Anda di halaman 1dari 38

Policy Brief: Urgensi Kebijakan Penyesuaian Biaya Operasional Pendidikan Bagi

Mahasiswa Universitas Indonesia Berdasarkan Dampak COVID-19 pada


Kesejahteraan Mahasiswa

EXECUTIVE SUMMARY

Kajian ini membahas mengenai urgensi kebijakan penyesuaian biaya pendidikan akibat dampak
dari pandemi COVID-19 terhadap kesejahteraan mahasiswa Universitas Indonesia yang dilihat
berdasarkan komponen-komponen yang memengaruhi besaran Biaya Pendidikan UI, yaitu indikator
peran dan signifikansi biaya pendidikan, dampak pandemi COVID-19 terhadap kondisi keuangan UI,
dampak pandemi COVID-19 terhadap kesejahteraan mahasiswa UI, dan kebijakan yang sudah
diterbitkan oleh Kemendikbud terkait penyesuaian Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebagai respon
terhadap permasalahan ekonomi selama pandemi COVID-19. Kemudian, melalui Surat Edaran Rektor
Universitas Indonesia No. SE-703/UN2.R/OTL.09/2020 Tentang Kewaspadaan dan Pencegahan
Penyebaran Infeksi COVID-19 di Lingkungan Universitas Indonesia membuat kegiatan belajar
mengajar yang semula dilaksanakan dalam bentuk kuliah tatap muka diubah menjadi Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) terhitung sejak hari Rabu, 18 Maret 2020, hingga berakhirnya semester genap Tahun
Ajaran 2019/2020.

Perubahan tersebut tentu berimplikasi terhadap kegiatan perkuliahan secara signifikan, tidak
terkecuali berkaitan dengan kegiatan akademik dan kemahasiswaan yang penyelenggaraanya didanai
oleh UKT. Manfaat dari pembayaran UKT meliputi penggunaan fasilitas kampus, pelaksanaan kegiatan
kemahasiswaan, dan pembelajaran secara langsung dirasa tidak optimal selama pandemi ini. Secara
umum, terdapat beberapa kegiatan perkuliahan dan ujian menjadi tertunda. Adapun penundaan praktik
lapangan menjadi penghambat mahasiswa tingkat akhir dalam pengambilan data lapangan karya
ilmiahnya, sehingga dalam hal ini berpengaruh terhadap penetapan kelulusan mereka. Berdasarkan hasil
jaring aspirasi yang dilakukan oleh Adkesma BEM se-UI, pandemi COVID-19 berpengaruh secara
signifikan terhadap kondisi ekonomi dan akademik mahasiswa UI. Sebanyak 82,8% responden dari
berbagai tingkat, fakultas dan program pendidikan lain juga merasakan bahwa pandemi COVID-19 ini
mempengaruhi kemampuan dalam membayar BOP semester ganjil periode 2020/2021, adapun alasan
tersebut disebabkan oleh adanya pendapatan orang tua yang menurun, kebutuhan untuk kuota internet
bertambah, penanggung biaya pendidikan kehilangan pekerjaan, adanya kebutuhan insidental lain, dan
sebagainya. Meskipun saat ini, Pihak UI memang sudah memfasilitasi dan menerbitkan kebijakan dalam
menghadapi pandemi COVID-19, seperti kebijakan penyesuaian biaya pendidikan untuk mahasiswa
yang sedang mengerjakan tugas akhir dan perpanjangan masa studi semester genap periode 2019/2020,
namun pada realitanya sebanyak 84% responden mahasiswa UI merasa tidak puas akan kebijakan yang
telah UI keluarkan sebab kurangnya keterlibatan mahasiswa dalam pengambilan kebijakan tersebut. Hal
ini menunjukkan jika perlunya dikeluarkan kebijakan-kebijakan lainnya yang dapat menunjang
mahasiswa UI saat melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh di tengah situasi Pandemi COVID-19.
Selain itu, penting juga adanya aspirasi dari para mahasiswa UI dalam setiap kebijakan yang akan
diambil.
PENDAHULUAN

Tahun 2020 boleh jadi dinobatkan sebagai tahun paling kelam dalam kurun waktu lima
tahun terakhir. Pandemi COVID-19 membawa berbagai masalah yang perlu diselesaikan.
Sebagai virus yang memiliki kecepatan persebaran yang tinggi, berbagai kebijakan telah
dilakukan untuk menghentikan peredarannya dan meminimalisasi dampak dalam berbagai
sektor, baik itu kesehatan, perekonomian, bahkan pendidikan. Di sektor perekonomian,
pelemahan ekonomi di sektor riil dan finansial tidak dapat dihindari. Pemerintah dalam hal ini
memerlukan stimulus untuk setidaknya mencegah hal yang paling buruk terjadi. Sejauh ini,
pemerintah mengeluarkan dua stimulus yang berfokus pada jangka panjang dan pendek. Dalam
jangka pendek, adanya tambahan anggaran untuk kesehatan dan percepatan realisasi bantuan
sosial. Pada jangka panjang, pemerintah berencana untuk mendorong aktivitas ekonomi melalui
beberapa insentif, seperti insentif perpajakan dan relaksasi kredit. PDB tahun 2020 juga
diprediksi akan mengalami kontraksi sebesar 2,4-2,6% karena banyaknya sektor yang terkena
dampak dari pandemi COVID-19 ini.1
Selain itu, terdapat fenomena supply-demand shock. Terganggunya produksi barang
input di beberapa negara importir utama mengganggu proses produksi perusahaan domestik
dan secara langsung telah menciptakan shock dari sisi produksi. Sedangkan dari sisi
permintaan, himbauan untuk membatasi interaksi fisik demand-shock. Hal ini dikarenakan
pembatasan interaksi ini mempengaruhi secara langsung jumlah permintaan (seperti
berbelanja) sehingga tidak terjadi aktivitas jual-beli.2
Tak hanya di sektor perekonomian, pandemi COVID-19 juga berdampak pada sektor
kesehatan. Per 27 Juni 2020, tercatat 51.427 kasus positif dan 2.683 meninggal di Indonesia
akibat COVID-19. Provinsi Jawa Timur menempati provinsi terbanyak kasus positif sebanyak
10.901, disusul Provinsi DKI Jakarta 10.796 kasus, dan Provinsi Sulawesi Selatan 4.497 kasus.
Hingga kini, kurva laju pergerakan kasus COVID-19 di Indonesia pun belum menunjukkan
tanda-tanda penurunan. Di samping itu, fasilitas kesehatan di Indonesia pun juga terpukul
dalam menghadapi pandemi COVID-19. Sebagai contoh, menurut Presiden

1 LPEM FEB UI. (2020). Macroeconomic Analysis Series: Indonesia Economic Outlook Triwulan II-2020. Jakarta:
LPEM FEB UI.
2 Ibid.
Joko Widodo dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional pemenuhan kebutuhan
95% alat kesehatan serta bahan baku obat masih impor.3 Hal ini diperparah dengan rendahnya
rasio jumlah tempat tidur di rumah sakit dibanding total penduduk. Di Indonesia, rasio tersebut
sekitar 1,2 yang artinya bahwa hanya tersedia 1,2 tempat tidur bagi 1.000 penduduk. Tentunya
hal ini ironis dan menandakan fasilitas kesehatan Indonesia masih minim dan timpang
dibanding negara lain.
Selain itu, sebagai imbas dari virus corona yang menyebar dengan sangat cepat,
pemerintah dengan segera mengambil langkah dengan mewajibkan adanya social and physical
distancing dimulai sejak pertengahan bulan Maret lalu demi memutus rantai penularan COVID-
19. Oleh karena itu, aktivitas-aktivitas masyarakat di luar rumah mulai mengalami penurunan.
Tempat-tempat umum maupun tempat ibadah menjadi sepi pengunjung, agenda-agenda massa
dihilangkan, hingga para pekerja di beberapa institusi diwajibkan untuk bekerja di rumah.
Sebenernya, tidak hanya pekerjaan saja yang dilakukan secara daring, sekolah dan
kampus pun ikut dibuat daring. Pembelajaran tatap muka dihentikan serentak di Indonesia,
diganti dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dilaksanakan secara daring. Para siswa dan
mahasiswa terpaksa menjalani Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dari rumah masing-masing
terhitung sejak 16 Maret 2020. Berbagai macam kegiatan program studi komparatif ke luar
negeri (overseas) juga terpaksa harus dibatalkan. Selain itu, Presiden Jokowi dalam Rapat
Terbatas yang dilaksanakan pada Selasa (24/3) lalu memutuskan bahwa Ujian Nasional (UN)
di tahun ini resmi ditiadakan, mulai dari tingkat SD hingga SMA. Maka lengkap sudah, virus
corona memberikan dampak serius di sektor pendidikan akibat perubahan-perubahan drastis
dalam tempo yang cepat dan skala yang luas.
Sementara itu, pandemi COVID-19 juga memberikan dampak yang signifikan pada
keberlangsungan sektor pendidikan tinggi, yaitu pada proses belajar mengajar, penerimaan
mahasiswa baru, pembiayaan kuliah, dan lain-lain. Salah satu dampak yang paling dirasakan
ialah adanya perubahan aktivitas perkuliahan secara tatap muka menjadi kuliah daring

