Anda di halaman 1dari 104

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PERANAN DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO


KECIL MENENGAH KOTA SURAKARTA
DALAM MELAKSANAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
KOPERASI SIMPAN PINJAM

Penulisan Hukum
( Skripsi )
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagai Persyaratan Guna
Memperoleh Derajat Sarjana S-1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh
FATHUL MUNIR
NIM. E1107024

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

FATHUL MUNIR, E1107024, 2011, PERANAN DINAS KOPERASI DAN USAHA


MIKRO KECIL MENENGAH KOTA SURAKARTA DALAM MELAKSANAKAN
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KOPERASI SIMPAN PINJAM, FAKULTAS
HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi
simpan pinjam dan hambatannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan empiris dan bersifat deskriptif. Jenis data
meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka,
observasi dan wawancara. Teknik analisis data secara kualitatif induktif.
Peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam
melaksanakan pembinaan koperasi simpan pinjam dengan cara memantau perkembangan
kegiatan simpan pinjam secara berkala melalui laporan keuangan atau kinerja koperasi yang
bersangkutan dan melakukan pembinaan secara menyeluruh yang menyangkut organisasi, usaha,
administrasi keuangan serta pelaksanaan program pembinaan kepada anggota. Sedangkan
pengawasan koperasi simpan pinjam dengan cara pembinaan, pemantauan, pemeriksaan dan
penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam. Hambatan dalam pembinaan dan pengawasan
koperasi simpan pinjam Kota Surakarta adalah tidak disiplinnya pengurus koperasi dalam
menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam setiap triwulan dan tahunan kepada
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta, pengurus koperasi simpan
pinjam dalam membuat laporan keuangan dibuat tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Solusi
untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut pihak Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta menghubungi pengurus koperasi simpan pinjam yang bersangkutan
untuk secepatnya menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam setiap triwulan dan
tahunan, pihak Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta melakukan
investigasi mendalam untuk memastikan kebenaran perhitungan laporan keuangan koperasi
simpan pinjam.
Kata kunci : Koperasi, Pembinaan dan Pengawasan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

FATHUL MUNIR, E1107024, 2011, THE ROLE OF DINAS KOPERASI AND USAHA
MIKRO KECIL MENENGAH IN THE CITY SURAKARTA GUIDANCE IN
IMPLEMENTING AND MONITORING CREDIT UNIONS, FACULTY OF LAW IN
SEBELAS MARET UNIVERSITY.

This study aims to determine the role of Dinas Koperasi and Usaha Mikro Kecil
Menengah the City Surakarta in implementing guidance and monitoring of credit unions and
resistance.
This study uses empirical and descriptive approach. Type of data include the primary data
and secondary data. Data collection techniques to the study of literature, observation and
interviews. Qualitative data analysis techniques are inductive.
Role of Dinas Koperasi and Usaha Mikro Kecil Menengah the City Surakarta in
implementing development credit unions in a way to monitor developments on a regular basis
the activities of savings and loans through the financial statements or performance of the
cooperative in question and conduct a through coaching about organization, business, financial
administration and implementation of development programs to member. While the supervision
of credit unions by way of guidance, monitoring, examination and health assessment of Credit
Unions. Barriers in the guidance and supervision of savings and credit cooperatives are not
disciplined Surakarta cooperative management in the financial report savings and credit
cooperatives quarterly and annual reports to the office of Dinas Koperasi and Usaha Mikro Kecil
Menengah the City Surakarta, savings and loan cooperative management in making financial
reports are not in accordance with the conditions in fact. Solutions to overcome these constraints
the Office of Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah the City Surakarta official
contacted the relevant credit unions to quickly submit financial statements quarterly savings and
credit cooperatives and the annual, the office of Dinas Koperasi and Usaha Mikro Kecil
Menengah Surakarta City in dept investigation to ensure the correctness of financial statements
computation savings and credit cooperatives.
Key words : Cooperative, Guidance and Monitoring

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari
suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

(Q.S Alam Nasyrah: 6-8)

“Mengetahui kekurangan diri sendiri adalah tangga untuk mencapai cita-cita dan berusaha
mengisi kekurangan tersebut adalah keberanian luar biasa”

(Hamka)

Pendidikan akan berhasil dengan baik apabila ada kerjasama antara anak, orangtua, dan guru

(K.H. Dewantara)

Harapanku adalah masa depanku jadikanlah pengalamanmu sebagai pelajaran kehidupan

Keyakinan adalah modal kemenangan

(Fathul Munir)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, serta diiringi rasa
syukur kehadirat Illahi Rabbi, penulisan hukum (Skripsi) yang berjudul “PERANAN DINAS
KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH KOTA SURAKARTA DALAM
MELAKSANAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KOPERASI SIMPAN PINJAM
” dapat penulis selesaikan dengan lancar.

Penyusunan penulisan hukum skripsi ini mempunyai tujuan yang utama untuk
melengkapi salah satu syarat dalam mencapai derajat sarjana (S-1) dalam bidang ilmu hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak luput dari kekurangan,
baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisanya, namun penulis berharap bahwa
penulisan hukum ini mampu memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembacanya.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada
semua pihak yang telah membantu baik materiil maupun non materiil, sehingga penulisan hukum
(Skripsi) ini dapat diselesaikan, terutama kepada :

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya;


2. Nabi Muhammad SAW, semoga penulis dapat istiqomah dijalan-Nya hingga akhir jaman;
3. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk dapat
melaksanakan Penulisan Hukum ini;
4. Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II dan Pembantu Dekan III yang telah membantu
dalam pemberian ijin dilakukannya penulisan ini;
5. Ibu Djuwityastuti, S.H., M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret yang telah membantu dalam pemberian ijin dilakukannya
penulisan ini;

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR BAGAN............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
E. Metode Penelitian ...................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ......................................................................... 10
1. Tinjauan Umum tentang Perkoperasian di Indonesia....... 10
a. Sejarah Perkoperasian di Indonesia ............................... 10
b. Pengertian Koperasi ....................................................... 15
c. Landasan dan Asas Koperasi ......................................... 16
d. Tujuan Koperasi ............................................................ 17
e. Nilai dan Prinsip-Prinsip Koperasi ................................ 19
commit
f. Jenis Koperasi to user
................................................................ 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

g. Proses Pendirian Koperasi ............................................. 20


f. Struktur Organisasi Koperasi ......................................... 22

2. Tinjauan tentang Pelaksanaan Kegiatan Koperasi Simpan


Pinjam ................................................................................... 25
a. Bentuk Organisasi Koperasi Simpan Pinjam ................. 26
b. Pendirian Koperasi Simpan Pinjam ............................... 26
c. Jaringan Pelayanan Koperasi Simpan Pinjam ............... 27
d. Pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam ........................... 28
e. Permodalan Usaha Koperasi Simpan Pinjam ................. 31
f. Kegiatan Usaha Koperasi Simpan Pinjam ...................... 32
g. Pembubaran Koperasi Simpan Pinjam………………... 34

3. Tinjauan tentang Pembinaan dan Pengawasan Koperasi


Simpan Pinjam ...................................................................... 35
a. Konsep Pembinaan dan Pengawasan Koperasi
Simpan Pinjam ............................................................... 35
b. Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Koperasi
Simpan Pinjam ............................................................... 37

4. Tinjauan tentang Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan


Pinjam .................................................................................... 51
a. Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan
Pinjam terdiri dari Tujuan, Sasaran dan Landasan
Kerja ............................................................................... 51
b. Ruang Lingkup Penilaian Kesehatan Koperasi
Simpan Pinjam............................................................... 53
c. Penetapan Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam ............ 54
5. Tinjauan tentang Efektivitas Hukum Perkoperasian ........ 58
commit
B. Kerangka Pemikiran to user
................................................................. 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta ........................................................ 62
1. Sejarah Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta ...................................................... 62
2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta .................................. 63
3. Visi Misi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta ....................................................... 63
4. Tujuan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta ....................................................... 64
5. Sasaran Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta ....................................................... 65
6. Strategi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta ....................................................... 65
7. Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil Menengah Kota Surakarta ............................................. 66
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 67

1. Pembinaan dan Pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha


Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ............................. 67
a. Pembinaan ...................................................................... 67
b. Pengawasan .................................................................... 70

2. Hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan Usaha


Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ............................. 76
a. Hambatan ....................................................................... 76
b. Solusi .............................................................................. 76
commit to user
C. Pembahasan ................................................................................ 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Pembinaan dan Pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha


Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ............................. 78
a. Pembinaan ...................................................................... 78
b. Pengawasan .................................................................... 81

2. Hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan Usaha


Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ............................. 84

BAB IV PENUTUP
A. Simpulan..................................................................................... 87
B. Saran ........................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR BAGAN

Bagan .1. Kerangka Pemikiran


Bagan .2. Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Surakarta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha
termasuk koperasi saat ini sangatlah dinamis. Koperasi sebagai badan
usaha diarahkan dan didorong untuk ikut berperan meningkatkan
kesejahteraan anggotanya pada khususnya dan masyarakat luas pada
umumnya. Sehingga koperasi memiliki andil besar sebagai wadah
kegiatan perekonomian rakyat. Oleh karena itu, koperasi mendapat tempat
tersendiri di hadapan Pemerintah untuk kemajuan dan perkembanganya.
Dengan berkembangnya koperasi, diharapkan kesejahteraan rakyat akan
lebih meningkat. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar koperasi yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian yaitu menyejahterakan anggotanya. Seiring dengan harapan
Pemerintah tersebut, sekarang ini banyak sekali koperasi yang
bermunculan. Semuanya menawarkan berbagai produk yang akan
menyejahterakan siapa saja yang bergabung dengannya.
Demi tertibnya kegiatan perkoperasian dan demi menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan maka semua kegiatan koperasi di Indonesia akan
di pantau oleh Pemerintah. Dalam hal ini Pemerintah tidak terjun
langsung ke lapangan memantau satu per satu semua koperasi yang ada di
Indonesia. Untuk efisiensi maka Pemerintah menugas bantukan kepada
Pemerintah Daerah yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil Menengah untuk memantau jalannya kegiatan
perkoperasian di daerah masing-masing. Dinas ini berfungsi memantau
kegiatan suatu koperasi dari berdirinya sampai pada saat koperasi tersebut
harus ditutup atau digabung dengan koperasi lain karena sebab tertentu.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah memiliki hak penuh
untuk mengetahui apa saja mengenai kegiatan usaha koperasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah memiliki peranan


penting terhadap koperasi. Peranan yang diangkat oleh penulis adalah
mengenai pembinaan dan pengawasan. Yang dimaksud pembinaan oleh
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah adalah untuk membina
koperasi agar lebih maju dan berkembang dalam menjalankan kegiatan
perkoperasian serta mengawasi dan memberi arahan kepada koperasi
dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang di hadapi koperasi.
Menjalankan pembinaan dan pengawasan bukan berarti Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil Menengah terlalu intervensi terhadap urusan
internal koperasi. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
tetap menghormati asas koperasi yaitu kemandirian koperasi dalam
menjalankan kegiatannya. Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan
oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah adalah mengontrol
kegiatan perkoperasian agar berjalan sesuai dengan ketentuan dan untuk
menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh
oknum-oknum koperasi pada saat menjalankan kegiatan perkoperasian.
Apabila peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah dalam
melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi berjalan
dengan baik, maka diharapkan akan tercipta suatu koperasi yang sehat dan
benar-benar dapat mewujudkan cita-cita koperasi yaitu menyejahterakan
anggotanya.
Berdasarkan uraian yang telah disebut di atas maka penulis ingin
mengetahui dan merinci lebih detail mengenai bagaimana peranan Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam
melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam. Selain
untuk mengetahui peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi
simpan pinjam, melalui penelitian ini penulis juga akan menjelaskan
mengenai hambatan-hambatan dan upaya yang dihadapi oleh Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam
melaksanakan pembinaan commit to user koperasi simpan pinjam. Untuk
dan pengawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

itu peneliti tertarik untuk menulis suatu penelitian hukum dengan


judul Peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi
simpan pinjam.

B. Rumusan Masalah
Dalam suatu penulisan ilmiah yang akan dilakukan itu selalu
berangkat dari suatu masalah. Disini rumusan masalah dimaksudkan untuk
penegasan masalah-masalah yang akan diteliti sehingga dapat
mempermudah dalam suatu pengerjaan dan tepat pada sasaran.
Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk
memfokuskan masalah agar dapat dipecahkan secara teoritis dan
sistematis. Dengan cara seperti ini dapat memberikan gambaran-gambaran
yang jelas dan dapat mempermudah pemahaman terhadap permasalahan
serta mencapai tujuan yang dikehendaki. Adapun permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap koperasi simpan pinjam ?

2. Apakah hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro


Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam dan bagaimana
solusinya ?

C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian diharuskan adanya tujuan-tujuan yang akan dicapai
dengan memberikan suatu arah dalam melangkah sesuai maksud
penelitian. Tujuan ini saling berkaitan dengan permasalahan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan
pengawasan koperasi simpan pinjam;
b. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan
pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam dan
bagaimana Solusinya.

2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh pengetahuan yang lengkap dan bahan hukum
sebagai menyusun penulisan hukum (skripsi), sebagai salah satu
syarat dalam menempuh gelar sarjana dalam bidang ilmu hukum di
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta;
b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum didalam teori
dan praktek lapangan hukum yang berarti bagi penulis sendiri
khususnya dan dapat memberi manfaat bagi masyarakat pada
umumnya.

D. Manfaat Penelitian
Adanya suatu penelitian diharapkan memberikan manfaat yang diperoleh
terutama bagi bidang ilmu yang diteliti. Manfaat yang diharapkan dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang hukum
perkoperasian khususnya mengenai pembinaan dan pengawasan pada
koperasi simpan pinjam.

2. Manfaat Praktis
Mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama
mengikuti kuliah di commit to user
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Surakarta dan sebagai bahan masukan dan referensi bagi penelitian-


penelitian selanjutnya.

E. Metode Penelitian
Metodologi berasal dari kata “methodology” (Bahasa Inggris),
sedangkan kalau berasal dari bahasa Yunani itu “methodos” dan “logos”.
Dimana methodos diartikan sebagai jalan atau cara yang teratur,
sedangkan Logos sendiri berarti pembicaraan. Jadi, Methodologi dapat
diartikan sebagai tata cara keilmuan atau tata cara berdasarkan ilmu yang
disebut “ilmu tentang tata cara” (Soerjono Soekanto, 2006:5).
Metode penelitian pada dasarnya memberikan suatu pedoman
mengenai tata cara yang mempelajari, menganalisa, dan memahami
lingkungan-lingkungan yang dihadapinya (Soerjono Soekanto, 2006:6).
Metode penelitian sangat diperlukan dalam suatu penelitian ilmiah,
karena mutu, kualitas dan validitas dari suatu penelitian ilmiah itu sangat
ditentukan oleh ketepatan dalam penggunaan metode penelitian.
1. Metode Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan empiris.
Pendekatan empiris dimaksudkan untuk memberikan jawaban akan
suatu permasalahan, keadaan, atau gejala-gejala yang diperolah
langsung melalui penelitian, yaitu tentang peranan Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan
pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam.

2. Jenis Penelitian
Menurut sifat dan maksud yang terkandung didalamnya dan
sebagai upaya memberikan suatu gambaran-gambaran yang mendetail
mengenai peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
koperasi simpan pinjam. Maka penelitian ini termasuk jenis penelitian
yang deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif
commit to user
menurut Soerjono Soekanto adalah suatu penelitian yang dimaksudkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan


atau gejala-gejala lainnya” (Soerjono Soekanto, 2006:10).

3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini penulis telah mengambil lokasi penelitian di Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta.

