunggulan I Ketut Putra Erawan dan
ketertinggalan Ambong dalam Dari Ke Behavioralis
mengikuti trend perkembangan ilmu Tradisionalis
politik. Namun satu hal yang pasti Mengaitkan Pemisahan fakta
yakni kita bisa belajar dari antara fakta dan nilai
temuantemauan mereka. Karena saya dan nilai;
yakin bahwa setiap pendekatan politik Penilain segi Penelitian empirik
lahir dari proses dan pergumulan filsafat
intelektual yang cukup panjang, Kualitatif Kuantitatif
melelahkan dan penuh dengan Menekankan Menekankan
pencarian pendekatan yang terbaik aspek sosiologispsikologi
dalam ilmu politik. Pendekatan yang historiesyuridis
baik dalam ilmu politik adalah Anti positivis Positivis
pendekatan yang selalu dipertanyakan, Fokusnya Fokus pada
digugat, digoyahkan, bahkan struktur formal struktur formal dan
diruntuhkan karena terlanjur fungsi informal

18
Jurnal Ilmu Pemerintahan Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Menguraikan Menjelaskan dominannya, maka kemudian
Etnosentrik: Etnosentrik; terjadilah revolusi pengetahuan
fakus pada khususnya pada sebagaimana biasanya terjadi dalam
Negara model Anglo- ilmu-ilmu alamiah3.
demokratis di Amerika
Eropa Sebenarnya Afan menjelas
Diolah dari, Miriam Budiarjo, kerangka pikir Kuhn dalam konteks
Demokrasi di Indonesia, (Jakarta, ilmu politik. Model kerangka pikir
Gramedia, 1999),hlm.65; A Kuhn dikenal sebagai berikut:
Hoogerworf Politikologi, (Jakarta:
Erlangga,1985)hlm. 27; Ibrahim ParadigmaNormanScienceAnoma
Ambong Memahami Pendekatan li Krisis RevolusiParadigma4
Tingkah Politik Jurnal Ilmu Politik,
No.13/1993. hlm.25. PERALIHAN DARI
TRADISONALIS KE
Penjungkirbalikkan paradigma dari BEHAVIORALISME
tradisionalis ke behavioralis tidak
berjalan secara akumulatif Pergeseran paradigma dari tradisional
sebagaimana dipahami oleh ilmuwan ke behavioralis bukanlah tanpa
melainkan terjadi secara revolusi pergolakan. Mengingat pendekatan
meminjam bahasa Thomas Kuhn2. tradisional menurut sejarahnya pernah
Dikatakan revolusi mengutip pendapat mendominasi sebagian besar
Afan Gaffar; pemikiran politik hingga pada
Karena dianggap mampu menolak dan selesainya PD ke2. Dominasi
menjungkirbalikkan semua metode dan pendekatan tradisional cukup besar
prosedur kerja dalam ilmu politik yang pengaruhnya karena pendekatan ini
sudah lama diyakini oleh kalangan disokong oleh ilmuwan pemikir seperti
ilmuwan politik pada masa itu. Kaum Leo Strauss, Eric Voegelin, John
behavioralisme percaya bahwa ilmu Hallowell dan Russell Kick5.
politik sudah mampu menjadi ilmu Kebesaran sang tokoh
yang normal sebagaimana ilmuilmu dan pengaruh kuat pendekatan
lainnya sehingga ilmu politik dapat tradisional tak bisa tertandingi
disejajarkan dengan ilmu alamiah. lagi oleh pendekatan
Dengan revolusi behavioralisme maka apapun. Logika
ilmu politik memiliki paradigma ini dibenarkan Ambong
sebagaimana dipersyaratkan oleh dengan
sebuah ilmu normal. Dan apabila mengatakan bahwa;
anomali ini telah berhasil menolak pendekatan behavioralis yang sudah
sebuah teori yang sudah demikian lahir pada tahun 1920-an hingga