3 Hakim, Rakhmat Nur. (2020). Jokowi Akui Sektor Kesehatan Banyak Kekurangan, Tampak Saat Pandemi
COVID-19. Diakses dari : https://nasional.kompas.com/read/2020/04/30/14203761/jokowi-akui-sektor-
kesehatan-banyak-kekurangan-tampak-saat-pandemi-COVID-19
(online). Para mahasiswa terpaksa menjalani aktivitas perkuliahan di rumah masing-masing
dengan mengakses berbagai media daring yang membutuhkan koneksi internet.
Dalam melakukan evaluasi dan monitoring kegiatan perguruan tinggi selama pandemi
COVID-19, Kepala LLDikti Wilayah III, Prof. Agus Setyo Budi, mengatakan bahwa kendala
yang dihadapi oleh mayoritas mahasiswa adalah mengenai kuota internet dan pembiayaan
perkuliahan (SPP). Tidak sedikit orang tua mahasiswa yang pendapatannya terganggu karena
pandemi virus corona dan tidak memiliki jaminan atau tabungan untuk membayar biaya kuliah
di semester berikutnya. Sementara itu, kebutuhan untuk kuliah jarak jauh meningkat dikala
pandemi, seperti untuk membeli kuota internet bagi mahasiswa yang tidak memiliki koneksi
WiFi, serta kebutuhan logistik bagi mahasiswa yang tidak bisa kembali ke kampung
halamannya.
Oleh karena itu, keringanan pembayaran biaya kuliah dan subsidi kuota internet maupun
logistik menjadi hal yang sangat diperlukan bagi mahasiswa saat ini. Terlebih lagi, aktivitas
perkuliahan secara online membuat mahasiswa tidak dapat menggunakan fasilitas kampus,
yang merupakan kompensasi yang seharusnya mahasiswa peroleh dengan membayar uang
kuliah. Aktivitas perkuliahan daring juga sebenarnya membantu kampus untuk menghemat
biaya operasional, karena dapat menekan pengeluaran untuk membayar listrik dan internet.
Pada 19 Juni 2020 lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
meluncurkan tiga kebijakan untuk mendukung mahasiswa dan satuan pendidikan yang
terdampak pandemi COVID-19.4 Tiga kebijakan tersebut antara lain, pertama, Kebijakan
Penyesuaian UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang memiliki empat arahan kebijakan baru yaitu:
1. UKT dapat disesuaikan untuk mahasiswa yang keluarganya mengalami kendala finansial
akibat pandemi COVID-19.
2. Mahasiswa tidak wajib membayar UKT jika sedang cuti kuliah atau tidak mengambil
SKS sama sekali (misalnya: menunggu kelulusan).
3. Pemimpin perguruan tinggi dapat memberikan keringanan UKT dan/atau memberlakuan
UKT baru terhadap mahasiswa.

4 Kemendikbud. (2020). Kemendikbud Luncurkan Tiga Kebijakan Dukung Mahasiswa dan Sekolah Terdampak
COVID-19. Diakses dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/06/kemendikbud-luncurkan-tiga-
kebijakan-dukung-mahasiswa-dan-sekolah-terdampak-COVID19
4. Mahasiswa di masa akhir kuliah membayar paling tinggi 50% UKT jika mengambil ≤6
SKS.
Kebijakan kedua adalah Kebijakan Bantuan Pandemi Bagi Mahasiswa yang
dikhususkan bagi mahasiswa dengan kondisi keuangan yang terkena dampak pandemi.
Sedangkan kebijakan ketiga adalah Kebijakan BOS Afirmasi dan BOS Kinerja bagi SD, SMP,
SMA, SMK, dan SLB yang paling membutuhkan dan terdampak Pandemi COVID-19.

METODE PENELITIAN

Pandemi COVID-19 telah menimbulkan dampak baik dalam hal ekonomi, kesehatan,
maupun pendidikan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, dampak itu juga dirasakan
keuangan Universitas Indonesia (UI) dan kesejahteraan mahasiswanya. Mahasiswa dari
berbagai tingkatan dan program tidak dapat membayar BOP seperti biasa sebab fenomena
COVID-19 telah mempengaruhi berbagai sumber pendapatan mulai dari pekerjaan maupun
beasiswa. Sumber pendanaan untuk membayar BOP bagi sebagian orang bahkan masih belum
pasti, yang jelas adanya pandemi sudah pasti berdampak bagi seluruh mahasiswa terlepas dari
kondisi sosial dan ekonomi mereka. Pihak kampus sudah seharusnya menyesuaikan diri dengan
memberikan bantuan keringanan BOP, pemotongan BOP, atau perpanjangan tenggat
pembayaran sebagaimana keuangan UI disesuaikan dengan kondisi pandemi ini.

Metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan untuk membuktikan


dampak pandemi terhadap kesejahteraan mahasiswa Universitas Indonesia. Metode analisis
deskriptif merupakan penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
menggambarkan fenomena yang terjadi secara nyata, realistik, aktual, nyata dan pada saat ini. 5
Hal ini sejalan dengan tujuan ditulisnya policy brief ini untuk memberikan rekomendasi
kebijakan BOP berdasarkan keadaan nyata kesejahteraan mahasiswa selama pandemi. Tujuan
penggunaan metode analisis deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan antar

5Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research Approach. Yogyakarta:


Deepublish.
fenomena.6 Sehingga penyampaian keadaan ekonomi mahasiswa dan hubungannya dengan
fenomena pandemi akan dijelaskan menggunakan deskripsi-deskripsi pada bagian selanjutnya.
Penggunaan pendekatan kuantitatif ditujukan untuk menyimpulkan data dengan jumlah yang
besar secara intuitif dan efisien, hubungan sebab akibat, dan prediksi luaran berdasarkan data
dan model.7 Pendekatan ini dapat mendeskripsikan gambaran kondisi mahasiswa. Kondisi
mahasiswa sebagai hasil pengolahan data menggunakan metode dan pendekatan tersebut adalah
bukti terpengaruhnya kesejahteraan mahasiswa terhadap kondisi pandemi.

Metode analisis deskriptif yang digunakan memiliki kriteria umum dan khusus. Kriteria
umum yang dimaksud adalah rumusan masalah dan tujuan dengan menggunakan fakta-fakta
dan tidak terlalu luas, sementara kriteria khususnya adalah menyatakan data mengenai masalah
status dalam nilai berdasarkan variabel tanpa kontrol dan manipulasi.8 Rumusan masalah yang
digunakan berfokus pada bagaimana dampak pandemi terhadap kesejahteraan mahasiswa
dalam membayar BOP. Berdasarkan hal itu penulis policy brief ini telah memilih rumusan
masalah, menentukan tujuan, memberikan limitasi, menelusuri literatur yang relevan,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis statistik data, interpretasi hasil dengan
menghubungkannya ke pengaruh pandemi terhadap pembiayaan kuliah, generalisasi dan
deduksi temuan untuk rekomendasi

Informasi variabel-variabel hanya terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan


pembayaran BOP mahasiswa UI di saat pandemi saja untuk dijadikan dasar pembuktian
hipotesis bahwa kondisi pandemi berdampak terhadap kesejahteraan mahasiswa UI dalam
membayar BOP dan menjadikannya sebagai dasar rekomendasi kebijakan BOP sesuai tujuan
policy brief. Informasi tersebut merupakan data primer yang dikumpulkan dengan teknik
penelitian survei, yang kemudian informasi tersebut dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa

orang melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis.9 Kuesioner itu diisi secara daring oleh

6 Ibid, Hal. 1.
7Breunig, C., & Ahlquist, J. S. (2014). Quantitative methodologies in public policy. In Comparative Policy
Studies (pp. 109-129). London: Palgrave Macmillan.

8 Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

9 Rukajat,
A. (2018). Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research Approach. Yogyakarta:
Deepublish.
mahasiswa aktif UI yang dipastikan memiliki Nomor Induk Mahasiswa (NIM) atau NPM
sebagai representasi mahasiswa UI saat masa pandemi sekarang. Metode sampling yang
digunakan adalah cluster random sampling. Metode sampling tersebut digunakan karena
populasi mahasiswa dapat terbagi menjadi kelompok-kelompok yang relatif homogen dengan
unsur dari setiap kelompok bersifat heterogen, dari setiap kelompok itu sampel diambil secara
acak.10 Variabel bebas yang dimaksud adalah jenis program pendidikan dan biayanya per
semester, profesi pihak penanggung biaya dan kemampuan membayarnya yang terdampak
pandemi, penilaian dampak COVID-19 terhadap kegiatan akademik, dan saran kebijakan
terkait bantuan pendanaan dan adaptasi kegiatan akademik berikut penilaian kebijakan yang
sudah ada. Penggunaan variabel-variabel tersebut sebagai indikator dapat dilakukan
sebagaimana informasi tersebut dapat membuktikan bahwa kondisi pandemi berdampak
terhadap kesejahteraan mahasiswa UI sebagai variabel terikat dan harus digunakan sebagai
dasar penetapan biaya pendidikan.

Analisis dan interpretasi dari informasi hasil survei didukung oleh studi kebijakan-
kebijakan pembiayaan perkuliahan di Indonesia. Analisis deskriptif terhadap skor jawaban
responden akan diolah menjadi deskripsi dampak pandemi terhadap kegiatan akademik dan
pendanaan biaya kuliah. Fakta yang terjadi di lapangan ditunjukkan oleh berbagai keadaan
dengan frekuensi masing-masing. Studi kebijakan-kebijakan di Indonesia terkait penyesuaian
biaya kuliah yang didasari dinamika karena pandemi juga turut disertakan untuk menguatkan
hasil analisis. Deduksi temuan yang diperoleh selanjutnya dijadikan sebagai rekomendasi
kebijakan.

PEMBAHASAN

I. Fungsi dan Signifikansi Biaya Pendidikan

Secara luas, pendidikan dimaknai sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan


fundamental secara intelektual dan emosional manusia sepanjang hidupnya, sedang dalam arti
yang lebih sempit pendidikan didefinisikan sebagai proses menempuh pembelajaran bagi
peserta didik dalam lembaga pendidikan formal (Dewey 2001). Di Indonesia, peraturan dasar

10 Marsden, P. V., & Wright, J. D. (Eds.). (2010). Handbook of survey research. London: Emerald Group
Publishing.
mengenai pendidikan formal diatur dalam pasal 31 UUD 1945, yang kemudian dijabarkan
dalam Pasal 31 ayat (2) berbunyi, “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.”