4. Jenis Data
Adapun jenis data yang akan digunakan oleh penulis dalam
malaksanakan penelitian ini ada 2 (dua) jenis, yaitu :
a. Data Primer
Data Primer merupakan suatu data yang diperoleh peneliti secara
langsung dari lapangan atau lokasi penelitian, dimana penulis
tersebut melaksanakan penelitian di Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung dan berfungsi sebagai penunjang atau pendukung data
primer, dimana data sekunder ini meliputi : buku-buku, literatur,
arsip-arsip, perundang-undangan, majalah dan dokumen-dokumen
resmi, yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.

5. Sumber Data
Adapun sumber data yang akan digunakan oleh penulis dalam
melaksanakan penelitian ini, ada 2 (dua) jenis sumber data yang akan
digunakan yaitu :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara
langsung dari lapangan yang meliputi keterangan-keterangan atau
informasi data yang relevan. Dalam hal ini penulis memperoleh
sumber data primer dari Kepala Seksi Pembinaan dan Pengawasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota


Surakarta dan responden di beberapa koperasi simpan pinjam.
b. Sumber Data Sekunder
Peneliti menggunakan sumber data sekunder, dimana sumber data
sekunder yang diperoleh peneliti itu mengambil dari buku-buku,
arsip-arsip, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti.

6. Teknik Pengumpulan Data


Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis,
penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, maka teknik pengumpulan
data primer yang digunakan peneliti yaitu:
a. Wawancara atau interview
Wawancara merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan data
dengan tujuan tertentu, dengan melakukan percakapan secara
langsung yang berupa tanya jawab antara peneliti dengan subyek
penelitian, yang bertujuan untuk memperoleh berbagi keterangan
atau jawaban yang akan dibenarkan dalam penelitian. Adapun
subyek penelitian yang dimaksud oleh penulis yaitu Kepala Seksi
Pembinaan dan Pengawasan di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil Menengah Kota Surakarta.
b. Observasi
Observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan
cara mengamati langsung terhadap obyek penelitian dengan tujuan
untuk mengtahui keadaan yang sesungguhnya. Jadi dalam
melakukan observasi, penulis langsung terjun ke lapangan yang
bertempat di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Surakarta untuk mengetahui bagaimana peranan Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah dalam melaksanakan
pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sedangkan untuk mengumpulkan data sekunder dilakukan dengan


mempelajari buku-buku, arsip-arsip, peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan suatu masalah yang diteliti.

7. Teknik Analisa Data.


Analisis data itu merupakan tahap yang sangat berperan penting
dalam suatu penelitian, karena analisis data itu sangat menentukan
kualitas dari hasil penelitian tersebut. Mengingat penelitian ini
merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, dimana data-data yang
dihasilkan dalam penelitian ini memberikan gambaran yang jelas
menurut apa adanya atau kenyataan yang ada sesuai dalam praktek
yang terjadi di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta. Maka analisis dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis kualitatif. Adapun yang dimaksud analisis kualitatif yaitu
“suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis,
yaitu apa yang dinyatakan responden secara tertulis dan perilaku nyata,
yang diteliti dan yang dipelajari adalah objek penelitian yang utuh
(Soerjono Soekanto, 2006:32).
Dalam hal ini analisis data yang digunakan penulis yaitu Analisis
data kualitatif induktif, yang berarti suatu analisis dari masalah-
masalah yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan menjadi
masalah yang bersifat umum.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini dapat diikuti penalarannya, maka disusun
sistematika penulisannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
perumusan masalahan, tujuan penelitian, kerangka
konsepsional, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini penulis akan mencoba untuk menyajikan landasan
teori tentang tinjauan umum tentang perkoperasian di
Indonesia, tinjauan tentang koperasi simpan pinjam, tinjauan
tentang pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam,
tinjauan tentang efektivitas hukum perkoperasian.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini peneliti akan mencoba untuk menyajikan
penelitian dan pembahasan tentang peranan Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam
melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi simpan
pinjam.

BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang
berisikan simpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian
dari perumusan masalah dan saran-saran sebagai tindak lanjut
dari simpulan tersebut, saran-saran dibuat harus bersifat
konkrit, membangun dan jelas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tinjauan Umum tentang Perkoperasian di Indonesia
a. Sejarah Perkoperasian di Indonesia
Pada tanggal 16 Desember 1895, Raden Arya Wiraatmadja,
Patih Purwokerto mendirikan De Purwokertosche Hulpen
Spaarbank Der Irlansdche (Bank Bantuan dan Simpanan
Purwokerto), atau lebih dikenal dengan sebutan Bank Priyayi
Purwokerto. Bank ini didirikan untuk membantu pegawai
pemerintah (Priyayi) terlepas dari jeratan lintah darat.
Muhammad Hatta berpendapat, bahwa Bank Priyayi
Purwokerto bukan merupakan Bank koperasi. Meskipun
demikian, pendirian Bank tersebut telah menggerakkan hati
Asisten Residen De Wolff Van Westerrode untuk
mengembangkan koperasi-koperasi kredit dikalangan petani
diseluruh Karisidenan Tanjung Mas. De Wolff Van Westerrode
ingin mengembangkan koperasi kredit model Raiffeisen seperti
yang pernah dilihatnya di Jerman. Tetapi upaya untuk
mengembangkan koperasi model Raiffeisen ini tidak
terlaksana. Menurut Ir. Ibnoe Soedjono kegagalan ini
disebabkan karena adanya kesenjangan kultural (cultural gap)
antara lingkungan ekonomi modern (tempat lahir koperasi
Raiffeisen) dan lingkungan ekonomi tradisional di jawa dengan
sistem gotong royong yang sifatnya sosial, De Wolff Van
Westerrode kemudian melakukan reorganisasi dengan
mengubah nama Bank yang didirikan Raden Arya Wiraatmaja
itu menjadi Purwokertosche Hulp Spaar en Landbouwercredit
Bank (Bank bantuan dan simpanan serta kredit petani
commit to user
Purwokerto). Bersamaan dengan pelunasan Bank itu, diseluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

karisidenan Banyumas didirikan 250 lumbung desa yang


bertugas memberikan kredit dalam bentuk padi.
Berdirinya Bank Priyayi Purwokerto mendorong
pemerintah untuk mendirikan Volkscredit Bank (Bank Kredit
Rakyat) diseluruh Jawa dan Madura. Pada Tahun 1934, semua
Volkscredit Bank disatukan menjadi Algeneene Volkscredit
Bank yang memiliki cabang seluruh Indonesia. Volkscredit
Bank inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Bank Rakyat
Indonesi (BRI).
Pengembangan cita-cita koperasi di kalangan masyarakat
Indonesia dimulai pada Tahun 1908, oleh Budi Utomo.
Berdasarkan pemikiran bahwa rakyat yang lemah ekonominya
tidak akan membentuk negara yang kuat, maka organisasi
gerakan nasional menganjurkan pembentukan koperasi
dikalangan rakyat atau membentuk sendiri koperasi-koperasi.
Budi Utomo dan Serikat Dagang Islam (kemudian menjadi
Serikat Islam) membentuk koperasi-koperasi rumah tangga
atau toko koperasi (koperasi konsumen) yang disebut “Toko
Andeel”, tetapi karena pengetahuan dan pengalaman dalam
mengelola koperasi konsumen masih sangat kurang maka
koperasi-koperasi tersebut tidak bertahan lama.
Melihat perkembangan koperasi yang semakin
memasyarakat, maka Pemerintah Hindia Belanda memandang
perlu untuk mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang
mengatur kehidupan perkoperasian. Belanda mengeluarkan
Undang-Undang No 431 Tahun 1915 yang isinya antara lain :
harus membayar minimal 50 gulden untuk mendirikan
koperasi, sistem usaha harus menyerupai sistem di Eropa, harus
mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral, dan proposal
pengajuan harus berbahasa Belanda. Peraturan tersebut
commit
dirasakan sangat to user
rumit dan mahal bagi rakyat Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kemudian Pemerintah Hindia Belanda membentuk komisi


koperasi yang yang terdiri dari 7 orang Belanda dan 3 orang
Indonesia. Komisi ini bertujuan untuk menyelidiki
kemungkinan-kemungkinan bagi koperasi di Indonesia atas
rekomendasi komisi koperasi. Pemerintah Hindia Belanda
mengeluarkan Undang-Undang No.21 Tahun 1927. Undang-
Undang baru ini jauh lebih ringan dibanding Undang-Undang
No. 431 Tahun 1915, antara lain: hanya membayar 3 gulden
untuk meterai, sistem usaha sesuai dengan hukum dagang
masing-masing daerah, perizinan bisa diperoleh di daerah
setempat, dan proposal pengajuan bisa menggunakan bahasa
daerah.
Pada tahun 1927, dr. Soetomo mendirikan Indonesische
Studieclub yang menghimpun segolongan kredit kaum
intelektual yang antara lain mempelajari masalah
perkoperasian. Pada Tahun 1926, Partai Nasional Indonesia
menyelenggarakan konggres di Jakarta. Konggres ini
membangkitkan kembali semangat berkoperasi masyarakat
Indonesia dan mendorong berdirinya banyak koperasi di Jawa.
Kebangkitan koperasi ini mencapai puncaknya pada Tahun
1932, setelah itu koperasi mengalami kemunduran. Hal ini
menunjukkan dasar-dasar yang dimiliki koperasi-koperasi
tersebut masih lemah.
Pada tahun 1933 Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan
Undang-Undang No. 21 Tahun 1933 yang mirip Undang-
Undang No.431 Tahun 1915. Dengan dikeluarkanya peraturan
ini, maka di Hindia Belanda berlaku dua peraturan, yaitu:
Undang-Undang No.21 Tahun 1933 dan Undang-Undang
No.91 Tahun 1927.
Pada masa pendudukan Jepang Tahun 1942, Kantor Pusat
commit
Jawatan Koperasi danto user
Perdagangan dalam Negeri dibuka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kembali dengan nama Syomin Kumiai Tyo Dyi Musyo,


sedangkan kantor-kantor di daerah menjadi Syomin Kumiai
Tyo Sandansyo. Pemerintah militer Jepang masih memakai
Undang-Undang No. 91 Tahun 1927 tentang perkoperasian dan
mengeluarkan Undang-Undang No 23 yang mengatur tata cara
pendirian perkumpulan dan penyelenggaraan persidangan,
antara lain disebutkan bahwa untuk mendirikan perkumpulan
termasuk koperasi harus mendapat izin Shuchokan (setara
dengan residen).
Pada tanggal 1 Agustus Tahun 1944 Pemerintah Jepang
mendirikan kantor perekonomian rakyat. Dengan berdirinya
kantor ini, maka jawatan koperasi menjadi bagian dari kantor
perekonomian rakyat yang diberi nama Kumiai. Kumiai
bertugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan koperasi.
Kumiai oleh Pemerintah Jepang digunakan untuk membagikan
barang-barang kepada rakyat, dan untuk mengumpulkan hasil
bumi untuk keperluan perang Tentara Jepang.
Pada Tahun 1945, dengan lahirnya Kemerdekaan Republik
Indonesia, maka semangat Koperasi bangkit kembali. Ada 2
pengaruh yang tampak menggebu dalam menggerakkan yaitu
semangat mendirikan koperasi secara besar-besaran untuk
mencari keuntungan tanpa mengindahkan dasar-dasar koperasi
yang benar, dan pengaruh jiwa Kumiai yang menghendaki
terbentuknya koperasi distribusi.
Pada tanggal 11–14 Juli Tahun 1947, orang-orang yang
menghendaki tumbuh dan berkembangnya koperasi-koperasi
dengan dasar-dasar yang murni kemudian menyelenggarakan
Konggres Koperasi Indonesia I di Tasik Malaya. Dalam
Konggres Koperasi Indonesia I ini dibentuk Sentral Organisasi
Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) yang kemudian hari
commit
menjadi Dewan to user
Koperasi Indonesia (DEKOPIN) keputusan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keputusan lain yang diambil adakah menetapkan tanggal 12


Juli sebagai hari koperasi dan mengukuhkan gotong royong
sebagai asas koperasi.
Muhammad Hatta sebagai Wakil Presiden RI mempunyai
peran besar dalam menggerakkan dan mengembangkan
koperasi di Indonesia. Oleh sebab itu, dalam konggres besar
koperasi seluruh Indonesia II di Bandung Tahun 1953,
Muhammad Hatta dinobatkan sebagai Bapak Koperasi
Indonesia.
Sejak itu gerakan koperasi mengalami konsolidasi dalam
arti ideologis maupun organisasi. Apalagi setelah menjadi
Anggota Internasional Cooperative Alliance (ICA) pada Tahun
1956.
Perkembangan Undang-Undang Perkoperasian setelah
kemerdekaan pada Tahun 1949 Pemerintah Indonesia
mengganti Undang-Undang No 91 Tahun 1927 dengan
Undang-Undang No 179 Tahun 1949 yang pada hakekatnya
adalah penerjemahan Undang-Undang No 21 Tahun 1927.
Pada Tahun 1958 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
No 79 Tahun 1958 dan mencabut Undang-Undang No 179
Tahun 1949. Undang-Undang No 79 ini adalah Undang-
Undang yang dibuat berdasarkan Undang-Undang Dasar
Sementara Pasal 38 (kemudian menjadi Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 33).
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli Tahun 1959 pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 1959 untuk
menyesuaian fungsi Undang-Undang No 79 Tahun 1958
dengan haluan pemerintah dalam rangka melaksanakan
demokrasi ekonomi terpimpin. Pada Tahun 1965 pemerintah
mengganti Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1959 dengan
Undang-Undangcommit
No 14toTahun
user 1965. Undang-Undang baru ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sangat dipengaruhi oleh konsep pemikiran komunisme. Hal ini


tampak dari konsepsi dan aktifitas koperasi yang harus
mencerminkan gotong royong berporos NASACOM. Undang-
Undang No 14 Tahun 1965 hanya bertahan 2 bulan karena
setelah itu terjadi peristiwa G-30S/PKI dan lahirnya Orde Baru.
Setelah 2 tahun koperasi dikembangkan tanpa undang-
undang, karena pengganti undang-undang yang lama belum
ada, maka pada Tahun 1967 pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang No 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perkoperasian. Pada Tahun 1992 pemerintah mencabut
Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 karena dianggap sudah
tidak relevan lagi dan mengeluarkan Undang-Undang No. 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Undang-undang ini berlaku
sampai sekarang.
(http://bambangpudjiyanto.com/article/sejarahperkoperasian di-
indonesia.html).

b. Pengertian Koperasi
Secara etimologi, koperasi berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yaitu cooperatives; merupakan gabungan dua kata Co
dan Operation. Dalam bahasa Belanda disebut Cooperatie,
yang artinya adalah kerja bersama. Dalam Bahasa Indonesia di
lafalkan menjadi koperasi. Sedangkan koperasi diartikan
sebagai suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang
beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang
memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota
menurut peraturan yang ada dengan berkerjasama secara
kekeluargaan menjalankan suatu usaha dengan tujuan
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya
(Sutantya Rahardja Hadhikusuma 2000:1).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang


Perkoperasian pada Bab I ketentuan umum Pasal 1 bagian
kesatu, dinyatakan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasar prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan
atas asas kekeluargaan”.

c. Landasan dan Asas Koperasi


Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Pokok-pokok Perkoperasian, “Landasan
Koperasi Indonesia adalah pedoman dalam menentukan arah,
tujuan, peran, serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelaku
ekonomi lainya”. Koperasi di Indonesia mempunyai landasan
sebagai berikut:
1) Landasan Idiil
Sesuai dengan Bab II Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992, landasan idiil koperasi Indonesia adalah Pancasila.
Penempatan Pancasila sebagai landasan koperasi Indonesia
ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Pancasila adalah
pandangan hidup dan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila
merupakan jiwa dan semangat bangsa Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, serta merupakan nilai-
nilai luhur yang ingin diwujudkan oleh bangsa Indonesia
dalam kehidupan sehari-harinya.
2) Landasan Strukturil
Sesuai dengan bab II Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 menempatkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan strukturil koperasi Indonesia. Sebagaimana yang
termuat dalam ayat 1 Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
itu adalah commit to user
koperasi. Artinya, semangat usaha bersama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berdasar atas kekeluargaan itu pada mulanya adalah


semangat koperasi.
3) Landasan Operasional
a) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992;
b) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART).
4) Landasan Mental
a) Kesadaran pribadi;
b) Kesetiakawanan.
5) Asas Koperasi
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, Pasal 2,
menetapkan kekeluargaan sebagai asas koperasi. Disatu
pihak, hal itu sejalan dengan penegasan ayat 1 Pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya
sebagaimana telah dikemukakan diatas. Sejauh bentuk-
bentuk perusahaan lainya tidak dibangun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan, semangat
kekeluargaan ini merupakan pembeda utama antara
koperasi dengan bentuk-bentuk perusahaan lainya.