2
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Berparadigma Ganda, Sosialogi
(Jakarta,Rajawali,1985), hlm.4.
3
Afan Gaffar Dari Negara Ke Negara Modern,
Perubahan Paradigmna dalam Ilmu Politik
dalam Sukandirrumidi dkk (peny) Kumpulan (Jakarta; Prenada
Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu-ilmu Media,2004),
Sosial dan Humaniora, (Jogyakarta: UGM 5
A Hoogerworf Politikologi, (Jakarta:
Press, 2004), hlm. 383.
4
Erlangga,1985), hlm. 26
George Ritsez dan Douglas Goodman Teori

19
Jurnal Ilmu Pemerintahan Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
tahun 1949 belum tampak jelas, dalam disambut dengan hangat oleh Miriam
arti apakah pendekatan ini mampu Budiarjo. Bagi Miriam, tidak ada
menjadi kenyataan untuk gunanya membahas lembaga-lembaga
menggantikan pendekatan formal karena tidak banyak
behavioralism6. memberikan informasi mengenai
proses politik yang sebenarnya.
Sekalipun ketidakjelasan masih Bahkan lebih bermanfaat jika
menghantui para pemikir behavioralis. mempelajari manusia serta perilaku
Namun rangkaian kritik dan respon politiknya. Kalau pun membahas
dari kaum behavioralisme sebagai lembaga formal negara, lembaga itu
akibat dari ketidakmampuan cenderung hanya dipandang sebagai
pendekatan tradisionalis dalam kerangka bagi berperannya individu8.
menangkap realitas yang berkembang Mencermati sejumlah
dalam masyarakat kian genjar. Hal ini, kritik terhadap pendekatan
diamini oleh Mary Greisez Kweit dan tradisional sudah barang tentu
Robert W Kweit dalam bukunya berimplikasi pada pudarnya
Konsep dan Metode Analisas Politik. pengaruh yang dimilikinya.
Mary dan Robert menyebutkan dua Ketidakmampuannya menjawab
persoalan mendasar yang tengah fenomena politik yang berkembang
dihadapi oleh penganut pendekatan menunjukkan bahwa pendekatan ini
politik tradisionalis. semakin merosot wibawanya.
Pertama, selama periode Perang Kemorosotan semacam ini sangat
Dunia ke-2 telah mulai ada reaksi dimungkinkan karena perkembangan
terhadap aspek-aspek legal fenomena jauh lebih cepat
pemerintahan. Pada masa itu ada dibandingkan dengan usaha kaum
beberapa kekuatan intelektual yang intelektual menjelaskannya. Dengan
cenderung mendorong ilmu politik kata lain, terlalu banyak gejala yang
menjauh dari studi yang semata-mata menarik, tetapi kaum intelektual
legalistik-normatif maupun teori dari pendekatan tradisional tidak mampu
teori murni normatif dan deduktif yang menjelaskannya9.
menjadi pusat perhatian disiplin pada Dari sinilah nampak limitasi
abad ke- pendekatan tradisional yang ditanggapi
19. Kedua, kekuatan fragmatisme yang Artur Benley dengan suara keras
sangat berpengaruh sangat kuat dalam dalam mengecam ilmu politik
ilmu politik. Fragmatisme yang tradisonal, yang dianggapnya mandul,
menitikberatkan bahwa ide-ide dan terlalu formalistis dan statis karena
tindakan-tindakan hanya dapat di tidak memberikan penekanan yang
evaluasi melalui hasilnya, bukan memadai kepada peneliti-peneliti
melalui logikanya, konsistensinya dan tentang prosessuatu konsep yang
seterusnya7.

Apa yang disampaikan oleh Mary


Greisez Kweit dan Robert W Kweit,

6
Ibrahim Ambong., op.cit. hlm. 22. 9
Riswandha Imawan dan Ichasul Amal Status
7
Mary Greisez Kweit dan Robert W Kweit Mutakhir Ilmu Politik dan Upaya Membangun
Konsep dan Metode Analisas Politik. (Jakarta: Martabat Manusia dalam Sofian
Bina Aksara, 1986). hlm. 13. Effendi, Sjahri Sairin dan Alwi Dahlan (ed)
8 Membangun Martabat Manusia, (Jogyakarta,
Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indoensia,
(Jakarta, Gramedia, 1999).hlm.62. UGM Press, 1996), hlm.455.

