Anda di halaman 1dari 8

4 langkah antisipasi PHK akibat

pandemi COVID-19 dari
segi hukum
April 13, 2020 5.14pm WIB
Penulis

1. M Nur Sholikin
Peneliti PSHK dan Pengajar STHI Jentera, Indonesian Center for Law and Policy Studies (PSHK)

Pengungkapan

M Nur Sholikin terafiliasi dengan Pusat Studi Hukum dan kebijakan Indonesia yang merupakan lembaga riset dan advokasi
independen.
Mitra

Lihat semua mitra

The Conversation mendukung arus bebas informasi


Artikel kami dapat ditayangkan ulang secara gratis dengan lisensi Creative Commons

Republikasi artikel ini


Pekerja di industri garmen. iloasiapacific/flickr, CC BY-SA
  Surel
   Twitter 2
   Facebook 50
  LinkedIn
  Cetak
Dampak pandemi global COVID-19 ini sangat signifikan bagi perekonomian
Indonesia.

Pelemahan perekonomian diproyeksikan akan terjadi selama 4-6 bulan ke


depan. Bahkan bisa jadi lebih lama, karena kita belum bisa memprediksikan
kapan wabah ini bisa teratasi dengan tuntas.
Pada fase awal wabah ini di Indonesia, sektor pariwisata, penerbangan,
perhotelan, ritel dan restoran langsung terpukul. Dampak terhadap sektor
lain, perlahan akan semakin terasakan.

Hal ini tentu akan berimbas pada nasib pekerja.

Meski pun Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah meminta pengusaha tidak


melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), namun opsi ini dikhawatirkan
masih akan ditempuh dalam menghadapi krisis saat ini.

Di Jakarta saja telah ada sebanyak 162,416 pekerja telah di-PHK dan


dirumahkan tanpa upah sebagai imbas COVID-19.

Situasi krisis saat ini bisa jadi membuat pengusaha tidak punya pilihan lain
selain melakukan PHK karena mereka harus menekan biaya operasional
besar-besaran.

Namun Undang-Undang (UU) No. 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan sudah menegaskan bahwa PHK seharusnya menjadi langkah
terakhir yang ditempuh. Sebelum melakukan PHK, UU Ketenagakerjaan
mengatur bagaimana pengusaha, buruh, serikat buruh, dan pemerintah harus
bekerja sama agar tidak terjadi PHK.
iloasiapacific/flickr, CC BY

Menghindari PHK
Pengusaha, pekerja, serikat pekerja, dan pemerintah harus mampu menjalin
kerja sama yang mengantisipasi terjadinya PHK.

Berikut ini empat hal yang bisa dilakukan:

1. Lakukan dialog dua arah atau bipartit.


Pengusaha dan pekerja bersama dengan serikat pekerja perlu melakukan
dialog secara transparan sejak dini dalam mengantisipasi kondisi
ketenagakerjaan akibat pandemi COVID-19 ini.

Perusahaan yang karena sifat industrinya mengharuskan kehadiran pekerja


maka harus mengatur sistem kerja dengan mengutamakan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Selain itu, dialog bipartit juga perlu membahas antisipasi terhadap kondisi
terburuk hubungan kerja di antara mereka seperti efisiensi, pengaturan jam
kerja, dan pembagian kerja.

Dialog ini menjadi pintu utama membangun pemahaman bersama


menghadapi dampak pandemi COVID-19 baik bagi perusahaan maupun
pekerja.

2. Susun kebijakan ketenagakerjaan dalam situasi


pandemi COVID-19.
Kebijakan ini harus merespons setiap perubahan yang terjadi akibat pandemi
COVID-19 terhadap sistem kerja karyawan. Perubahan tersebut meliputi
penerapan sistem bekerja dari rumah, social distancing, pembatasan sarana
transportasi umum, dan lockdown terbatas yang saat ini sudah dilakukan oleh
beberapa pemerintah daerah. Saat ini ada 9 wilayah yang telah mendapat
persetujuan untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
seperti Jakarta lalu Bogor di Jawa Barat dan Tangerang Selatan di Banten.
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja harus aktif dalam
memberikan informasi kebijakan untuk bekerja dan melakukan tinjauan
kebijakan secara berkala. Kebijakan yang bisa diterapkan misalnya kebijakan
pengurangan hari dan jam kerja, meliburkan/merumahkan pekerja, dan
sebagainya.

Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan rencana mitigasi


ketenagakerjaan dalam menghadapi situasi kerja yang memburuk karena
krisis ekonomi sebagai dampak pandemi COVID-19.

Hal ini bisa dilakukan dengan pelaksanaan program pemerintah yang dapat
menyerap angkatan kerja besar dan program dukungan pengembangan
keterampilan seperti contohnya pemberian Kartu Pra Kerja bagi orang yang
baru lulus sekolah dan sedang mencari pekerjaan.

3. Realisasikan dan pantau implementasi paket


insentif bagi pengusaha dan pekerja untuk
bertahan.
Pemerintah sudah menerbitkan paket insentif bagi pengusaha seperti
pembebasan atau pengurangan pembayaran pajak dan hibah anggaran untuk
sektor usaha kecil.
Pemerintah sendiri berencana akan memberikan stimulus sebesar Rp 2
triliun untuk meningkatkan daya beli pelaku koperasi dan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM).

Selain itu, insentif sosial juga disiapkan oleh pemerintah bagi pekerja yang
terkena PHK atau tidak dapat bekerja seperti pekerja sektor non formal.

Insentif ini berbentuk bantuan langsung dan potongan biaya untuk kebutuhan
fasilitas yang disediakan pemerintah (listrik dan air). Kebijakan ini perlu
dipastikan realisasi dan dipantau agar tepat sasaran.

4. Lakukan dialog tiga arah (tripartit) antara


pengusaha, pekerja/serikat pekerja dan
pemerintah.
Paralel dengan pemberian paket insentif bagi pengusaha dan pekerja, dalam
situasi yang sulit ini pemerintah juga harus menjadi pihak yang mampu
menengahi dialog antara pengusaha dengan pekerja dan serikat pekerja baik
untuk mencegah terjadinya PHK.

Peran pemerintah dapat diupayakan sebagai penengah mencari solusi yang


disepakati kedua pihak terutama terkait pemenuhan hak-hak pekerja, apabila
PHK tidak terhindarkan.

Dalam hal ini pemerintah dapat membentuk Satuan Tugas Penanganan PHK
agar lebih respons terhadap permasalahan pengusaha dan pekerja selama
pandemi ini dapat diantisipasi dan diselesaikan sejak dini.

Risiko PHK Besar-besaran


Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengatakan pandemi COVID-19 akan
berdampak pada kelompok tertentu yang rentan terhadap pasar tenaga kerja
dan menurunnya jumlah lapangan kerja, serta kualitas kerja antara lain upah
dan perlindungan sosial, serta

Bahkan ILO memprediksikan dalam kondisi terburuk akan ada hampir 25 juta


pengangguran di seluruh dunia akibat pandemi ini.

Opsi PHK bisa jadi langkah terakhir yang akan ditempuh. Langkah ini
menjadi situasi buruk terutama bagi pekerja. PHK akan berdampak sangat
serius pada perekonomian keluarga pekerja. Di sisi lain, pengusaha juga
dalam posisi yang sulit karena harus memenuhi kewajiban bagi karyawan
yang mengalami PHK.

Tugas pemerintah dan kita dalam menyelesaikan pandemi COVID-19 ini


masih panjang. Penyelamatan warga dan menekan penyebaran virus menjadi
fokus utama saat ini. Kita berharap pandemi COVID-19 ini bisa segera teratasi
dengan tuntas sehingga pemerintah dengan dukungan semua pihak bisa
segera memulihkan ekonomi

https://theconversation.com/4-langkah-antisipasi-phk-akibat-pandemi-covid-19-dari-segi-hukum-
135471

Anda mungkin juga menyukai