d. Tujuan Koperasi
Menurut Andjar Pachta, koperasi mengandung dua unsur
yaitu unsur ekonomi dan unsur sosial. Koperasi merupakan
suatu sistem dan sebagaimana diketahui sistem itu merupakan
himpunan komponen-komponen atau bagian saling berkaitan
yang secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan (Andjar
Pachta W., et al 2005 : 21).
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan ekonomi atau dengan
kata lain bahwa koperasi harus berdasarkan atas motif ekonomi
atau mencari keuntungan, sedangkan bagian-bagian yang saling
commit
berkaitan tersebut to user unsur-unsur ekonomi seperti
merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

digunakannya sistem pembukuan yang baku, diadakanya


pemeriksaan secara periodik, adanya cadangan, dan
sebagainya. Sedangkan unsur sosial, bukan dalam arti
kedermawanan (Philantropis), tetapi lebih untuk menerangkan
kedudukan anggota dalam organisasi, hubungan antar sesama
anggota dan hubungan anggota dengan pengurus. Juga unsur
sosial ditemukan dalam cara koperasi yang demokratis,
kesamaan derajat, kebebasan keluar masuk anggota, calon
anggota, persaudaraan, pembagian sisa hasil usaha kepada
anggota secara proporsional dengan jasanya, serta menolong
diri sendiri (Andjar Pachta W., et al 2005 : 22).
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun1992 tentang
Perkoperasian Pasal 3 disebutkan bahwa,”koperasi bertujuan
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945”. Berdasarkan bunyi Pasal 3
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 itu, dapat disaksikan
bahwa tujuan koperasi Indonesia dalam garis besarnya meliputi
tiga hal sebagai berikut.
1) Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya;
2) Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat; dan
3) Turut Serta membangun tatanan perekonomian nasional.
Dari ketiga tujuan tersebut, mudah dimengerti bila koperasi
mendapat kedudukan yang sangat terhormat dalam
perekonomian Indonesia. Ia tidak hanya merupakan satu-
satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional
dinyatakan sesuai susunan perekonomian yang hendak
dibangun di negeri ini, tapi juga dinyatakan sebagai soko guru
commit to user
perekonomian nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

e. Nilai dan Prinsip-Prinsip Koperasi


Menurut Andjar Pachta, Nilai-nilai yang menjadi dasar
koperasi adalah kemandirian, bertanggung jawab, demokrasi,
kesetaraan, keadilan, dan solidaritas. Nilai-nilai etika yang
diyakini anggota adalah: kejujuran, keterbukaan, tanggung
jawab sosial, dan perhatian terhadap sesama (Andjar Pachta
W., et al 2005 : 23).
Prinsip-prinsip Koperasi
Menurut Andjar Pachta Koperasi adalah organisasi
sukarela, terbuka kepada semua orang untuk dapat
menggunakan pelayanan yang diberikannya dan mau menerima
tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis
kelamin, sosial, suku, politik, atau agama (Andjar Pachta W., et
al 2005 : 23-25).
1) Sukarela dan Terbuka;
2) Kontrol Anggota Demokratis;
3) Partisipasi Ekonomi Anggota;
4) Otonomi dan Independen;
5) Pendidikan, Pelatihan, dan Informasi;
6) Kerjasama Antar Koperasi.
Menurut Daniel Asnur, Prinsip Koperasi merupakan esensi
dari dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan
ciri khas dan jati diri koperasi yang membedakannya dari usaha
lain (Daniel Asnur, Vol 4, 2009 : 37-61).
Prinsip-prinsip Koperasi menurut Daniel Asnur yaitu :
1) Keanggotaan sukarela dan terbuaka;
2) Pengendalian oleh anggota secara demokratis;
3) Partisipasi ekonomi anggota;
4) Otonomi dan kebebasan;
5) Pendidikan dan pelatihan serta informasi;
6) Kerjasama commit to user
antar koperasi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7) Kepedulian terhadap komunitas.

f. Jenis Koperasi
Jenis koperasi dapat dibedakan berdasarkan jenis kegiatan
usaha, jenis anggota, profesi anggota, fungsi/tujuan, dan
kebutuhan koperasi itu sendiri. Pada dasarnya koperasi itu
dapat dibedakan menjadi 2 jenis besar, yaitu jenis koperasi
yang dibedakan berdasarkan kegiatan usaha dan jenis koperasi
berdasarkan keanggotaannya (Andjar Pachta W., et al 2005:25-
26).
Pada dasarnya jenis koperasi dapat dibedakan menjadi 4,
yaitu :
1) Koperasi Konsumsi (menyediakan barang konsumsi
anggota);
2) Koperasi Produksi (menghasilkan barang bersama);
3) Koperasi Simpan Pinjam (menerima tabungan dan memberi
pinjaman);
4) Koperasi Serba Usaha (campuran).
Jenis koperasi berdasarkan tingkatannya, dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1) Koperasi Primer (anggotanya masih perseorangan);
2) Koperasi Sekunder (gabungan koperasi atau induk
koperasi) (Andjar Pachta W., et al 2005:25-26).

g. Proses Pendirian Koperasi


Menurut Andjar Pachta, syarat utama pendirian sebuah
koperasi seperti yang diatur dalam Undang-Undang No. 25
Tahun 1992 yaitu hanya memerlukan calon pendiri sebanyak
minimal 20 (dua puluh) orang; dan dua puluh orang tersebut
kemudian dapat menjadi anggota semua, dan di antara mereka
dapat dipilih menjadi anggota pengurus, maupun anggota
commit to user
pengawas. Setelah terpenuhi jumlah anggota minimal dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kesemua anggota telah memahami betul mengenai: tujuan,


hubungan hukum dan aturan main dalam koperasi yang hendak
mereka dirikan tersebut, maka proses selanjutnya adalah
menuangkan kesepakatan bersama tersebut ke dalam Anggaran
Dasar; yang berbentuk akta pendirian koperasi. Didalam
Anggaran Dasar tersebut, para pendiri wajib memuat dan
menyatakan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut :
1) Daftar nama pendiri;
2) Nama dan tempat kedudukan koperasi;
3) Maksud dan tujuan serta bidang usaha;
4) Ketentuan mengenai keanggotaan;
5) Ketentuan mengenai Rapat Anggota;
6) Ketentuan mengenai pengelolaan;
7) Ketentuan mengenai permodalan;
8) Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;
9) Ketentuan mengenai pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU);
10) Ketentuan mengenai sanksi.
Dalam Akta Pendirian atau Anggaran Dasar suatu koperasi
yang dibuat (autentik) oleh dan ditandatangani di hadapan
notaris harus dicantumkan nama-nama anggota atau orang-
orang yang dipercaya dan ditunjuk untuk duduk dalam organ
manajemen koperasi, seperti: pengurus, pegelola, dan
pengawas yang bersedia untuk menjalankan usaha koperasi.
Selanjutnya setelah semua pendiri masing-masing
menandatangani berita acara (minuta) pendirian atau Anggaran
Dasar Koperasi di hadapan notaris, maka notaris dalam waktu
yang tidak terlalu lama (umumnya 1 (satu) Minggu) akan
memberikan salinan akta tersebut kepada semua anggota
pendiri. kemudian pengesahan akta pendirian akan diperoleh
dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
commit
pengajuan tersebut dantodiumumkan
user pula dalam Berita Negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Republik Indonesia. Dalam hal permohonan permintaan


pengesahan ditolak, alasan penolakan akan diberitahukan
kepada para pendiri (melalui notaris apabila pengajuan
sebelumnya melalui notaris) secara tertulis dalam waktu paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah pengajuan. Pada saat itulah akan
diketahui apakah koperasi tersebut memiliki status badan
hukumnya atau tidak (Andjar Pachta W., et al 2005:84-91).

h. Struktur Organisasi Koperasi


Struktur dan tatanan manajemen Koperasi Indonesia dapat
dirunut berdasarkan perangkat organisasi koperasi, yaitu:
1) Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan suatu wadah dari para anggota
koperasi yang diorganisasikan oleh pengurus koperasi
untuk membicarakan kepentingan organisasi maupun usaha
koperasi dalam rangka mengambil suatu keputusan dengan
suara terbanyak dari para anggota yang hadir. Rapat
Anggota adalah salah satu perangkat organisasi koperasi
yang merupakan suatu lembaga struktural organisasi
koperasi. Segala keputusan yang dikeluarkan Rapat
Anggota sebagai lembaga struktural organisasi koperasi
mempunyai kekuatan hukum, karena merupakan hasil dari
suara terbanyak pemilik koperasi. Hal yang dimaksud juga
ditegaskan pada Pasal 22 Undang-Undang No. 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian, yaitu:
a) Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam koperasi;
b) Rapat Anggota dihadiri oleh anggota yang
pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar.
Sebagai salah satu lembaga, Rapat Anggota memiliki
commit to aturan
fungsi, wewenang, user main, dan tata tertib, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ketentuannya bersifat mengikat semua pihak yang terkait.


Rapat Anggota sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
dalam koperasi mempunyai kedudukan yang sangat
menentukan, berwibawa, dan menjadi sumber dari segala
keputusan atau tindakan yang dilaksanakan oleh perangkat
organisasi koperasi dan para pengelola usaha koperasi.
Segala sesuatu yang telah diputuskan oleh rapat anggota
harus ditaati dan sifatnya mengikat bagi semua anggota,
pengurus, pengawas, dan pengelola koperasi.
2) Pengurus
Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih
melalui rapat anggota, yang bertugas mengelola organisasi
dan usaha. Idealnya, pengurus koperasi sebagai perwakilan
anggota diharapkan mempunyai kemampuan manajerial,
teknis, dan berjiwa wirakoperasi, sehingga pengelolaan
koperasi mencerminkan suatu ciri yang dilandasi dengan
prinsip-prinsip koperasi. Kedudukan pengurus sebagai
penerima mandat dari pemilik koperasi dan mempunyai
fungsi dan wewenang sebagai pelaksana keputusan rapat
anggota sangat strategis dan menentukan maju mundurnya
koperasi. Posisi yang menentukan tersebut merupakan
tugas dan wewenang pengurus yang ditetapkan dalam
undang-undang, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga, dan peraturan lainnya yang berlaku dan diputuskan
oleh Rapat Anggota. Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang
Koperasi No. 25 tahun 1992 menyebutkan, bahwa
"Pengurus merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota".
3) Pengawas
Pengawas adalah perangkat organisasi yang dipilih dari
anggota dan diberi mandat untuk melakukan pengawasan
commit toroda
terhadap jalannya user organisasi dan usaha koperasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengawas organisasi koperasi merupakan suatu lembaga


atau badan struktural organisasi koperasi.
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 39 ayat
(1) pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi, ayat (2)
menyatakan pengawas berwenang untuk meneliti segala
catatan yang ada pada koperasi, dan mendapatkan segala
keterangan yang diperlukan.
4) Pengelola
Pengelola koperasi adalah mereka yang diangkat dan
diberhentikan oleh pengurus untuk mengembangkan usaha
koperasi secara efisien dan profesional. Karena itu,
kedudukan pengelola adalah sebagai pegawai atau
karyawan yang diberi kuasa dan wewenang oleh pengurus.
Dengan demikian, disini berlaku hubungan perikatan dalam
bentuk perjanjian ataupun kontrak kerja. Jumlah pengelola
dan ukuran struktur organisasinya sangat tergantung pada
besarnya usaha yang dikelola.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Tinjauan tentang Pelaksanaan Kegiatan Koperasi Simpan


Pinjam
Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995. Kegiatan usaha
simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun
dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam
dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota
koperasi yang bersangkutan.
Koperasi simpan pinjam yang selanjutnya disebut KSP adalah
koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan pinjam.
Unit simpan pinjam koperasi yang selanjutnya disebut dengan
USP adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan
pinjam, sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi yang
bersangkutan.
Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon
anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya koperasi simpan
pinjam dan unit simpan pinjam dalam bentuk tabungan, dan
simpanan koperasi berjangka.
Simpanan berjangka adalah simpanan di koperasi simpan
pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang penyetorannya
dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dan koperasi
simpan pinjam dan atau unit simpan pinjam yang bersangkutan.
Tabungan koperasi adalah simpanan di koperasi yang
penyetorannya dilakukan berangsur-angsur dan penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati
antara penabung dengan koperasi yang bersangkutan dengan
menggunakan buku tabungan koperasi.
Pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjamcommit to user
meminjam antara koperasi simpan pinjam dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

atau unit simpan pinjam dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan.
a. Bentuk Organisasi Usaha Koperasi Simpan Pinjam
Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, bentuk organisasi usaha simpan pinjam adalah sebagai
berikut :
1) Kegiatan usaha simpan pinjam hanya dilaksanakan oleh
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam;
2) Koperasi simpan pinjam dapat berbentuk koperasi primer
dan koperasi sekunder;
3) Unit simpan pinjam dapat dibentuk oleh koperasi primer
dan koperasi sekunder.

b. Pendirian Koperasi Simpan Pinjam


Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, pendirian koperasi simpan pinjam sebagai berikut :
1) Pendirian koperasi simpan pinjam dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan mengenai
persyaratan dan tata cara pengesahan Akta Pendirian dan
perubahan Anggaran Dasar koperasi;
2) Permintaan pengesahan Akta Pendirian koperasi simpan
pinjam diajukan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Rencana kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun;
b) Administrasi dan pembukuan;
c) Nama dan riwayat hidup calon Pengelola;
d) Daftar sarana kerja.
3) Pengesahan Akta Pendirian koperasi simpan pinjam berlaku
sebagai izin usaha.
Menurut Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
commitpengesahan
1995, permintaan to user Akta Pendirian koperasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

membuka unit simpan pinjam diajukan sesuai dengan


ketentuan diatas.
Menurut Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, koperasi yang sudah berbadan hukum dan akan
memperluas usahanya di bidang simpan pinjam wajib
mengadakan perubahan Anggaran Dasar dengan
mencantumkan usaha simpan pinjam sebagai salah satu
usahanya. Tata cara perubahan Anggaran Dasar
dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku. Pengesahan perubahan Anggaran Dasar berlaku
sebagai izin usaha.

c. Jaringan Pelayanan Koperasi Simpan Pinjam


Menurut Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, jaringan pelayanan usaha simpan pinjam oleh koperasi di
fungsikan untuk :
1) Untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota, koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam dapat membuka
jaringan pelayanan simpan pinjam.
2) Jaringan pelayanan simpan pinjam dapat berupa :
a) Kantor cabang yang berfungsi mewakili kantor pusat
dalam menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun
dana dan penyalurannya serta mempunyai wewenang
memutuskan pemberian pinjaman;
b) Kantor cabang pembantu yang berfungsi mewakili
kantor cabang dalam menjalankan kegiatan usaha untuk
menghimpun dana dan penyalurannya serta mempunyai
wewenang menerima permohonan pinjaman tetapi tidak
mempunyai wewenang untuk memutuskan pemberian
pinjaman;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c) Kantor kas yang berfungsi mewakili kantor cabang


dalam menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun
dana.
Menurut Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, kantor cabang harus mempunyai persetujuan dari
Menteri. Pembukaan kantor cabang pembantu dan kantor
kas tidak diperlukan persetujuan Menteri tetapi harus
dilaporkan kepada Menteri paling lambat 1 (satu) bulan
sejak pembukaan kantor.

d. Pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam


Menurut Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, pengelolaan usaha simpan pinjam dapat dilakukan oleh
sebagai berikut :
1) Pengelolaan kegiatan usaha simpan pinjam dilakukan oleh
Pengurus;
2) Pengelolaan dapat dilakukan oleh pengelola yang diangkat
oleh pengurus;
3) Pengelola bertanggung jawab kepada pengurus;
4) Pengelola dapat berupa perorangan atau badan usaha,
termasuk yang berbentuk badan hukum;
5) Dalam melaksanakan pengelolaan, pengelola wajib
mengadakan kontrak kerja dengan pengurus.
Menurut Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, pengelola adalah perorangan, wajib memenuhi
persyaratan minimal sebagai berikut :
1) Tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang
keuangan dan atau dihukum karena terbukti melakukan
tindak pidana di bidang keuangan;
2) Memiliki akhlak dan moral yang baik;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah


mengikuti pelatihan simpan pinjam atau magang dalam
usaha simpan pinjam.
Menurut Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, Pengelola adalah badan usaha wajib memenuhi
persyaratan minimal sebagai berikut :
1) Memiliki kemampuan keuangan yang memadai;
2) Memiliki tenaga managerial yang berkualitas baik.
Menurut Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, Pengurus secara langsung melakukan pengelolaan
terhadap usaha simpan pinjam maka berlaku ketentuan
mengenai persyaratan pengelola. Dalam hal pengelolaan
dilakukan oleh lebih dari 1 (satu) orang, maka :
1) Sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari jumlah
Pengelola wajib mempunyai keahlian di bidang keuangan
atau pernah mengikuti pelatihan di bidang simpan pinjam
atau magang dalam usaha simpan pinjam;
2) Di antara pengelola tidak boleh mempunyai hubungan
keluarga sampai derajat ke satu menurut garis lurus ke
bawah maupun ke samping.
Pengelolaan unit simpan pinjam dilakukan secara terpisah
dari unit usaha lainnya. Pendapatan unit simpan pinjam setelah
dikurangi biaya penyelenggaraan kegiatan unit yang
bersangkutan, dipergunakan untuk keperluan sebagai berikut :
1) Dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan
nilai transaksi;
2) Pemupukan modal unit simpan pinjam;
3) Membiayai kegiatan lain yang menunjang unit simpan
pinjam.
Sisa pendapatan unit simpan pinjam setelah dikurangi biaya
dan keperluan,commit to user
diserahkan kepada koperasi yang bersangkutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

untuk dibagikan kepada seluruh anggota koperasi. Pembagian


dan penggunaan keuntungan unit simpan pinjam diajukan oleh
pengurus unit simpan pinjam untuk mendapat persetujuan para
anggota yang telah mendapat pelayanan dari unit simpan
pinjam.
Menurut Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi simpan
pinjam setelah dikurangi dana cadangan, dipergunakan untuk :
1) Dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan
jumlah dana yng ditanamkan sebagai modal sendiri pada
koperasi dan nilai transaksi;
2) Membiayai pendidikan dan latihan serta peningkatan
keterampilan;
3) Insentip bagi pengelola dan karyawan;
4) Keperluan lain untuk menunjang kegiatan koperasi.
Menurut Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, dalam menjalankan usahanya, Pengelola wajib
memperhatikan aspek permodalan, likuiditas, solvabilitas dan
rentabilitas guna menjaga kesehatan usaha dan menjaga
kepentingan semua pihak yang terkait yaitu sebagai berikut :
1) Aspek permodalan yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
a) Modal sendiri koperasi tidak boleh berkurang
jumlahnya dan harus ditingkatkan;
b) Setiap pembukaan jaringan pelayanan, harus disediakan
tambahan modal sendiri;
c) Antara modal sendiri dengan modal pinjaman dan
modal penyertaan harus berimbang.
2) Aspek likuiditas yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) Penyediaan aktiva lancar yang mencukupi untuk


memenuhi kewajiban jangka pendek;
b) Ratio antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang
telah dihimpun;
3) Aspek solvabilitas yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
a) Penghimpunan modal pinjaman dan modal penyertaan
didasarkan pada kemampuan membayar kembali;
b) Ratio antara modal pinjaman dan modal penyertaan
dengan kekayaan harus berimbang.
4) Aspek rentabilitas yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
a) Rencana perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) atau
keuntungan ditetapkan dalam jumlah yang wajar untuk
dapat memupuk permodalan, pengembangan usaha,
pembagian jasa anggota dengan tetap mengutamakan
kualitas pelayanan;
b) Ratio antara Sisa Hasil Usaha (SHU) atau keuntungan
dengan aktiva harus wajar.
Untuk menjaga kesehatan usaha, koperasi simpan
pinjam atau unit simpan pinjam tidak dapat
menghipotekkan atau menggadaikan harta kekayaannya.

e. Permodalan Usaha Koperasi Simpan Pinjam


Menurut Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, koperasi simpan pinjam wajib menyediakan modal
sendiri dan dapat ditambah dengan modal penyertaan. Koperasi
yang memiliki unit simpan pinjam wajib menyediakan
sebagian modal dari koperasi untuk modal kegiatan simpan
pinjam. Modal unit simpan pinjam berupa modal tetap dan
commit
modal tidak tetap. to user
Modal unit simpan pinjam dikelola secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terpisah dari unit lainnya dalam koperasi yang bersangkutan.


Jumlah modal sendiri dan modal tetap unit simpan pinjam tidak
boleh berkurang jumlahnya dari jumlah semula. Ketentuan
mengenai modal disetor pada awal pendirian diatur lebih lanjut
oleh Menteri.
Menurut Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, selain modal sebagaimana yang dimaksud diatas,
koperasi simpan pinjam dapat menghimpun modal pinjaman
dari :
1) Anggota;
2) Koperasi lainnya dan atau anggotanya;
3) Bank dan lembaga keuangan lainnya;
4) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
5) Sumber lain yang sah.
Menurut Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, unit simpan pinjam melalui koperasinya dapat
menghimpun modal pinjaman sebagai modal tidak tetap dari :
1) Anggota;
2) Koperasi lainnya dan atau anggotanya;
3) Bank dan lembaga keuangan lainnya;
4) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
5) Sumber lain yang sah.

f. Kegiatan Usaha Koperasi Simpan Pinjam


Menurut Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, kegiatan usaha simpan pinjam dilaksanakan dari dan
untuk anggota, calon anggota koperasi yang bersangkutan,
koperasi lain dan atau anggotanya. Calon anggota koperasi
dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah melunasi
simpanan pokok harus menjadi anggota.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun


1995, kegiatan usaha koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam adalah sebagai berikut :
1) Menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan
koperasi dari anggota dan calon anggotanya, koperasi lain
dan atau anggotanya;
2) Memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggota,
koperasi lain dan atau anggotanya.
Dalam memberikan pinjaman, koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian
pinjaman yang sehat dengan memperhatikan penilaian
kelayakan dan kemampuan pemohon pinjaman. Kegiatan
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam dalam
melayani koperasi lain dan atau anggotanya dilakukan
berdasarkan perjanjian kerjasama antar koperasi.
Menurut Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, dalam melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam,
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
mengutamakan pelayanan kepada anggota yaitu :
1) Apabila anggota sudah mendapat pelayanan pinjaman
sepenuhnya maka calon anggota dapat dilayani;
2) Apabila anggota dan calon anggota sudah mendapat
pelayanan sepenuhnyan, koperasi lain dan anggotanya
dapat dilayani berdasarkan perjanjian kerjasama antar
koperasi yang bersangkutan.
Menurut Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995, Rapat Anggota menetapkan ketentuan mengenai batas
maksimum pemberian pinjaman baik kepada anggota, calon
anggota koperasi lain dan anggotanya. Ketentuan mengenai
batas maksimum pinjaman kepada anggota berlaku pula bagi
commit
pinjaman kepada to user
pengurus dan pengawas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

g. Pembubaran Koperasi Simpan Pinjam


Menurut Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi, pelaksanaan pembubaran koperasi simpan pinjam
dan unit simpan pinjam dilakukan di bawah pengawasan
Menteri.
Pembubaran koperasi simpan pinjam atau unit simpan
pinjam dilakukan oleh Rapat Anggota. Dalam hal terjadi
kondisi yang menyebabkan koperasi simpan pinjam atau unit
simpan pinjam harus dibubarkan dan koperasi yang
bersangkutan tidak melakukan pembubaran, maka Menteri
dapat :
1) Meminta kepada Rapat Anggota koperasi yang
bersangkutan untuk membubarkan;
2) Melakukan pembubaran dengan disertai sanksi
administratif kepada pengurus koperasi yang bersangkutan.
Menurut Pasal 30 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi, dalam melakukan pembubaran pihak yang
mengambil keputusan pembubaran wajib mempertimbangkan
masih adanya harta kekayaan koperasi simpan pinjam atau unit
simpan pinjam yang dapat di cairkan untuk memenuhi
pembayaran kewajiban yang bersangkutan.
Menurut Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi, pembubaran koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam oleh Menteri dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi hak tersebut,
kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah ini.
Penyelesaian lebih lanjut sebagai akibat dari pembubaran unit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

simpan pinjam oleh Menteri dilakukan oleh koperasi yang


bersangkutan.

3. Tinjauan tentang Pembinaan dan Pengawasan Koperasi


Simpan Pinjam
a. Konsep Pembinaan dan Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam
Pembinaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi adalah upaya untuk mengembangkan iklim
usaha yang kondusif, pemberian bimbingan, kemudahan dan
perlindungan kepada pelaksanaan kegiatan usaha simpan
pinjam oleh Koperasi yang diatur dalam Pasal 26 Peraturan
Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.
Pengawasan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi adalah kegiatan pembinaan, pemantauan, dan
pemeriksaan, dan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam
dan unit simpan pinjam koperasi oleh pemerintah dalam hal ini
Menteri di tingkat pusat dan pejabat yang diberi wewenang
menjalankan tugas pembantuan di tingkat daerah dengan tujuan
agar pengelolaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi dilakukan secara baik dan terkendali sehingga
menumbuhkan kepercayaan dari pihak terkait yang diatur
dalam Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008
tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan
Unit Simpan Pinjam Koperasi.

b. Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Koperasi Simpan


Pinjam
Pembinaan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan
Pinjam Koperasi diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19
Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha
commit to user
Simpan Pinjam oleh Koperasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Pasal 26 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun


2008, Pembinaan terhadap kegiatan usaha simpan pinjam
koperasi dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
1) Memantau perkembangan kegiatan simpan pinjam secara
berkala melalui laporan kinerja koperasi yang
bersangkutan;
2) Melakukan pembinaan secara menyeluruh yang
menyangkut organisasi, usaha, administrasi keuangan serta
pelaksanaan program pembinaan kepada anggota.
Pembinaan kepada koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi dapat berbentuk :
1) Perbaikan manajemen koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi, yang meliputi aspek kelembagaan,
usaha dan keuangan;
2) Perkuatan permodalan;
3) Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi;
4) Pendidikan dan pembinaan usaha anggota;
5) Pemberian tindakan administratif.
Dalam hal koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi mengalami kesulitan yang mengganggu kelangsungan
usahanya, Menteri dapat memberikan petunjuk kepada
pengurus untuk melakukan tindakan sebagai berikut :
1) Penambahan modal sendiri dan atau modal penyertaan;
2) Penggantian pengelola;
3) Penggabungan dengan koperasi lain;
4) Penjualan sebagian aktiva tetap;
5) Tindakan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi


mengalami kesulitan, apabila mengalami salah satu atau
gabungan dari hal-hal sebagai berikut :
1) Terjadi penurunan modal dari modal yang disetorkan pada
awal pendirian;
2) Penyediaan aktiva lancar tidak mencukupi untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek;
3) Jumlah pinjaman yang diberikan lebih besar dari jumlah
simpanan berjangka dan tabungan;
4) Mengalami kerugian;
5) Pengelola melakukan penyalahgunaan keuangan;
6) Pengelola tidak menjalankan tugasnya.
Menurut Pasal 27 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008
tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
oleh Koperasi Dalam hal ini kesulitan tidak dapat diatasi, maka
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dapat
dibubarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Menurut Pasal 28 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun
2008, koperasi simpan pinjam atau koperasi yang memiliki unit
simpan pinjam koperasi dapat melakukan kemitraan dengan
koperasi lain dan atau lembaga keuangan lain selama kemitraan
tersebut bermanfaat bagi kemajuan koperasi dan anggotanya.
Kemitraan dengan koperasi lain atau lembaga keuangan
lainnya harus disetujui Rapat Anggota. Kemitraan harus
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan dituangkan dalam perjanjian kerjasama secara
tertulis.
Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan
Pinjam Koperasi diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan


Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.
Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008,
tujuan pengawasan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi adalah sebagai berikut :
1) Mengendalikan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi agar dalam menjalankan kegiatan usahanya
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku;
2) Meningkatkan citra dan kredibilitas koperasi simpan pinjam
dan unit simpan pinjam koperasi sebagai lembaga keuangan
yang mampu mengelola dana dari anggota, calon anggota,
koperasi lain, dan atau anggotanya berdasarkan prinsip
koperasi;
3) Menjaga dan melindungi asset koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi dari tindakan penyelewengan
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab;
4) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan;
5) Mendorong pengelolaan koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi mencapai tujuannya secara efektif
dan efisien yaitu meningkatkan pemberdayaan ekonomi
anggota.
Menurut Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008,
ruang lingkup pengawasan koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi meliputi :
1) Pembinaan pelaksanaan pengendalian internal koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
2) Pemantauan perkembangan koperasi simpan pinjam dan
unit simpancommit
pinjamtokoperasi
user secara berkala melalui laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keuangan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam


koperasi yang bersangkutan;
3) Pemeriksaan terhadap koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi yang menyangkut organisasi dan
usahanya, termasuk program pembinaan anggota sesuai
Standar Operasional Manajemen (SOM) dam Standar
Operasional Prosedur (SOP) koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi;
4) Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi sesuai standar kesehatan koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang diatur
dalam ketentuan yang berlaku.
Menurut Pasal 5 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008,
pembinaan pelaksanaan pengendalian internal terhadap
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dan
koperasi yang memiliki unit simpan pinjam dilaksanakan
dengan cara sebagai beraikut :
1) Meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi
rapat anggota koperasi sebagai kekuasaan tertinggi dalam
pengambilan keputusan seperti pemilihan pengurus,
pengawas, pengembangan usaha, perubahan anggaran
dasar, pembagian Sisa Hasil Usaha, pembukaan kantor
cabang, merger dan amalgamasi serta pembubaran
koperasi;
2) Meningkatkan efektivitas tugas dan fungsi pengurus
sebagai eksekutif yang menjalankan roda organisasi dan
usaha koperasi yang harus sesuai dengan kepentingan
anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi;
3) Meningkatkan efektivitas tugas dan fungsi pengawas
sebagai lembaga supervisi yang harus mampu
commit
mengamankan to user
harta koperasi dan pelaksanaan kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