20
Jurnal Ilmu Pemerintahan Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
sejak itu telah diserap ke dalam ilmu dipahami untuk membantu
politik yang bersifat behavioral10. menjelaskan semua referensi yang
Kemampuan menyerap para ilmuwan berbau data subjektif, seperti
behavioral semacam itu digenapi pula tujuantujuan, keinginan-keinginan,
dengan kepandaian para ilmuwan emosi maupun ide-ide dari penelitian
politik berada di bawah pengaruh dan yang dipandang ilmiah. Dengan kata
teladan ilmu alam dimana mereka lain, tujuan riset behavioralisme adalah
mulai bisa membuat metode-metode untuk menjelaskan mengapa orang
yang bersifat kuantitatif dan lebih dari bertingkah laku politik seperti tampak
sekedar metode-metode yang bersifat pada tingkannya, dan mengapa,
kualitatif. sebagian akibatnya proses-proses dan
Hal ini membuat mereka mampu sistem-sistem politik berjalan seperti
menguraikan masalah-masalah yang yang mereka kerjakan12.
mereka hadapi secara lebih lengkap, Perlu pula ditambahkan bahwa
serta memecahkannya dengan behavioralisme tidak hanya
penafsiran secara lebih akurat14. Tetapi menyangkut tindakan-tindakan politik
juga, diarahkan menciptakan teori yang diobservasi tetapi juga persepsi,
eksplanasi dan prediksi. Yaitu teori motivasi dan komponen tingkah laku
yang bisa menjelaskan dan lainnya yang menunjukkan identitas
meramalkan. politik, tuntutan-tuntutan dan
Pendekatan behavioral juga secara harapanharapan seseorang atau
terang-terangan menyerukan suatu sekelompok orang serta sistem-sistem
pendekatan yang lebih empirik yang kepercayaan politiknya dan tujuan-
sistematis, temasuk perluasan skema- tujuannya. Meminjam istilah David
skema yang bersifat klasifikasi, Easton, inilah keutamaan dari
konseptualisasi pada beragam singkat pendekatan behavioralisme13.
abstraksi, penyusunan hipotesis dan Ungkapan Easton tentu saja penuh
pengujian hipotesis melalui data makna. Karena sumbangsih terbesar
empirik11 Easton terhadap behavioralisme
termuat dalam bukunya Kerangka
APAKAH BEHAVIORALISME ITU? Kerja Analisa Sistem Politik14. Easton
mengungkapkan dengan panjang lebar
Sekalipun istilah behavioralisme tentang apa yang menjadi dasar kerja
pertama kali igunakan oleh Frank dan keyakinan dari kalangan
Kent lewat bukunya behavioralism, antara lain:
Political Behavioral, the Heretofore Regulasi. Ada hal-hal yang muncul
Unwitten Laws Costoms, and the secara terutur dari perilaku politik pola
Principle of Politics as Practised in the manusia yang dapat ditemukan. Dan
Unite States. Namun pada hal itu dapat diekspresikan dalam
perkembangannya behavioralisme bentuk generalisasi ataupun teori
yang diambil dari ilmu psikologi dengan variable (esplanatory and

10 12
Seperti legislatif, proses yudikatif, proses Ibrahim Ambong., op.cit. hlm 23.
13
pembuatan keputusan, proses politik dan Ibrahim Ambong., ibid., hlm.23.
seterusnya S.P.Varma Teori Politik Modern. 14
David Easton Kerangka Kerja Analisa Sistem
(Jakarta: Rajawali Press), 1995. hlm.18 14 Politik, (Jakarta, Bina Aksara, 1984), hlm. 9-
S.P.Varma., ibid.hlm. 16. 10; Ambong, ibid, hlm. 24; Miriam Budiarjo,
11
Ronald Chilcote, Teori Pembandingan op.cit. hlm. 61-61.
Politik (Jakarta: Rajawali Grapindo Persada,
2003), hlm. 79.