Dalam hal ini, kendati terdapat kewajiban negara untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membiayai pendidikan dasar, Mahkamah Konstitusi melalui Putusan No. 136/PUU-
VII/2009 menerangkan bahwa kewajiban pemerintah tersebut tidak ditafsirkan dengan
ditanggungnya seluruh biaya pendidikan secara penuh oleh negara dan menolak peran serta
masyarakat.11 Oleh karena itu pada prinsipnya, apabila dana APBN yang dianggarkan
pemerintah kurang dari yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pendidikan, maka institusi
diperbolehkan memungut biaya pendidikan dari pemerintah daerah, masyarakat, atau peserta
didik selama menganut prinsip keseimbangan yaitu ditujukan kepada yang mampu dan
dibebaskan bagi yang tidak mampu.12 Biaya yang dibebankan kepada peserta didik ini disebut
biaya pendidikan (BP) atau dalam pendidikan tinggi juga sering diistilahkan dengan Uang
Kuliah Tunggal (UKT). Menurut Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Bab II Pasal 3 ayat b, pengelolaan pendidikan
ditujukan untuk menjamin mutu dan daya saing pendidikan serta relevansinya dengan
kebutuhan dan/atau kondisi masyarakat. Dengan demikian, aspek pembiayaan pendidikan ini
pada hakikatnya dimaksudkan untuk meningkatkan mutu dan standar layanan pendidikan.

Selain prinsip keseimbangan, prinsip lain yang juga perlu diterapkan dalam hal
pemungutan biaya pendidikan adalah nirlaba dan proporsional. Yang dimaksud nirlaba adalah
seluruh sumber dana dan penghasilan institusi termasuk biaya pendidikan hanya boleh
digunakan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan pendidikan. 13 Prinsip
nirlaba membatasi insentif bagi pemilik institusi pendidikan untuk menetapkan biaya
pendidikan yang tinggi dan memberatkan peserta didik, karena penggunaan BP hanya berputar
pada roda peningkatan kualitas dan tidak boleh digunakan untuk mendapatkan laba atau
keuntungan. Selanjutnya prinsip proporsional, artinya setiap institusi pendidikan harus

11 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Putusan No. 136/PUU-VII/2009, hlm. 378.

12 Ibid, hlm. 387.

13 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


menetapkan tarif pendidikan dengan mempertimbangkan kemampuan bayar peserta didik.
Dalam pendidikan tinggi, hal ini secara terang disebutkan dalam ketentuan 85 ayat (2) UU No.
12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Dikti) bahwa:

“Pendanaan Pendidikan Tinggi dapat juga bersumber dari biaya Pendidikan yang
ditanggung oleh Mahasiswa sesuai dengan kemampuan Mahasiswa, orang tua
Mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya.”

Prinsip ini bertujuan agar mahasiswa tidak terbebani oleh biaya kuliah diluar
kemampuannya dan menyelenggarakan fungsi Pendidikan Tinggi yang terjangkau bagi
masyarakat sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 65 ayat (4) UU No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi (Dikti). Dalam pendidikan tinggi, ketentuan pengelolaan universitas
secara umum diatur melalui UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Dikti). Dalam
pasalnya juga dijelaskan pemberian khusus otonomi yang lebih luas kepada beberapa institusi
pendidikan tinggi termasuk dalam hal pengelolaan keuangan yang implementasinya adalah
Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH). Dalam Perguruan Tinggi Negeri (PTN),
alokasi dana pendidikan dianggarkan melalui pembagian APBN sedangkan untuk PTN BH,
alokasi dana diberikan dalam bentuk subsidi. Hal ini dikarenakan PTN BH dapat memanfaatkan
kekayaan lain berupa tanah, hasil usaha dan pemanfaatannya menjadi pendapatan. Oleh karena
itu, pedoman teknis dan standar penetapan tarif biaya pendidikan PTN BH (SSBOPTNBH)
dirumuskan secara khusus dalam Permenristekdikti No. 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penetapan Standar Satuan Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.

SSBOPTNBH merupakan besaran biaya operasional penyelenggaraan Tri Dharma


perguruan tinggi sesuai Standar Pelayanan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum yang
dihitung dengan mempertimbangkan Capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi, jenis
Program Studi, dan indeks Kemahalan Wilayah. Artinya berdasarkan aturan hukum
Permenristekdikti, penetapan biaya pendidikan PTN BH memerlukan penyesuaian dengan
akreditasi PTN, kebutuhan tiap program studi seperti kompleksitas peralatan dan penyediaan
sarana prasarana berupa studio, bengkel, laboratorium, dan klinik layanan masyarakat sebagai
lahan praktik serta kondisi geografis wilayah. Dari segi standar penghitungan, BOPT terdiri
dari dua komponen utama yakni biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung
merupakan biaya pendidikan tinggi yang berkaitan langsung dengan operasional atau
penyelenggaraan kurikulum program studi. Biaya langsung terdiri dari empat jenis biaya yaitu
biaya untuk kegiatan kelas, kegiatan laboratorium/studio/bengkel/lapangan, kegiatan tugas
akhir/proyek akhir/skripsi, serta bimbingan konseling dan kemahasiswaan. Sedangkan biaya
tidak langsung mencakup seluruh biaya yang tidak secara langsung berkaitan dengan
penyelenggaraan kegiatan pendidikan. Biaya tidak langsung terdiri atas beberapa jenis biaya,
yakni biaya administrasi umum (gaji dan tunjangan tenaga kependidikan, bahan habis pakai,
dan perjalanan dinas), biaya pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana, biaya
pengembangan institusi (contoh: penyusunan renstra dan RKAT, operasional senat,
pengembangan koleksi perpustakaan, dsb), dan terakhir biaya-biaya operasional lainnya,
misalnya biaya untuk pelatihan dosen dan tenaga kependidikan, penjaminan mutu, career
center, dan lain-lain. Besaran BOPT sendiri diperoleh dari penjumlahan kedua biaya tersebut,
biaya langsung dengan biaya tidak langsung.

Di masa pandemi, masyarakat menilai perlu adanya penyesuaian kembali terkait biaya
pendidikan yang dibebankan pada peserta didik khususnya mahasiswa perguruan tinggi. Hal
ini dikarenakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi membuat mahasiswa tidak
memakai atau menikmati fasilitas dan layanan kampus yang jika hal ini ditilik dari standar
penetapan biaya pendidikan (SSBOPT) Permenristekdikti termasuk dalam komponen biaya
langsung yang signifikan menentukan besaran UKT yang ditetapkan kepada mahasiswa. Biaya
langsung yang memerlukan peninjauan kembali antara lain adalah biaya untuk kegiatan kelas
(sewa gedung, pemakaian listrik air, wifi kampus dan lain-lain), kegiatan
laboratorium/studio/bengkel/studi lapangan (termasuk biaya penggunaan peralatan), biaya
operasional konseling dan kemahasiswaaan serta biaya operasional lainnya yang tidak
digunakan oleh mahasiswa selama PJJ. Komponen biaya yang tidak harus dikeluarkan institusi
selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) akan lebih baik dialokasikan untuk membantu praktik
pembelajaran dari rumah seperti subsidi pulsa, koneksi pembelajaran daring, bantuan logistik
dan kesehatan bagi yang membutuhkan. Oleh karena itu, mutlak perlu adanya keringanan atau
pemotongan UKT bagi mahasiswa perguruan tinggi dari seluruh program
studi dalam rangka mengaplikasikan prinsip proporsional dan berkeadilan terhadap biaya
pendidikan di Indonesia.

Dalam hal ini Kemendikbud selaku pejabat tingkat nasional telah merespon kondisi ini
dengan himbauan mekanisme penyesuaian UKT di Perguruan Tinggi melalui Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 25 tahun 2020 tentang SSBOPT
pada Perguruan Tinggi Negeri di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 14 Hal
ini bertujuan untuk membantu kelancaran mahasiswa dalam melakukan pembelajaran jarak
jauh (PJJ) di tengah pandemi yang banyak mempengaruhi kondisi finansial masyarakat. Namun
sayangnya, hal ini baru sebatas himbauan tanpa sanksi sehingga masih banyak perguruan tinggi
yang belum mematuhi himbauan tersebut sehingga memicu protes dan keberatan dari
mahasiswa. Hal ini terbukti dengan maraknya keluhan mahasiswa untuk membayar uang kuliah
tunggal (UKT) di platform sosial media dengan tagar ‘Mendikbud Dicari Mahasiswa’ dan
‘Nadiem Mana Mahasiswa Merana’ yang menjadi trending topik di Twitter hingga 2 Juni 2020.
Tagar ini menunjukkan permasalahan biaya pendidikan di masa pandemi COVID-19.15

II. Dampak COVID-19 Terhadap Keuangan UI

Terjadinya pandemi COVID-19 sejak bulan Maret 2020 mempengaruhi proses belajar
mengajar termasuk di Universitas Indonesia khususnya pada Semester Genap Tahun Akademik
2019/2020. BOP yang tidak disesuaikan dengan keadaan membuat mahasiswa memikul beban
pendanaan yang lebih berat dari biasanya. Dampak COVID-19 terhadap situasi keuangan UI
pun mulai dipertanyakan. Selain itu, ketidakseimbangan penggunaan fasilitas kampus dan tarif
BOP yang tetap sama pun kian menuai pertanyaan dari berbagai kalangan akan penyesuaian
BOP dikala pandemi COVID-19.

Dalam situasi seperti ini, tidak sedikit mahasiswa yang menyuarakan permintaannya
untuk bantuan keringanan BOP. Untuk memberikan keringanan tersebut, tentu harus

14 Prodjo, Wahyu Adityo. (2020). Ini Bentuk Keringanan UKT untuk Mahasiswa di Masa Pandemi COVID-19.
Diakses dari https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/21/080000871/ini-bentuk-keringanan-ukt-untuk-
mahasiswa-di-masa-pandemi-COVID-19?page=all
15 Abdi, Alfian Putra. (2020). Mahasiswa Merana Karena Corona, Dimana Mas Nadiem. Diakses dari
https://tirto.id/mahasiswa-merana-karena-corona-di-mana-mas-nadiem-fESv
mempertimbangkan berbagai macam hal. Dalam hal ini, yang paling perlu diperhatikan adalah
beban pengeluaran dan pendapatan dari UI sendiri. Pada tahun 2019 UI mengalami defisit
anggaran yang disebabkan oleh berbagai pembangunan dan pengembangan fasilitas. 16
Sedangkan jika melihat total pengeluaran UI tahun 2020 pada data olahan BK MWA UI UM,
tercatat bahwa UI tidak melakukan pengembangan fasilitas yang memungkinkan
menghabiskan dana lebih banyak dari tahun sebelumnya, dapat dibuktikan melalui tabel
berikut.

Tabel 2.1 Sumber dana pengembangan UI (Sumber: Kajian Kebijakan Kampus BK MWA UI UM)

16 SK MWA Nomor 001 Tahun 2019 tentang Pengesahan Rencana Kerja Anggaran Universitas Indonesia Tahun
2019
Tabel 2.2 Sumber dana pengembangan UI (Sumber: Kajian Kebijakan Kampus BK MWA UI UM)

Berdasarkan Rencana Kerja Anggaran (RKA) UI tahun 2019, UI mendapatkan Bantuan


Dana Pemerintah sebesar Rp 579,505,647,090. Dana tersebut digunakan untuk biaya
Operasional dan Pengembangan. Namun, penggunaan Dana Masyarakat melebihi dari hibah
yang didapatkan, hal ini disebabkan karena beban BP dan Non-BP berupa dana Operasional,
pengembangan, dan investasi yang melebihi rancangan yang telah ditata sebelumnya. Total
beban yang dipikul UI pada tahun 2019 yaitu sebesar Rp 3,598,592,680,765 sedangkan total
pendapatan tahun 2019 hanya mencapai Rp 2,362,880,885,533. Penjabaran ini tentu
memperlihatkan defisit yang dialami UI yaitu sebesar Rp (904,775,192,512).

Pendapatan UI 2019 Beban UI 2019

No Uraian Jumlah No Uraian Jumlah


(dalam Rupiah) (dalam Rupiah)

A Bantuan Dana 579,505,647,090 A Bantuan Dana 579,505,647,090


Pemerintah Pemerintah

1. DIPA 261,670,647,090 1. Operasional 587,505,647,090


2. BPPTN 255,835,000,000 2. Pengembangan 10,000,000,000
3. Dana Pemerintah 80,000,000,000 3. Investasi
Lainnya

B Dana Masyarakat 2,096,311,841,163 B Dana Masyarakat 3,001,087,033,675

Pendapatan BP 1,084,707,349,600 Beban


Pendapatan Non BP 1,011,604,491,563 1. Operasional 2,009,378,436,633
2. Pengembangan 160,391,294,842
3. Investasi 831,317,302,200

Total Pendapatan 2,693,817,488,253 Total Beban 3,598,592,680,765

Ket: Surplus (Defisit) (904,775,192,512)


Tabel 2.3 Total Pendapatan dan Pengeluaran UI Tahun 2019 (Sumber: Kajian Kebijakan Kampus BK
MWA UI UM)

Melihat keadaan keuangan UI pada tahun 2020 berdasarkan RKA hasil olahan BK
MWA UI UM, dengan asumsi dana bantuan pemerintah tetap, defisit UI turun dari tahun
sebelumnya, yaitu hanya mencapai angka Rp (231,113,904,254). Penurunan defisit ini
dikarenakan adanya surplus di Non-BP fakultas, juga kenaikan BOP bagi jenjang Paralel dan
KKI yang sangat menunjang penambahan dana BP UI. Kenaikan BOP kepada beberapa jenjang
pun mengakibatkan peningkatan presentasi BP terhadap 2019 yang cukup signifikan, yaitu
5,5%.

Berdasarkan sumber yang sama, tertera pada tahun 2020 UI mendapatkan penambahan
bantuan pendanaan pemerintah dari BPPTN RISTEK BRIN sebesar Rp 56,000,000,000.
BPPTN RISTEK BRIN sendiri adalah Bantuan Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri yang
berasal dari Kementrian Riset dan Teknologi atau Badan Riset dan Inovasi Nasional. Bantuan
dana tersebut bukan merupakan hibah yang biasa didapatkan oleh UI, terbukti dengan fakta
bahwa BPPTN RISTEK BRIN tidak menurunkan dana untuk UI di tahun 2019. Hal ini terus
membuktikan bahwa UI memiliki kemampuan untuk mengalihkan beberapa persen dananya
untuk membantu meringankan beban dana mahasiswa, dalam situasi ekonomi negara tidak
stabil. Terlebih saat ini tidak sedikit ditemui mahasiswa yang mengaku kesulitan membayar
kewajiban BOP akibat para orang tuanya yang terdampak ekonomi imbas dari pandemi.

Tidak cukup sampai situ, di tahun 2020 UI mendapatkan Pendanaan Internal sebesar Rp
139,113,393,468. Di Dalam pendanaan Internal tersebut, terdapat dana cadangan dan saldo/sisa
dana dari fakultas. Hal ini merupakan keuntungan bagi keuangan UI di tahun 2020 karena di
tahun sebelumnya, tidak tercatat adanya Pendapatan yang berasal dari Pendanaan Internal.
Walaupun Dana Masyarakat di tahun 2019 jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2020,
pengeluaran serta beban UI di tahun 2019 pun jauh lebih besar dibandingkan tahun 2020.
Berdasarkan RKA hasil olahan Bidang Kajian Kebijakan Kampus BK MWA UI UM
pada tahun 2020, Estimasi pengeluaran UI di tahun 2020 mencapai Rp 2,481,645,526,109.
Pengeluaran tersebut meliputi penggunaan pendanaan dari pemerintah untuk beban operasional
sebesar Rp 626,709,237,685. Beban BP dan Non-BP meliputi beban operasional,
pengembangan, dan investasi sebesar Rp 1,766,272,894,956. Dana dari pendanaan internal
digunakan sebesar Rp 88,663,393,468 untuk biaya operasional, pengembangan, dan investasi.
Sedangkan total pengeluaran UI di tahun 2019 mencapai Rp 3,598,592,680,765, tuturan angka
dengan perbedaan yang cukup signifikan.

Dengan data yang telah dijabarkan, serta mempertimbangkan situasi yang melanda saat
ini, sepatutnya UI mencantumkan berapa persen dana yang seharusnya bisa dialokasikan untuk
COVID-19 dan transparansi anggaran yang jelas untuk pengeluaran biaya operasional maupun
pengembangan yang dapat diprioritaskan pada masa pandemi ini. Namun, sangat disayangkan
bahwa dalam RKA UI Tahun 2020 yang telah diolah oleh BK MWA UI UM, tidak tertera
berapa persen maupun detail dana yang bisa dialokasikan untuk pandemi. Padahal dengan
penuturan angka yang UI telah berikan, dapat dilihat bahwa UI mengestimasikan pengeluaran
yang jauh lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Ditambah lagi kenaikan BOP pada
beberapa jenjang Pendidikan yang tentu meningkatkan pendapatan UI. Berdasarkan Peraturan
MWA No. 5 Tahun 2016 Pasal 82 yang berbunyi:

“Penetapan BP dan jumlah mahasiswa program studi yang akan diterima didahului
dengan kajian paling tidak terhadap ketersediaan sumberdaya akademik dan non-
akademik serta dampak terhadap kondisi keuangan”

Perubahan BP dan mengalokasian dana dapat dilakukan dengan mempertimbangan


satu-dua hal, yang telah dijabarkan celah-celah memungkinkan terjadinya perubahan tersebut
dalam kajian ini. Maka terlihat dengan berbagai sumber pemasukan dana, dilengkapi dengan
pengeluaran beban yang jauh menurun dibandingkan tahun sebelumnya, terdapat ruang yang
seharusnya dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dan menunjang
kegiatan Perkuliahan Jarak Jauh (PJJ). Pihak Universitas Indonesia patut mendengar dan
mengkonsiderasi permintaan dari mahasiswa mengenai keringanan dan penyesuaian BOP
dengan situasi. Tercantum dalam Statuta UI Pasal 11 ayat (6) bahwa Mahasiswa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat membayar biaya pendidikan sesuai dengan kemampuan
ekonominya, memperoleh beasiswa, menerima bantuan biaya pendidikan, dan/atau dibebaskan
biaya pendidikan. Dilanjutkan dalam pasal 48 ayat poin (d) bahwa hak mahasiswa meliputi
mendapatkan beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan UI. Dengan ini diharapkan pihak Universitas Indonesia turut mempertimbangkan
kebijakan atas penyesuaian BOP bagi segala lapisan Mahasiswa serta kebijakan akan
pelaksanaan kegiatan.

III. Dampak COVID-19 Terhadap kesejahteraan Mahasiswa

Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi secara signifikan pada segala aspek


kehidupan masyarakat. Begitu pula kesejahteraan para mahasiswa UI. Setelah diberlakukannya
proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang ditandai dengan dikeluarkannya Surat Edaran
Rektor Universitas Indonesia No. SE-703/UN2.R/OTL.09/2020 Tentang Kewaspadaan dan
Pencegahan Penyebaran Infeksi COVID-19 di Lingkungan Universitas Indonesia,
menimbulkan polemik baru yang terjadi dikalangan mahasiswa UI. Masalah-masalah tersebut
tidak hanya berasal dari aspek akademik melainkan juga pada aspek ekonomi. Berdasarkan hal
tersebut, Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM UI 2020 telah melakukan
survei yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dampak Pandemi COVID-19 terhadap
kondisi akademik dan kemampuan mahasiswa UI dalam pembayaran Biaya Operasional
Pendidikan (BOP) untuk semester ganjil periode 2020/2021.
Pada proses jaring aspirasi yang dilakukan sejak 28 Mei 2020 sampai 27 Juni 2020,
Adkesma BEM se-UI dan BK MWA UI UM mengambil data dari mahasiswa aktif UI sebagai
sampel yang terbagi ke dalam cluster angkatan. Berdasarkan dari hasil jaring aspirasi ini
menunjukkan bahwa terdapat total responden yakni sebanyak 3.321 mahasiswa. Jumlah
responden tersebut didominasi oleh angkatan 2019 sebesar 1.545 responden (46,5%), yang
diikuti oleh angkatan 2018 dan 2017 dengan masing-masing perolehan sebesar 993 responden
(29,9%) dan 537 responden (16,2%). Kemudian, sebanyak 225 (6,9%) responden lainnya
berasal dari angkatan 2014-2016. Jika berkaca pada banyaknya responden berdasarkan tahun
angkatan, semakin muda tahun angkatan mahasiswa, maka concern
mereka akan dampak pandemi COVID-19 saat ini semakin tinggi dibandingkan angkatan
sebelumnya.

Grafik 3.1 Data Angkatan Pengisi Survei Adkesma (Sumber: Adkesma BEM UI)

Selain tahun angkatan yang berbeda, demi mencapai hasil survei yang
merepresentasikan seluruh mahasiswa UI secara keseluruhan, tim survei juga mengambil
responden dari berbagai macam fakultas dan program pendidikan vokasi. Hasil daripada survei
tersebut menunjukkan tiga besar fakultas dengan sampel terbanyak yaitu berasal dari Fakultas
Teknik dengan 504 responden (15,4%), Fakultas Ilmu dan Pengetahuan Budaya sebesar 371
responden (11,2%), dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebesar 306 suara (9,2%). Selanjutnya,
sebanyak 2.140 responden (64,3%) tersebar pada fakultas lainnya dan program vokasi. Jumlah
persentase secara keseluruhan yang dapat dilihat pada diagram, menggambarkan bahwa
Rumpun Saintek dan Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) cenderung lebih dominan dibandingkan
Rumpun Sosial dan Humaniora. Hal ini dilatarbelakangi karena sebagian besar responden dari
rumpun saintek dan RIK mengeluhkan kejelasan alokasi dana praktikum dan laboratorium yang
kini tengah ditunda atau bahkan ditiadakan. Mereka menginginkan agar dana tersebut
dialokasikan untuk subsidi kuota atau memangkas anggaran
tersebut.

Grafik 3.2 Data Asal Fakultas Pengisi Survei Adkesma (Sumber: Adkesma BEM UI)

Survei yang dilakukan disebarkan pada seluruh fakultas dan program vokasi yang ada
di Universitas Indonesia juga program-program pendidikan yang ada di dalamnya. Penyebaran
ini dimaksudkan agar data hasil survei dapat mencakup pendapat seluruh lapisan mahasiswa
UI. Pada program pendidikan yang ditempuh, didapatkan bahwa mayoritas responden berasal
dari Sarjana Reguler (66.6%) dan Sarjana Paralel (13,1%), serta 20,3% responden berasal dari
program lain, seperti Kelas Internasional, Vokasi, dan Magister.

Grafik 3.3 Data Program Pendidikan Pengisi Survei Adkesma (Sumber: Adkesma BEM UI)
Dalam melakukan proses kegiatan perkuliahan di kampus, tentunya diperlukan Biaya
Operasional Pendidikan (BOP) yang nantinya akan dialokasikan sebagai penunjang kegiatan
operasional di lingkup Universitas Indonesia. Biaya Pendidikan yang dikeluarkan oleh setiap
mahasiswa memiliki besaran yang berbeda tergantung pada kemampuan membayar individu
masing-masing. Menurut hasil survei, sebanyak 1.447 responden (43,6%) mengeluarkan biaya
diatas Rp7.500.000,00, 703 responden (21,2%) antara Rp6.000.000,00-Rp7.000.000,00, 522
responden (15,7%) antara Rp4.000.000,00-Rp6.000.000,00, 415 responden (12,5%) antara
Rp2.000.000,00-Rp4.000.000,00, serta 234 responden (7%) antara Rp0-Rp2.000.000,00.

Grafik 3.4 Data Besar Biaya Pendidikan Pengisi Survei Adkesma (Sumber: Adkesma BEM UI)

Pembayaran BOP mahasiswa UI dilakukan setelah resmi menjadi mahasiswa baru


hingga lulus studi. Perbedaan nominal yang mampu dibayarkan oleh setiap mahasiswa salah
satunya dilatarbelakangi oleh penanggung biaya pendidikan. Jika dilihat dari persentase pada
diagram dibawah ini, sebagian besar biaya pendidikan ditanggung oleh orang tua/wali sebanyak
3019 responden atau 90,9%. Namun, terdapat sekitar 302 responden atau 9,1% dibiayai oleh
biaya pribadi maupun oleh beasiswa, baik yang diberikan oleh pemerintah dan
swasta.

Grafik 3.5 Data Penanggung Biaya Pendidikan Pengisi Survei Adkesma (Sumber: Adkesma BEM UI)

Persentase pekerjaan penanggung biaya pendidikan mahasiswa paling banyak diikuti


oleh pekerja di sektor swasta (karyawan dan wiraswasta) sebesar 2028 orang (50,7%), diikuti
PNS 571 orang (17,4%), Pensiunan 341 orang (10,4%), dan pekerja harian 130 orang (4%) dan
lain-lain 214 orang (4%)

No. Pekerjaan Penanggung Biaya Pendidikan Persentase

1. Karyawan Swasta 36.8%

2. Wiraswasta 24.9%

3. PNS 17.4%

4. Pensiunan 10.4%

5. Pekerja Harian 4%

6. Dan lain-lain 6.5%


Tabel 3.1 Data Pekerjaan Penanggung Biaya Pendidikan Pengisi Survei Adkesma (Sumber:
Adkesma BEM UI)

Grafik 3.6 Data Pengaruh Kondisi Pandemi COVID-19 pada Pengisi Survei Adkesma (Sumber:
Adkesma BEM UI)
Mayoritas responden merasa terpengaruh oleh pandemi, bahkan 82,8% responden dari
berbagai tingkat, fakultas dan program pendidikan lain juga merasakan bahwa pandemi ini
berpengaruh baik secara fasilitas, akademik, dan finansial. Persentase diatas memiliki
kesinambungan dengan pekerjaan para penanggung biaya pendidikan yang sebagian besar
karyawan swasta dan wiraswasta. Seperti yang kita tahu, banyak sektor ekonomi yang
terganggu akibat kondisi pandemi ini. Beberapanya adalah sektor swasta dan para pengusaha
menengah.
Hingga saat ini, mahasiswa mengetahui bahwa UI juga sudah mengeluarkan kebijakan
terkait dampak dari pandemi ini. Namun, fakta menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa
merasa bahwa kebijakan yang diambil (seperti finansial dan akademik) kurang bermanfaat bagi
mereka. Menurut sebagian besar mahasiswa, hal-hal yang berkaitan dengan praktik seperti
praktikum, kerja praktek, studi lapangan, pertukaran pelajar, hingga tugas akhir sangat
berdampak karena pandemi. Sulitnya mengatur jadwal praktek di tengah masa pandemi seperti
ini membuat banyak mahasiswa mengeluh. Menurut para responden, diperlukan adanya
penyusunan kembali kurikulum pendidikan dalam masa pandemi ini.
Tidak hanya dalam aspek akademik, dalam aspek finansial sumber pendanaan para
mahasiswa UI dalam pembayaran BOP sangatlah beragam. Meski begitu, sebagian besar
mahasiswa UI bergantung pada pendapatan orang tua dalam pelaksanaannya. Lebih dari 50%
responden merupakan anak dari keluarga yang bekerja di bidang swasta yang merupakan sektor
terdampak COVID-19. Hingga awal Juni, ada 3 juta orang di seluruh Indonesia yang
akhirnya harus menganggur dan tidak mendapat pemasukan karena PHK perusahaan dan
proyeksi hingga 5,23 juta orang. Dan di tingkat persentase yang lebih besar, mahasiswa UI
memerlukan bantuan terkait pembiayaan pendidikan berupa keringanan BOP baik secara
nominal maupun administrasi seperti batas pembayaran dan sistem cicilan karena sebagian
besar mahasiswa merasa kesulitan untuk membayar BOP.

Grafik 3.7 Data Rencana Sumber Pendanaan Pengisi Survei Adkesma (Sumber: Adkesma BEM UI)

Penurunan ekonomi keluarga, terutama pendapatan orang tua, merupakan salah satu
alasan krusial akan kesanggupan para responden dalam membayar BOP semester depan. Hal
ini juga berkaitan dengan rencana mahasiswa UI dalam sumber pendanaan pembiayaan biaya
pendidikan semester depan. Pada grafik di atas, menunjukkan jika sebanyak 66,8% responden
memiliki rencana sumber pembayaran dari pendapatan orang tua. Kemudian sebanyak 16,4%
responden menjawab berasal dari tabungan, dan yang lainnya menjawab pinjaman, beasiswa,
bisnis pribadi, pendapatan kakak, dan sebagainya. Persentase pada pendapatan orang tua begitu
besar menandakan jika pendapatan orang tua responden begitu berpengaruh pada
kemampuan dalam membayar Biaya Pendidikan mahasiswa UI untuk semester depan.

Grafik 3.8 Data Tingkat Kesulitan Pembayaran BOP Semester Depan Pengisi
Survei Adkesma (Sumber: Adkesma BEM UI)
Seiring dengan kondisi ekonomi keluarga yang kian fluktuatif di masa pandemi seperti
ini, tingkat kesulitan mahasiswa UI dalam melakukan pembayaran BOP semester depan cukup
tinggi. Hal tersebut dibuktikan pada grafik di atas, yang menunjukkan jika sebanyak 72% dari
responden merasa kesulitan dalam pemenuhan pembayaran BOP semester depan. Menurut
survei yang telah dilakukan, lebih dari separuh responden mahasiswa UI merasa kesulitan
dalam membayar BOP semester depan. Kesulitan tersebut membuat para mahasiswa merasa
jika mereka membutuhkan uluran tangan langsung dari kampus. Pada data grafik yang diambil
dari survei, sebanyak 52.1% responden merasa butuh bantuan dari kampus. Alasan para
responden menjawab jika mereka membutuhkan bantuan dari kampus adalah pendapatan orang
tua yang menurun, kebutuhan untuk kuota internet bertambah, penanggung biaya pendidikan
kehilangan pekerjaan, adanya kebutuhan insidental lain, dan sebagainya.

No. Rekomendasi Kebijakan yang Dapat diambil UI Menurut Responden Persentase

`1. Pemotongan BOP bagi seluruh mahasiswa 82.5%

2. Pemotongan BOP bagi mahasiswa yang kesulitan membayar BOP 39%

3. Pembebasan BOP 29,8%


4. Batas pembayaran BOP diperpanjang 28,2%

5. Keringan BOP bagi mahasiswa tingkat akhir 25,9%


Tabel 3.2 Data Rekomendasi Kebijakan Menurut Pengisi Survei Adkesma (Sumber:
Adkesma BEM UI)
Bentuk bantuan yang dapat dilakukan oleh pihak UI terhadap mahasiswa yang
terdampak secara ekonomi selama masa pandemi COVID-19 menurut para responden adalah
Pemotongan BOP bagi seluruh mahasiswa, pemotongan BOP bagi mahasiswa yang kesulitan
membayar BOP, pembebasan BOP, batas pembayaran BOP diperpanjang, keringanan BOP
bagi mahasiswa tingkat akhir. Dengan rincian sebanyak 82,5% responden memberikan
rekomendasi jika pihak UI mengeluarkan kebijakan pemotongan BOP bagi seluruh mahasiswa.
Sebanyak 39% responden juga menjawab jika pihak UI perlu mengeluarkan kebijakan
pemotongan BOP bagi mahasiswa yang kesulitan membayar BOP. Kemudian 28,2% responden
menyatakan perlunya perpanjangan batas pembayaran BOP dan 25,9% juga menyatakan
perlunya ada kebijakan keringanan BOP bagi mahasiswa tingkat akhir. Sampai saat ini,
kebijakan yang telah dikeluarkan oleh UI adalah keringanan BOP bagi mahasiswa tingkat akhir
sesuai dengan SK Rektor Universitas Indonesia Nomor 713/SK/R/UI/2020 tentang Biaya
Pendidikan untuk Semester Ganjil Tahun Akademik 2020/2021 Khusus bagi Mahasiswa yang
Sedang Menyelesaikan Tugas Akhir.

No. Pengetahuan Responden Mahasiswa UI Terkait Kebijakan yang Persentase


Telah Dikeluarkan oleh Kampus

`1. Penyesuaian Kalender Akademik 60,4%

2. Pemberian bantuan kuota 48,9%

3. Penyesuaian BOP bagi mahasiswa semester akhir 37,1%


Tabel 3.3 Data Pengetuan Pengisi Survei Adkesma akan Kebijakan Kampus
(Sumber: Adkesma BEM UI)
Selain dari sisi ekonomi, akademik para mahasiswa UI merupakan sisi yang terdampak
besar pada masa pandemi COVID-19 ini. Pihak UI sendiri telah mengeluarkan berbagai macam
kebijakan seiring Pandemi COVID-19 yang terus menyerbu Indonesia.
Namun, banyak mahasiswa yang belum mengetahui mengenai kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan pihak UI dalam membantu para mahasiswanya di masa pandemi seperti ini.
Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi penyesuaian kalender akademik, pemberian bantuan
kuota, dan penyesuaian BOP bagi mahasiswa tingkat akhir. Sayangnya, hanya sebanyak 60,4%
responden yang mengetahui adanya kebijakan penyesuaian kalender akademik, 48,9% yang
mengetahui kebijakan pemberian kuota, dan 37,1% yang mengetahui kebijakan penyesuain
BOP bagi mahasiswa semester akhir.

No. Kegiatan Akademik yang Terdampak Pandemi COVID-19 Persentase

`1. Praktikum 84,6%

2. Kerja praktek 73,8%

3. Studi lapangan 73,7%

4. Tugas Akhir 68,5%

5. Student Exchange 63,4%

Grafik 3.4 Data Kegiatan Akademik yang Terdampak Pandemi COVID-19 menurut Pengisi Survei
Adkesma (Sumber: Adkesma BEM UI)

Semenjak awal pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia, UI telah mengeluarkan


kebijakan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Sistem PJJ tersebut menghambat berbagai macam
kegiatan akademik yang seharusnya dilakukan oleh para mahasiswa pada keadaan normal.
Menurut survei, kegiatan-kegiatan yang terdampak dengan adanya PJJ adalah praktikum
sebesar 84,6%, kerja praktek sebesar 73,8%, studi lapangan sebesar 73,7%, tugas akhir
sebesar 68,5%, dan student exchange sebesar 63,4%. Hambatan dalam melakukan kegiatan
akademis tersebut membuat para mahasiswa merasa dibutuhkannya kebijakan yang dapat
membantu mereka pada bidang akademik. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat berupa
keringanan tugas, penjadwalan tersusun praktikum dan studi lapangan, permudahan
pencarian materi, kelonggaran tugas akhir, dan lain-lain.

Grafik 3.9 Data Nilai Kebijakan Kampus menurut Pengisi Survei Adkesma (Sumber: Adkesma BEM
UI)
Setelah mengetahui berbagai macam kebijakan dan rencana kebijakan yang telah dibuat
oleh pihak UI, para responden menilai terkait kebijakan-kebijakan tentang BOP, keadilan
akademik, dan kegiatan kemahasiswaan di tengah Pandemi COVID-19 seperti ini. Sebanyak
84% responden mahasiswa UI merasa tidak puas akan kebijakan-kebijakan yang telah UI
keluarkan dengan alasan kurangnya keterlibatan mahasiswa dalam pengambilan kebijakan
kebijakan tersebut. Hal ini menunjukkan jika perlunya dikeluarkan kebijakan-kebijakan lainnya
yang dapat menunjang mahasiswa UI saat melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh di
tengah situasi Pandemi COVID-19. Selain itu, penting juga adanya aspirasi dari para
mahasiswa UI dalam setiap kebijakan yang akan diambil.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Departemen Adkesma BEM se-UI, dapat
disimpulkan jika sebagian besar mahasiswa merasa perlunya dikeluarkan kebijakan-kebijakan
lain dari pihak UI dalam memperlancar proses pembelajaran jarak jauh di tengah kondisi
pandemi. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat berupa penyesuaian BOP bagi para mahasiswa,
pembebasan BOP, dan juga perpanjangan batas pembayaran BOP. Diharapkan kebijakan-
kebijakan yang diambil berdasarkan aspirasi mahasiswa tersebut dapat membantu mahasiswa
UI dalam menunjang perkuliahan pada masa Pandemi COVID-19 ini.
IV. Kebijakan yang Sudah Dikeluarkan oleh Kemendikbud dan UI

Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO resmi mengubah status COVID-19 dari Public
Health Emergency of International Concern menjadi pandemi global. Mengacu pada kondisi
ini, Universitas Indonesia segera mengambil langkah kewaspadaan dan pencegahan terhadap
penyebaran infeksi COVID-19 melalui Surat Edaran No. SE-703/UN2.R/OTL.09/2020 yang
dirilis pada tanggal 13 Maret 2020. Dengan adanya surat tersebut, maka Kegiatan Belajar
Mengajar yang semula dilaksanakan dalam bentuk kuliah tatap muka diubah menjadi
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terhitung sejak hari Rabu, 18 Maret 2020, hingga berakhirnya
semester genap Tahun Ajaran 2019/2020.
Perubahan tersebut tentu berimplikasi terhadap kegiatan perkuliahan secara signifikan,
baik kegiatan belajar mengajar yang seharusnya berada di kelas maupun praktik lapangan.
Secara umum, seluruh kegiatan perkuliahan dan ujian menjadi tertunda. Adapun penundaan
praktik lapangan menjadi penghambat mahasiswa tingkat akhir dalam pengambilan data
lapangan karya ilmiahnya. Hal ini tentu berpengaruh terhadap penetapan kelulusan mereka.
Menimbang keadaan tersebut, pada tanggal 27 Maret 2020 Universitas Indonesia mengubah
kalender akademik tahun 2019/2020 dengan menjadwal ulang kalender perkuliahan dan ujian,
meniadakan semester antara, serta memperpanjang batas akhir penetapan kelulusan dan
pengunggahan karya ilmiah.17 Meski demikian, situasi pandemi yang tak kunjung membaik
kian menghambat kegiatan perkuliahan mahasiswa terlebih terhadap pengerjaan tugas akhir
oleh mahasiswa tingkat akhir. Hal ini disebabkan mahasiswa cenderung memiliki keterbatasan
akses, seperti dalam pencarian data lapangan. Pada akhirnya, mereka harus melakukan
perpanjangan studi yang juga diiringi oleh timbulnya kewajiban untuk tetap membayar biaya
pendidikan di masa studi tersebut.
Pihak Universitas Indonesia menanggapi keadaan tersebut dengan mengeluarkan Surat
Keputusan (SK) No. 713/SK/R/UI/2020 tentang Biaya Pendidikan untuk Semester Ganjil
Tahun Akademik 2020/2021 Khusus Bagi Mahasiswa yang Sedang Menyelesaikan Tugas
Akhir. SK yang terbit pada 15 Mei 2020 ini menetapkan biaya pendidikan sebesar
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) khusus bagi mahasiswa yang belum dapat

17 Dimuat dalam Surat Keputusan Nomor 491/SK/R/UI/2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Rektor
Universitas Indonesia Nomor 566/SK/R/UI/2019 Tentang Kalender Akademik Universitas Indonesia Tahun
2019/2020.
menyelesaikan tugas akhirnya di Semester Genap Tahun Akademik 2019/2020 akibat
pandemik COVID-19.
Kebijakan terkait Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada semester genap nyatanya tidak
diikuti dengan upaya untuk meringankan beban mahasiswa. Kebijakan yang diambil setiap
fakultas juga cenderung berbeda karena tidak ada gerakan terpusat dari pihak universitas.
Masalah kuota misalnya, beberapa fakultas secara independen mengambil langkah pertama
untuk memberikan bantuan subsidi kuota kepada mahasiswanya. Bantuan tersebut utamanya
bersumber dari alumni fakultas ataupun mencari sumber pendanaan lainnya. Universitas
Indonesia dinilai kurang tanggap dalam menangani kondisi mahasiswa karena baru
memberikan bantuan subsidi kuota setelah mendapat desakan dari segenap mahasiswa. Bantuan
tersebut baru diwujudkan pada akhir semester genap, di saat aktivitas belajar mengajar dalam
pelaksanaan PJJ akan selesai. Adapun bantuan tersebut merupakan bantuan yang diberikan oleh
alumni, bukan dari pihak Universitas Indonesia. Melihat hal ini, Universitas Indonesia terkesan
melempar tanggung jawab ke alumni. Selain itu, Universitas Indonesia juga tidak memberikan
transparansi terhadap alokasi biaya kuliah yang terus dibayar mahasiswa selama PJJ
berlangsung. Terlebih, saat PJJ mahasiswa hanya melaksanakan pembelajaran dari rumah
sehingga akomodasi perkuliahan lebih banyak disiapkan secara mandiri. Berbeda dengan
kuliah tatap muka di kampus yang mana mahasiswa dapat menggunakan fasilitas penunjang
yang telah disediakan.
Adapun di penghujung semester genap ini, Universitas Indonesia belum mengeluarkan
kebijakan yang menjelaskan mekanisme perkuliahan semester ganjil tahun akademik
2020/2021. Padahal Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia sudah terlebih dahulu
menerbitkan keputusan untuk menerapkan tatanan normal baru (New Normal) di lingkungan
Program Pendidikan Vokasi, termasuk di dalamnya kebijakan perkuliahan daring untuk
semester ganjil tahun akademik 2020/2021.18 Hingga saat ini pun belum ada titik terang terkait
penetapan biaya pendidikan di samping keringanan bagi mahasiswa tingkat akhir. Hal ini
mengingat dampak akan pandemi ini tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa tingkat akhir tetapi
juga mahasiswa secara keseluruhan. Guna menyesuaikan sistem

18Surat Edaran Nomor: SE-2/UN2.F14.DV/OTL.09/2020 tentang Sistem Kerja Tenaga Pendidik dan
Kependidikan Penerapan Tatanan Normal Baru (New Normal) di Lingkungan Program Pendidikan
Vokasi Universitas Indonesia
Pembelajaran Jarak Jauh, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memiliki kesiapan akademis
dan psikologis, tetapi juga kesiapan ekonomi, seperti kuota internet untuk mengakses
pembelajaran. Belum lagi perubahan kondisi ekonomi keluarga akibat terdampak pandemi
COVID-19.
Di tengah ketidakpastian tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta
kementerian terkait lainnya mengeluarkan Keputusan Bersama melalui kanal YouTube
Kemendikbud RI pada tanggal 15 Juni 2020, yakni berupa Panduan Penyelenggaraan
Pembelajaran pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa Pandemi COVID-19.
Melalui Panduan tersebut, tahun akademik Pendidikan Tinggi akan tetap dimulai pada Agustus
2020. Panduan ini juga mewajibkan perguruan tinggi di seluruh zona melaksanakan proses
pembelajaran secara daring untuk mata kuliah teori dan sedapat mungkin pada mata kuliah
praktik. Mata kuliah yang tidak memungkinkan dilakukan secara daring dapat diundur
pelaksanaannya pada bagian akhir semester. Dengan dikeluarkannya Keputusan Bersama
tersebut, maka proses pembelajaran secara daring akan tetap dilaksanakan untuk semester ganjil
tahun akademik 2020/2021. Namun tetap saja, proses pembelajaran secara daring di masa
pandemi COVID-19 ini menimbulkan persoalan dalam bidang ekonomi mahasiswa.
Mahasiswa yang tidak menggunakan fasilitas kampus secara penuh justru malah akan
mendapat beban baru untuk mendukung kegiatan pembelajaran daring.
Tanggapan terhadap skenario tersebut pun dimuat pada Permendikbud No. 25 Tahun
2020 tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi pada Perguruan Tinggi
Negeri di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 19 Juni 2020. Dalam
Permendikbud tersebut, dijelaskan pada Pasal 9 mengenai skema pembayaran yang dapat
ditempuh bagi mahasiswa dengan menimbang dampak pandemi ini terhadap keadaan ekonomi
mahasiswa. Secara khusus pada ayat (4) disebutkan bahwa:

“Dalam hal Mahasiswa, orang tua Mahasiswa, atau pihak lain yang membiayai
Mahasiswa mengalami penurunan kemampuan ekonomi, antara lain dikarenakan
bencana alam dan/atau non-alam, Mahasiswa dapat mengajukan: a) pembebasan
sementara UKT; b) pengurangan UKT; c) perubahan kelompok UKT; atau d)
pembayaran UKT secara mengangsur.”
Selain itu, Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan secara langsung
menyampaikan pada 19 Juni 2020 lalu melalui kanal Youtube terkait jenis keringanan bagi
mahasiswa yang kuliahnya terdampak pandemi COVID-19, yaitu: 1) Cicilan UKT bebas bunga
(0%); 2) Penundaan UKT (menyesuaikan kemampuan ekonomi mahasiswa) ; 3) Penurunan
UKT (menyesuaikan kemampuan ekonomi mahasiswa); 4) Beasiswa; dan 5) Bantuan
Infrastruktur.
Sejalan dengan Permendikbud dan Keputusan Bersama yang tertulis di atas, berbagai
perguruan tinggi di Indonesia terus mengupayakan penurunan UKT, seperti di Universitas
Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Sebelas Maret, Universitas Negeri
Yogyakarta, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri
Gorontalo.19 Di lingkup UI sendiri, arahan kebijakan baru oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan ini, belum menunjukan titik terang selain kebijakan terkait mahasiswa tingkat
akhir dan skema pencicilan. Pada penghujung semester genap tahun ajaran 2019/2020 ini, pihak
universitas tidak kunjung memberikan kejelasan mengenai bagaimana sistem perkuliahan dan
penyesuaian biaya pendidikan di semester mendatang.

KESIMPULAN

Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia di tahun 2020 telah menimbulkan