oleh pengurus sesuai dengan yang diamanatkan oleh rapat


aanggota;
4) Meningkatkan efektivitas sistem pengendalian internal pada
setiap dan antar bagian dalam struktur organisasi koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi untuk
menjamin praktik yang jujur, transparan dan dapat
dipertanggung jawabkan kepada anggota koperasi;
5) Mendorong dilaksanakannya pendidikan anggota yang
terencana dan berkesinambungan dalam meningkatkan
kompetensi dan komitmen sebagai prasyarat keunggulan
bersaing koperasi;
6) Mendorong terjadinya efisiensi biaya organisasi koperasi
agar tercapai promosi ekonomi anggota;
7) Mendorong dipatuhinya seluruh pedoman dan aturan yang
berkenaan dengan usaha simpan pinjam oleh koperasi.
Menurut Pasal 6 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008,
pemantauan perkembangan koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi secara berkala melalui laporan
keuangan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi yang bersangkutan, yaitu dilaksanakan dengan cara :
1) Menyusun rencana dan target tahunan pemantauan laporan
keuangan KSP dan USP Koperasi pada wilayah kerjanya;
2) Menyusun petunjuk teknis mengenai format laporan
keuangan, substansi dan informasi, frekuensi pelaporan,
termasuk sanksi jika laporan tidak disusun dan atau tidak
disampaikan sesuai dengan periode waktu yang telah
ditetapkan;
3) Melakukan sosialisasi, rencana dan petunjuk teknis
pemantauan yang telah disusun.
Menurut Pasal 7 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008,
commit
unsur-unsur yang to user
harus dipantau dari laporan keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi


meliputi :
1) Jenis dan kelengkapan laporan keuangan yaitu laporan
triwulan dan tahunan yang harus dapat diaudit;
2) Ketepatan dan kesesuaian waktu pelaporan yaitu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak bulan terakhir untuk
laporan triwulan dan paling lambat 5 (lima) bulan sejak
periode tahun berakhir untuk laporan tahunan;
3) Kelengkapan informasi laporan tahunan sesuai dengan
Standar Operasional Manajemen yang diatur oleh Menteri;
4) Kesesuaian pelakuan akuntansi yang menyangkut
pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip akuntansi
pedoman umum koperasi yang berlaku secara umum;
5) Keseuaian penyajian laporan keuangan yang memenuhi
syarat karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu dapat
dipahami, relevan, handal dan dapat diperbandingkan.
Menurut Pasal 8 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008,
pejabat pengawas dapat meminta konfirmasi langsung kepada
pengurus koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi yang bersangkutan apabila dari pemantauan laporan
keuangan yang disampaikan oleh koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi dinilai menyajikan informasi yang
kurang jelas dan atau meragukan. Rekomendasi, saran dan
catatan hasil pemantauan pejabat pengawas harus disampaikan
secara tertulis kepada koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi yang bersangkutan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal laporan keuangan koperasi simpan
pinjam dan unit simpan pinjam koperasi diterima pejabat
pengawas. koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
commit
Koperasi berhak untukto meminta
user konfirmasi kepada Menteri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

apabila pejabat pengawas tidak menyampaikan rekomendasi,


saran dan catatan hasil pemantauan.
Menurut Pasal 9 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008,
pemeriksaan terhadap koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam dilakukan oleh pejabat pengawas yang ditetapkan
Menteri. Pemeriksaan dilakukan secara berkala dan atau setiap
waktu bila diperlukan. Hasil pemeriksaan oleh pejabat harus
dibuatkan berita acara pemeriksaan secara tertulis yang
ditandatangani oleh pemeriksa dan pengurus koperasi dan
dapat dijadikan catatan resmi untuk pejabat dalam
mempertimbangkan pemberian penghargaan atau sanksi
kepada pihak koperasi bersangkutan.
Menurut Pasal 10 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun
2008, objek pemeriksaan terhadap koperasi simpan sinjam dan
unit simpan pinjam koperasi meliputi aspek organisasi,
pengelolaan, keuangan, produk dan layanan, dan aspek
pembinaan anggota, pengurus, pengelola, pengawas dan
karyawan yaitu sebagai berikut :
1) Aspek organisasi
a) Kelengkapan legalitas yang terdiri dari akta pendirian
koperasi, anggaran dasar, perubahan pengesahan
anggaran dasar bagi unit simpan pinjam koperasi, surat
ijin pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu
dan kantor kas;
b) Ketaatan dan kepatuhan pada ketentuan yang berlaku;
c) Kelengkapan organisasi koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi yang mencerminkan
struktur organisasi dan uraian pekerjaan.
2) Aspek pengelolaan
a) Derajat kepatuhan dan kesesuaian pelaksanaan
commit
ketentuan to user koperasi simpan pinjam dan unit
pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

simpan pinjam koperasi sebagaimana diatur dalam


Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
oleh Koperasi;
b) Derajat kesesuaian kompetensi dan persyaratan
ketentuan mengenai pengelola baik pengelola
perseorangan atau pengelola lembaga sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008
tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam oleh Koperasi;
c) Ada tidaknya standar pengelolaan tertulis yang
dirumuskan dalam Standar Operasional Manajemen dan
Standar Operasional Prosedur yang disetujui oleh rapat
anggota koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi yang bersangkutan;
d) Efektivitas pelaksanaan fungsi dan tugas perangkat
organisasi koperasi;
e) Efektivitas pelaksanaan Standar Operasional
Manajemen dan Standar Operasional Prosedur yang
telah disetujui oleh Rapat Anggota.
3) Aspek keuangan
a) Derajat kesesuaian pelaksanaan ketentuan tentang
modal disetor dan sumbernya pada awal pendirian
Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
Koperasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi;
b) Derajat kepatuhan pelaksanaan ketentuan bahwa modal
awal disetor Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan
Pinjam Koperasi tidak boleh berkurang jumlahnya
commit
sebagaimana to user
diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan


Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi;
c) Pelaksanaan pedoman standar akuntansi keuangan
Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
Koperasi berdasakan (PSAK) yang berlaku;
d) Pemeriksaan terhadap pos-pos neraca, pos-pos laporan
perubahan ekuitas, dan pos-pos laporan perhitungan
hasil usaha;
e) Pelaksanaan ketentuan pembagian dan penggunaan Sisa
Hasil Usaha (SHU) Koperasi simpan pinjam sesuai
dengan keputusan rapat anggota;
f) Pelaksanaan ketentuan pembagian dan penggunaan
hasil usaha Unit Simpan Pinjam Koperaasi sesuai
dengan anggaran dasar dan keputusan rapat anggota;
g) Pelaksanaan kebijakan pengendalian risiko berdasarkan
asas-asas pemberian pinjaman yang sehat, dan
menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian serta
pemberian pinjaman yang benar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku melalui : penerapan analisis
kelayakan usaha yang cermat, watak dan kemampuan
anggota dan calon anggota peminjam, dan penetapan
agunan baik fisik maupun non fisik sebagai jaminan.
4) Produk dan layanan
a) Derajat kepatuhan pelaksanaan ketentuan
penghimpunan dana hanya berasal dari anggota, calon
anggota, koperasi lain dan atau anggotanya
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19
Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi;
b) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan pengembangan
produk commit to user
simpanan dan tabungan sesuai dengan prinsip-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

prinsip sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri


Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi;
c) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan perhitungan jasa
antara Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan
Pinjam Koperasi dengan peminjam dan perhitungan
penetapan distriibusi pendapatan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
oleh Koperasi;
d) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan pengembangan
produk layanan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi;
e) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan mengenai
persyaratan, tata cara dan administrasi penyelenggaraan
pelayanan pemberian pinjaman sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
oleh Koperasi.
5) Aspek pembinaan anggota, pengurus, pengelola, pengawas
dan karyawan
a) Kebijakan tertulis mengenai pembinaan dan
pengembangan sumber daya manusia koperasi simpan
pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang meliputi :
program pembinaan, tujuan pembinaan, kelompok
sasaran, jadwal dan anggaran biaya pembinaan;
b) Evaluasi pelaksanaan kebijakan pembinaan dan
pengembangan sumber daya manusia koperasi simpan
pinjam commit
dan unittosimpan
user pinjam koperasi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c) Konfirmasi dan pengecekan ulang dengan melakukan


uji petik terhadap bukti-bukti pendukung laporan
pembinaan maupun memperoleh informasi langsung
dari beberapa kelompok sasaran pembinaan.
Menurut Pasal 17 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun
2008, pejabat pengawas simpan pinjam diangkat oleh Menteri.
Pejabat pengawas simpan pinjam berperan sebagai pengawas
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi.
Pejabat pengawas simpan pinjam mempunyai wewenang
sebagai berikut :
1) Menerima laporan mengenai kondisi organisasi, usaha dan
permodalan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi;
2) Melakukan audit atau meminta auditor independen untuk
melakukan audit terhadap semua dana, surat-surat berharga,
pembukuan, kertas kerja, catatan dan semua sumber
informasi yang dimiliki dan dikuasai koperasi;
3) Merekomendasikan kepada Menteri untuk menghentikan
kegiatan usaha dan atau membuat izin usaha simpan pinjam
koperasi, apabila terdapat dugaan kuat berdasarkan bukti-
bukti nyata yang ditemukan bahwa koperasi simpan pinjam
dan atau unit simpan pinjam koperasi menjalankan usaha
keuangan yang tidak sehat dan tidak aman, melanggar
ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, mengeluarkan perintah untuk menempatkan
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
dalam pengawasan administratif.
Menurut Pasal 18 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun
2008, pejabat pengawas harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
commit
1) Pegawai Negeri to (PNS);
Sipil user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Berpendidikan serendah-rendahnya Sarjana Muda atau


yang sederajat;
3) Memiliki integritas moral yang baik, jujur dan dapat
dipercaya dibuktikan dengan dokumen fakta integritas dan
belum pernah melakukan tindakan tercela;
4) Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang
pengawasan dan pembinaan koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi yang dibuktikan dengan
sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dan atau
Lembaga yang kompeten.
Menurut Pasal 20 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun
2008, koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang terlambat atau tidak menyampaikan laporan keuangan
triwulan dikenakan sanksi sebagai berikut :
1) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang terlambat melaporkan dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan dari jadwal yang ditetapkan, dikenakan teguran
tertulis;
2) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang terlambat melaporkan dalam jangka waktu 2 (dua)
bulan dari jadwal yang ditentukan, dikenakan teguran
tertulis kedua;
3) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang terlambat melaporkan dalam jangka waktu 3 (tiga)
kali berturut-turut dalam jangka waktu 1 (satu) tahun buku,
dikenakan penurunan satu tingkat kesehatannya;
4) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang terlambat melaporkan dalam jangka waktu 4 (empat)
kali berturut-turut dalam jangka waktu 1 (satu) tahun buku,
commitpenilaian
dikenakan sanksi to user tidak sehat;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi


yang sama sekali tidak memberikan laporan triwulan,
minimal 1 (satu) periode triwulan, hingga akhir tahun
berjalan dikenakan sanksi tidak sehat.
Menurut Pasal 20 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun
2008, koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang terlambat atau tidak menyampaikan laporan keuangan
tahunan dikenakan sanksi sebagai berikut :
1) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang terlambat melaporkan dalam jangka waktu lebih dari 5
(lima) bulan sejak tutup buku dikenakan teguran tertulis;
2) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang tidak melaporkan dalam jangka waktu lebih dari 1
(satu) tahun, dikenakan sanksi penilaian tidak sehat;
3) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang tidak melaporkan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
berturut-turut, dikenakan sanksi pembubaran koperasi
simpan pinjam atau pembatalan pengesahan perubahan
Anggaran Dasar koperasi yang memiliki unit simpan
pinjam.
Menurut Pasal 21 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun
2008, koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang telah memenuhi ketentuan wajib audit oleh akuntan
publik, ternyata terbukti tidak melaksanakannya, dikenakan
sanksi berupa penurunan tingkat kesehatan.
Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang tidak memberikan kesempatan kepada pejabat pemeriksa
untuk memeriksa buku serta berkas-berkas yang ada padanya
serta tidak memberikan bentuan kepada pemeriksa dalam
rangka memperoleh kebenaran dan segala keterangan,
dokumen dan commit to user
penjelasan yang dilaporkan koperasi simpan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dikenakan sanksi


pemberhentian sementara ijin kegiatan usahanya. Koperasi
yang melaksanakan kegiatan simpan pinjam tanpa ijin,
dikenakan sanksi administrasi berupa pemberhentian sementara
kegiatan usahanya (Pasal 22 Peraturan Menteri Nomor 21
Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan
Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi).
Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang akta pendiriannya telah disahkan oleh pejabat yang
berwenang apabila dalam waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal
pengesahan belum melaksanakan kegiatan usahanya, dikenakan
sanksi berupa pembubaran koperasi. Unit simpan pinjam
koperasi yang Anggaran Dasar koperasinya telah disahkan oleh
pejabat yang berwenang, apabila dalam waktu 2 (dua) tahun
belum melakukan kegiatan usaha, dikenakan sanksi pembatalan
pengesahan perubahan Anggaran Dasar koperasi (Pasal 23
Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
Koperasi).
Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang dikenakan sanksi sebagaimana yang telah dimaksud
diatas, diumumkan oleh pejabat secara terbuka dalam media
elektronik dan atau media cetak harian (Pasal 24 Peraturan
Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan
Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi).
Pengawasan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam terdiri dari pengawasan internal dan pengawasan
eksternal yaitu :
1) Pengawasan internal terhadap koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi dilaksanakan oleh pengawas
commit toauditor
dan atau internal user (Pasal 33 Peraturan Menteri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan


Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh koperasi).
2) Pengawas eksternal koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi adalah Menteri atau akuntan publik
yang ditetapkan oleh Rapat Anggota (Pasal 34 Peraturan
Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh
koperasi).
Menteri dapat melakukan pemeriksaan terhadap koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam Koperasi baik secara
berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Dalam hal
terjadi pemeriksaan, koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya,
dan wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan
penjelasan yang dilaporkan oleh koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi yang bersangkutan. Pemeriksaan
terhadap koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi dilaksanakan oleh Menteri melalui pejabat yang
berwenang yang diangkat oleh Menteri. Pejabat yang
berwenang dapat melaksanakan sendiri pemeriksaan tersebut
atau meminta bantuan kepada akuntan publik. Dalam hal
pejabat berwenang meminta kepada akuntan publik untuk
melakukan pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam atau
unit simpan pinjam koperasi, maka biaya pengawasan menjadi
tanggung jawab pejabat yang berwenang (Pasal 35 Peraturan
Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Tinjauan tentang Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan


Pinjam
Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi berdasarkan atas Peraturan Menteri Nomor 20
tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam
dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.
Kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan
sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat.
Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi adalah penilaian terhadap ukuran kinerja koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dilihat dari faktor-
faktor yang mempengaruhi kelancaran, keberhasilan, pertumbuhan
dan atau perkembangan serta kelangsungan usaha koperasi simpan
pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dalam jangka pendek dan
jangka panjang.
a. Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan
Unit Simpan Pinjam Koperasi terdiri dari Tujuan, Sasaran dan
Landasan Kerja
1) Tujuan
Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008,
pedoman penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi bertujuan untuk memberikan
pedoman kepada pejabat penilai, gerakan koperasi, dan
masyarakat agar koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi dapat melakukan kegiatan usaha simpan
pinjam, berdasarkan prinsip koperasi secara profesional,
sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan disekitarnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Sasaran
Menurut Pasal 3 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008,
sasaran penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam
sebagai berikut :
a) Terwujudnya pengelolaan koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi yang sehat dan mantap
sesuai dengan jati diri koperasi;
b) Terwujudnya pengelolaan koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi yang efektif, efisien, dan
profesional;
c) Terciptanya pelayanan prima kepada anggota, calon
anggota, koperasi lain dan atau anggotanya.
3) Landasan Kerja
a) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi menyelenggarakan kegiatan usahanya
berdasarkan nilai-nilai, norma dan prinsip koperasi
sehingga dapat dengan jelas menunjukkan perilaku
koperasi;
b) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi adalah alat dari rumah tangga anggota untuk
mandiri dalam mengatasi masalah kekuarangan modal
(bagi anggota pengusaha) atau kekurangan likuiditas
(bagi anggota rumah tangga) sehingga berlaku asas
menolong diri sendiri (self help);
c) Maju mundurnya KSP dan USP Koperasi menjadi
tanggung jawab seluruh anggota sehingga berlaku asas
tanggung jawab pribadi (self responsibility);
d) Anggota pada koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi berada dalam satu kesatuan sistem
kerja koperasi, diatur menurut norma-norma yang
terdapatcommit to userAnggaran Dasar dan Anggaran
di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rumah Tangga koperasi simpan pinjam atau koperasi


yang menyelenggarakan unit simpan pinjam;
e) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi wajib dapat memberikan manfaat yang lebih
besar kepada anggotanya jika dibandingkan dengan
manfaat yang diberikan oleh lembaga keuangan
lainnya;
f) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi berfungsi sebagai lembaga intermediasi dalam
hal ini koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi bertugas untuk melaksanakan penghimpunan
dana dari anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau
anggotanya serta pinjaman kepada pihak-pihak tersebut
(Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008
tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan
Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi).