21
Jurnal Ilmu Pemerintahan Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
predictive) yang jelas; politik secara logis mendahului usaha
Verification. Validitasi dari untuk memanfaatkan ilmu tersebut
generalisasi dan teoritisasi tersebut guna menyelesaikan masalah yang
secara prinsip haruslah dapat diuji praktis dalam masyarakat;
apakah sesuai dengan perilaku Integration. Karena ilmu sosial
politik sehari-hari; berurusan dengan keseluruhan dari
Techniques. Cara-cara dan mekanisme kehiupan manusia maka ilmu politik
bagaimana memperoleh data janganlah tidak hanya mengindahkan temuan dari
diterima begitu saja. Metode tersebut ilmu-ilmu lainnya, kecuali kalau hal itu
umumnya diperbaiki, dan divaliditasi mengganggu proses penelitian dan
sehingga diperoleh metode yang temuannnya.
tangguh untuk melakukan pengamatan, Pengakuan atas hal ini menempatkan
pencatatan dan analisis dari kembali ilmu politik pada posisinya
perilaku politik; seperti sediakala sehingga
Quantification. Ketepatan di dalam menempatkan ilmu politik sejajar
mencatat data dan menjelaskan tentang dengan ilmu-ilmu
temuantemuan memerlukan lainnya
pengukuran dan kuantifikasi. Akan
tetapi hal itu bukanlah semata-mata Delapan dasar kerja dan keyakinan
dilakukan demi kuantifikasi. Dalam memperkaya pendekatan ini sehingga
hal ini kuantifikasi diperlukan apabila dalam usahanya mengumpulkan data
memungkinkan dan dengan dasar sangat maju pesat. Para ilmuwan
objektivitas yang ada; behavioralis begitu antusias
Values. Evaluasi etis dan analisis mempelajari banyak aspek yang
empirik melibatkan dua proposisi yang semula tidak tertangkap dalam
berbeda dan secara analitik perlu pengamatan mereka. Bahkan
dipisahkan. Namun demikian, analisisnya pun bergeser dari lembaga
ilmuwan tidak dilarang untuk ke manusia atau pelaku (aktor), dari
mengajukan proposisi baik secara struktur ke proses. Para penganut
tersendiri atau merupakan kombinasi pendekatan ini tidak hanya
dari keduanya, sepanjang hal itu mempelajari lembaga-lembaga, tetapi
dilakukan dengan baner; juga manusia-manusia dalam lembaga
Systematization. Penelitian harus itu, bagaimana mereka menjalankan
dilaksanakan secara sistematik. Teori tugasnya, dan bagaimana mereka
dan penelitian merupakan dua hal yang memandang perilaku mereka sendiri.
saling kait ,mengkait yang merupakan Dalam rangka itu, pula muncul
satu kesatuan dari ilmu pengetahuan. penelitian mengenai rekrutmen politik,
Penelitian tanpa dituntun oleh teori kepemimpinan, masalah perwakilan,
maka bersifat trivial, sementara teori sosialisasi politik dan seterusnya15.
tidak didukung oleh data tidak ada Keberhasilan beravioralisme sebagai
gunanya; sebuah paradigma bersamaan dengan
Pure Science. Aplikasi ilmu sama munculnya beberapa gejala lain di
pentingnya dengan pemahaman Amerika Serikat yang sangat
tentang teori karena keduanya menopang dan kondusif bagi
merupakan bagian dari kegiatan ilmu perkembangan ilmu politik itu sendiri.
pengetahuan. Akan tetapi memahami Adapun gejala tersebut menurut Afan
dan memberikan eksplanasi perilaku Gaffar adalah. Pertama, munculnya