berbagai dampak yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi kesehatan, angka
penyebaran yang meningkat tajam terus memukul keterbatasan fasilitas kesehatan Indonesia.
Sebagai akibatnya, kebijakan social distancing pun dicanangkan pemerintah dan menyebabkan
sektor perekonomian perlahan membeku akibat terganggunya kegiatan produksi juga konsumsi
yang dilakukan perusahaan dan masyarakat Indonesia. Adapun dari sektor pendidikan,
kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang telah diterapkan oleh berbagai perguruan tinggi
juga berpotensi menambah konsumsi kuota bagi mahasiswa, sehingga kebijakan perubahan
UKT mahasiswa pun akhirnya menjadi suatu isu yang kini banyak disuarakan seluruh
mahasiswa di berbagai kampus Indonesia. Dalam menganalisis dampak pandemi COVID-19
terhadap kemampuan finansial mahasiswa Universitas
19 Kemdikbud. (2020). Kemendikbud Luncurkan Tiga Kebijakan Dukung Mahasiswa dan Sekolah
Terdampak COVID-19. Diakses dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/06/kemendikbud-luncurkan-
tiga-kebijakan-dukung-mahasiswa-dan-sekolah-terdampak-COVID19
Indonesia, digunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan survei
mahasiswa sehingga policy brief ini dapat dijadikan sebagai salah satu dasar rekomendasi
kebijakan perubahan BOP Universitas Indonesia.
Jika ditilik kembali, salah satu prinsip yang diterapkan dalam pemungutan biaya
pendidikan adalah proporsional, yang berarti setiap institusi pendidikan harus menetapkan tarif
pendidikan sesuai kemampuan peserta didik demi terselenggaranya fungsi Pendidikan Tinggi
yang terjangkau bagi masyarakat. Adapun hasil olahan RKA dari BK MWA UI UM pada tahun
2020 telah menunjukan adanya penurunan surplus UI dari tahun sebelumnya. Perbandingan
data antara berbagai sumber pemasukan UI (BPPTN RISTEK BRIN, pendanaan internal,
kenaikan BOP beberapa jenjang pendidikan, dan surplus di Non-BP fakultas) yang terus
meningkat dengan data pengeluaran UI yang menurun dari tahun sebelumnya menunjukan
adanya kemampuan universitas dalam membantu memenuhi kebutuhan mahasiswa saat ini.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Adkesma BEM UI terhadap sekelompok
responden mahasiswa Universitas Indonesia, dapat dilihat bahwa mayoritas responden merasa
terdampak secara finansial akibat pandemi COVID-19. Adapun sebagian besar responden
masih mengandalkan pendapatan orang tua sebagai sumber dana untuk membayar BOP di
semester depan. Mengingat tidak sedikitnya jumlah mahasiswa yang orang tuanya mengalami
penurunan pendapatan sebagai akibat dari pandemi, tentunya hal ini akan mempengaruhi
kemampuan mahasiswa untuk membayar biaya pendidikannya di semester mendatang.
Saran bagi kebijakan penyesuaian BOP di kondisi PJJ ini juga didasari adanya “Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa
Pandemi COVID-19” yang dikeluarkan Mendikbud pada tanggal 15 Juni 2020. Kewajiban
kuliah daring dalam panduan ini juga dibarengi dengan jenis keringanan UKT bagi mahasiswa
yang kuliahnya terdampak pandemi COVID-19, yaitu: 1) Cicilan UKT bebas bunga (0%); 2)
Penundaan UKT (menyesuaikan kemampuan ekonomi mahasiswa); 3) Penurunan UKT
(menyesuaikan kemampuan ekonomi mahasiswa); 4) Beasiswa; dan 5) Bantuan Infrastruktur.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak mahasiswa
Universitas Indonesia yang membutuhkan adanya pengadaan kebijakan penyesuaian BOP
yang signifikan di semester ganjil mendatang. Penyesuaian BOP ini juga didukung dengan
adanya gambaran kondisi keuangan UI yang membaik, hal tersebut dibuktikan bahwa terdapat
kenaikan pemasukan dan penurunan pengeluaran yang menunjukkan adanya kemampuan bagi
pihak UI untuk meringankan beban mahasiswa yang terdampak secara finansial. Ditambah
dengan adanya arahan kebijakan baru dari Kemendikbud yang telah memaparkan dengan jelas
mengenai opsi keringanan UKT bagi mahasiswa, seyogyanya mahasiswa Universitas Indonesia
berhak memperoleh keringanan pembayaran BOP di semester mendatang. Pihak Universitas
Indonesia memiliki ruang untuk membantu meringankan beban finansial mahasiswa dari segi
biaya pendidikan yang dapat dilakukan melalui kebijakan penyesuaian BOP mahasiswa di
semester mendatang.
REKOMENDASI KEBIJAKAN

Ditengah kondisi seperti sekarang dengan adanya pandemi COVID-19 yang


mempengaruhi proses kegiatan pembelajaran serta penurunan di sektor perekonomian, serta
berdasarkan dengan seluruh pemaparan diatas, maka sebagai upaya untuk mengatasi sejumlah
permasalahan tersebut dalam penerapan sistem kebijakan Biaya Pendidikan, Universitas
Indonesia dapat menerapkan beberapa alternatif solusi sebagai berikut:

1. Melakukan transparansi terkait pengalokasian biaya operasional pendidikan yang


dibayarkan oleh mahasiswa UI selama masa pandemi COVID-19 kepada sivitas akademika UI.
2. Melakukan evaluasi proses kegiatan belajar mengajar dengan metode PJJ pada semester
genap 2019/2020
3. Melakukan pengalokasian anggaran biaya yang tidak digunakan selama masa pandemi
COVID-19 untuk menunjang kegiatan perkuliahan mahasiswa UI selama masa pembelajaran
Jarak Jauh: Pemberian bantuan pulsa internet untuk seluruh mahasiswa UI dan pemberian
bantuan logistik untuk mahasiswa UI yang masih berada di sekitar UI
4. Menerbitkan kebijakan penyesuaian biaya pendidikan untuk semester ganjil periode
2020/2021 berupa pemotongan biaya pendidikan untuk mahasiswa UI dari semua jenjang
pendidikan termasuk pengembalian biaya Pendidikan mahasiswa baru UI tahun akademik
2020/2021 yang telah membayar penuh.
5. Melakukan pembuatan SOP yang jelas dan komprehensif terkait pengurangan, penundaan,
pemindahan cluster golongan UKT, dan penyesuaian perhitungan biaya pendidikan pada
semester ganjil periode 2020/2021
6. Melakukan perpanjangan masa pembayaran biaya pendidikan pada semester ganjil periode
2020/2021 sesuai arahan dari Permendikbud No. 25 tahun 2020
Policy Brief ini ditulis oleh:

Kastrat BEM UI
1. Dian Amalia Ariani

Adkesma BEM UI
1. Bani Ibnu Fikri
2. Gagah B. Prakasa
3. Rumondang Amanda T
4. Raditya Chavvah

Adkesma BEM FISIP


1. Zahra Siti Arkandina
2. Ula Farhanah
3. M. Sbastian Rai

Kastrat BEM FEB:


1. Rofian Anwar
2. Siti Aisyah C.

Adkesma BEM FEB:


1. Vina Andriani
2. Nadhifa Cherya Putri

K3 BK MWA UI UM:
1. Aurellia Naomi Anandra

Kastrat BEM FMIPA:


1. Masagus A. Fathan M.
2. Bintang Mahakarya S.
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Alfian Putra. (2020). Mahasiswa Merana Karena Corona, Dimana Mas Nadiem. Diakses dari
https://tirto.id/mahasiswa-merana-karena-corona-di-mana-mas-nadiem-fESv
Breunig, C., & Ahlquist, J. S. (2014). Quantitative methodologies in public policy. Comparative
Policy Studies, hlm. 109-129. Palgrave Macmillan, London.
CNN Indonesia. (2020). Jokowi Resmi Tiadakan UN 2020 Dampak Wabah Corona. Diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200324123653-20-486393/jokowi-resmi-tiadakan-
un-2020-dampak-wabah-corona
Dewey, John. (2001). Democracy and Education. Pennsylvania: Pennsylvania State University.
Hakim, Rakhmat Nur. (2020). Jokowi Akui Sektor Kesehatan Banyak Kekurangan, Tampak Saat
Pandemi COVID-19. Diakses dari :
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/30/14203761/jokowi-akui-sektor-kesehatan-
banyak-kekurangan-tampak-saat-pandemi-COVID-19
Kemdikbud. (2020). Kemendikbud Luncurkan Tiga Kebijakan Dukung Mahasiswa dan Sekolah
Terdampak COVID-19. Diakses dari
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/06/kemendikbud-luncurkan-tiga-kebijakan-
dukung-mahasiswa-dan-sekolah-terdampak-COVID19

LPEM FEB UI. (2020). Macroeconomic Analysis Series: Indonesia Economic Outlook Triwulan
II-2020. Jakarta: LPEM FEB UI.

Marsden, P. V., & Wright, J. D. (Eds.). (2010). Handbook of survey research. London: Emerald
Group Publishing.
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prodjo, Wahyu Adityo. (2020). Ini Bentuk Keringanan UKT untuk Mahasiswa di Masa Pandemi
COVID-19. Diakses dari https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/21/080000871/ini-bentuk-
keringanan-ukt-untuk-mahasiswa-di-masa-pandemi-COVID-19?page=all

Rajab, Muhammad. (2020). Pendidikan di Tengah Pusaran Wabah Corona. Diakses dari
https://news.detik.com/kolom/d-4945590/pendidikan-di-tengah-pusaran-wabah-corona
Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research Approach.
Yogyakarta: Deepublish.
Peraturan Perundang-Undangan

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Putusan No. 136/PUU-VII/2009.


Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI) No. 5 Tahun 2016
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Universitas Indonesia
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 25 Tahun 2020 tentang Standar Satuan Biaya
Operasional Pendidikan Tinggi pada Perguruan Tinggi Negeri di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) No. 5 Tahun 2016
tentang Tata Cara Penetapan Standar Satuan Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri
Badan Hukum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 68 Tahun 2013 tentang Statuta
Universitas Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan.
Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Surat Edaran dan Surat Keputusan

Surat Edaran Nomor SE-2/UN2.F14.DV/OTL.09/2020 tentang Sistem Kerja Tenaga Pendidik dan
Kependidikan Penerapan Tatanan Normal Baru (New Normal) di Lingkungan Program
Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia.
Surat Edaran Nomor SE-703/UN2.R/OTL.09/2020 tentang Kewaspadaan dan Pencegahan
Penyebaran Infeksi COVID-19 di Lingkungan Universitas Indonesia.
Surat Keputusan Majelis Wali Amanat Nomor 001 Tahun 2019 tentang Pengesahan Rencana
Kerja Anggaran Universitas Indonesia Tahun 2019
Surat Keputusan Nomor 713/SK/R/UI/2020 tentang Biaya Pendidikan untuk Semester Ganjil Tahun
Akademik 2020/2021 Khusus Bagi Mahasiswa yang Sedang Menyelesaikan Tugas Akhir.
Surat Keputusan Nomor 491/SK/R/UI/2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Rektor
Universitas Indonesia Nomor 566/SK/R/UI/2019 Tentang Kalender Akademik Universitas
Indonesia Tahun 2019/2020.

Anda mungkin juga menyukai