b. Ruang Lingkup Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam


Menurut Pasal 5 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008,
Ruang lingkup penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi meliputi penilaian terhadap
beberapa aspek sebagai berikut :
1) Permodalan
Tingkat pertumbuhan modal sendiri atau lebih besar dari
tingkat pertumbuhan asset;
2) Kualitas aktiva produktif
Kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi
koperasi yang bersangkutan;
3) Manajemen
Apakah KSP atau USP koperasi memiliki visi, misi dan
tujuan yangcommit
jelas; to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Efisiensi
Seberapa besar KSP atau USP koperasi mampu
memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya
dari penggunaan asset yang dimilikinya;
5) Likuiditas
Kemampuan KSP dan atau USP koperasi untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek;
6) Kemandirian dan pertumbuhan
Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan
didasarkan pada rasio rentabilitas asset, rentabilitas ekuitas
dan kemandirian operasional;
7) Jati diri koperasi
Untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai
tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota.
Setiap aspek diberikan bobot penilaian yang menjadi dasar
perhitungan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi. Penilaian terhadap setiap aspek
dilakukan dengan menggunakan sistem nilai yang dinyatakan
dengan nilai 0 sampai dengan 100.

c. Penetapan Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam


Skor yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan
penilaian terhadap aspek-aspek diatas dipergunakan untuk
menetapkan predikat tingkat kesehatan koperasi simpan pinjam
dan unit simpan pinjam koperasi yang dibagi dalam 5 (lima)
golongan yaitu :
1) Sehat;
2) Cukup sehat;
3) Kurang sehat;
4) Tidak sehat;
5) Sangat tidakcommit
sehat. to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penetapan predikat kesehatan berdasarkan skor sebagai


berikut :
1) Skor penilaian sama dengan 80 sampai 100, termasuk
dalam predikat “sehat”;
2) Skor penilaian sama dengan 60 sampai lebih kecil dari 80,
termasuk dalam predikat “cukup sehat”;
3) Skor penilaian sama dengan 40 sampai lebih kecil dari 60,
termasuk dalam predikat “kurang sehat”;
4) Skor penilaian sama dengan 20 sampai lebih kecil dari 40,
termasuk dalam predikat “tidak sehat”;
5) Skor penilaian lebih kecil dari 20, termasuk dalam predikat
“sangat tidak sehat”.
Predikat kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri
atau pejabat yang berwenang (Pasal 6 Peraturan Menteri
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan
Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi).
Tata cara penyelenggaraan penilaian kesehatan koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi diatur sebagai
berikut :
1) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
yang dinilai kesehatannya adalah :
a) Koperasi simpan pinjam dan yang telah beroperasi
paling sedikit 1 (satu) tahun buku dan telah
melaksanakan Rapat Anggota Tahunan;
b) Unit simpan pinjam koperasi, yang telah beroperasi
paling sedikit 1 (satu) tahun buku dan telah dikelola
secara terpisah serta membuat laporan keuangan yang
telah terpisah dari unit usaha lainnya.
2) Pelaksanaan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam
commitpinjam
dan unit simpan to userkoperasi dilaksanakan pada posisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

setiap akhir tahun buku dengan berpedoman pada Surat


Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian
Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan
Pinjam Koperasi.
3) Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi dilakukan oleh pejabat penilai
kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi yang diangkat oleh Menteri dan bertugas pada
instansi yang membidangi koperasi ditingkat Pusat,
Provinsi, Kabupaten dan Kota.
4) Setiap koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi yang telah dinilai diberikan sertifikat predikat
tingkat kesehatan dengan pengaturan sebagai berikut :
a) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi yang wilayah kerjanya di Kabupaten atau Kota
yang bersangkutan oleh Bupati atau WaliKota atau
pejabat yang berwenang atas nama Menteri;
b) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi yang wilayah kerjanya sekurang-kurangnya 3
(tiga) Kabupaten atau Kota dalam satu Provinsi oleh
Gubernur atau pejabat yang berwenang atas nama
Menteri;
c) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi yang wilayah kerjanya sekurang-kurangnya 3
(tiga) Provinsi oleh Deputi atas nama Menteri.
5) Hasil penelitian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi oleh pejabat yang berwenang pada
tingkat Provinsi dan Kabupaten atau Kota dilaporkan
kepada Deputi, dengan dilengkapi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) Kertas kerja penilaian koperasi simpan pinjam dan unit


simpan pinjam koperasi yang bersangkutan;
b) Laporan keuangan koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi yang bersangkutan;
c) Salinan fotocopy sertifikat predikat kesehatan koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi (Pasal
30 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
oleh Koperasi).
Menurut Pasal 31 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun
2008, pejabat penilai kesehatan koperasi simpan pinjam dan
unit simpan pinjam koperasi harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1) Berpendidikan serendah-rendahnya Sarjana Muda atau
yang disetarakan dengan itu;
2) Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang kegiatan
simpan pinjam oleh koperasi yang dibuktikan dengan
sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementrian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah;
3) Telah mengikuti pendidikan penilaian kesehatan koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi, yang
dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah baik di
tingkat pusat maupun daerah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Tinjauan tentang Efektivitas Hukum Perkoperasian


Manusia di dalam pergaulan hidup, pada dasarnya mempunyai
pandangan-pandangan tertentu mengenai apa yang baik dan apa
yang buruk. Pandangan-pandangan tersebut senantiasa terwujud
didalam pasangan-pasangan tertentu, misalnya, pasangan nilai
ketertiban dengan nilai ketentraman, pasangan nilai kepentingan
umum dengan nilai kepentingan pribadi, pasangan nilai kelestarian
dengan nilai inovatisme. Didalam penegakan hukum, pasangan
nilai-nilai tersebut perlu diserasikan. Penegakan hukum bukanlah
semata-mata berarti pelaksanaan Perundang-undangan, walaupun
di dalam kenyataan di Indonesia kecenderungannya adalah
demikian, sehingga pengertian Law enforcement begitu populer.
Selain itu, ada kecenderungan yang kuat untuk mengartikan
penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan
hakim. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik
suatu kesimpulan, bahwa masalah pokok penegakan hukum
sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhinya. Faktor tersebut mempunyai arti penting yang
netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi
faktor-faktor tersebut, faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor hukumnya sendiri;
b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk
maupun yang menerapkan hukum;
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan
hukum;
d. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut
berlaku dan diterapkan;
e. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa
yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh
commit esensi
karena itu merupakan to user dari penegakan hukum, juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

merupakan tolok ukur dari pada efektivitas penegakan hukum


(Soerjono Soekanto, 2010:5-9).
Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian ini
dinyatakan sebagai undang-undang yang ditertibkan untuk
menyesuaikan gerak langkah koperasi dengan perkembangan
keadaan perekonomian pada umumnya. Undang-undang ini
dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas jati diri, tujuan,
kedudukan, peran, manajemen, keusahaan, dan permodalan
koperasi serta pembinaan koperasi sehingga dapat lebih menjamin
terwujudnya kehidupan koperasi.
Perkembangan koperasi, melalui Undang-Undang No. 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian diharapkan dapat terarah
sehingga semakin berperan dalam perekonomian nasional.
Pengembangannya diarahkan agar tetap pula menerapkan prinsip-
prinsip dan kaidah usaha ekonomi. Dengan demikian koperasi akan
menjadi organisasi ekonomi yang mantap, demokratis, otonom,
partisipatif, dan berwatak sosial. Pembinaan dan pengawasan
koperasi pada dasarnya dimaksudkan untuk mendorong agar
koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama dalam
kehidupan ekonomi rakyat, sehingga koperasi perlu memiliki
pengurus yang berkualitas untuk mengelola koperasi sehingga
dapat berperan aktif dalam membantu memajukan perekonomian
nasional. Dalam hal ini faktor manusia sangat berpengaruh pada
kehidupan perkoperasian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penulisan hukum ini adalah sebagai
berikut:

Undang-Undang No. 25 Tahun Undang-Undang No. 32 Tahun


1992 tentang Perkoperasian 2004 tentang Pemerintahan
Daerah

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian


Urusan Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota

Dinas Koperasi dan Usaha Mkro Kecil Menengah

Tugas dan Kewenangan

Pembinaan dan Pengawasan

Koperasi Simpan Pinjam Hambatan


dan Solusi
Bagan.1. Kerangka Pemikiran

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian


digunakan oleh pemerintah sebagai dasar dalam kegiatan koperasi,
kemudian tiap-tiap daerah diberi kewenangan untuk mengurus
koperasinya yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah masing-
masing yang berdasar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, kemudian kewenangan mengenai koperasi
diserahkan kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
pembagian urusan pemerintahan (Pusat, Provinsi, Kabupaten dan
commitberbagai
Kota). Untuk mengatasi to user persoalan di dalam urusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemerintahan khususnya didalam perkoperasian yang salah satunya


yaitu memberikan tugas dan kewenangan Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil Menengah untuk memberikan pembinaan dan
pengawasan koperasi simpan pinjam, untuk itu dengan adanya Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah, Pemerintah dapat
mengetahui apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas
Koperasi dalam memberikan pembinaan dan pengawasan koperasi
simpan pinjam serta pemerintah dapat memberikan solusi atas
permasalahan tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota


Surakarta
1. Sejarah Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Sebelum Tahun 2001 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta bernama Departemen Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah. Berdasarkan Peraturan Daerah Surakarta Tahun 2001
Departemen Koperasi berubah nama menjadi Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta. Setelah tahun 2001
sampai sekarang ini bernama Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta.
Dengan adanya Peraturan Daerah Surakarta No 6 Tahun 2008
tentang organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kota Surakarta itu
dituangkan dalam lembaran daerah Kota Surakarta No 6 Tahun 2008
perubahan terletak pada struktur organisasi dimana pada Peraturan
Daerah Tahun 2008 itu strukturnya sebagai berikut :
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
membawahi satu sekretaris dan tiga kepala bidang yaitu :
a. Bidang Usaha dan Permodalan;
b. Bidang Koperasi;
c. Bidang UMKM.
Sedangkan struktur organisasi tahun 2001 Kepala Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil Menengah membawahi satu ketua bagian Tata
Usaha dan tiga kepala Sub Dinas yaitu :
a. Kepala Bagian Tata Usaha;
b. Kepala Sub Dinas Usaha dan Permodalan;
c. Kepala Sub Dinas Bina Program;
d. Kepala Sub Dinas Koperasi dan Kelembagaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta
a. Kedudukan
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam
melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota
melalui Sekretaris Daerah.
b. Tugas Pokok
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintah
dibidang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
c. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) menyelenggarakan fungsi :
1) Menyelenggarakan kesekretariatan dinas;
2) Penyusunan rencana program, pengendalian evaluasi dan
pelaporan;
3) Pemberian perijinan dibidang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM);
4) Perumusan kebijakan teknis dibidang koperasi dan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM);
5) Penyelenggaraan sosialisasi;
6) Pembinaan jabatan fungsional.

3. Visi Misi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta
a. Visi
Terwujudnya koperasi dan usaha mikro kecil menegah yang sehat,
tangguh, dan mandiri dalam mendukung pengembangan Ekonomi
Kerakyatan.
b. Misi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Meningkatkan kemampuan Koperasi dan UMKM untuk


mengakses sumber-sumber pembiayaan produktif;
2) Meningkatkan kemampuan koperasi dan UMKM untuk
mengakses dan memperluas pangsa pasar;
3) Meningkatkan kemampuan Koperasi dan UMKM dalam
pengelolaan dan akses teknologi informasi.

4. Tujuan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota


Surakarta
Secara umum : Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
sebagai pelaku ekonomi utama dalam perekonomian nasional yang
berdaya saing. Tujuan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) selama periode 2011-2015 dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Mewujudkan kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi
dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya unit koperasi yang
berkualitas usahanya dan unit Usaha Kecil Menengah (UKM);
b. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan
usaha koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM);
c. Meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian koperasi
dan Usaha Kecil Menengah (UKM) guna mendukung Kota
Surakarta sebagai Kota Perdagangan dan jasa menuju Kota
Budaya;
d. Mengembangkan sinergi dan peran serta masyarakat dan usaha
dalam pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM);
e. Memberikan pelayanan publik yang berkualitas, cepat, tepat, dan
transparan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Sasaran Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota


Surakarta
a. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengakses sumber-
sumber permodalan;
b. Tersalurnya modal kerja bergulir bagi koperasi dan Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM);
c. Memperluas jaringan pasar bagi produk unggulan semakin dikenal
domestik dan manca negara;
d. Memperluas lapangan pekerjaan;
e. Meningkatkan koperasi berprestasi;
f. Meningkatkan jumlah koperasi yang sehat;
g. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia bagi pengurus dan
pengelola koperasi;
h. Meningkatkan produktifitas Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM);
i. Meningkatkan keterampilan yang dapat mendukung peningkatan
ekonomi bagi masyarakat;
j. Meningkatkan koperasi /BUMN.

6. Strategi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota


Surakarta
a. Meningkatkan akses pasar dan memperbesar pangsa pasar;
b. Meningkatkan kemampuan akses terhadap sumber permodalan
serta memperkuat infra struktur permodalan;
c. Meningkatkan kemampuan pengelolaan usaha dan penguasaan
teknologi;
d. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen;
e. Mengembangkan kemitraan yang mantap.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah


Kota Surakarta

1. KEPALA
NUR HARYANI, SE, MM

2. KABID KOPERASI
DIDIK ADI PUTRANTO, S.E.

3. KASI PENDAFTARAN 4. KASI PEMBINAAN &


& PENGESAHAN PENGAWASAN
KOPERASI KOPERASI
SUWANDI, SE Dra. PURNI MAHAYUNI

MARTHA SCHOGGERS Dra. SRI MULSIWI


ERRYTRIANA D S, ST JOKO HARYONO, SE
EDHI SOEKONO, S. IP

Bagan.2. Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil


Menengah Kota Surakarta Bidang Koperasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Hasil Penelitian
1. Pembinaan dan Pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil Menengah Kota Surakarta terhadap Koperasi Simpan
Pinjam
a. Pembinaan
Pembinaan koperasi simpan pinjam adalah upaya untuk
mengembangkan iklim usaha yang kondusif, pemberian
bimbingan, kemudahan dan perlindungan kepada pelaksanaan
kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi (Peraturan Menteri
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi).
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta dalam melaksanakan Pembinaan teknis terhadap
kegiatan usaha simpan pinjam koperasi yang dilakukan dengan tata
cara sebagai berikut :
1) Memantau perkembangan kegiatan simpan pinjam secara
berkala melalui laporan kinerja koperasi yang bersangkutan;
2) Melakukan pembinaan secara menyeluruh yang
menyanyangkut organisasi, usaha, administrasi keuangan serta
pelaksanaan program pembinaan kepada anggota.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta dalam memberikan pembinaan terhadap koperasi simpan
pinjam dapat berbentuk sebagai berikut :
1) Perbaikan manajemen koperasi simpan pinjam yang meliputi
aspek kelembagaan, usaha dan keuangan;
2) Perkuatan permodalan;
3) Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam;
4) Pendidikan dan pembinaan usaha anggota;
5) Pemberian tindakan administratif.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta memilikicommit to userpuluh satu) orang pegawai dari
41 (empat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kepala sampai dengan staff di bidang koperasi. Dari sejumlah


orang tersebut terdapat 9 (Sembilan) pegawai dibagian pembinaan
dan pengawasan. Kesembilan pegawai tersebut harus membina dan
mengawasi 546 (lima ratus empat puluh enam) koperasi, dan yang
melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam berjumlah 57 (lima
puluh tujuh) koperasi simpan pinjam. Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan
pembinaan terhadap koperasi simpan pinjam setiap triwulan sekali.
Berikut ini tabel koperasi simpan pinjam Kota Surakarta yang telah
diberikan pembinaan.

Tabel 1. Data Koperasi Simpan Pinjam di Kota Surakarta


Koperasi Simpan Pinjam
Kurang Tidak Sangat Tidak
Jumlah Sehat
Sehat Sehat Sehat
57 37 ( 65% ) 20 ( 35 % )
Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Milro Kecil Menengah
Kota Surakarata Tahun 2010.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa koperasi di Kota


Surakarta khususnya koperasi simpan pinjam terdapat 57 (lima
puluh tujuh) koperasi simpan pinjam, dari jumlah tersebut terdapat
65 % (enam puluh persen) koperasi simpan pinjam dinyatakan
sehat dan 35 % (tiga puluh lima persen) koperasi simpan pinjam
dinyatakan kurang sehat.
Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam diatas
dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta berdasarkan Peraturan Menteri Nomor
20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi
Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kesehatan koperasi simpan pinjam merupakan kondisi atau


keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang
sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta dalam memberikan penilaian kesehatan koperasi simpan
pinjam meliputi penilaian terhadap beberapa aspek yaitu :
1) Permodalan;
a) Modal sendiri koperasi tidak boleh berkurang jumlahnya
dan harus ditingkatkan.;
b) Setiap pembukaan jaringan pelayanan, harus disediakan
tambahan modal sendiri;
c) Antara modal sendiri dengan modal pinjaman dan modal
penyertaan harus seimbang.
2) Kualitas aktiva produktif;
3) Manajemen;
4) Likuiditas;
a) Penyediaan aktiva lancar yang mencukupi untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek;
b) Ratio antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang
telah dihimpun.
5) Kemandirian dan pertumbuhan;
6) Jati diri koperasi.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta dalam menggolongkan kriteria kesehatan koperasi dapat
digolongkan sebagai berikut :
1) Skor penilaian sama dengan 80 sampai 100, termasuk dalam
predikat “sehat”;
2) Skor penilaian sama dengan 60 sampai lebih kecil dari 80,
termasuk dalam predikat “cukup sehat”;
3) Skor penilaian sama dengan 40 sampai lebih kecil dari 60,
termasuk dalamcommit to “kurang
predikat user sehat”;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Skor penilaian sama dengan 20 sampai lebih kecil dari 40,


termasuk dalam predikat “tidak sehat”;
5) Skor penilaian lebih kecil dari 20, termasuk dalam predikat
“sangat tidak sehat”.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta dalam menetapkan predikat kesehatan koperasi simpan
pinjam berdasarkan Keputusan Menteri. Penetapan predikat
kesehatan koperasi dilakukan setiap tahun.
Koperasi simpan pinjam yang dinilai kesehatannya adalah
koperasi simpan pinjam yang telah beroperasi paling sedikit 1
(satu) tahun buku dan telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan
(Hasil Wawancara dengan Purni Mahayuni, Kepala Seksi
Pembinaan dan Pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil Menengah Kota Surakarta tanggal 19 juli 2011, pukul 09.30
WIB).

b. Pengawasan
Pengawasan koperasi simpan pinjam adalah kegiatan
pembinaan, pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian kesehatan
koperasi simpan pinjam oleh pemerintah dalam hal ini Menteri di
tingkat pusat dan pejabat yang diberi wewenang menjalankan tugas
pembantuan di tingkat daerah dengan tujuan agar pengelolaan
koperasi simpan pinjam dilakukan secara baik dan terkendali
sehingga menumbuhkan kepercayaan dari pihak terkait (Peraturan
Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan
Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi).
Kegiatan pengawasan koperasi simpan pinjam dilaksanakan
oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta.
Tujuan pengawasan koperasi simpan pinjam adalah sebagai
berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Mengendalikan koperasi simpan pinjam agar dalam


menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku;
2) Meningkatkan citra dan kredibilitas koperasi simpan pinjam
sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola dana dari
anggota, calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya
berdasarkan prinsip koperasi;
3) Menjaga dan melindungi asset koperasi simpan pinjam dari
tindakan penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab;
4) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
koperasi simpan pinjam terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan;
5) Mendorong pengelolaan koperasi simpan pinjam mencapai
tujuannya secara efektif dan efisien yaitu meningkatkan
pemberdayaan ekonomi anggota (Peraturan Menteri Nomor 21
Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan
Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi).
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta dalam melaksanakan pengawasan terhadap koperasi
simpan pinjam dengan menggunakan unsur-unsur yang harus
dipantau dari laporan keuangan Koperasi Simpan Pinjam yaitu
meliputi :
1) Jenis dan kelengkapan laporan keuangan yaitu laporan triwulan
dan tahunan yang harus dapat diaudit;
2) Ketepatan dan kesesuaian waktu pelaporan yaitu paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak bulan terakhir untuk laporan triwulan
dan paling lambat 5 (lima) bulan sejak periode tahun berakhir
untuk laporan tahunan;
3) Kelengkapan informasi laporan tahunan sesuai dengan Standar
commit to (SOM)
Operasional Manajemen user yang diatur oleh Menteri;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Kesesuaian pelakuan akuntansi yang menyangkut pengakuan,


pengukuran, penyajian dan pengungkapan seluruh perkiraan
dilakukan berdasarkan prinsip akuntansi pedoman umum
koperasi yang berlaku secara umum;
5) Kesesuaian penyajian laporan keuangan yang memenuhi syarat
karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu dapat dipahami,
relevan, handal dan dapat diperbandingkan.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta dalam menetapkan pejabat pengawas koperasi simpan
pinjam harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS);
2) Berpendidikan serendah-rendahnya Sarjana Muda atau yang
sederajat;
3) Memiliki integritas moral yang baik, jujur dan dapat dipercaya
dibuktikan dengan dokumen fakta integritas dan belum pernah
melakukan tindakan tercela;
4) Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang pengawasan
dan pembinaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi yang dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan
oleh Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah dan atau Lembaga yang kompeten (Peraturan
Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan
Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi,
Pasal 18).
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta dalam melaksanakan pemantauan perkembangan
koperasi simpan pinjam secara berkala melalui laporan keuangan
koperasi, yaitu dilaksanakan dengan cara :
1) Menyusun rencana dan target tahunan pemantauan laporan
keuangan koperasi simpan pinjam pada wilayah kerjanya;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Menyusun petunjuk teknis mengenai format laporan keuangan,


substansi dan informasi, frekuensi pelaporan, termasuk sanksi
jika laporan tidak disusun dan atau tidak disampaikan sesuai
dengan periode waktu yang telah ditetapkan;
3) Melakukan sosialisasi, rencana dan petunjuk teknis
pemantauan yang telah disusun.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta dalam melasanakan pemeriksaan terhadap koperasi
simpan pinjam dengan menggunakan obyek pemeriksaan yang
meliputi aspek organisasi, pengelolaan, keuangan, produk dan
layanan, dan aspek pembinaan anggota, pengurus, pengelola,
pengawas dan karyawan yaitu sebagai berikut :
1) Aspek organisasi
a) Kelengkapan legalitas yang terdiri dari akta pendirian
koperasi, anggaran dasar, perubahan pengesahan anggaran
dasar bagi usaha simpan pinjam koperasi, surat ijin
pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu dan
kantor kas;
b) Ketaatan dan kepatuhan pada ketentuan yang berlaku;
c) Kelengkapan organisasi koperasi simpan pinjam yang
mencerminkan struktur organisasi dan uraian pekerjaan.
2) Aspek pengelolaan
a) Derajat kepatuhan dan kesesuaian pelaksanaan ketentuan
pengelolaan koperasi simpan pinjam sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi;
b) Derajat kesesuaian kompetensi dan persyaratan ketentuan
mengenai pengelola baik pengelola perseorangan atau
pengelola lembaga sebagaimana diatur dalam Peraturan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman


Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi;
c) Ada tidaknya standar pengelolaan tertulis yang dirumuskan
dalam SOM dan SOP yang disetujui oleh rapat anggota
Koperasi Simpan Pinjam yang bersangkutan;
d) Efektivitas pelaksanaan fungsi dan tugas perangkat
organisasi koperasi;
e) Efektivitas pelaksanaan SOM dan SOP yang telah disetujui
oleh rapat anggota.
3) Aspek keuangan
a) Derajat kesesuaian pelaksanaan ketentuan tentang modal
disetor dan sumbernya pada awal pendirian koperasi
simpan pinjam;
b) Derajat kepatuhan pelaksanaan ketentuan bahwa modal
awal disetor koperasi simpan pinjam tidak boleh berkurang
jumlahnya;
c) Pelaksanaan pedoman standar akuntansi keuangan koperasi
koperasi simpan pinjam berdasakan PSAK yang berlaku;
d) Pemeriksaan terhadap pos-pos neraca, pos-pos laporan
perubahan ekuitas, dan pos-pos laporan perhitungan hasil
usaha;
e) Pelaksanaan ketentuan pembagian dan penggunaan Sisa
Hasil Usaha (SHU) koperasi simpan pinjam sesuai dengan
keputusan rapat anggota;
f) Pelaksanaan ketentuan pembagian dan penggunaan hasil
usaha usaha simpan pinjam sesuai dengan anggaran dasar
dan keputusan rapat anggota;
g) Pelaksanaan kebijakan pengendalian risiko berdasarkan
asas-asas pemberian pinjaman yang sehat, dan menerapkan
prinsip-prinsip kehati-hatian serta pemberian pinjaman
yang benarcommit
sesuai to user ketentuan yang berlaku melalui
dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penerapan analisis kelayakan usaha yang cermat, watak dan


kemampuan anggota dan calon anggota peminjam, dan
penetapan agunan baik fisik maupun non fisik sebagai
jaminan.
4) Produk dan layanan;
a) Derajat kepatuhan pelaksanaan ketentuan penghimpunan
dana hanya berasal dari anggota, calon anggota, koperasi
lain dan atau anggotanya;
b) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan pengembangan produk
simpanan dan tabungan sesuai dengan prinsip-prinsip
koperasi;
c) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan perhitungan jasa antara
koperasi simpan pinjam dengan peminjam dan perhitungan
penetapan distribusi pendapatan;
d) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan pengembangan produk
layanan;
e) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan,
tata cara dan administrasi penyelenggaraan pelayanan
pemberian pinjaman.
5) Aspek pembinaan anggota, pengurus, pengelola, pengawas dan
karyawan.
a) Kebijakan tertulis mengenai pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia koperasi simpan pinjam yang
meliputi program pembinaan, tujuan pembinaan, kelompok
sasaran, jadwal dan anggaran biaya pembinaan;
b) Evaluasi pelaksanaan kebijakan pembinaan dan
pengembangan sumber daya manusia koperasi simpan
pinjam;
c) Konfirmasi dan pengecekan ulang dengan melakukan uji
petik terhadap bukti-bukti pendukung laporan pembinaan
commit to user
maupun memperoleh informasi langsung dari beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kelompok sasaran pembinaan (Hasil Wawancara dengan


Purni Mahayuni, Kepala Seksi Pembinaan dan Pengawasan
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta, tanggal 19 juli 2011, pukul 09.30 WIB).

2. Hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro


Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan
Pembinaan dan Pengawasan terhadap Koperasi Simpan
Pinjam dan Solusinya
a. Hambatan
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
koperasi simpan pinjam, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil Menengah Kota Surakarta terdapat hambatan-hambatan
meliputi :
1) Tidak disiplinnya pengurus koperasi dalam menyampaikan
laporan keuangan koperasi simpan pinjam setiap triwulan
dan tahunan kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta.
2) Pengurus koperasi simpan pinjam dalam membuat laporan
keuangan simpan pinjam tidak sesuai dengan kondisi
keuangan koperasi simpan pinjam yang sebenarnya.

b. Solusi
Untuk mengatasi hambatan Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terhadap tidak
disiplinnya koperasi simpan pinjam dalam menyampaikan
laporan keuangan, maka solusi yang tepat untuk mengatasinya
adalah :
1) Untuk mengatasi tidak disiplinnya pengurus koperasi
simpan pinjam dalam menyampaikan laporan keuangan
koperasi simpan pinjam setiap triwulan dan tahunan, maka
commit to user
pihak Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kota Surakarta dapat menghubungi koperasi simpan pinjam


yang bersangkutan untuk secepatnya menyampaikan
laporan keuangan koperasi simpan pinjam yang dikelola
oleh pengurus koperasi simpan pinjam tersebut. Apabila
dalam menghubungi koperasi simpan pinjam yang
bersangkutan dirasa masih belum cukup, maka di
mungkinkan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta mendatangi koperasi simpan
pinjam tersebut guna memperoleh informasi mengenai
laporan keuangan koperasi simpan pinjam. Dan apabila
koperasi simpan pinjam tidak memberikan keterangan atas
tidak menyampaikan laporan keuangan setiap triwulan dan
tahunan maka Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta dapat melakukan pembubaran
terhadap koperasi simpan pinjam yang bersangkutan
berdasarkan Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi, pelaksanaan pembubaran koperasi simpan pinjam
dan unit simpan pinjam dilakukan di bawah pengawasan
Menteri.
2) Pihak Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Surakarta melakukan investigasi mendalam dengan
cara mendatangi koperasi simpan pinjam untuk memeriksa
keuangan dan memastikan kebenaran laporan keuangan
koperasi simpan pinjam apakah sesuai dengan laporan
keuangan yang telah disampaikan pengurus koperasi
simpan pinjam kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil Menengah Kota Surakarta (Hasil Wawancara dengan
Purni Mahayuni, Kepala Seksi Pembinaan dan Pengawasan
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
commit 19
Surakarta, tanggal to user
Juli 2011, pukul 09.30 WIB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Pembahasan
1. Pembinaan dan Pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil Menengah Kota Surakarta terhadap Koperasi Simpan
Pinjam
a. Pembinaan
Bardasarkan data yang diperoleh di Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil Menengah Surakarta mengenai kegiatan pembinaan
dan pengawasan koperasi simpan pinjam, dapat diketahui bahwa
kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terhadap koperasi
simpan pinjam di Kota Surakarta telah sesuai dengan ketentuan
yaitu Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan teknis
terhadap kegiatan usaha simpan pinjam koperasi yang dilakukan
dengan tata cara memantau perkembangan kegiatan usaha simpan
pinjam secara berkala melalui laporan kinerja koperasi yang
bersangkutan dan melakukan pembinaan secara menyeluruh yang
menyangkut organisasi, usaha, administrasi keuangan serta
pelaksanaan program pembinaan kepada anggota. Pembinaan yang
dilakukan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta terhadap koperasi simpan pinjam dapat berbentuk
perbaikan manajemen koperasi simpan pinjam yang meliputi aspek
kelembagaan maupun usaha dan keuangan, perkuatan permodalan,
penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam, pendidikan dan
pembinaan usaha anggota dan yang terakhir pemberian tindakan
administratif.
Meskipun telah sesuai dengan pedoman pembinaan, namun
kegiatan pembinaan yang dilakukan Dinas Koperasi dan Usaha
commitKota
Mikro Kecil Menengah to user
Surakarta belum maksimal. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dapat diketahui berdasarkan tabel yang menerangkan mengenai


kesehatan koperasi simpan pinjam. Dalam tabel tersebut ditulis
bahwa di Kota Surakarta terdapat 57 koperasi simpan pinjam.
Namun dari jumlah tersebut hanya 37 koperasi simpan pinjam
yang dinyatakan sehat, sedangkan 20 koperasi simpan pinjam
dinyatakan kurang sehat.
Berdasarkan data yang ada terdapat 65% koperasi simpan
pinjam yang dinyatakan sehat dan 35% dinyatakan kurang sehat.
Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam tersebut berdasarkan
penilaian terhadap ukuran kinerja koperasi simpan pinjam yang
dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran,
keberhasilan, pertumbuhan dan atau perkembangan serta
kelangsungan usaha koperasi simpan pinjam dalam jangka pendek
dan jangka panjang sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 20
Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi
Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.
Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dilakukan oleh
Dinas Kopersi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakata
sesuai dengan Pasal 8 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008
tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam
dan Unit Simpan Pinjam Koperasi yang menyatakan bahwa
penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi dilakukan oleh pejabat penilai kesehatan koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang diangkat
oleh Menteri dan bertugas pada instansi yang membidangi koperasi
di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota. Sehingga apabila
terdapat koperasi simpan pinjam yang kurang sehat maka menjadi
tanggung jawab Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Surakarta untuk memberikan pimbinaan terhadap koperasi
simpan pinjam yang bersangkutan agar menjadi koperasi simpan
pinjam yang sehat,commit
tangguhtodan
usermandiri. Dengan melihat tingginya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

prosentase angka koperasi simpan pinjam yang kurang sehat, maka


perlu dikaji mengenai penyebabnya.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Surakarta
telah berupaya melakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan
yaitu Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.
Namun upaya yang dilakukan masih menemui hambatan yang
justru datang dari koperasi binaanya. Koperasi simpan pinjam di
Kota Surakarta banyak yang tidak disiplin dalam menyampaikan
laporan kinerja dan keuangan koperasi. Padahal koperasi simpan
pinjam sudah diberi tenggang waktu paling lambat 30 hari sejak
bulan terakhir untuk laporan triwulan dan paling lambat 5 bulan
sejak periode tahun berakhir untuk laporan tahunan. Aturan ini
sesuai dengan Pasal 7 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008
tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit
Simpan Pinjam Koperasi. Faktor inilah yang menyebabkan
terhambatnya kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta.
Karena hambatan pembinaan yang dihadapi oleh Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta
terhadap koperasi simpan pinjam datang dari pihak koperasi
simpan pinjam, maka Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah perlu melakukan tindakan-tindakan seperti
menghubungi koperasi simpan pinjam yang bersangkutan dan
meminta untuk secepatnya menyampaikan laporan keuangan
koperasi simpan pinjam yang dikelola oleh pengurus koperasi
simpan pinjam tersebut. Dan apabila dalam menghubungi koperasi
simpan pinjam yang bersangkutan dirasa masih belum cukup,
maka dimungkinkan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta mendatangi koperasi simpan pinjam
commit toinformasi
tersebut guna memperoleh user mengenai laporan kinerja dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keuangan koperasi simpan pinjam dan apabila tidak mendapatkan


titik terang kenapa koperasi simpan pinjam tidak menyampaikan
laporan keuangannya maka koperasi simpan pinjam dapat
dibubarkan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Surakarta.

b. Pengawasan
Kondisi kegiatan pembinaan terhadap koperasi simpan pinjam
oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta belum maksimal, hal ini tidak jauh berbeda dengan
kegiatan pengawasannya. Karena kegiatan pengawasan Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta
terhadap koperasi simpan pinjam meliputi kegiatan pembinaan, hal
ini sesuai dengan Pasal 1 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008
tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit
Simpan Pinjam Koperasi yang menyatakan bahwa pengawasan
koperasi simpan pinjam adalah kegiatan pembinaan, pemantauan,
pemeriksaan dan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam oleh
pemerintah dalam hal ini menteri di tingkat pusat dan pejabat yang
diberi wewenang menjalankan tugas pembantuan di tingkat daerah
dengan tujuan agar pengelolaan koperasi simpan pinjam dilakukan
dengan baik dan terkendali sehingga menumbuhkan kepercayaan
dari pihak terkait. Apabila pembinaan yang dilakukan Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta kurang
maksimal maka pengawasannya juga kurang maksimal. Padahal
kegiatan pengawasan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta penting bagi keberhasilan suatu koperasi
simpan pinjam karena tujuan pengawasan meliputi pengendalian
koperasi simpan pinjam agar dalam menjalankan kegiatan
usahanya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku serta
commit
meningkatkan citra dan tokredibilitas
user koperasi simpan pinjam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola dana dari


anggota maupun calon anggota serta koperasi lain dan atau
anggotanya berdasarkan prinsip koperasi, menjaga dan melindungi
asset koperasi simpan pinjam dari tindakan penyelewengan oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan koperasi simpan pinjam
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan seperti pejabat
pengawas dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Surakarta dan pengawas dari koperasi simpan pinjam itu
sendiri, mendorong pengelolaan koperasi simpan pinjam mencapai
tujuannya secara efektif dan efisien yaitu meningkatkan
pemberdayaan ekonomi anggota.
Hal lain yang menyebabkan kurang maksimalnya kegiatan
pemantauan terhadap koperasi simpan pinjam terjadi dalam hal
pemantauan kesehatan koperasi. Hal ini disebabkan karena
faktor human eror dari pengurus koperasi yang tidak disiplin
dalam menyampaikan laporan kinerja dan keuangan triwulan dan
tahunan. Seperti yang telah dikemukakan di atas oleh penulis,
koperasi simpan pinjam sebernarnya sudah diberi tenggang waktu
paling lambat 30 hari sejak bulan terakhir untuk laporan triwulan
dan paling lambat 5 bulan sejak periode tahun berakhir untuk
laporan tahunan. Aturan ini sesuai dengan Pasal 7 Peraturan
Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan
Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.
Namun masih banyak Koperasi Simpan Pinjam yang tidak
mematuhi aturan tersebut.
Dalam kegiatan pemeriksaan, Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta mengalami hambatan-
hambatan yang juga datang dari pihak koperasi simpan pinjam.
Banyak koperasi simpan pinjam yang memberikan data laporan
commitdan
palsu mengenai kinerja to user
keuangan koperasi koperasi simpan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pinjam. Sehingga data yang diperoleh Dinas Koperasi dan Usaha


Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta tidak sesuai dengan kondisi
koperasi simpan pinjam yang sesungguhnya.
Apabila dalam kegiatan pemeriksaan Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terkendala oleh
pemalsuan data laporan kinerja dan keuangan koperasi simpan
pinjam, maka dalam kegiatan penilaian terhadap kesehatan
koperasi simpan pinjam tidak dapat dilakukan Dinas Koperasi dan
Usaha Miko Kecil Menengah Kota Surakarta secara maksimal.
Penilaian yang diberikan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta bukanlah keadaan koperasi yang
sebenarnya. Padahal apabila melihat pada Pasal 3 Peraturan
Menteri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian
Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
Koperasi, sasaran dari penilaian koperasi simpan pinjam yang
pertama yaitu terwujudnya pengelolaan koperasi simpan pinjam
dan unit simpan pinjam koperasi yang sehat dan mantap sesuai
dengan jati diri koperasi, yang kedua adalah terwujudnya
pengelolaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi yang efektif, efisien, dan profesional dan yang terakhir
terciptanya pelayanan prima kepada anggota, calon anggota,
koperasi lain dan atau anggotanya. Sehingga apabila koperasi
simpan pinjam melakukan pemalsuan data laporan kinerja dan
keuangan, maka akan ada koperasi simpan pinjam yang sebenarnya
termasuk dalam kategori kurang sehat menjadi kategori koperasi
simpan pinjam yang sehat.
Upaya yang dapat dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta untuk menanggulangi
hambatan tidak disiplinnya pengurus koperasi simpan pinjam
dalam menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam
commit
dapat dilakukan dengan to menghubungi
cara user koperasi simpan pinjam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang bersangkutan untuk secepatnya menyampaikan laporan


kinerja dan keuangan koperasi simpan pinjam yang dikelola oleh
pengurus koperasi simpan pinjam tersebut. Apabila dalam
menghubungi koperasi simpan pinjam yang bersangkutan dirasa
masih belum cukup, maka di mungkinkan Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta mendatangi koperasi
simpan pinjam tersebut guna memperoleh informasi mengenai data
laporan kinerja dan keuangan koperasi simpan pinjam. Sedangkan
untuk menanggulangi hambatan pembuatan laporan keuangan tidak
sesuai dengan kondisi keuangan koperasi simpan pinjam yang
dilakukan oleh pengurus koperasi simpan pinjam, maka Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dapat
melakukan investigasi mendalam dengan cara mendatangi koperasi
simpan pinjam yang bersangkutan untuk memeriksa keuangan dan
memastikan kebenaran laporan keuangan koperasi simpan pinjam
yang telah disampaikan pengurus koperasi simpan pinjam kepada
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta.

2. Hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil


Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan Pembinaan dan
Pengawasan terhadap Koperasi dan Solusi untuk mengatasinya
Mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terhadap tidak
disiplinnya pengurus koperasi simpan pinjam dalam menyampaikan
laporan keuangan koperasi simpan pinjam setiap triwulan dan tahunan
jika diselaraskan dengan faktor-faktor mengapa hukum tidak ditaati
yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto yang terdiri dari faktor
kebudayaan, aparat penegak hukum kurang mengkomunikasikan
peraturan perundang-undangan kepada masyarakat, kebiasaan
dilingkungan, Undang-Undang yang mengatur kurang tegas (Soerjono
Soekanto, 2010:11-59).commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Maka timbulnya hambatan tidak disiplinnya pengurus koperasi


simpan pinjam dalam menyampaikan laporan keuangan koperasi
simpan pinjam setiap triwulan dan tahunan, pengurus koperasi simpan
pinjam dalam membuat laporan keuangan dibuat tidak sesuai dengan
kondisi keuangan koperasi simpan pinjam yang sebenarnya. Maka
hambatan tersebut termasuk dalam kategori faktor kebudayaan dan
kebiasaan dilingkungan masyarakat. Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Jadi pengurus koperasi
simpan pinjam merasa dalam membuat laporan kinerja dan keuangan
hanya sebagai syarat yang dianggap tidak penting sebab pihak koperasi
simpan pinjam menganggap laporan kinerja dan keuangan koperasi
simpan pinjam dibuat hanya sebagai formalitas saja.
Dengan demikian untuk mengatasi hambatan-hambatan yang
dihadapi oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta dalam tidak disiplinnya pengurus koperasi simpan pinjam
dalam menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam setiap
triwulan dan tahunan, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Surakarta mempunyai solusi untuk menghubungi
koperasi simpan pinjam yang bersangkutan untuk secepatnya
menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam yang
dikelola oleh pengurus koperasi simpan pinjam tersebut. Apabila
dalam menghubungi koperasi simpan pinjam yang bersangkutan dirasa
masih belum cukup, maka di mungkinkan Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta mendatangi koperasi simpan
pinjam tersebut guna memperoleh informasi mengenai laporan
keuangan koperasi simpan pinjam, dan apabila koperasi simpan pinjam
tersebut ternyata pasif atau sudah tidak menjalankan aktivitasnya yaitu
menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat maka Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dapat
menggabung dengan commit to user
koperasi lain atau membubarkannya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mencabut akta pendirian koperasi simpan pinjam tersebut. Pengurus


koperasi simpan pinjam dalam membuat laporan keuangan dibuat tidak
sesuai dengan kondisi keuangan koperasi simpan pinjam yang
sebenarnya maka solusi untuk mengatasinya, Pihak Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Suakarta melakukan
investigasi mendalam untuk memastikan laporan keuangan koperasi
simpan pinjam apakah sudah sesuai dengan laporan keuangan yang
telah disampaikan pengurus koperasi simpan pinjam kepada Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Menurut hasil penelitian dan pembahasan bab-bab sebelumnya dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta
dalam melaksanakan pembinaan terhadap koperasi simpan pinjam
dilaksanakan dengan cara memantau perkembangan kegiatan simpan
pinjam secara berkala melalui laporan keuangan atau kinerja koperasi
yang bersangkutan, melakukan pembinaan secara menyeluruh yang
menyanyangkut organisasi, usaha, administrasi keuangan serta
pelaksanaan program pembinaan kepada anggota. Sedangkan Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam
melaksanakan pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam
dilaksanakan dengan cara pembinaan, pemantauan, pemeriksaan dan
penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam.
2. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta
dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi
simpan pinjam terdapat hambatan-hambatan yaitu tidak disiplinnya
pengurus koperasi simpan pinjam dalam menyampaikan laporan
keuangan setiap triwulan dan tahunan, pengurus koperasi simpan
pinjam dalam membuat laporan keuangan tidak sesuai dengan kondisi
keuangan koperasi simpan pinjam yang sebenarnya. Solusi untuk
mengatasi tidak disiplinnya pengurus koperasi simpan pinjam dalam
menyampaikan laporan keuangan setiap triwulan dan tahunan tersebut,
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta
menghubungi pengurus koperasi simpan pinjam yang bersangkutan
untuk secepatnya menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan
pinjam. Kemudian solusi untuk mengatasi pengurus koperasi simpan
commit
pinjam dalam membuat to user
laporan keuangan koperasi simpan pinjam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tidak sesuai dengan kondisi keuangan koperasi simpan pinjam yang


sebenarnya, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Surakarta melakukan investigasi mendalam untuk memastikan
kebenaran laporan keuangan koperasi simpan pinjam.

B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat penulis sarankan sebagai
berikut :
1. Pemerintah perlu menegakkan secara serius Peraturan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam oleh Koperasi, Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008
tentang Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam, Peraturan
Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pengawasan Koperasi Simpan
Pinjam. Dengan diberikannya peraturan tersebut diharapkan dapat
membuat Koperasi Simpan Pinjam menjadi Koperasi yang tangguh,
mandiri, dan berprestasi.
2. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta
perlu memberikan pembinaan dan pengawasan secara maksimal
dengan melakukan pembinaan, pemantauan, pemeriksaan dan
penilaian kesehatan terhadap Koperasi Simpan Pinjam, supaya
Koperasi Simpan Pinjam binaanya menjadi Koperasi yang sehat dan
terpercaya.
3. Pengurus Koperasi Simpan Pinjam perlu meningkatkan kedisiplinan
dalam menyampaikan laporan keuangan kepada Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta, supaya pejabat
pengawas Koperasi Simpan Pinjam dapat segera bertindak untuk dapat
mengevaluasi hasil laporan keuangan Koperasi Simpan Pinjam
tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Andjar Pachta W.,et al.2007. Hukum Koperasi Indonesia.


Jakarta.Kencana.
Antunes, George & Hunt, A.Lee. 1973. The Deterrent Impact of Criminal
Sanctions: Some Implications for Criminal Justice Policy. Vol 51
Journal of Urban Law 145.
Daniel Asnur. 2009. Prinsip Koperasi Esensi Dasar Kerja Koperasi
Sebagai Badan Usaha dan merupakan ciri khas Jati Diri Koperasi,
Jurnal Volume 4 : 37-61.
K. Momaya, 2011 "Cooperation for competitiveness of emerging
countries: learning from a case of nanotechnology", Competitiveness
Review: An International Business Journal incorporating Journal of
Global Competitiveness, Vol. 21 Iss: 2, pp.152 – 170.
http://bambangpudjiyanto.com/article/sejarah-perkoperasian-di-
indonesia.html, di akses tanggal 05 April 2011 pukul 15.00 WIB
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta.
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah.
Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No. 19
Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam oleh Koperasi.
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No. 20
Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan
Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No. 21
Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam
dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma. 2000. Jakarta Raja Grafindo


Persada.
Sentosa Sembiring. 2006. Himpunan Ketentuan Tentang Badan Usaha
Koperasi dan Usaha Kecil. Bandung : Nuansa Aulia.
Soerjono Soekanto. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI
Press.
Soerjono Soekanto. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum. Jakarta :Rajawali Perss.
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai