Anda di halaman 1dari 90

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

ANALISIS ATRIBUT INTERACTIVITY TERHADAP BEHAVIORAL INTENTIONS


DENGAN DIMEDIASI OLEH TELEPRESENCE DAN SATISFACTION PADA
RETAIL WEB SITE “KASKUS.US”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai


Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Oleh :
Chandra Arissa Sugiyarto
F.0206036

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

ANALISIS ATRIBUT INTERACTIVITY TERHADAP BEHAVIORAL INTENTIONS


DENGAN DIMEDIASI OLEH TELEPRESENCE DAN SATISFACTION PADA
RETAIL WEB SITE “KASKUS.US”

Chandra Arissa Sugiyarto


F.0206036

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara interactivity dan telepresence,
interactivity dan satisfaction, telepresence dan satisfaction, interactivity dan behavioral
intentions, satisfaction dan behavioral intentions.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode Nonprobability Sampling. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang membatasi pada ciri-ciri khusus
seseorang yang memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cara menentukan
koresponden. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah
konsumen yang berbelanja pada retail web site ”kaskus.us”.
Berdasarkan hasil pengujian kausalitas menggunakan AMOS 16 untuk menguji model
hubungan struktural, diperoleh hasil ada hubungan positif dan signifikan antara: interactivity
dengan telepresence, interactivity dengan satisfaction, telepresence dengan satisfaction,
interactivity dengan behavioral intentions, satisfaction dengan behavioral intentions.
Melalui studi ini, diharapkan pemasar dapat memahami langkah yang sebaiknya
diambil dalam mengatur strategi-strategi pemasaran di internet dengan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam hal pengaruh interactivity, satisfaction dan telepresence
sebagai mediator terhadap behavioral intentions. Dengan demikian, diharapkan pemasar
mampu menyusun kebijakan dan strategi pemasaran yang sesuai sebagai upaya untuk
meningkatkan behavioral intentions.

Kata kunci : interactivity, telepresence, satisfaction, behavioral intentions

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

ANALYSIS OF BEHAVIORAL INTENTIONS BY INTERACTIVITY ATTRIBUTES


MEDIATED BY TELEPRESENCE AND SATISFACTION ON "KASKUS.US"
RETAIL WEB SITE

Chandra Arissa Sugiyarto


F.0206036

This study aims to examine the relationship between interactivity and telepresence,
interactivity and satisfaction, telepresence and satisfaction, interactivity, and behavioral
intentions, satisfaction and behavioral intentions.
Sampling methods in the study was conducted using nonprobability sampling method.
Sampling technique used in this study was purposive sampling is sampling that limits the
person's specific characteristics that provide information needed by determining the
correspondence. Criteria used in this study is the sampling of consumers who shop at retail
web sites "kaskus.us".
Based on the results of causality testing using AMOS 16 to test the structural
relationship model, the results obtained there are positive and significant relationship
between: interactivity with telepresence, interactivity with satisfaction, telepresence with
satisfaction, interactivity with behavioral intentions, satisfaction with behavioral intentions.
Through this study, marketers are expected to understand the steps that should be
taken in regulating the marketing strategies on the internet can be used as a material
consideration in terms of the influence of interactivity, and telepresence satisfaction as a
mediator of behavioral intentions. Thus, marketers are expected to be able to develop policies
and appropriate marketing strategies in an effort to increase behavioral intentions.

Keywords: interactivity, telepresence, satisfaction, behavioral intentions

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya


yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu”
(Q.S. Al-Baqarah: 45)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupanya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakanya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya”.
(Q.S. Al Baqarah : 286)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan pada :


 Bapak dan Ibu Bambang Sugiyarto, yang telah memberikan kasih sayang dan
pengorbanan tiada henti bagi penulis
 Kakak dan Adik, yang selalu mengasihi dan mengisi hari dengan canda tawa
 Algadita FRS, yang selalu memberikan dorongan dan motivasi
 Seluruh teman yang telah mengisi hari baik dengan suka maupun duka
 Keluarga besar Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret pada umumnya, dan
angkatan 2006 pada khususnya
 Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’alamien Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala
kuasanya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“ANALISIS ATRIBUT INTERACTIVITY TERHADAP BEHAVIORAL INTENTIONS
DENGAN DIMEDIASI OLEH TELEPRESENCE DAN SATISFACTION PADA RETAIL
WEB SITE “KASKUS.US””

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan persyaratan untuk meraih gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak yang dengan
ketulusannya telah memberikan semangat dan dorongan serta pengarahan kepada penulis.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Dr. Wisnu Untoro MS selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Hunik Sri Runing S, Dr.,M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Reza Rahardian, SE, Msi selaku Sekretaris
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Wiyono, MM selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan
petunjuk dengan kesabaran hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
4. Segenap dosen dan staff administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Segenap keluarga penulis yang telah memberikan semangat, dorongan, dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan skripsi ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Surakarta, Juni 2012

Penulis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………...i


ABSTRAK …………………………………………………………………………...ii
ABSTRACT.................................................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN.……………………………………………….……..iv
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….……....v
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….….......vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….…….…..vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….….viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….…...x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….……xii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………....…xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..………………………….………………………......1
B. Perumusan Masalah.……………………………..…………………………….5
C. Tujuan Penelitian ………………………………..………………………...…..5
D. Manfaat Penelitian ………………….………..………………………...……...6

BAB II LANDASAN TEORI


A. Interactivity (Interaktivitas)..……………………………………..…….....…..7
B. Telepresence…………………………………………………………..….......10
C. Satisfaction (Kepuasan)..……………………………………...……...……....15
D. Behavioral Intentions (Niat Perilaku)…….........………………...……..…….18
E. Penelititan Terdahulu..............………………………..………..………...…..22
F. Kerangka Pemikiran……..………….…………………………...……...……22
G. Hipotesis………………………………..………………………….……...….23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian……………………………………………………………..27
commit to user
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling……………………..………………27
C. Definisi Operasional…………………………..……….…………………..…29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Pengujian Statistik……………………………………………………...…….33
1. Uji Kualitas Instrumen Penelitian……………………………………….33
a. Pretest (sample kecil)……………………………...…....……….34
b. First Order Confirmatory Factor Analysis………………..……..35
2. Analisis Structural Equation Model (SEM)………………………….….36
a. Evaluasi Asumsi SEM…………………….…………….……….37
b. Evaluasi Atas Kriteria Goodness of Fit …………….………...…39

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


A. Karakteristik Data Responden…………………………….………………….42
B. Pengujian Kualitas Instrumen …………………..……………...…..………..45
1. Uji Validitas Konstruk (CFA)....……………………………….…….45
2. Uji Reliabilitas………………………………………………..………47
C. Analisis Konfirmatori Faktor (CFA) First Order…..………………………...48
1. Uji Validitas Konvergen………..………………………………….…50
2. Reliabilitas Konstruk…………………………………………………55
D. Uji Kecukupan Sampel dan Asumsi SEM………………………..……....….57
1. Uji Normalitas………………………………………………………..57
2. Uji Outlier………..……………………………………….….……….59
E. Penilaian Model Fit……….………………………………………………….61
F. Modifikasi Model Struktural………………………………………………....63
G. Uji Hipotesis Model Struktural………………………………………………65
H. Pembahasan……………………………………………………………...…...68

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………..…………..…...72
B. Keterbatasan Penelitian……………………………………..……………......72
C. Saran……………………………………………………………………….....73

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..……74
LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar
II.1 Kerangka Model Penelitian…………………………………………………...…23
IV.1 Frekuensi Jenis Kelamin Responden…………………………………………...42
IV.2 Frekuensi Usia Responden……………………………………………………...43
IV.3 Frekuensi Uang Saku Responden……………………………………………….44
IV.4 Model Analisis Konfirmatori Faktor (CFA)…………………………………....49
IV.5 Hasil Model Analisis Konfirmatori Faktor (CFA)……………………………...50
IV.6 Model Struktural (SEM)………………………………………………………..62 IV.7
Model Struktural (SEM) setelah di-Modifikasi……………………………...…64 IV.8 Hasil
Penelitian…………………………………………………………………66

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel
III.1 Goodness-Of-Fit …….………………………………………………………….41
IV.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden….……………………………………..…42
IV.2 Distribusi Usia Responden…………….………………………………………..43
IV.3 Distribusi Uang Saku/Penghasilan Responden….……………………………...44
IV.4 Hasil Uji Validitas Konstruk…..………………….……………………….……46
IV.5 Hasil Uji Reliabilitas………………………….…….…………………………..47
IV.6 Validitas Konvergen Variabel Interactivity…………………………………………52
IV.7 Validitas Konvergen Variabel Telepresence………………………………………..53
IV.8 Validitas Konvergen Variabel Customer Satisfaction……………………………..54
IV.9 Validitas Konvergen Variabel Behavioral Intentions………………………..…….54
IV.10 Reliabilitas Konstruk……………………………………………………………...56
IV.11 Hasil Uji Normalitas…………………………….………………………………...58
IV.12 Hasil Pengujian Outlier…………………………….……………………………..60
IV. 13 Evaluasi Goodness-of-Fit Index………………………………………………62
IV.14 Evaluasi Goodness-of-Fit Index setelah di-Modifikasi………………………..64
IV.15 Hasil Pengujian Hipotesis……………………………………………………..65
IV.16 Direct Effect……………………………………………………………….…..67
IV.17 Indirect Effect……………………………………………………………...…..67
IV.18 Total Effect ……………………………………………………………………67

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah bertahun-tahun prediksi optimis dan suram, ritel online akan

tumbuh stabil dan diperkirakan mencapai 13 persen dari seluruh pengeluaran

barang umum ritel pada tahun 2010 (Lee, 2007). Dengan pertumbuhan

tersebut perhatian ilmiah tentang berbagai aspek tren ini muncul. Sementara

upaya-upaya empiris telah melihat kecenderungan pembeli untuk mencari

toko online (Chiang dan Dholakia, 2003; Forsythe et al, 2006; Zhou et al,

2007), perhatian empiris yang memadai belum mengkaji interaktivitas, fitur

yang membedakan media baru, dalam konteks belanja online. Interaktivitas

dipandang menguntungkan karena hubungan pembeli dan penjual didasarkan

pada sesuatu yang lebih besar, lebih cepat, pertukaran informasi yang lebih

relevan (Varadarajan dan Yadav, 2002) serta kemampuan untuk menciptakan

pengalaman produk virtual (Klein, 2003). Seiring perkembangan jaman,

keberadaan bisnis ritel atau eceran ditengah-tengah masyarakat menjadi

semakin penting. Hal ini disebabkan masyarakat lebih cenderung memilih

segala sesuatunya yang mudah dan cenderung praktis. Yang dulunya

masyarakat berbelanja di pasar tradisional, sekarang mereka lebih cenderung

berbelanja di pasar modern. Karena berbelanja di pasar modern juga jauh lebih

menarik dan efisien waktu. Pasar modern saat ini juga berkembang melalui

dunia maya atau disebut dengan internet, banyak konsumen melakukan jual
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

beli barang dan jasa melalui internet yang dapat menyajikan beragam jenis

barang dan jasa, lebih variatif dan lebih efisien bagi sejumlah konsumen.

Internet dalam arti lebih luas, meliputi individu, kelompok, organisasi,

sekolah, universitas, layanan komersial, perusahaan, pemerintah, dan mereka

yang menggunakan standar protokol TCP/IP dan biasanya memelihara

koneksi setiap saat (full time) ke internet (Matthew & Jill; 1997). Di dalam

internet terdapat istilah ”Web site” yang merupakan jaringan dokumen yang

sangat besar yang saling menghubungkan satu sama lain, satu set protokol

yang mendefinisikan bagaimana sistem bekerja dan menstransfer data dan

sebuah software (perangkat lunak) yang membuatnya bekerja dengan mulus.

Web site menggunakan teknik hypertext dan multimedia yang membuat

internet lebih mudah digunakan, dijelajahi, dan dikontribusikan (Matthew &

Jill, 1997).

Dari perspektif pemasaran, web site merupakan sarana dan langkah

untuk menuju sukses yang memberikan nilai dan memberikan sumber

pendapatan baru, karena di dalamnya terdapat information, branding, dan

selling. Penjualan melalui internet kebanyakan menggunakan sistem retail

atau disebut juga online retailing. Iklan melalui web site tidak mengenal batas

dan waktu. Dengan kata lain, pemirsa dapat menjangkau situs itu di kawasan

geografis manapun dan kapan saja ia mau (Hasan, 2008:492).

Perkembangan indutri retail yang sangat cepat menuntut produsen

menyiapkan saluran distribusi yang efektif. Sebagian produsen tidak langsung

menjual barang mereka kepada pemakai akhir. Diantara produsen dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

pemakai terdapat saluran pemasaran, sekumpulan perantara pemasaran yang

melakukan berbagai fungsi dan menyandang berbagai nama. Ada berbagai

level saluran yang menghubungkan produsen dengan pelanggan akhir.

Menurut Kotler (2002) usaha retail meliputi semua kegiatan yang

terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen

akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Pengecer adalah usaha

bisnis yang volume penjualannya terutama berasal dari penjualan eceran,

organisasi apapun yang menjual kepada konsumen akhir baik itu produsen,

grosir, atau pengecer dikatakan melakukan usaha eceran.

Usaha retail yang tumbuh berkembang dalam internet dapat

dipromosikan melalui web site dan jejaring sosial, namun perlu diperhatikan

unsur-unsur di dalamnya, antara lain adalah interactivity, telepresence,

satisfaction dan behavioral intentions.

Interaktivity didefinisikan Liu dan Shrum (2002) Sejauh mana dua

pihak atau lebih berkomunikasi dan bertindak satu sama lain, yang dilakukan

pada komunikasi media online, dan sejauh mana pengaruh tersebut

disinkronisasi.

Unsur berikutnya menggunakan telepresence apabila memungkinkan

untuk memilikinya, telepresence biasanya digunakan dalam perusahaan

terkemuka dan besar. Telepresence sendiri dapat diartikan variabel proses

yang berhubungan mempengaruhi pengalaman pelanggan dalam lingkungan

online, dan mengacu pada pengalaman online menjadi lebih nyata seperti

halnya kontak fisik (Short et al. : 1976).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

Kotler (2002:42) mengemukakan bahwa satisfaction adalah perasaan

senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara

persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-

harapannya.

Behavioral intentions merupakan yang merupakan niat perilaku

sebagai ukuran dari kekuatan niat seseorang untuk melakukan perilaku

tertentu (Fishbein dan Ajzen : 1980). Behavioral intentions biasanya muncul

setelah ada interaksi antar individu satu dan individu lainnya dalam kegiatan

jual beli langsung maupun online.

Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelum yaitu pada

fokus toko retail online, dimana fokus penelitian ini hanya pada salah satu

situs jual-beli kaskus.us. Pemilihan kaskus.us didasarkan pada pooling

mahasiswa sebagian besar sangat mengenal kaskus.us. Model penelitian ini

mereplikasi model penelitian sebelumnya dengan penggunaan metode analisis

SEM (structural equation modeling) menggunakan bantuan software AMOS

16, sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan Lisrel.

Berdasarkan ketertarikan pada latar belakang masalah pada penjualan

retail pada toko retail online tersebut maka judul yang diambil dalam

penelitian ini adalah Analisis Atribut Interactivity terhadap Behavioral

intentions dengan Dimediasi Oleh Telepresence dan Satisfaction Pada

Retail Web Site “kaskus.us”.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah interactivity berpengaruh pada telepresence konsumen kaskus.us?

2. Apakah interactivity berpengaruh pada satisfaction konsumen kaskus.us?

3. Apakah telepresence berpengaruh pada satisfaction konsumen kaskus.us?

4. Apakah interactivity berpengaruh pada behavioral intentions konsumen

kaskus.us?

5. Apakah satisfaction berpengaruh pada behavioral intentions konsumen

kaskus.us?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk menguji pengaruh interactivity pada telepresence konsumen

kaskus.us

2. Untuk menguji pengaruh interactivity pada satisfaction konsumen

kaskus.us

3. Untuk menguji pengaruh telepresence pada satisfaction konsumen

kaskus.us

4. Untuk menguji pengaruh interactivity pada behavioral intentions

konsumen kaskus.us

5. Untuk menguji pengaruh satisfaction pada behavioral intentions

konsumen kaskus.us.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan

untuk menentukan langkah yang sebaiknya diambil dalam mengatur

strategi-strategi pemasaran di internet dengan dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan dalam hal pengaruh interactivity, satisfaction dan

telepresence sebagai mediator terhadap behavioral intentions.

2. Bagi Penulis

Melalui penelitian ini diharapkan penulis dapat memahami dan

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan bukti empiris mengenai pengaruh interactivity terhadap

behavioral intentions dan satisfaction, telepresence sebagai mediator.

3. Bagi Pihak Lain

Dapat dijadikan sebagai masukan untuk penelitian tentang behavioral

intentions pada toko retail online.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Interactivity (Interaktivitas)

Interaktivitas didefinisikan Liu dan Shrum (2002) Sejauh mana dua

pihak atau lebih berkomunikasi dan bertindak satu sama lain, yang dilakukan

pada komunikasi media online, dan sejauh mana pengaruh tersebut

disinkronisasi. Definisi ini mengidentifikasi tiga dimensi inti yang mendasari

interaktivitas yaitu, kontrol aktif, komunikasi dua arah dan sinkronisitas, yang

secara empiris divalidasi oleh Liu (2003).

William, Rice, dan Rogers (1988) dalam Severin dan Tankard (2007),

mendefinisikan interaktivitas sebagai tingkatan dimana pada proses

komunikasi para partisipasi memiliki kontrol terhadap peran, dan dapat

bertukar peran, dalam dialog mutual mereka.

Interaktivitas dipandang menguntungkan karena hubungan pembeli

dan penjual didasarkan pada pertukaran informasi yang lebih relevan, lebih

besar dan lebih cepat (Varadarajan dan Yadav, 2002).

Konseptualisasi dan operasionalisasi interaktivitas :

Konsep dan operasionalisasi interaktivitas menurut (Fortin dan

Dholakia, 2005) kuncinya fokus pada:

a. Tujuan interaktivitas, yaitu yang meneliti berbagai cara di mana

interaktivitas dioperasionalkan oleh setiap situs. Hal ini telah

dipelajari oleh karakteristik situs web dalam hal ada atau tidak adanya
commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

fitur khusus. Misalnya, sebuah situs web dengan alamat kontak e-mail

dianggap memiliki tingkat yang lebih tinggi interaktivitas tujuan dari

situs web tanpa fitur ini, ceteris paribus.

b. Subyektif (atau dianggap) interaktivitas adalah pesan arti psikologis

pengirim harus mereka sendiri dan interaktivitas penerima, juga

disebut "Interaktivitas dirasakan" oleh Newhagen et al. (1995). Karena

seseorang tidak dapat mengasumsikan bahwa hadirnya fitur dalam

sebuah situs web dirasakan merata oleh semua situs web pengunjung,

interaktivitas subjektif, karena itu berfokus pada pengalaman

pelanggan dengan menanyakan persepsi pengguna.

c. Secara keseluruhannya, interaktivitas berarti ukuran holistik atau

gestalt pada tingkat situs web tanpa mengacu pada suatu fitur yang

mendasari tertentu dari situs web. Meskipun mungkin mencerminkan

persepsi subjektif dan bahkan memiliki pengaruh besar pada hasil

seperti kepuasan pelanggan, ia memiliki nilai diagnostik sangat

terbatas.

d. Fitur tingkat interaktivitas, secara eksplisit mengakui bahwa situs web

terdiri dari banyak fitur, yang masing-masing mungkin memiliki gelar

yang berbeda dari interaktivitas. Sebuah fitur e-mail mungkin tidak

tersedia di dua situs web tapi satu menyediakan real-time respon

sedangkan yang kedua menjanjikan respon dalam waktu 24 jam, ini

menunjukkan bahwa situs pertama adalah ceteris paribus lebih

interaktif. Dengan berfokus pada interaktivitas pada tingkat fitur, ini


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

menawarkan nilai diagnostik yang lebih besar dalam memeriksa dan

memahami interaktivitas keseluruhan.

Penelitian yang dilakukan Mc Millan dan Downes (1998) dalam

penelitian Suma (2010) yang berdasarkan pada wawancara dengan pakar

teknologi baru, mengidentifikasikan enam dimensi interaktivitas. Mereka

menyebutkan bahwa akan terjadi interaktivitas yang lebih besar dengan

cara pemberian informasi daripada persuasi, lebih banyak control oleh

pengguna, lebih banyak aktivitas oleh pengguna, bukan komunitas satu-

arah tapi dua-arah, komunikasi yang terjadi pada waktu-waktu yang

fleksibel, dan komunikasi yang terjadi di tempat yang tidak sebenarnya.

Dua peneliti, Louise Ha dan Lincoln James dalam penelitian Suma

(2010), mengatakan bahwa interaktivitas pada web site memiliki lima

dimensi penting :

a. Daya hibur, meliputi game dan kuis-kuis yang dapat diikuti partisipan

b. Pilihan, yaitu memberikan alternative pengguna, termasuk mengakhiri

komunikasi setiap saat.

c. Daya sambung, yaitu memberikan sebuah situs yang lengkap yang

melibatkan pengguna.

d. Koleksi informasi, yaitu kumpulan demografik, psikografis pengguna,

dan kadang-kadang karakteristik personal oleh web site.

e. Komunikasi timbal balik, yaitu komunikasi dua arah, yang disediakan

pada berbagai website oleh email, yang didalamnya para pengunjung

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

situs dapat memasukkan data dan sebagainya (Severin dan Tankard:

2005).

B. Telepresence

Telepresence adalah variabel proses yang berhubungan untuk

mempengaruhi pengalaman pelanggan dalam lingkungan online, dan

mengacu pada pengalaman online menjadi lebih nyata seperti halnya

kontak fisik (Short et al. : 1976).

Telepresence adalah sebuah perangkat tatap muka virtual yang

diciptakan untuk membantu kolaborasi antarpeserta pertemuan dari lokasi

berbeda. Meski beda lokasi, peserta pertemuan akan ditampilkan dalam

ukuran sesungguhnya secara virtual melalui layar berukuran besar.

Perangkat konferensi jarak jauh ini menggunakan kekuatan jaringan dan

video berdefinisi tinggi. Peserta pertemuan yang berada di kantor lain yang

jauh sekalipun, seakan berada dalam satu ruangan dengan kita (O‟brien

dan Marakas : 2011).

Telepresence telah mengubah pekerjaan menjadi lebih produktif

karena peserta tidak perlu bepergian jarak jauh hanya untuk melakukan

pertemuan dan bertatap muka karena teknologi ini memungkinkan untuk

bertatap muka dengan menggunakan beberapa layar video. Setiap peserta

pertemuan dapat melihat dan berbicara kepada setiap anggota lainnya di

layar, atau bahkan beberapa layar, seolah-olah mereka berada di ruangan

yang sama. Hal ini menghemat banyak sekali waktu dan biaya yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

sebelumnya harus dikeluarkan perusahaan. Keunggulan teknologi ini

antara lain adalah aspek visual yang sangat meningkatkan komunikasi

karena memungkinkan untuk melihat ekspresi wajah dan bahasa tubuh

lainnya.

Menurut O‟brien dan Marakas (2011) telepresence memerlukan

investasi yang tidak murah, namun terdapat banyak kelebihan pada

teknologi ini misalnya:

1. Keuntungan terbesar adalah mengurangi biaya perjalanan perusahaan.

Teknologi telepresence membantu mempertemukan antar peserta

pertemuan dari lokasi berbeda dalam suatu waktu dan tempat yang

sama. Olehkarenanya perjalanan bisnis dapat dihemat dan biaya yang

dikeluarkan dapat diminimalkan.

2. Meniadakan waktu perjalanan (traveling time)

Peserta tidak perlu bepergian jarak jauh hanya untuk melakukan

pertemuan dan bertatap muka karena teknologi telepresence

memungkinkan untuk bertatap muka. Dampaknya waktu yang

diperlukan untuk perjalanan menjadi sangat minimal bahkan tidak ada

sama sekali.

3. Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan karyawan (work life

balance)

Pemangkasan perjalanan bisnis dan waktu yang dihabiskan untuk

perjalanan tersebut dapat membuat karyawan memiliki waktu lebih

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

untuk diri mereka sendiri dan mempengaruhi produktifitas di

lingkungan kerja.

4. Mengurangi hilangnya produktifitas karyawan (lost of productivity)

yang disebabkan oleh waktu yang dihabiskan selama perjalanan

(traveling time).

Waktu yang sebelumnya dihabiskan hanya untuk perjalanan dapat

dimanfaatkan untuk mendiskusikan ide-ide yang dapat meningkatkan

produktifitas perusahaan.

5. Merupakan “green initiatives” (inisiatif yang ramah lingkungan) dan

menghapus jejak karbon (footprint carbon).

Teknologi telepresence memangkas frekuensi perjalanan sehingga

mengurangi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh jumlah

individu yang terbang dengan pesawat atau menggunakan kendaraan

lain.

Telepresence telah digambarkan sebagai pengalaman manusia yang

sepenuhnya hadir di lokasi dunia nyata hidup jauh dari lokasi fisik

seseorang. Seseorang mengalami telepresence video yang karenanya akan

mampu berperilaku, dan menerima rangsangan, seakan bagian dari

pertemuan di lokasi terpencil (O‟brien dan Marakas : 2011).

Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, telepresence

memiliki kemiripan dengan pertemuan tatap muka. Layar dengan resolusi

tinggi memungkinkan seseorang menatap lawan bicaranya secara lebih

hidup. Namun demikian dampak terbesar dari telepresence adalah


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

hilangnya interaksi fisik dari peserta satu dengan peserta lainnya.

Pertemuan tatap muka memungkinkan terjadinya interaksi interpersonal.

Interaksi ini memungkinkan karyawan secara bebas dapat berdiskusi

mengenai ide-ide dan inovasi penting yang memungkinkan dapat

meningkatkan produktifitas perusahaan. Ada beberapa etiket penting yang

perlu diketahui dalam pertemuan yang menggunakan telepresence:

1. Hadir tepat waktu

2. Berpakaian yang tepat

3. Tidak terus menerus membaca email atau pesan dari alat

telekomunikasi lain

4. Memastikan bahwa semua peserta memiliki agenda dan bahan-bahan

lainnya baik sebelum pertemuan

5. Mengatur peralatan termasuk memastikan posisi kamera sehingga

semua orang terlihat di dalam layar. Menempatkan mikrofon di mana

setiap orang dapat berbicara dengan jelas dan mudah didengar.

6. Datang lebih awal untuk menguji koneksi dan memastikan semua

orang hadir sebelum waktu yang dijadwalkan.

7. Memilih pembicara utama sehingga semua orang tidak akan berbicara

sekaligus.

8. Memperkenalkan semua orang, jika peserta tidak mengenal satu sama

lain. Jika diperlukan siapkan nameplates.

9. Bersikap normal, melihat lurus ke kamera, berbicara seperti biasa, dan

menggunakan gerakan alami.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

10. Fokus pada pertemuan dan tidak mencoba untuk mengerjakan

pekerjaan di luar pertemuan.

11. Hindari percakapan pribadi. Jika ada yang benar-benar harus dibahas

secara pribadi sebaiknya speaker dimatikan.

12. Membatasi gerakanan tubuh atau menghindari keluar masuk ruangan

yang dapat mengganggu peserta pertemuan.

13. Jika terjadi penundaan karena masalah koneksi sebaiknya tidak bicara

satu sama lain.

14. Tidak membawa makanan ke pertemuan.

15. Menghilangkan gangguan lingkungan seperti cahaya yang berlebihan

yang masuk melalui jendela atau suara suara dari tempat lain.

Pertemuan yang paling baik dilakukan adalah mengkombinasikan

teknologi Telepresence dengan pertemuan tatap muka. Meski

menghabiskan banyak biaya dan terbuangnya waktu, pertemuan tatap

muka tetap menjadi hal yang penting. Pertemuan tatap muka dapat

dilakukan dengan frekuensi tertentu misalnya satu bulanan atau tiga

bulanan dan seterusnya. Selebihnya pertemuan dapat dilakukan dengan

menggunakan telepresence. Kunjungan ke kantor yang letaknya jauh

dengan kantor pusat dapat meningkatkan interaksi dan membuat karyawan

di lokasi yang jauh tersebut merasa dihargai. Bahkan kesulitan-kesulitan di

lapangan dapat dirasakan pula oleh orang yang berkunjung tersebut

sehingga kita lebih dapat menghargai pekerjaan orang lain (O‟brien dan

Marakas : 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

C. Satisfaction (Kepuasan)

Secara umum, kepuasan pelanggan ditentukan oleh terpenuhi tidaknya

harapan pelanggan. Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan

harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan, maka pelanggan merasa tidak

puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.

Kata „kepuasan atau satisfaction‟ berasal dari bahasa Latin “satis”

(artinya cukup baik, memadai) dan facio (melakukan atau membuat). Secara

sederhana kepuasan dapat diartikan sebagai „upaya pemenuhan sesuatu‟ atau

„membuat sesuatu memadai‟ (Tjiptono,2005: 195). Adapun definisi kepuasan

menurut beberapa ahli (Tjiptono, 2005: 198) adalah sebagai berikut :

a. Howard dan Sheth (1969), mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan

adalah situasi kognitif pembeli berkenaan dengan kesepadanan atau

ketidaksepadanan antara hasil yang didapatkan dibandingkan dengan

pengorbanan yang dilakukan;

b. Westbrook dan Reilly (1983), berpendapat bahwa kepuasan pelanggan

merupakan respons emosional terhadap pengalaman-pengalaman berkaitan

dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai, ritel, atau bahkan pola

perilaku (seperti perilaku berbelanja dan perilaku pembeli), serta pasar

secara keseluruhan. Respons emosional dipicu oleh proses evaluasi

kognitif yang membandingkan persepsi (atau keyakinan) terhadap objek,

tindakan atau kondisi tertentu dengan nilai-nilai (atau kebutuhan,

keinginan dan hasrat) individual;.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Tjiptono (2004:146) mengemukakan bahwa sebenarnya konsep

kepuasan konsumen masih bersifat abstrak. Pencapaian kepuasan dapat

merupakan proses yang sederhana maupun kompleks dan rumit. Untuk dapat

mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara lebih baik, maka perlu

dipahami pula sebab-sebab kepuasan. Pelanggan tidak hanya lebih banyak

kecewa pada jasa daripada barang, tetapi mereka juga jarang mengeluh. Salah

satu alasannya adalah karena mereka juga ikut terlibat dalam proses

penciptaan jasa.

Kotler (2002:42) mengemukakan bahwa “kepuasan adalah perasaan

senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara

persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-

harapannya”. Oliver (dalam Tjiptono & Chandra, 2005:196) mengemukakan

kepuasan konsumen adalah penilaian bahwa bentuk/model produk atau jasa,

atau produk/jasa itu sendiri memberikan tingkat pemenuhan berkaitan dengan

konsumsi yang menyenangkan.

Saat pelanggan menilai kepuasan mereka berdasarkan salah satu unsur

kinerja perusahaan-misalnya penyerahan barang-perusahaan perlu menyadari

bahwa beragam sekali cara pelanggan mendefinisikan penyerahan barang

yang baik. Penyerahan barang yang baik itu dapat berarti penyerahan yang

lebih awal, tepat waktu, lengkap, dan seterusnya (Kotler, 2002: 47).

Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Ada beberapa metode yang bisa dipergunakan setiap perusahaan untuk

mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan pesaing.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Kotler, et.al. 2000 (dalam Tjiptono, 2005: 210) mengidentifikasi empat

metode untuk mengukur kepuasan pelanggan yaitu: sistem keluhan dan saran,

ghost shopping, lost customer analysis, dan survei kepuasan pelanggan.

a. Sistem keluhan dan saran. Setiap organisasi yang berorientasi pada

pelanggan (customer-oriented) perlu menyediakan kesempatan dan akses

yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya guna menyampaikan

saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang digunakan bisa

berupa kotak saran yang ditempatkan di lokasi-lokasi strategis (yang

mudah dijangkau atau sering dilewati pelanggan), kartu komentar (yang

bisa diisi langsung maupun dikirim via pos kepada perusahaan), saluran

telephon khusus bebas pulsa, websites, dan lain-lain. Informasi-informasi

yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan

masukan yang berharga kepada perusahaan, sehingga memungkinkannya

untuk bereaksi secara tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah

yang timbul.

b. Ghost Shopping (Mystery Shooping). Salah satu cara memperoleh

gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan

beberapa orang ghost shoppres untuk berperan atau berpura-pura sebagai

pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing. Mereka diminta

berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk/ jasa

perusahaan.

c. Lost Customer Analysis. Sedapat mungkin perusahaan seyogyanya

menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

pindah pemasok agar dapat memahanmi mengapa hal itu terjadi dan

supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan/ penyempurnaan

selanjutnya.

d. Survei Kepuasan pelanggan. Sebagian riset kepuasan pelanggan

dilakukan dengan menggunakan metode survei. Melalui survei,

perusahaan akan memperoleh tanggapan dan balikan secara langsung dari

pelanggan dan juga memberikan kesan positif bahwa perusahaan menaruh

perhatian terhadap para pelanggannya.

D. Behavioral intentions (Niat Perilaku)

Fishbein dan Ajzen (1980) mendefinisikan niat perilaku sebagai

ukuran dari kekuatan niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu,

sedangkan Jaccard dan King (1977) mendefinisikan perilaku niat sebagai

hubungan yang dirasakan antara diri sendiri dan beberapa perilaku.

Fishbein dan Ajzen (1980) menyarankan bahwa niat perilaku sebagian

besar dapat memprediksi perilaku pelanggan yang sebenarnya ketika niat

perilaku yang tepat diukur.

Menurut Zeithaml et al (1996), behavioral intentions adalah sinyal dan

sikap, apakah pelanggan akan tetap setia dengan perusahaan atau mencari

keburukan (cacat) dari perusahaan. Behavioral intentions bisa dikategorikan

sebagai menguntungkan bila merekomendasikan perusahaan tersebut kepada

pelanggan lain (informasi positif) atau tidak menguntungkan bila

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

meninggalkan perusahaan dan menginformasikan kejelekan tentang

perusahaan tersebut.

Dalam studi ini, behavioral intentions yang mengemukakan sebagai

multi dimensi yang membangun, yang terdiri dari:

1. Loyalitas

2. Rekomendasi

3. Membayar harga premium.

Pertama, loyalitas, dipahami dalam penelitian ini sebagai komitmen

yang dipegang untuk mengulang pembelian pilihan layanan (Oliver, Bei dan

Chiao, 2001). Loyalitas dapat diwujudkan oleh usaha peningkatan dengan

perusahaan di masa depan (Zeithaml et al, 1996).

Rekomendasi didefinisikan oleh Host dan Knie-Andersen (2004)

sebagai kesiapan untuk berkomunikasi tentang penyedia layanan (provider)

yang ditawarkan oleh pelanggan yang sudah ada, yang dianggap bukan untuk

mendapatkan keuntungan dari tindakannya tersebut.

Membayar harga premium dalam hal ini dapat diartikan sebagai

kesediaan untuk membayar lebih, niat pelanggan untuk membayar harga yang

lebih tinggi untuk manfaat yang lebih saat menerima layanan dari penyedia

layanan atau provider (Zeithaml et al, 1996.).

Behavioral intentions berhubungan dengan dua teori yang

mendukungnya, yaitu :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

1. Teori tindakan beralasan

Model teori tindakan beralasan dikembangkan oleh Ajzen dan

Fishbein pada tahun 1980. Jogiyanto (2007) memaparkan bahwa Teori

Tindakan Beralasan atau Theory of Reasoned Action (TRA) lahir

dikarenakan hasil-hasil penelitian yang menguji teori sikap kurang

berhasil. Teori tindakan beralasan mengusulkan bahwa perilaku

merupakan fungsi dari niat dan niat perilaku merupakan fungsi dari sikap

dan norma-norma subyektif. Menurut teori ini, niat perilaku dan perilaku

merupakan dua hal yang berbeda. Niat perilaku masih merupakan suatu

niat yang berupa keinginan untuk melakukan suatu perilaku, sementara

perilaku adalah tindakan atau kegiatan nyata yang dilakukan. Teori ini

menyatakan bahwa seseorang atau individu akan memanfaatkan sisten

informasi dengan alasan bahwa sistem informasi tersebut akan memberi

manfaat atau kegunaan bagi dirinya.

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Jogiyanto (2007), sikap

merupakan jumlah dari afeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk

menerima atau menolak suatu obyek atau perilaku dan diukur dengan

suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluative dua

kutub, misalnya baik atau jelek, setuju atau menolak dan sebagainya.

Selanjutnya norma-norma subyektif didefenisikan sebagai persepsi atau

pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang

akan mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku

yang sedang dipertimbangkan (Jogiyanto, 2007)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

2. Teori perilaku rencanaan

Teori perilaku rencanaan merupakan teori yang dikembangkan dari

model teori tindakan beralasan oleh Icek Ajzen (1988). Model teori ini

menambahkan satu variabel dalam model teori tindakan beralasan yaitu

variabel kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control).