15
Miriam Budiarjo, op.cit. hlm. 62.

22
Jurnal Ilmu Pemerintahan Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
kecenderungan untuk melakukan American Political Science
reseach survey dalam rangka Association
pengumpulan pendapat umum tentang (APSA), seperti David Trauman
sesuatu hal, terutama yang (1964), Gabrial Almond (1965-1966)
menyangkut Pemilihan Presiden, dan Robert Dahl (1966-1967).
Anggota Senat, Pemilihan Gubernur Posisi semacam itu tidak hanya
dan isu-isu tertentu yang sangat memberikan keuntungan. Tetapi juga
strategis bagi masyarakat Amerika. ada yang menjulukinya dengan sebutan
Kedua, yang ikut menopang bagi era yang dipandang oleh sebagian ahli
perkembangannya behavioralisme politik sebagai salah satu revolusi di
tersebut adalah dimanfaatkannya bidang studi politik yang mempunyai
kemajuan teknologi modern, terutama implikasi yang cukup besar. Afan
telepon dan komputer. Hal yang ketiga Gaffar secara tegas mengatakan bahwa
yang ikut memberikan andil bagi behavioralisme mampu membawa
munculnya revolusi behavioralisme perubahan yang besar dan sangat
adalah komitmen dari berbagai pihak, radikal terhadap ilmu politik. adapun
seperti kalangan swasta dan beberapa implikasi yang dimunculkan
pemerintah Amerika menyediakan oleh behavioralisme terhadap ilmu
dana yang diperlukan untuk peneltian. politik adalah;
Lembagalembaga pilantripos seperti Perbendaharaan istilah politik
Ford Foundation, Rockefeller berkembang dengan pesat.
Foundation dan lain-lannya dari Istilahistilah seperti input-
kalangan swasta dan Fulbright dari komversioutput merupakan sesuatu
Kongres Amerika memainkan peranan yang menarik dan baru bagi ilmuwan
yang sangat besar dalam menyediakan politik pada tahun 1950-an, demikian
dana16. juga dengan demandsupport-interest
aggregation, interest articulation,
IMPLIKASI SERTA KRITIK political sosializiation, political
YANG communication, political recruitment,
MENYERTAINYA rule making, rule application, rule
adjudication, system analisis, system
Perkembangan pendekatan theory dan seterusnya;
behavioralis semakin pesat seiring Sejumlah teori baru berhasil
dengan pencapaian statusnya sebagai dikembangkan. Sebagai contoh yang
suatu pendekatan dalam studi politik. sangat konkrit adalah theory of the
Ada banyak tokoh yang terkenal political system yang dikemukakan
dibidang ini. Sebutlah nama penganut oleh David Easton, dan juga Gabrial
behavioralis, seperti, V.O Key, David Almond. Demikian pula teori-teori
B Trauman, Gabrial Almond, Robert yang menyangkut elemen sistem
Dahl, Laswell, Herbert A Simon, politik seperti misalnya, sosialisasi
David Easton dan Hans Morgenthau17 politik, komunikasi politik, kelompok
tidak hanya itu. Pamor mendekatan kepentingan, dan sebagainya. Belum
behavioralism semakin berkibar lagi yang menyangkut teori tentang
dijagat peta pemikiran politik dengan teori perilaku politik secara individual
banyak para kaum behavioralis yang maupun kelompok;
menempati posisi kunci dalam Penyempurnaan metodologi. Dengan
behavioralisme kalangan ilmuwan

16 17
Afan Gaffar op.cit. hal. 387. Ibrahim Ambong., op.cit. hlm 21

23
Jurnal Ilmu Pemerintahan Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
politik semakin memiliki kepercayaan Apapun manfaat dari kuantifikasi, akan
diri yang sangat kuat dengan mencoba tetapi kuantifikasi itu tidak akan
mengembangkan metodologi yang mencapai hasil yang
lebih canggih. Pengukuran- sesungguhnya;
pengukuran yang merupakan salah satu memang benar bahwa setiap peneltian
syarat mutlak bagi kuantifikasi haris didukung oleh teori. Akan tetapi
semakin disempurnakan dengan kalangan behavioralis di dalam
menggunakan metode kerja dari ilmu- kenyataan teori dan konsep yang
ilmu lainya; mereka gunakan jauh melebihi
Ilmu politik mengalami perkembangan perkembangan data itu sendiri;
dengan pesat. Ilmu politik yang pada Di dalam banyak hal sejumlah
mulanya masih merupakan gejala persoalan politik melibatkan masalah
Amerika dan Eropa kemudian moral dan etika. Dengan demikian,
berkembang masih dengan pesat persoalan bahwa ilmu politik haruslah
melawati batas kedua benua tersebut. bebas nilai sangat sulit untuk dapat di
Di beberapa Universitas Asia, Afrika pertanggungjawabkan;
dan Amerika Latin muncul pengkajian Pendekatan yang bersifat interdispliner
ilmu politik yang dilakukan dengan memang sangat diperlukan. Akan
cara yang sistematis dan dengan tetapi hendaknya diperhatikan bahwa
penelitian yang sangat luas18. jangan sampai karena pendekatan yang
seperti itu maka mengakibatkan setiap
Selain Afan, Meriam juga mencatat disiplin akan kehilangan identitas dan
betapa besar sumbangsih pendekatan jati dirinya19.
behavioralis terhadap perkembangan
studi ilmu perbandingan politik di Keberatan semacam itu terus
Amerika Serikat. bermunculan, dari berbagai pihak,
Sebesar apa pun dampak dan yaitu dari kaum tradisional, dari para
sumbangan yang diberikan post behavioralis dan dari para neo
behavioralisme terhadap Marxis. Ilmuwan tradisional
perkembangan ilmu politik bukan menyerang behavioralisme dengan
berarti tanpa kritik. Sejumlah kalangan argumen bahwa behaviralisme terlalu
ilmuwan politik sendiri menyodorkan sterial, karena menolak untuk
keberatan terhadap pendekatan memasukkan nilai-nilai dan
behavioralisme itu sendiri. Somit dan normanorma dalam penelitian. Mereka
Tannehaus (1967) mengidentifikasi tidak berusaha mencari jawaban atas
beberapa keberatan-keberatannya pertanyaan yang mengandung nilai,
tersebut, antara lain: semisal apakah sistem politik
Ilmu politik tidak dapat, dan tidak akan demokrasi baik atau tidak? Juga
dapat menjadi sains dalam artian yang lontaran kritik bahwa pendekatan
sebenarnya; behavioralis tidak mempunyai
Perilaku manusia yang nampak hanya relevansi politik dan buta terhadap
memperlihatkan sebagian dari gejala. masalah-masalah sosial20.
Orang-orang anti behavioralisme Lebih lanjut disebutkan bahwa
percaya bahwa bagia yang terbesar dari pendekatan behavioralis juga
kehidupan manusia adalah yang tidak menimbulkan kecaman atas
tampak; tindakannya yang memisahkan antara

18 20
Afan Gaffar,. op.cit. hlm. 387-388. Miriam Budiarjo, op.cit. hlm.65.
19
Afan Gaffar,. Ibid. hlm. 488-389.

24
Jurnal Ilmu Pemerintahan Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
ilmu politik dengan filsafat politik; fenomena. Karena itu, sikaptolak
bahwa ia mengingkari kemungkinan terima rasional oleh the scientif
suatu ilmu politik praktis; bahwa ia community adalah suatu gerak maju
menggantikan bahasa politik yang di dalam kultur keilmuan suatu
biasa dengan suatu kamus teknis; dan bangsa22.
bahwa ia mempunyai kriteria untuk
hal-hal yang eksak, tetapi tidak untuk BAGAIMANA DI INDONESIA?
relevansi21.
Sekalipun behavioralismne banyak Jika Afan mengatakan bahwa
dihujani kritik karena limitasi yang behavioralisme telah berhasil melintasi
melekat pada dirinya. Bagi Afan tidak benua dan pengaruhnya terlihat di
jadi soal. Pasalnya pendekatan sejumlah Universitas yang dibarengi
behavioralisme telah mampu dengan munculnya sejumlah pusat
mewujudkan sebuah sejarah baru kajian atau mata kuliah yang sangat
dalam ilmu politik dengan prestasi dipengaruhi oleh pemikiran
yang sangat mengangumkan dan behavioralisme tentu saja ada
sampai sekarang pun juga masih belum benarnya. Jejak behavioralisme
bisa dilepaskan dari jejaknya dalam semacam ini mulai terasa di Indonesia
ilmu politik. setelah banyak sarjana-sarjana ilmu
Behavioralisme sebagai sebuah politik yang belajar di luar negeri
pendekatan telah berhasil mengundang terutama di Amerika Serikat kembali
segenap perhatian para ilmuwan sosial ke tanah air dengan membawa banyak
dan politik serta khalayak ramai. Baik literatur 2324 yang tidak lagi bersifat
yang mendukung maupun yuridis tetapi sangat behavioralis.
menolaknya. Sebab ilmu pengetahuan Nuansa yang bersemangatkan
hanya bisa hidup bila suatu penemuan behavioralistik sebagaimana
ditolak, lantas dicari gantinya. Ilmu diutarakan di atas sangat baik direkam
hanya bisa dikembangkan kalau suatu oleh Alfian dalam bukunya Ilmu
penemuan diterima dan dipakai sampai Politik di Indonesia. Ia menulis dengan
suatu saat ia lekang terkuras zaman, memulai kata:
dan hilang kemampuannya Sebagaimana dapat dilihat, ada
menjelaskan banyak mata kuliah sangat
21 22
A Hoogerworf., op.cit. hlm. 26. Serangan Vedi Haiz Politik, Budaya dan Perubahan
terus berlanjut terhadap pendekatan pendekatan Sosial, (Jakarta: Gramedia dan Yayasan
Behavioralis dengan mengatakan: (1) Bahwa SPES,1992), hlm. vi.
23
ilmu politik sangat kompleks, untuk
memungkinkan konstruksi generalisasi ilmiah
Alfian
yang mengindikasikan penyebab dan akibat; (2)
mereka menyatakan bahwa manusia bertindak
dan
atas dasar kemauan bebas, dan karenanya
tidaklah mungkin untuk mengindentifikasi Hidayat
penyebab-penyebab perilaku itu; (3). Mereka
menunjukkan fakta bahwa manusia berperilaku Mukmin (ed)
berbeda bila mereka itu mengetahui akan Perkembangan Ilmu Politik di Indonesia serta
menjadi pusat studi, oleh karena itu apa yang Peranannya dalam Pemantapan Persatuan dan
diobservasi oleh ilmuwan tidaklah nyata-nyata Kesatuan Bangsa, (Jakarta: Rajawali,
24
merupakan cerminan yang akurat dari perilaku ), hlm. 5,
manusia; Mary Greisez Kweit dan Robert W
Kweit, op.cit. hlm. 17.

25
Jurnal Ilmu Pemerintahan Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
dipengaruhi oleh mereka dengan Bila saya berhadapan dengan
berusaha untuk menerapkan kesenjangan antara teori dan fakta
pendekatanpendekatan sosiologis maka saya akan lebih mempercayai
pada studi ilmu politik, dan sampai fakta daripada teori. Asumsinya ada
derajat tertentu juga menghadirkan dua. Pertama, saya tidak percaya
pendekatan psikologis. Di kalangan bahwa sesuatu bisa terjadi tanpa ada
sarjana ilmu politik, kedua pendekatan sebab-sebab awalnya. Segala sesuatu
itu sangat empirik dan sangat diminati pasti ada penyebabnya. Karena itu,
oleh para ilmuwan politik yang ingin untuk dapat membangun satu model
belajar pada studi tingkah laku penjelasan yang memadai,
25
politik . pengamatan terhadap fakta yang
muncul setiap saat harus dilakukan.
Pada level yang lebih praksis, argumen Kedua, politik dimainkan oleh tingkah
Alfian bisa ditelusuri secara empirik laku individu yang pada akhirnya
melalui kurikulum pendidikan mempengaruhi pembentukan satu
perguruan tinggi yang tersebar di bumi politik26.
Indonesia. Hampir semua perguruan
tinggi negeri maupun swasta yang Penjelasan Riswandha menunjukkan
memiliki fakulatas ilmu sosial dan bahwa betapa dalamnya pengaruh
ilmu politik secara jelas membuat behavioralisme dalam pembentukan
matakuliah yang berbau intelektual di dunia kampus.
behavioralisme, misalnya Sistem Penyebaran ide-ide ataupun gagasan
Sosial Indonesia, Sistem Politik lewat kampus sangat efektif
Indonesia. Pemilu dan Kepartaian, pengaruhnya dan semakin kokoh
Perilaku Memilih, Metode Kuantitatif fondasi sekaligus sangat banyak
dan seterusnya. Kesemuanya ini penganutnya. Keyakinan dan
merupakan pelembagaan paham kepercayaan bersama atas keunggulan
behavioralisme di tanah air. pendekatan behavioralisme dalam
Pelembagaan matakuliah yang berbau komunitas ilmuwan tak bisa diragukan
behavioralisme di universitas bisa juga lagi. Keyakinan semacam inilah yang
dibaca sebagai bagian dari membuat Afan berkomentar dengan
keberhasilan para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa bagi orang yang
dalam mendidikan sarjana-sarjana pernah menyaksikan bagaimana ilmu
politik Indonesia. Tak bisa dipungkiri politik tahun 1960-an dan tahun
meningkatnya pangaruh ahli-hali ilmu 1970an tentu saja harus mengakui
politik Amerika mencapai sekitar 75% dengan sejujurnya bahwa
sampai 80% dari seluruh dunia ahli behavioralisme telah memberikan
politik yang ada di dunia. Karena itu, kontribusi yang sangat besar terhadap
menarik untuk dikedepankan pengaruh kemajuan ilmu politik 27 termasuk di
ilmuwan Amerika terhadap sarjana Indonesia***.
politik Indonesia dengan bersandar
pada basis argumentasi Riswandha Daftar Pustaka
Imawan. Riswandha mengatakan:

25 26
Alfian dalam bukunya Ilmu Politik di Riswandha Imawan, Membedah Politik
Indonesia. (Jogyakarta: UGM Press, 1982), Orde Baru, (Jogyakarta; Pustaka Pelajar),
hlm.34. 1997. hlm.viii.
27
Afan Gaffar,. op.cit. . hlm. 389.

26
Jurnal Ilmu Pemerintahan Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Alfian 1982. Ilmu Politik di Indonesia. Kweit, Mary Greisez dan Robert W
Jogyakarta, UGM Press. Kweit.1986. Konsep dan Metode
Alfian dan Hidayat Mukmin (ed) Analisas Politik. Jakarta, Bina Aksara.
1985). Perkembangan Ilmu Politik di Ritzer, George. 1985. Sosiologi Ilmu
Indonesia serta Pengetahuan Berparadigma
Peranannya dalam Pemantapan Ganda, Jakarta, Rajawali.
Persatuan dan Kesatuan Bangsa, Ritsez, George dan
Jakarta, Rajawali. Goodman, Douglas. 2004.
After, David. 1985. Pengantar Analisa Teori Sosialogi Modern, Jakarta;
Politik, Jakarta: LP3ES. Prenada Media.
Ambong, Ibrahim. Varma S.P. 1995. Teori Politik
Memahami Pendekatan Modern. Jakarta, Rajawali Press.
Tingkah Politik Jurnal
Ilmu Politik, No.13/1993.
Budiarjo, Miriam.1999. Demokrasi di
Indonesia, Jakarta, Gramedia.
Chilcote, Ronald. 2003.
Teori Pembandingan Politik,
Jakarta, Rajawali Grapindo Persada.
Erawan, I Ketut Putra, Materi
Perkuliahan Skope dan Metodologi
Ilmu Politik Tahun Ajaran 2006/2007.
Easton, David. 1984. Kerangka Kerja
Analisa Sistem Politik, Jakarta, Bina
Aksara.
Gaffar, Afan 2004. Dari Negara Ke
Negara Perubahan Paradigmna dalam
Ilmu Politik dalam Sukandirrumidi
dkk(peny) Kumpulan Pidato
Pengukuhan Guru Besar Ilmu-ilmu
Sosial dan Humaniora, Jogyakarta,
UGM
Press.
Hoogerworf, A. 1985. Politikologi,
Jakarta: Erlangga.
Haiz, Vedi.1992. Politik, Budaya dan
Perubahan Sosial, Jakarta,
Gramedia dan Yayasan SPES.
Imawan, Riswandha. 1997. Membedah
Politik Orde Baru, Jogyakarta; Pustaka
Pelajar.
Imawan Riswandha dan Ichasul Amal.
1996. Status Mutakhir Ilmu Politik
dan Uapaya Membangun Martabat
Manusia dalam Sofian
Effendi, Sjahri Sairin dan Alwi
Dahlan (ed) Membangun Martabat
Manusia, Jogyakarta, UGM Press.

27

Anda mungkin juga menyukai