Jogiyanto (2007) memaparkan bahwa asumsi dasar dari teori perilaku

rencanaan adalah banyak perilaku tidak semuanya dibawah kontrol penuh

individual sehingga perlu ditambahkan konsep kontrol perilaku persepsian.

Kontrol perilaku persepsian didefinisikan oleh Ajzen (1991)

sebagai kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan perilaku.

Sementara itu Taylor dan Todd (1995) mendefinisikan variabel ini dalam

konteks sistem informasi bahwa kontrol perilaku persepsian sebagai

persepsi dan konstruk-konstruk internal dan eksternal dari perilaku.

Teori perilaku rencanaan menunjukkan bahwa perilaku individu diarahkan

oleh tiga macam kepercayaan-kepercayaan yaitu:

1. Kepercayaan-kepercayaan perilaku didefenisikan sebagai kepercayaan-

kepercayaan tentang kemungkinan terjadinya perilaku.

2. Kepercayaan-kepercayaan normatif diartikan sebagai kepercayaan-

kepercayaan tentang ekspektasi-ekspektasi normatif dari orang-orang

lain dan motivasi untuk menyetujui ekspektasi-ekspektasi tersebut.

3. Kepercayaan-kepercayaan kontrol didefenisikan sebagai kepercayaan-

kepercayaan yang dimiliki oleh individual mengenai sumber-sumber

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

daya dan kesempatan-kesempatan yang dimiliki untuk mengantisipasi

halangan yang dihadapi.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Dholakia and Zhao (2009) dengan judul

“Retail web site interactivity – How does it influence customer satisfaction and

behavioral intentions” mengemukakan bahwa interactivity mempunyai

pengaruh positf terhadap telepresence, satisfactions dan behavioral intentions,

walaupun satisfaction tidak memediasi secara penuh behavioral intentions.

Hasil Penelitian Cristobal, Flavia´n dan Guinalı´u (2007), yang

berjudul: “Perceived e-service quality (PeSQ) Measurement validation and

effects on consumer satisfaction and web site loyalty”, menunjukkan bahwa

e-service quality berpengaruh terhadap e-satisfaction dan e-satisfaction

berpengaruh signifikan terhadap e-loyalitas, sedangkan e-service quality tidak

berpengaruh terhadap e-loyalitas.

F. Kerangka Pemikiran

Untuk memperjelas pokok permasalahan dan memberikan arah dalam

melakukan analisis, perlu adanya kerangka pemikiran. Adapun kerangka

pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

Telepresence

H1

H3
Subjective Behavioral
Interactivity Intentions

H2 H5
Satisfaction

H4
Sumber : Dholakia and Zhao (2009)
Gambar: II.1. Kerangka Model Penelitian

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis dapat dikatakan

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empirik (Sugiyono, 2007: 64). Berdasarkan kajian teori dan kerangka

pikir penelitian maka hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini adalah:

Fitur situs dapat menyebabkan beberapa konsekuensi beberapa di

antaranya adalah proses yang berhubungan sementara yang lain adalah hasil

dari proses ini. Telepresence adalah variabel proses yang berhubungan yang

mempengaruhi pengalaman pengguna


commit todalam
user lingkungan online, dan mengacu
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

pada pengalaman online menjadi lebih nyata daripada fisik. Menyebutnya

kehadiran sosial, Short et al (1976) didefinisikan sebagai telepresence sejauh

mana media menyampaikan kehadiran dirasakan berkomunikasi peserta dalam

pertukaran dua arah.

Penyelidikan empiris telah mengungkapkan bahwa kenaikan

interaktivitas dapat meningkatkan telepresence (Coyle dan Thorson, 2001;

Fortin dan Dholakia, 2005; Fiore et al, 2005). Maka Hipotesis pertama yang

diajukkan adalah:

H1 : Diduga terdapat pengaruh positif antara interactivity pada

telepresence.

Kepuasan dan tanggapan perilaku dua variabel kunci (Zhao dan

Dholakia, 2005; Dholakia et al, 2001). Kepuasan telah didefinisikan sebagai

"evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya. Kinerja

aktual produk "(Oliver, 1980) dan sebagai pemenuhan menyenangkan (Oliver,

1997). Dalam konteks lingkungan online, Szymanski dan Hise (2000, hal. 310)

dikonseptualisasikan e-kepuasan sebagai dukungan langsung dari hubungan

yang positif antara "hasil dari persepsi kenyamanan konsumen online,

merchandising, desain situs, dan keamanan keuangan." interaktivitas dan

kepuasan Menurut Rafaeli dan Sudweeks (1997) dan Liu dan Shrum

(2002). Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan, maka hipotesis kedua yang

diajukan adalah:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

H2 : Diduga terdapat pengaruh positif antara interactivity pada

satisfaction.

Bila pengunjung mengalami telepresence (mereka melihat bahwa

lingkungan virtual lebih nyata atau dominan dari lingkungan fisik), maka

mereka cenderung lebih puas dengan situs web (Dholakia and Zhao, 2009).

Maka hipotesis ketiga yang diusulkan dalam penelitian ini adalah:

H3 : Diduga terdapat pengaruh positif antara telepresence pada

satisfaction.

Hasil perilaku mencakup berbagai respon termasuk pembelian,

pembelian ulang, loyalitas, word of mouth, dan lainnya. Dalam dunia batu bata

dan mortir, patronase adalah hasil utama yang diinginkan oleh semua retail,

dan Oliver (1999) menekankan komitmen untuk membeli kembali atau

repatronize produk pilihan / jasa secara konsisten di masa depan. Dalam

lingkungan online, e-loyalitas telah didefinisikan sebagai "sikap yang

menguntungkan pelanggan terhadap e- retail yang menghasilkan perilaku

pembelian ulang" (Srinivasan et al, 2002., Hal. 42) dan dukungan empiris

ditemukan dampak positif interaktivitas pada e-loyalitas. Dalam hal tersebut

fokus pada komponen niat perilaku loyalitas pelanggan. Maka, hipotesis

keempat yang diusulkan dalam penelitian ini adalah:

H4 : Diduga terdapat pengaruh positif antara interactivity pada behavioral

intentions.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Selanjutnya, sebagian besar penelitian telah mendukung hubungan

kepuasan-niat perilaku positif (Oliver, 1999; Sivadas dan Baker-Prewitt,

2000). Bila pengunjung puas dengan situs web, mereka lebih cenderung untuk

mengambil tindakan seperti bookmark situs web, sehingga lebih mudah untuk

mengakses pada link ke situs web tersebut di masa depan atau berbicara baik

tentang situs web untuk orang lain. Maka hipotesis kelima yang diajukkan

adalah:

H5 : Diduga terdapat pengaruh positif antara satisfaction pada behavioral

intentions.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain survey, yaitu metode pengumpulan data

primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden

individu (Jogiyanto, 2004:115). Penelitian ini melalui penyebaran kuisioner

pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNS yang pernah berbelanja atau

membeli lewat kaskus.us.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa fakultas

ekonomi UNS yang pernah mengenal/mengakses kaskus.us.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang hendak diketahui yang

dianggap bisa mewakili populasi (Djarwanto; 1996). Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini sejumlah 250 mahasiswa FE UNS. Sampel yang

disarankankan dalam penggunaan SEM adalah lebih dari 100 atau minimal 5-

10 kali jumlah observasi, indikator yang digunakan dalam penelitian ini

sejumlah 38 item maka jarak minimum sampel yang digunakan untuk metode

SEM parametrik (AMOS) adalah antara 190 – 380 orang responden.


commit to user

42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

Ferdinand (2005:49) memberikan pedoman ukuran sampel yang

diambil, yaitu:

a. 200-500 sampel untuk teknik Generalized Least Square.

b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah

5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variable laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10.

d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik

estimasi.

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini diambil sejumlah

250 orang mahasiswa atau responden, maka penelitian akan menggunakan

rekomendasi untuk menggunakan Generalized Least Square yaitu penarikan

sampel antara 200-500 sampel (Ferdinand, 2005:49).

c. Teknik sampling

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode Nonprobability Sampling. Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pengambilan

sampel yang membatasi pada ciri-ciri khusus, yaitu seseorang yang

memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cara menentukan

koresponden yang berbelanja di kaskus.us.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

C. Definisi Operasional

1. Variabel bebas (independen). Variabel bebas merupakan variabel yang

diharapkan mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini

adalah Interactivity. Interaktivity didefinisikan Sejauh mana dua pihak atau

lebih berkomunikasi dan bertindak satu sama lain, yang dilakukan pada

komunikasi media online, dan sejauh mana pengaruh tersebut disinkronisasi.

Variabel bebas dalam penelitian ini mempunyai delapan dimensi yaitu,

dimensi customer feedback and comment, online ordering system, online

status tracking, key word search, personalization, customer communication,

virtual reality display, navigation. Setiap pertanyaan akan diukur dengan

skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Indikator diambil

dari replikasi jurnal utama yang berjudul “Retail web site interactivity : How

does it influence customer satisfaction and behavioral intentions?” dari

Dholakia dan Zhao (2009).

1. Customer feedback and comment (umpan balik dan komentar pelanggan):

a) Menjelajah di website

b) Pengharapan umpan balik

c) Umpan balik yang cepat

2. Online ordering system (sistem pemesanan online):

a) Memiliki banyak kontrol ketika ingin memesan

b) Mendapatkan pemberitahuan setelah memesan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

c) Ingin segera mendapatkan pemberitahuan setelah pesanan berhasil.

3. Online status tracking (status pelacakan online):

a) Memiliki banyak kontrol ketika ingin melacak status pesanan

b) Saat melacak pesanan mendapat informasi persis seperti yang

diharapkan.

c) Ingin segera mendapatkan pemberitahuan saat melacak pesanan

4. Key word search (pencarian kata kunci):

a) Memiliki banyak kontrol ketika menggunakan mesin pencari

b) Hasil pencarian persis seperti apa yang diharapkan.

c) Ketika menggunakan mesin pencari, merasa mendapatkan hasil

pencarian secara instan

5. Personalization (personalisasi):

a) Merasa memiliki banyak kontrol untuk dapat mempersonalisasi di

situs.

b) Informasi pribadi yang di dapat sesuai dengan yg diharapkan.

c) Segera mendapatkan personalisasi sesaat setelah menginput informasi.

6. Customer communication (komunikasi pelanggan):

a) Memiliki banyak kontrol ketika ingin memeriksa tinjauan pelanggan

lain dan untuk meninggalkan ulasan.

b) Cara memeriksa tinjauan produk pelanggan lain dan meninggalkan

ulasan persis seperti yang diharapkan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

c) Memeriksa tinjauan produk pelanggan lain atau meninggalkan ulasan

dalam waktu yang nyata.

7. Virtual reality display (tampilan virtual realitas):

a) Memiliki banyak kontrol untuk dapat melihat dan memeriksa produk

di situs web.

b) Cara di mana produk bisa dilihat persis seperti apa yang diharapkan.

c) Melihat tampilan seketika ketika mengklik link atau ikon.

8. Navigation (navigasi):

a) Memiliki banyak kontrol atas, kapan dan ke mana harus pergi di situs

web site

b) Kemampuan untuk pergi ke dalam situs web site adalah persis apa

yang diharapkan

c) Bisa dengan cepat melompat dari satu halaman ke halaman lainnya.

2. Variabel terkait (dependen). Variabel terkait pada penelitian ini adalah

Behavioural intention. Behavioural intention adalah mendefinisikan niat

perilaku sebagai ukuran dari kekuatan niat seseorang untuk melakukan

perilaku tertentu. Setiap pertanyaan akan diukur dengan skala likert 1 (sangat

tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju).

a) Mengatakan hal positif tentang website untuk orang lain.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

b) Mengenalkan web site untuk seseorang yang mencari saran.

c) Mendorong teman dan kerabat untuk melakukan bisnis dengan situs web

site.

d) Mempertimbangkan web site sebagai pilihan pertama untuk membeli.

e) Memperkirakan bisnis yang lebih prospek pada web site di masa depan.

3. Variabel mediasi. Variabel pemediasi pada penelitian ini adalah telepresence

dan satisfaction pelanggan. Kepuasan adalah tingkat rasa senang atau kecewa

seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan

dibandingkan dengan harapannya. telepresence didefinisikan sejauh mana

media menyampaikan kehadiran pelanggan yang dirasakan telah

berkomunikasi dalam dua arah. Setiap pertanyaan akan diukur dengan skala

likert 1 (sangat tidak puas) sampai 5 (sangat puas).

Telepresence

a) Lupa tentang lingkungan sekitarnya ketika mengunjungi web site tertentu.

b) Menggunakan web site sering membuat lupa di mana berada.

c) Setelah menggunakan web site merasa seperti kembali ke "dunia nyata"

d) Mengunjungi web site menciptakan dunia baru, dan dunia ini tiba-tiba

menghilang ketika berhenti browsing.

e) Saat mengunjungi web site, merasa berada dalam dunia yang diciptakan

oleh situs web tersebut

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

f) Saat mengunjungi web site, merasa tubuh saya di kamar, tetapi pikiran

berada di dalam dunia yang diciptakan oleh situs.

g) Saat mengunjungi web site, dunia yang dihasilkan oleh situs itu lebih

nyata dari kepuasan "dunia nyata."

Kepuasan

a) Sangat tidak puas 1 2 3 4 5 Sangat puas

b) Sangat tidak senang 1 2 3 4 5 Sangat senang

D. Pengujian Statistik

Pengujian statistik diawali dengan pengujian validitas dan reliabilitas data

penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan keandalan data,

sehingga data tersebut dapat diuji dengan menggunakan metode statistik apapun

jenisnya. Dengan demikian, hasil yang diperoleh mampu menggambarkan

fenomena yang diukur.

1. Uji Kualitas Instrumen Penelitian

Pengujian kualitas instrumen penelitian dalam penelitian ini

menggunakan dua tahap, yang meliputi: 1) pengujian tryout (pretest) dengan

menggunakan sampel kecil yaitu 50 orang responden, dimana dalam

pengujian tahap ini (dianalisis) menggunakan bantuan program SPSS versi

15; dan 2) pengujian sampel besar (sampel penelitian), dimana pengujian

dalam tahap penelitian langsung menggunakan bantuan Amos versi 16 dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

analisis first order confirmatory factor analysis (First Order CFA). Adapun

penjelasan dan kriteria dari kedua pengujian adalah sebagai berikut:

a. Pretest (sampel kecil)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah instrumen

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian telah valid dan handal

(layak) ataukah tidak.

1) Uji Validitas Konstruk (CFA)

Uji validitas bertujuan mengetahui ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Sekaran, 2006).

Dalam penelitian ini akan digunakan uji validitas dengan

Confirmatory Factor Analysis dengan bantuan software SPSS for

windows versi 15, di mana setiap item pertanyaan harus mempunyai

factor loading > 0,50.

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan prosedur pengujian statistik yang

dianggap relevan untuk mengukur sejauh mana kehandalan atau

konsistensi internal dari suatu instrumen penelitian. Untuk menguji

reliabilitas digunakan Cronbach Alpha dengan bantuan SPSS for

windows 15. Sekaran (2006) mengatakan bahwa nilai Cronbach

Alpha dapat dikatakan reliabel apabila nilainya > 0,60. Selanjutnya,

tingkatan reliabilitas dibagi menjadi tiga kriteria sebagai berikut : jika

alpha atau r hitung (1) 0,8-1,0 = Reliabillitas baik, (2) 0,60-0,79=


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Reliabilitas diterima, (3) Kurang dari 0,60= Reliabilitas kurang baik.

Dengan demikian, prosedur pengujian ini dapat memberikan jaminan

bahwa datanya memenuhi kriteria kelayakan untuk dianalisis dengan

menggunakan metode-metode statistik yang lain. Berikut ini adalah

pemilihan metode statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis.

b. First Order Confirmatory Factor Analysis

Pada tahap ini (sampel besar) pengujian analisis konfirmatori

faktor dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas secara

keseluruhan dari jumlah sampel yang dipakai (digunakan) untuk

penelitian, juga menguji normalitas data, outlier, serta pengukuran

goodness of fit.

1) Uji Validitas Konvergen

Uji validitas bertujuan mengetahui ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen

dianggap memiliki validitas tinggi jika dapat memberikan hasil

pengukuran yang sesuai dengan tujuannya. Pengujian validitas dalam

penelitian menggunakan convergent validity atau validitas konvergen.

Validitas konvergen dapat dinilai dari measurement model yang

dikembangkan dalam penelitian dengan menentukan apakah setiap

indikator yang diestimasikan secara valid mengukur dimensi dari

konsep yang diujinya. Sebuah indikator dimensi menunjukkan

validitas konvergen yang signifikan apabila koefisien variabel


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

indikator itu lebih besar dari dua kali standar errornya (Anderson &

Gerbing dalam Ferdinand, 2005: 187). Bila setiap indikator memiliki

critikal ratio (C.R) yang lebih besar dari dua kali standar errornya

(S.E), hal ini menunjukkan bahwa indikator itu secara valid mengukur

apa yang seharusnya diukur dalam model yang disajikan.

2) Uji Reliabilitas Konstruk

Reliabilitas konstruk dinilai dengan menghitung indeks

reliabilitas instrumen yang digunakan (composite reliability) dari

model SEM yang dianalisis. Nilai batas yang digunakan untuk menilai

sebuah tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70, walaupun

angka itu bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya, bila

penelitian yang dilakukan bersifat eksploratori, maka nilai dibawah

0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan

empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Nunally dan Bernstein,

(1994) dalam Ferdinand, (2005: 193) memberikan pedoman yang baik

untuk menginterpretasikan indeks reliabilitas. Mereka menyatakan

bahwa dalam penelitian eksploratori, reliabilitas yang sedang antara

0,5 – 0,6 sudah cukup untuk menjustifikasi sebuah hasil penelitian.

2. Analisis Structural Equation Model (SEM)

Analisis stuctural equation model bertujuan untuk mengestimasi

beberapa persamaan regresi terpisah akan tetapi masing masing

mempunyai hubungan simultan atau bersaman. Dalam analisis ini


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

dimungkinkan terdapat beberapa variabel dependen, dan variabel ini

dimungkinkan menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang

lainnya.

Pada prinsipnya, model struktural bertujuan untuk menguji

hubungan sebab akibat antar variabel sehingga jika salah satu variabel

diubah, maka terjadi perubahan pada variabel yang lain. Dalam studi ini,

data diolah dengan menggunakan Analysis of Moment Structure atau

AMOS versi 16.

Analisis SEM memungkinkan perhitungan estimasi seperangkat

persamaan regresi yang simultan, berganda dan saling berhubungan.

Karakteristik penggunaan model ini: (1) untuk mengestimasi hubungan

dependen ganda yang saling berkaitan, (2) kemampuannya untuk

memunculkan konsep yang tidak teramati dalam hubungan serta dalam

menentukan kesalahan pengukuran dalam proses estimasi, dan (3)

kemampuannya untuk mengakomodasi seperangkat hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen serta mengungkap

variabel laten (Ghozali, 2005).

a. Evaluasi Asumsi SEM

1) Ukuran Sampel. Disarankan lebih dari 100 atau minimal 5-10 kali

jumlah observasi. Namun apabila jumlah sampel yang terlalu

banyak dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penarikan

sampel seluruhnya, maka penelitian akan menggunakan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

rekomendasi untuk menggunakan GLS yaitu penarikan sampel

antara 200-500 sampel (Ferdinand, 2005:49).

2) Normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah

distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal.

Normalitas univariate dilihat dengan nilai critical ratio (c.r) pada

skewness dan kurtosis dengan nilai batas di bawah + 2,58.

Normalitas multivariate dilihat pada assessment of normality baris

bawah kanan, dan mempunyai nilai batas + 2,58. Apabila data

terdistribusi normal baik secara univariate (individu) dan

multivariate secara bersama-sama maka pengujian data outlier

tidak perlu dilakukan (Santoso, 2007:81).

3) Outliers. Data outlier adalah data yang secara nyata berbeda

dengan data-data yang lain. Nilai kritis sebenarnya adalah nilai

chi-square pada degree of freedom sebesar jumlah sampel pada

taraf signifikansi sebesar 0,001. Asumsi terpenuhi jika tidak

terdapat observasi yang mempunyai nilai Z-score di atas + 3 atau

4. Sebuah data termasuk outlier jika mempunyai nilai p1 dan p2

yang kurang dari 0,05 pada pengujian outlier mahalanobis

distance (Santoso, 2007:75).

4) Multicollinearity dan Singularity. Multikolinearitas dilihat pada

determinant matriks kovarians. Nilai yang terlalu kecil

menandakan adanya multikolinearitas atau singularitas. Dalam


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

program komputer SEM telah menyediakan fasilitas “warning”

setiap kali terdapat indikasi multikolinieritas atau singularitas.

b. Evaluasi Atas Kriteria Goodness of Fit

1) Likelihood ratio chi-square statistic (χ2). Merupakan ukuran

fundamental dari overall fit. Nilai chi square yang tinggi terhadap

degree of freedom menunjukkan bahwa korelasi yang diobservasi

dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan

probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi. Sebaliknya, nilai

chi square yang rendah terhadap degree of freedom menunjukkan

bahwa korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi tidak

berbeda secara signifikan. Oleh sebab itu maka nilai yang

diharapkan adalah kecil, atau lebih kecil dari pada chi square tabel.

Dalam model maximum likelihood atau jumlah sampel dibawah

200 pengujian goodness of fit (kesesuaian) dapat dilakukan hanya

dengan melakukan pengujian chi-square statistic saja dengan

ketentuan apabila nilai chi-square kecil atau nilai probabilitas >

0,05 maka model sudah dapat dikatakan fit. Hal tersebut

berdasarkan pendapat Hair et al., 1995; Tabachnick dan Fidell,

1996 (dalam Ferdinand, 2005:55) yang menyatakan bahwa Chi-

square bersifat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan,

karena itu bila jumlah sampel adalah cukup besar yaitu lebih dari

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

200 sampel, maka statistik chi-square ini harus didampingi oleh

alat uji lainnya.

2) Probabilitas (p-value). Diharapkan nilai probabilitas lebih dari

0,05 (5%).

3) Root Mean Square Error Approximation (RMSEA). Merupakan

ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistik chi

square yang menolak model dengan jumlah sampel yang besar.

Hasil uji empiris RMSEA sesuai untuk menguji model

konfirmatori dengan jumlah sampel besar. Nilai yang diharapkan

adalah sama atau kurang dari 0,08.

4) Goodness of Fit Index (GFI). Nilai GFI yang tinggi menunjukkan

fit yang lebih baik. Nilai yang diharapkan adalah sama atau lebih

besar dari 0,9.

5) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI). Nilai yang diharapkan

adalah sama atau lebih besar dari 0,9.

6) The Minimum Sampel Discrepancy Function atau Degree of

Freedom (CMIN/DF). Merupakan nilai yang dihasilkan dari

pembagian nilai chi square oleh degree of freedom. Nilai yang

diharapkan adalah lebih kecil dari 2 atau 3.

7) Tucker Lewis Index (TLI). Nilai yang diharapkan adalah sama

atau lebih besar dari 0,95.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

8) Comparative Fit Index (CFI). Nilai yang diharapkan adalah sama

atau lebih besar dari 0,95.

Berikut syarat pengujian kelayakan sebuah model (goodness of fit)

yang dirangkum dalam tabel III.1.

Tabel III.1

Goodness-Of-Fit

Goodness-of-fit Indicies Cut-off Value


x 2 - Chi Square Diharapkan kecil
Probabilitas > 0,05
CMIN/df < 2,00 atau 3,00
GFI > 0,90
AGFI ≥ 0,90
TLI ≥ 0,95
CFI ≥ 0,95
RMSEA ≤ 0,08
Sumber: Ferdinand, 2005

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Data Responden

Deskripsi data responden diperoleh berdasarkan distribusi data tentang

jenis kelamin, usia, serta uang saku atau penghasilan responden. Adapun hasil

selengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Untuk mengetahui lebih lanjut distribusi responden berdasarkan jenis

kelamin responden dapat dilihat pada hasil frekuensi data responden sebagai

berikut:

Tabel IV.1
Distribusi Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Perempuan 112 44,8
Laki-laki 138 55,2
Jumlah 250 100,0
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Adapun untuk memberikan gambaran lebih jelasnya akan ditampilkan

gambar pie-chart sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

150

100
55,2%
44,8%
50

0
Laki-laki Perempuan

Gambar: IV.1. Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Dari hasil tabel IV.1 diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden

adalah berjenis kelamin pria dengan persentase 55,2%. Karena rata-rata

mahasiswa yang mengetahui dan sering berselancar di website kaskus.us

adalah pria dengan kecenderungan lebih mudah percaya dan kurang

menyenangi berbelanja secara fisik (pergi ke toko) serta memiliki barang-

barang yang dijual adalah produk yang jarang berada di pasaran.

2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden

Untuk mengetahui lebih lanjut data distribusi responden berdasarkan

usia dapat dilihat pada hasil frekuensi data responden sebagai berikut:

Tabel IV.2
Distribusi Usia Responden
Usia Frekuensi Persentase (%)
19- 20 tahun 51 20,4
21-22 tahun 166 66,4
23-24 tahun 22 8,8
> 24 tahun 11 4,4
Jumlah 250 100%
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Adapun untuk memberikan gambaran lebih jelasnya akan ditampilkan

gambar pie-chart sebagai berikut:


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

23-24 tahun
> 24 tahun

19-20 tahun

21-22 tahun

Gambar: IV.2. Frekuensi Usia Responden


Dari hasil tabel IV.2 diperoleh hasil bahwa mayoritas responden

adalah berusia antara 21-22 tahun dengan persentase 66,4%.

3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uang Saku/ Penghasilan Responden

Untuk mengetahui lebih lanjut distribusi responden berdasarkan uang

saku/penghasilan responden dapat dilihat pada hasil frekuensi data responden

sebagai berikut:

Tabel IV.3
Distribusi Uang Saku/Penghasilan Responden
Uang Saku Frekuensi Persentase (%)
< 500.000 65 26,0
500.000 - 1 Juta 115 46,0
1,1 Juta – 1,5 Juta 37 14,8
>1,5 Juta 33 13,2
Jumlah 250 100%
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Adapun untuk memberikan gambaran lebih jelasnya akan ditampilkan

gambar pie-chart sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

150

100

50

0
< 500rb 500rb- 1,1Juta- >1,5Juta
1Juta 1,5Juta

Gambar: IV.3. Frekuensi Uang Saku Responden


Dari hasil tabel IV.3 diperoleh hasil bahwa responden terbanyak

adalah yang memiliki uang saku atau penghasilan antara 500 ribu sampai satu

juta dengan persentase 46,0%.

B. Pengujian Kualitas Instrumen

1. Uji Validitas Konstruk (CFA)

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Sekaran, 2006). Dalam

penelitian ini akan digunakan uji validitas dengan Confirmatory Factor

Analysis (CFA) dengan bantuan software SPSS for windows versi 15, dimana

setiap item pertanyaan harus mempunyai factor loading > 0,50.

Teknik yang digunakan adalah dengan melihat output dari rotated

component matrix yang harus diekstrak secara sempurna. Jika masing-masing

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

item pertanyaan belum terekstrak secara sempurna, maka proses pengujian

validitas dengan Factor Analysis harus diulang dengan cara menghilangkan

item pertanyaan yang memiliki nilai ganda.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

Tabel IV.4
Hasil Uji Validitas Konstruk
a
Rotated Component Ma trix

Comp onent
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
fe1 .860
fe2 .926
fe3 .913
or1 .876
or2 .949
or3 .914
tr1 .862
tr2 .860
tr3 .856
ky1 .801
ky2 .820
ky3 .865
pr1 .925
pr2 .773
pr3 .872
c o1 .685
c o2 .706
c o3 .814
v d1 .747
v d2 .612
v d3 .879
na1 .783
na2 .845
na3 .767
te1 .932
te2 .795
te3 .518
te4 .884
te5 .825
te6 .648
te7 .712
S1 .876
S2 .829
BI1 .611
BI2 .779
BI3 .874
BI4 .816
BI5 .587
Ex tra c tion Me thod: Prin c ipal Com ponent Analy s is .
Rotat ion Meth od: Varim ax with Ka is er Norm aliz ation .
a. Rotat ion c onv erged in 7 iteration s .

Sumber : data primer diolah, 2012

Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel di atas, hasil validitas

tersebut dinyatakan valid karena setiap item pertanyaan yang menjadi

indikator masing-masing variabel telah terekstrak secara sempurna dan

memiliki factor loading ≥ 0,50.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan prosedur pengujian statistik yang dianggap

relevan untuk mengukur sejauh mana kehandalan atau konsistensi internal

dari suatu instrumen penelitian. Untuk menguji reliabilitas digunakan

Cronbach Alpha dengan bantuan SPSS for windows 15. Sekaran (2006)

mengatakan bahwa nilai Cronbach Alpha dapat dikatakan reliabel apabila

nilainya > 0,60. Selanjutnya, tingkatan reliabilitas dibagi menjadi tiga kriteria

sebagai berikut : jika alpha atau r hitung (1) 0,8-1,0 = Reliabillitas baik, (2)

0,60-0,79 = Reliabilitas diterima, (3) Kurang dari 0,60 = Reliabilitas kurang

baik. Dengan demikian, prosedur pengujian ini dapat memberikan jaminan

bahwa datanya memenuhi kriteria kelayakan untuk dianalisis dengan

menggunakan metode-metode statistik yang lain.

Tabel IV.5
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Keterangan
Alpha
Customer feedback and comments 0,920 Reliabel
Online ordering system 0,948 Reliabel
Online status tracking 0,900 Reliabel
Key Word Search 0,819 Reliabel
Personalization 0,906 Reliabel
Customer communication 0,683 Reliabel
Virtual reality display 0,698 Reliabel
Navigation 0,764 Reliabel
Telepresence 0,895 Reliabel
Satisfaction 0,825 Reliabel
Behavioral Intention 0,821 Reliabel
Sumber: data primer yang diolah, 2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

Berdasarkan hasil uji reliabilitas seperti yang terlihat pada tabel di

atas, dapat disimpulkan bahwa indikator/instrumen dari keenam variabel laten

yang diteliti dalam penelitian ini dinyatakan reliabel atau layak digunakan

sebagai instrumen dalam penelitian ini.

C. Analisis Konfirmatori Faktor (CFA) First Order

Analisis konfirmatori faktor merupakan salah satu tehnik analisis

multivariat yang digunakan untuk menguji sebuah konsep yang dibangun dengan

menggunakan beberapa indikator terukur. Analisis faktor konfirmatori adalah

salah satu jenis analisis faktor yang ditujukan untuk menguji sebuah teori atau

konsep mengenai sebuah proses atau sebuah pengertian atau sebuah fenomena.

Analisis faktor konfirmatori berangkat dari adanya teori dasar yang

digunakan dalam sebuah penelitian. Kajian terhadap teori dasar menghantar

peneliti untuk menggali kembali konsep-konsep lama yang menjadi dasar

membangun teori dasar. Untuk mendefinisikan konsep yang dikembangkan, maka

peneliti akan mencari, merumuskan, atau menggunakan indikator-indikator yang

dapat mendefinisikan dimensi konsep yang dikembangkan. Hasil pengujian, akan

digunakan untuk mengkonfirmasi ulang konsep dan struktur teori yang ada.

Untuk menilai kemantapan model, kita mesti melakukan analisis

konfirmatori faktor (confirmatory factor analysis = CFA) pada langkah pertama

analisis data (Bentler, 1982; Chi & Duda, 1995; Doll, Hendrickson & Deng,

1998) . SEM adalah suatu pendekatan analisis konfirmatori faktor yang cukup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

baik. SEM bukanlah untuk menghasilkan kausalitas, tetapi untuk membenarkan

adanya kausalitas teoretis atau untuk menguji kausalitas yang sudah ada teorinya.

Hasil analisis konfirmatori faktor dapat dilihat pada Gambar di bawah ini:

Gambar IV.4 Model Analisis Konfirmatori Faktor (CFA)

Gambar tersebut merupakan hasil dari langkah pretest, adapun hasil

selengkapnya dari pengujian confirmatory factor analysis adalah sebagai

berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

Gambar IV.5 Hasil Model Analisis Konfirmatori Faktor (CFA)


Berikut ini adalah hasil pengujian validitas konvergen dan reliabilitas

konstruk untuk masing-masing variabel penelitian.

1. Uji Validitas Konvergen

Pengujian validitas dalam penelitian menggunakan convergent

validity atau validitas konvergen. Validitas konvergen dapat dinilai dari

measurement model yang dikembangkan dalam penelitian dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

menentukan apakah setiap indikator yang diestimasikan secara valid

mengukur dimensi dari konsep yang diujinya. Sebuah indikator dimensi

menunjukkan validitas konvergen yang signifikan apabila koefisien

variabel indikator itu lebih besar dari dua kali standar errornya (Anderson

& Gerbing dalam Ferdinand, 2005: 187). Bila setiap indikator memiliki

critical ratio (C.R) yang lebih besar dari dua kali standar errornya (S.E),

hal ini menunjukkan bahwa indikator itu secara valid mengukur apa yang

seharusnya diukur dalam model yang disajikan.

a. Interactivity

Berdasarkan hasil pengujian validitas konvergen dan reliabilitas

konstruk untuk variabel interaktivitas dengan menggunakan bantuan

program komputer AMOS 16, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel IV.6
Validitas KonvergenVariabel Interaktivity
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

Konstruk Estimate S.E. C.R. P


Interaktivitas
na3 1.000
na2 1.176 .203 5.785 ***
na1 1.122 .225 4.982 ***
vd3 1.380 .282 4.898 ***
vd2 1.004 .230 4.367 ***
vd1 1.146 .260 4.416 ***
co3 .902 .232 3.886 ***
co2 1.368 .275 4.976 ***
co1 1.312 .290 4.531 ***
pr3 1.058 .252 4.202 ***
pr2 1.146 .266 4.308 ***
pr1 .998 .234 4.262 ***
ky3 1.323 .290 4.561 ***
ky2 .229 .247 .926 .354
ky1 1.835 .349 5.251 ***
tr3 1.590 .309 5.148 ***
tr2 1.369 .285 4.801 ***
tr1 1.261 .295 4.280 ***
or3 1.177 .257 4.586 ***
or2 1.101 .247 4.459 ***
or1 1.433 .255 5.619 ***
fe3 1.157 .251 4.615 ***
fe2 1.277 .288 4.429 ***
fe1 1.391 .298 4.666 ***
Sumber: data primer diolah, 2012

Pada tabel IV.6 menunjukkan bahwa semua indikator tentang

interaktivitas valid, hanya satu item (ky2) menghasilkan nilai estimasi

dengan critical ratio (C.R) yang lebih kecil dari dua kali standar errornya

(S.E), maka dapat disimpulkan bahwa indikator ky2 variabel interaktivitas

yang digunakan adalah tidak valid dan harus didrop/reduksi.

b. Telepresence

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

Berdasarkan hasil pengujian validitas konvergen dan reliabilitas

konstruk untuk variabel telepresence dengan menggunakan bantuan

program komputer AMOS 16, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel IV.7
Validitas KonvergenVariabel Telepresence
Konstruk Estimate S.E. C.R. P
Telepresence
te7 1.000
te6 1.246 .202 6.166 ***
te5 .976 .199 4.902 ***
te4 .446 .237 1.878 .060
te3 1.082 .220 4.913 ***
te2 .778 .163 4.781 ***
te1 1.229 .214 5.752 ***
Sumber: data primer diolah, 2012

Pada tabel IV.7 menunjukkan bahwa semua indikator tentang

telepresence valid, hanya satu item (te4) menghasilkan nilai estimasi

dengan critical ratio (C.R) yang lebih kecil dari dua kali standar errornya

(S.E), maka dapat disimpulkan bahwa indikator te4 variabel telepresence

yang digunakan adalah tidak valid dan harus didrop/reduksi.

c. Customer Satisfaction

Berdasarkan hasil pengujian validitas konvergen customer

satisfaction dengan menggunakan bantuan program komputer AMOS 16,

maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel IV.8
Validitas KonvergenVariabel Customer Satisfaction
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

Konstruk Estimate S.E. C.R. P


Customer Satisfaction
s2 1.000
s1 .840 .178 4.708 ***
Sumber: data primer diolah, 2012
Pada tabel IV.8 menunjukkan bahwa semua indikator tentang

customer satisfaction menghasilkan nilai estimasi dengan critical ratio

(C.R) yang lebih besar dari dua kali standar errornya (S.E), maka dapat

disimpulkan bahwa indikator variabel customer satisfaction yang

digunakan adalah valid.

d. Behavioral Intentions

Berdasarkan hasil pengujian validitas konvergen behavioral

intentions dengan menggunakan bantuan program komputer AMOS 16,

maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel IV.9
Validitas KonvergenVariabel Behavioral Intentions
Konstruk Estimate S.E. C.R. p
Behavioral Intentions
bi5 1.000
bi4 1.334 .196 6.807 ***
bi3 -.004 .199 -.020 .984
bi2 .976 .168 5.810 ***
bi1 1.017 .155 6.557 ***
Sumber: data primer diolah, 2012

Pada tabel IV.9 menunjukkan bahwa semua indikator tentang

behavioral intentions valid, hanya satu item (bi3) menghasilkan nilai

estimasi dengan critical ratio (C.R) yang lebih kecil dari dua kali standar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

errornya (S.E), maka dapat disimpulkan bahwa indikator bi3 variabel

behavioral intentions yang digunakan adalah tidak valid dan harus

didrop/reduksi.

2. Reliabilitas Konstruk

Reliabilitas konstruk dinilai dengan menghitung indeks reliabilitas

instrumen yang digunakan (composite reliability) dari model SEM yang

dianalisis. Nilai batas yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat

reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70, walaupun angka itu bukanlah

sebuah ukuran yang “mati”. Artinya, bila penelitian yang dilakukan

bersifat eksploratori, maka nilai dibawah 0,70 pun masih dapat diterima

sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik yang terlihat dalam

proses eksplorasi. Nunally dan Bernstein, (1994) dalam Ferdinand, (2005:

193) memberikan pedoman yang baik untuk menginterpretasikan indeks

reliabilitas. Mereka menyatakan bahwa dalam penelitian eksploratori,

reliabilitas yang sedang antara 0,5 – 0,6 sudah cukup untuk menjustifikasi

sebuah hasil penelitian.

Tabel IV.10
Reliabilitas Konstruk
FAKTOR
SI Telepresence Satisfaction BI
Variabel Const Error Const Error Const Error Const Error
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

(λ) (δ) (λ) (ε) (λ) (ε) (λ) (ε)


na3 0.50 0.75
na2 0.58 0.67
na1 0.51 0.74
vd3 0.64 0.60
vd2 0.48 0.77
vd1 0.53 0.72
co3 0.38 0.85
co2 0.62 0.62
co1 0.54 0.71
pr3 0.53 0.72
pr2 0.51 0.74
ξ1 pr1 0.46 0.79
ky3 0.59 0.65
ky2 0.07 0.99
ky1 0.80 0.37
tr3 0.65 0.58
tr2 0.51 0.74
tr1 0.51 0.74
or3 0.53 0.72
or2 0.49 0.76
or1 0.59 0.65
fe3 0.46 0.78
fe2 0.51 0.74
fe1 0.60 0.64
te7 0.55 0.70
te6 0.68 0.53
te5 0.56 0.69
η1 te4 0.17 0.97
te3 0.56 0.69
te2 0.51 0.74
te1 0.67 0.56
s2 0.67 0.55
η2
s1 0.50 0.75
bi5 0.64 0.60
bi4 0.76 0.42
η3
bi2 0.61 0.63
bi1 0.66 0.56
Σ of λ 12.57 3.68 1.17 2.66
Σ of ε 17.05 4.89 1.31 2.22
Reliabilitas
Konstruk 0.90 0.73 0.51 0.76
Sumber: data primer diolah, 2012
Adapun perhitungan reliabilitas konstruk di atas menunjukkan bahwa

construct reliability variabel interaktivitas sebesar adalah 0,90, telepresence

sebesar adalah 0,73, customer satisfaction sebesar 0,51, dan behavioral

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

intentions sebesar adalah 0,76. Keempat variabel yang diteliti memiliki nilai

reliabilitas konstruk lebih besar dari batas yang digunakan untuk menilai

sebuah tingkat reliabilitas yaitu 0,50 - 0,60, sehingga item-item yang ada

reliabel atau handal untuk mengukur keempat variabel tersebut.

D. Uji Kecukupan Sampel dan Asumsi SEM

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 250 responden.

Jumlah sampel tersebut merupakan responden yang memenuhi syarat dalam

menjawab kuesioner yang diberikan. Jumlah tersebut juga dinilai memenuhi,

karena jumlah sampel minimal bagi penelitian yang menggunakan alat statistik

Structural Equation Modelling (SEM) sebesar 5-10 observasi untuk setiap

parameter yang diestimasi.

1. Uji Normalitas

Syarat yang harus dipenuhi selain kecukupan sampel dalam

mengunakan analisis SEM yaitu normalitas data. Nilai statistik untuk menguji

normalitas menggunakan z-value (Critical Ratio atau C.R pada output AMOS

16.0) dari nilai skewness dan kurtosis sebaran data. Bila nilai C.R lebih besar

dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai

kritis untuk C.R dari skewness dan nilai C.R kurtosis di bawah ± 2,58. Hasil

selengkapnya adalah berikut ini:

Tabel IV.11
Hasil Uji Normalitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.


bi1 2.000 5.000 -.105 -.679 -.164 -.531
bi2 2.000 5.000 .010 .063 -.247 -.799
bi3 2.000 5.000 -.068 -.438 -.744 -2.400
bi4 2.000 5.000 .183 1.180 -.477 -1.540
bi5 2.000 5.000 .083 .533 -.377 -1.216
s1 2.000 5.000 -.070 -.451 -.381 -1.230
s2 2.000 5.000 -.006 -.040 -.607 -1.959
te1 2.000 5.000 -.270 -1.742 -.819 -2.643
te2 2.000 5.000 -.095 -.616 -.595 -1.921
te3 2.000 5.000 -.072 -.467 -.425 -1.370
te4 1.000 5.000 -.218 -1.408 -.132 -.425
te5 2.000 5.000 .069 .444 -.830 -2.678
te6 2.000 5.000 -.067 -.431 -.712 -2.299
te7 2.000 5.000 -.153 -.987 -.910 -2.937
fe1 2.000 4.000 -.207 -1.338 -.984 -3.177
fe2 1.000 4.000 -.683 -4.410 .572 1.847
fe3 2.000 4.000 -.062 -.401 -1.056 -3.407
or1 1.000 4.000 -.473 -3.056 .016 .051
or2 2.000 4.000 -.172 -1.109 -.916 -2.955
or3 2.000 4.000 -.279 -1.802 -.812 -2.619
tr1 2.000 5.000 .030 .194 -.608 -1.962
tr2 2.000 5.000 -.318 -2.055 -.574 -1.854
tr3 2.000 5.000 -.107 -.692 -.910 -2.936
ky1 2.000 5.000 .061 .396 -1.209 -3.903
ky2 2.000 5.000 .270 1.741 -.325 -1.048
ky3 2.000 4.000 -.047 -.305 -1.051 -3.393
pr1 2.000 5.000 .117 .755 -.422 -1.362
pr2 2.000 5.000 .123 .791 -.629 -2.030
pr3 2.000 5.000 -.083 -.536 -.622 -2.007
co1 2.000 4.000 -.265 -1.712 -.813 -2.622
co2 2.000 4.000 .213 1.373 -1.712 -5.527
co3 2.000 4.000 -.062 -.400 -1.414 -4.565
vd1 2.000 5.000 .052 .335 -1.078 -3.480
vd2 2.000 4.000 .110 .713 -1.551 -5.004
vd3 2.000 4.000 -.237 -1.531 -.812 -2.622
na1 2.000 5.000 .021 .133 -1.088 -3.512
na2 2.000 4.000 -.117 -.756 -1.278 -4.123
na3 2.000 4.000 -.318 -2.052 -1.026 -3.312
Multivariate 33.368 4.784
Sumber: data primer diolah, 2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa angka c.r skewness,

c.r kurtosis antara -2,58 sampai +2,58 yang berati data dalam penelitian ini

berdistribusi normal. Pengujian normalitas secara multivariate sebesar 4,784

yang menandakan bahwa data dalam penelitian ini tidak terdistribusi normal

secara multivariate.

Dikarenakan data tidak terdistribusikan normal, maka pengujian

outlier wajib dilakukan, maka pengujian outlier perlu dilakukan untuk melihat

apakah sebaran number observasi ada yang mengalami outlier atau tidak.

2. Uji Outlier

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim yang

memiliki karakteristik unik yang sangat berbeda dari observasi lainnya dan

muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk variabel tunggal maupun

variabel kombinasi. Dalam analisis multivariate adanya outlier dapat diuji

dengan statistik chi square (χ2) terhadap nilai mahalanobis distance squared

pada tingkat signifikansi 0,01 dengan degree of freedom sejumlah variabel

yang digunakan dalam penelitian atau secara univariate dapat dilihat dengan

melihat nilai p1 dan p2, dengan ketentuan apabila nilai probabilitas > 0,05

maka data observasi dikatakan tidak mengalami masalah outlier.

Tabel IV.12
Hasil Pengujian Outlier
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
88 69.295 .001 .301
90 66.437 .003 .166
65 64.995 .004 .086
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2


89 61.860 .009 .168
154 59.364 .015 .315
213 57.518 .022 .471
93 57.434 .022 .328
148 56.365 .028 .396
187 56.341 .028 .269
192 55.547 .033 .308
150 55.396 .034 .230
223 55.354 .034 .151
171 55.026 .036 .128
4 54.784 .038 .101
46 53.857 .046 .174
188 52.978 .054 .277
48 52.668 .057 .265
210 51.901 .066 .381
224 51.704 .068 .346
Sumber: data primer diolah, 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat indikasi 15 nilai

observasi yang mengalami outlier karena memiliki nilai probabilitas (p1) <

0,05. Adapun syarat ketentuan dinyatakan nomor observasi mengalami outlier

adalah apabila nomor observasi tersebut memiliki nilai probabilitas baik p1

dan p2 < 0,05. Sedangkan apabila nomor observasi hanya memiliki salah satu

saja dari probabilitasnya < 0,05 (probabilitas satunya tidak < 0,05) maka

indikasi outlier masih dapat diterima (tidak ada nilai observasi yang memiliki

nilai probabilitas p1 dan p2 dibawah 0,05). Sehingga dapat dikatakan dalam

penelitian ini tidak ada observasi yang mengalami masalah outlier.

E. Penilaian Model Fit

Menilai model fit adalah sesuatu yang kompleks dan memerlukan perhatian

yang besar. Suatu indeks yang menunjukkan bahwa model adalah fit tidak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77

memberikan jaminan bahwa model memang benar-benar fit. Sebaliknya, suatu

indeks fit yang menyimpulkan bahwa model adalah sangat buruk, tidak

memberikan jaminan bahwa model tersebut benar-benar tidak fit. Dalam SEM,

peneliti tidak boleh hanya tergantung pada satu indeks atau beberapa indeks fit,

tetapi sebaiknya pertimbangan seluruh indeks fit.

Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur

atau menguji hipotesis mengenai model (Hair et al., 1995; Joreskog & Sorbom,

1989; Long, 1983; Tabachnick & Fidell, 1996 dalam Ferdinand, 2005).

Umumnya terhadap berbagai jenis fit index yang digunakan untuk mengukur

derajat kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan.

Peneliti diharapkan untuk melakukan pengujian dengan menggunakan beberapa

fit index untuk mengukur kebenaran model yang diajukannya. Berikut ini adalah

hasil pengujian indeks kesesuaian dan cut-off value-nya untuk digunakan dalam

menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak. Hasil pengujian

Goodness of Fit dapat di lihat pada gambar model struktural sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78

Gambar IV.6 Model Struktural (SEM)

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program AMOS 16

diperoleh hasil goodness of fit sebagai berikut:

Tabel IV.13
Evaluasi Goodness-of-Fit Index
Indeks Cut-off Hasil
Kesimpulan
Model goodness of fit Value Model
Chi Square Diharapkan kecil 831,763
Tidak Fit
Probabilitas Chi Square (p) > 0,05 0,000
CMIN/DF < 2,00-3,00 1,499 Fit
Adjusted goodness of fit index
> 0,90 0,783 Tidak Fit
(AGFI)
Comparative fit index (CFI) > 0,95 0,364 Tidak Fit
Tucker-Lewis Index (TLI) > 0,95 0,318 Tidak Fit
Root mean square error
< 0,08 0,045 Fit
approximation (RMSEA)
Sumber: data primer diolah, 2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79

Tabel di atas menunjukkan ringkasan hasil yang diperoleh dalam kajian

dan nilai yang direkomendasikan untuk mengukur fit-nya model. Seperti yang

ditunjukkan dalam tabel di atas, nilai probabilitas chi-square sebesar 0,000 <

0,05, nilai CMIN/DF sebesar 1,246 < 2,00-3,00, nilai Adjusted goodness of fit

index (AGFI) sebesar 0,783 < 0,90, nilai Comparative fit index (CFI) sebesar

0,364 < 0,95, nilai Tucker-Lewis Index (TLI) sebesar 0,318 < 0,95, dan nilai Root

mean square error approximation (RMSEA) sebesar 0,045 < 0,08. Sebagai syarat

secara overall dari tujuh pengukuran goodness of fit hanya dua pengujian yang fit,

sedangkan lima pengukuran tidak terpenuhi atau tidak fit, maka langkah

selanjutnya model harus dimodifikasi untuk memperoleh hasil goodness of fit

menjadi lebih baik atau terpenuhi.

F. Modifikasi Model Struktural

Dikarenakan sebelumnya model dinyatakan tidak fit maka modifikasi

model harus dilakukan dengan cara mengkorelasikan nilai measurement error

indikator melalui “modification indices”nya. Adapun hasil modifikasi model

selengkapnya adalah sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80

Gambar IV.7 Model Struktural (SEM) setelah di-Modifikasi


Hasil selengkapnya dari modifikasi model struktural pada gambar di atas

akan diuraikan oleh tabel sebagai berikut:

Tabel IV.14
Evaluasi Goodness-of-Fit Index setelah di-Modifikasi
Indeks Cut-off Hasil
Kesimpulan
Model Goodness of Fit Value Model
Chi Square Diharapkan kecil 532,768
Fit
Probabilitas Chi Square (p) > 0,05 0,275
CMIN/DF < 2,00-3,00 1,037 Fit
Adjusted goodness of fit index
> 0,90 0,850 Fit
(AGFI)
Comparative fit index (CFI) > 0,95 0,878 Fit
Tucker-Lewis Index (TLI) > 0,95 0,957 Fit
Root mean square error
< 0,08 0,012 Fit
approximation (RMSEA)
Sumber: data primer diolah, 2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81

Tabel di atas menunjukkan ringkasan hasil yang diperoleh dalam kajian

dan nilai yang direkomendasikan untuk mengukur fit-nya model. Seperti yang

ditunjukkan dalam tabel di atas, nilai chi-square harus fit (nilai probabilitas >

0,05) terpenuhi dengan nilai probabilitas sebesar 0,275 > 0,05, dan diiringi

pengukuran fit model lainnya yang telah dinyatakan fit. Secara overall atau

keseluruhan dari enam pengukuran goodness of fit model dinyatakan fit.

G. Uji Hipotesis Model Struktural

Analisis kausalitas dilakukan guna mengetahui hubungan antar variabel.

Pada penelitian ini diharapkan dengan adanya pengujian kausalitas dapat

mengetahui pengaruh yang terjadi antara variabel eksogen dengan variabel

endogen. Adapun hasil selengkapnya dari tiap hubungan akan diuraiakan pada

tabel sebagai berikut:

Tabel IV.15
Hasil Pengujian Hipotesis
Hubungan Variabel Estimate S.E. C.R. P
Telepresence <--- SI .598 .127 4.721 ***
CS <--- Telepresence .539 .156 3.455 ***
CS <--- SI .381 .150 2.537 .011
BI <--- CS .630 .174 3.611 ***
BI <--- SI .295 .148 1.993 .046
Sumber: data primer diolah, 2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82

Telepresence

4.721
H1
3.455
Subjective Behavioral
Interactivity Intentions

Interactivity Intentions
2.537 3.611
Satisfaction

1.993

Gambar: IV.8. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, menunjukkan bahwa

semua hubungan (jalur) yang dianalisis memiliki hubungan yang signifikan,

hal tersebut dapat dilihat pada perolehan nilai signifikansi semua hubungan

yang memiliki nilai probabilitas < 0,05 (taraf signifikansi 5%). Berikut adalah

uraian hasil analisis ini digunakan untuk mengetahui kekuatan pengaruh antara

konstruk baik langsung (direct effect), tidak langsung (indirect effect), maupun

pengaruh totalnya (total effect).

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kekuatan pengaruh antara

konstruk baik langsung (direct effect), tidak langsung (indirect effect), maupun

pengaruh totalnya (total effect). Efek langsung (direct effect) tidak lain adalah

koefisien dari semua garis koefisien dengan anak panah satu ujung. Efek tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83

langsung adalah efek yang muncul melalui sebuah variabel antara. Efek total

adalah efek dari berbagai hubungan, yaitu efek total dari efek langsung dan

efek tidak langsung. Hasil pengujian model di atas menunjukkan efek

langsung, efek tidak langsung dan efek total sebagai yang dinyatakan dalam

tabel-tabel berikut ini:

Tabel IV.16
Direct Effect
SI Telepresence CS BI
Telepresence .598 .000 .000 .000
CS .381 .539 .000 .000
BI .295 .000 .630 .000
Sumber: data primer diolah, 2012

Tabel IV.17
Indirect Effect
SI Telepresence CS BI
Telepresence .000 .000 .000 .000
CS .322 .000 .000 .000
BI .442 .339 .000 .000
Sumber: data primer diolah, 2012

Tabel IV.18
Total Effect
SI Telepresence CS BI
Telepresence .598 .000 .000 .000
CS .703 .539 .000 .000
BI .737 .339 .630 .000
Sumber: data primer diolah, 2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84

H. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian kausalitas menggunakan AMOS 16 untuk

menguji model hubungan struktural, diperoleh hasil:

Hipotesis Keterangan
H1 : pengaruh positif antara interactivity terhadap telepresence Didukung
H2 : pengaruh positif antara interactivity terhadap satisfaction. Didukung
H3 : pengaruh positif antara telepresence terhadap satisfaction Didukung
H4 : pengaruh positif antara interactivity terhadap behavioral Didukung
intentions.
H5 : pengaruh positif antara satisfaction terhadap behavioral Didukung
intentions.

H 1 : interactivity berpengaruh positif pada telepresence

Hasil temuan pertama dalam penelitian ini menunjukkan interactivity

berpengaruh signifikan dalam meningkatkan telepresence, hal tersebut dapat

dilihat pada perolehan nilai thitung atau nilai C.R sebesar 4,721 dengan nilai

probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 (bahkan pada taraf signifikansi 1% dan 0,001).

Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian Short et al (1976), Fitur

situs dapat menyebabkan beberapa konsekuensi beberapa di antaranya adalah

proses yang berhubungan sementara yang lain adalah hasil dari proses

ini. Telepresence adalah variabel proses yang berhubungan yang mempengaruhi

pengalaman pengguna dalam lingkungan online, dan mengacu pada pengalaman

online menjadi lebih nyata daripada fisik. Menurut Short et al (1976) telepresence

didefinisikan sebagai sejauh mana media menyampaikan kehadiran

berkomunikasi peserta dalam pertukaran dua arah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85

Penyelidikan empiris telah mengungkapkan bahwa kenaikan interaktivitas

dapat meningkatkan telepresence (Coyle dan Thorson, 2001; Fortin dan Dholakia,

2005; Fiore et al, 2005).

H 2 : interactivity berpengaruh positif pada satisfaction

Hasil temuan kedua dalam penelitian ini menunjukkan interactivity

berpengaruh signifikan dalam meningkatkan satisfaction, hal tersebut dapat

dilihat pada perolehan nilai thitung atau nilai C.R sebesar 3,455 dengan nilai

probabilitas sebesar 0,011 < 0,05 (bahkan pada taraf signifikansi 1% dan 0,001).

Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian Menurut Rafaeli dan

Sudweeks (1997) dan Liu dan Shrum (2002). (Zhao dan Dholakia, 2005;

Dholakia et al, 2001). Kepuasan telah didefinisikan sebagai evaluasi

ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya. Dalam konteks

lingkungan online, Szymanski dan Hise (2000, hal. 310) e-kepuasan dinyatakan

sebagai dukungan langsung dari hubungan yang positif antara hasil dari persepsi

kenyamanan konsumen online, merchandising, desain situs, dan keamanan

keuangan interaktivitas dan kepuasan.

H3 : telepresence berpengaruh positif pada satisfaction

Hasil temuan ketiga dalam penelitian ini menunjukkan telepresence

berpengaruh signifikan dalam meningkatkan satisfaction, hal tersebut dapat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86

dilihat pada perolehan nilai thitung atau nilai C.R sebesar 3,455 dengan nilai

probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 (bahkan pada taraf signifikansi 1% dan 0,001).

Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Dholakia and Zhao (2009), Bila pengunjung mengalami telepresence (mereka

melihat bahwa lingkungan virtual lebih nyata atau dominan dari lingkungan

fisik), maka mereka cenderung lebih puas dengan situs web.

H 4 : interactivity berpengaruh positif pada behavioral intentions

Hasil temuan keempat dalam penelitian ini menunjukkan interaktivity

berpengaruh signifikan dalam meningkatkan behavioral intentions, hal tersebut

dapat dilihat pada perolehan nilai thitung atau nilai C.R sebesar 1,993 dengan nilai

probabilitas sebesar 0,046 < 0,05 (bahkan pada taraf signifikansi 1% dan 0,001).

Hasil pengujian ini mendukung penelitian oleh Oliver (1999) menekankan

komitmen untuk membeli kembali atau repatronize produk pilihan / jasa secara

konsisten di masa depan. Dalam lingkungan online, e-loyalitas telah didefinisikan

sebagai "sikap yang menguntungkan pelanggan terhadap e- retail yang

menghasilkan perilaku pembelian ulang" (Srinivasan et al, 2002., Hal. 42) dan

dukungan empiris ditemukan dampak positif interaktivitas pada e-

loyalitas. Dalam hal tersebut fokus pada komponen niat perilaku loyalitas

pelanggan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87

H 5 : satisfaction berpengaruh positif pada behavioral intentions

Hasil temuan kelima dalam penelitian ini menunjukkan satisfaction

berpengaruh signifikan dalam meningkatkan behavioral intentions, hal tersebut

dapat dilihat pada perolehan nilai thitung atau nilai C.R sebesar 3,611 dengan nilai

probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 (bahkan pada taraf signifikansi 1% dan 0,001).

Hasil pengujian yang signifikan ini memberikan dukungan terhadap hasil

penelitian sejumlah peneliti sebagian besar penelitian telah mendukung hubungan

kepuasan- niat perilaku positif (Oliver, 1999; Sivadas dan Baker-Prewitt,

2000). Bila pengunjung puas dengan situs web, mereka lebih cenderung untuk

mengambil tindakan seperti bookmark situs web, sehingga lebih mudah untuk

mengakses pada link ke situs web tersebut di masa depan atau berbicara baik

tentang situs web untuk orang lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengujian hipotesis dan pembahasan dalam penelitian ini,

dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut:

1. Hipotesis pertama dalam penelitian ini terbukti bahwa interactivity

berpengaruh signifikan terhadap telepresence.

2. Hipotesis kedua dalam penelitian ini terbukti bahwa interactivity

berpengaruh signifikan terhadap satisfaction.

3. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini terbukti bahwa telepresence

berpengaruh signifikan terhadap satisfaction

4. Hipotesis keempat dalam penelitian ini terbukti bahwa interactivity

berpengaruh signifikan terhadap behavioral intentions.

5. Hipotesis kelima dalam penelitian ini terbukti bahwa satisfaction

berpengaruh signifikan terhadap behavioral intentions.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbataan. Adapun

keterbatasan penelitian yang dapat diungkapkan disini diantaranya adalah:

1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel mahasiswa UNS, sehingga

berdampak pada terbatasnya generalisasi studi. Dengan demikian untuk

mengaplikasikan studi ini pada konteks yang berbeda, diperlukan


commit to user

88
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

kehati- hatian dalam mencermati karakteristik yang melekat pada obyek

amatan studi. Hal ini penting untuk dicermati, agar tidak terjadi bias

dalam hasil pengujian yang dapat berdampak pada kekeliruan dalam

pemahaman implikasi penelitian dan perumusan kebijakan yang

diambil.

2. Meskipun terdapat keterbatasan dalam studi ini yang menyebabkan

ketidakmampuan model untuk digeneralisasi pada segala situasi,

namun dengan prosedur pengujian yang terstruktur diharapkan tidak

mengurangi derajat keyakinan terhadap akurasi model prediksi yang

diharapkan.

C. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan diperoleh beberapa saran

bagi pihak “kaskus.us” maupun bagi penelitian selanjutnya, diantaranya

adalah:

1. Pihak kaskus.us untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat

membentuk behavioral intentions bagi konsumen maupun pelanggan,

serta memperhatikan faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini serta mengembangkannya. Pihak kaskus.us dapat

memperbaiki dan memperindah desain tampilan lay out, mempercepat

akses pelanggan untuk mengakses ke kaskus.us.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

2. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan variabel amatan serta

memperluas daerah penelitian sehingga hasil yang dicapai dapat lebih

maksimal dan dapat mengungkap realitas di lapangan secara akurat.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai