INTERVENING
(Studi
Empiris
Pada
SMP Darunajah
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan ilmu teknologi
yang canggih pada dunia usaha selaras dengan peningkatan perekonomian
Indonesia, mengakibatkan persaingan yang sangat tinggi disemua aspek
bisnis. Tidak terkecuali, juga pada lembaga pendidikan. Pengelolaan yang
profesional dalam mensikapi perkembangan dunia global. Era informasi dan
teknologi merupakan suatu alasan sejumlah sekolah-sekolah bersaing
mengikuti fenomena yang ada. Berbagai format perkembangan sekolah baik
tujuan
organisasi.
Bahwa
Sumber
Daya
Manusia
yang
untuk
menciptakan
sistem
pendidikan
yang
mampu
yang diterima oleh seorang guru belum sebanding apa yang diberikannya.
Guru dipandang sebagai profesi nomor dua sehingga hasil kerja mereka tidak
dihargai sebagaimana mestinya, apalagi dibanding dengan profesi lainnya,
misalnya para banker. Untuk itu tidak ada salahnya kompensasi untuk ditinjau
ulang. Karena komponen bangsa dan kokoknya sebuah negara ditentukan oleh
kualitas guru. Dengan imbal jasa ataupun penghargaan yang layak guru akan
memiliki motivasi yang tinggi sehingga kinerja akan menjadi lebih baik.
Di samping itu, kualitas seorang guru dapat dilihat dari jenjang pendidikan
yang ditekuni dan diperolehnya. Dimana semakin tinggi status pendidikannya
yang diperoleh maka kita dapat mengatakan bahwa guru semakin profesional
dan semakin baik kualitasnya.
Faktor lainnya guru memiliki kinerja yang baik dalam komunikasi.
Dimana komunikasi yang lancar akan memberikan support dan dukungan
pada kinerja guru yaitu untuk mengembangkan proses belajar mengajar.
Komunikasi yang banyak secara efektif sesama profesi akan memberikan
dukungan bagi perkembangan ilmu yang mereka miliki.
Memahami dan menyadari hal tersebut di atas maka SMP Negeri 1
Karangkobar Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara berupaya
untuk selalu meningkatkan kualitas lulusan yang berprestasi dan berbudi
pekerti dengan segala macam keterbatasannya.
Dengan mencermati uraian tersebut di atas maka penelitian tertarik
melakukan Penelitian dikalangan Guru SMP Negeri 1 Karangkobar dengan
judul
PENGARUH
SELF
EFFICACY
KEPEMIMPINAN
DAN
KEPUASAN
DARUNAJAH
KECAMATAN
BANJARMANGU
KABUPATEN
BANJARNEGARA.
perhitungan
berdasarkan
data
yang
ada
dan
mendiskripsikannya secara sistematis, faktual, akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki,
berorientasi
pada
materi
yang
mengesampingkan
sebuah
hasil kerja yang baik yaitu relevan, dapat diterima, dapat dipercaya, dan
dapat mendukung tujuan perusahaan.
Kinerja dapat berupa penampikan kerja perseorangan maupun
kelompok (Ilyas, 1993). Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang
kompak dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi. Untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi (determinan). Kinerja individu
perlu dilakukan pengkajian teori kinerja. Secara umum faktor fisik dan
non fisik sangat mempengaruhi kondisi karyawan dalam bekerja. Selain
itu dalam kondisi lingkungan fisik juga akan mempengaruhi berfungsinya
faktor lingkungan non fisik.
Menurut (Prawirosentono, 1999) kinerja seorang pegawai akan baik
jika seorang pegawai memiliki keahlian yang tinggi, kesediaan untuk
bekerja, adanya imbalan upah yang layak dan mempunyai harapan masa
depan, secara teoritis ada 3 kelompok variabel yang mempengaruhi
perilaku kerja dan kinerja individu, yaitu : 1) variabel individu, 2) variabel
organisasi, 3) variabel psikologis.
Menurut (Gibson, 1987) kelompok variabel individu terdiri dari
variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang pribadi dan
demografis. Menurut (Gibson 1987) variabel kemampuan dan ketrampilan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja
individu. Sedangkan variabel demografi mempunyai pengaruh yang tidak
langsung. Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi,
sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini menurut (Gibson,
1987) banyak dipengaruhi keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja,
sebelumnya dari variabel organisasi. Kelompok variabel organisasi
bahwa
kepercayaan
individu
self
efficacy
mengenai
merupakan
keyakinan
kemampuan
dirinya
atau
untuk
sesuatu
dan
mengimplementasi
tindakan
dan
b. Keluasan (generatif)
Dimensi ini dikaitkan dengan penguasaan individu terhadap bidang
dan tugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan dirinya memiliki
self efficacy pada aktivitas yang luas, atau terbatas pada fungsi
domain tertentu saja. Individu dengan self efficacy yang tinggi akan
mampu menguasai beberapa bidang sekaligus untuk menyelesaikan
suatu tugas. Individu yang memiliki self efficacy yang rendah kerja
menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam menyelesaikan
suatu tugas.
c. Kekuatan (Strength)
Dimensi yang ketiga ini lebih menjatuhkan pada tingkat kekuatan
atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self efficacy
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan
memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Individu
akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan
individu. Self efficacy menjadi dasar dengan melakukan usaha yang
keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa self efficacy
mencakup dimensi tingkat (level), kekuasaan (generality) dan
kekuatan (strength).
3) Sumber-sumber Self Efficacy
Bandura (1986) menjelaskan bahwa Self Efficacy individu didasarkan
pada empat (4) hal yaitu :
a. Pengalaman akan kesuksesan
Pengalaman akan kesuksesan adalah sumber yang paling besar
pengaruhnya terhadap Self Efficacy individu karena didasari
kepada
pengalaman
otentik.
Pengalaman
akan
kesuksesan
usaha
mencerminkan
perilaku
individu
terhadap
kecanduan,
toleransi
rasa
sakit,
penyembuhan
penyakit,
dan
penghindaran mabuk laut pada para angkatan laut. Sebaliknya orangorang dengan self efficacy yang rendah berhubungan dengan sebuah
kondisi yang disebut Leanarned Helpkss, keyakinan yang drastis
melemah,
sehingga
seseorang
tidak
memiliki
kendali
atas
akan
dan
sebagainya.
Komunikasi
sering
diarahkan
untuk
Kedua,
ada
hanya
keinginan-keinginan
subyektif.
Ketiga,
pola
organisasi
yang
tinggi.
Seorang
manajer
atau
sikap jujur, adil dan faktor lain yang ada hubungannya dengan spirit
pekerjaan perlu ada. Jika tidak kekuatan akan kontra produktif akan
timbul pada diri bawahan, dan akan terjadi sebuah kesenjangan
sehingga menimbulkan ketidakpuasan, kepercayaan dan kesetiaan
mereka.
Ketidakmampuan
administrator
atau
manajer
menimbulkan
kalanya, sebuah keterbukaan sebuah nara sumber memang kadangkadang sulit diperoleh. Saya menyadari dan memahami bahwa yang
diteliti tidak langsung berhubungan dengan kepentingan pribadi.
Sebaliknya, bagaimanakah bentuk sumber data terhadap suatu obyek?
Apa yang ada dibenak mereka ternyata di luar konteks akademik. Segisegi akademik dikalahkan oleh hubungan yang bersifat personal.
Dengan tujuan yang jelas sekalipun ketidakpercayaan sering saja
muncul dan menjadi kendala. Ketidakpercayaan atasan terhadap
personal atau stafnya membawa perilaku yang tidak konsisten.
Mellinger, ahli psikologi dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa di
dalam suatu badan pemerintahan yang besar, rekan-rekan yang saling
percaya lebih sering menjalin komunikasi dan hal ini menuntut
kesamaan persepsi. Ini memberi arti betapa besar makna kepercayaan
dalam hubungan menjalin komunikasi antar sesama insan. Suatu
kenyataan bahwa sikap percaya akan memancing pola sikap tingkah
laku yang lebih komunikatif dan dengan demikian apa yang
diharapkan oleh organisasi akan mudah dicapai.
h. Kesediaan Mendengar dan Efektifitas Komunikasi
Berhasil dan tidaknya komunikasi antar manusia turut ditentukan
oleh keinginan mendengar antar sesama dan berbuat saling menerima
dan memberi (take and give) adalah mutlak sangat diperlukan. Hanya
dengan keinginan untuk mendengarkan apa yang disampaikan
kepadanya
dapat
diterima
dengan
baik.
Mendengarkan
yang
bicara, tidak akan menjadi komunikator yang baik. Untuk itu, manusia
organisasional harus memiliki sifat-sifat komunikatif yang oleh Rugers
dan Shoemaker (1981) digambarkan dengan ciri berikut ini.
Pertama, memiliki empati yang lebih besar. Empati adalah
kemampuan seseorang memproyeksikan diri ke dalam peranan orang
lain. Kemampuan ini biasanya harus ditentang oleh kemampuan
berfikir. Abstrak, budaya khayal dan mengambil peran orang lain agar
lebih dapat berkomunikasi lebih efektif dengan mereka. Kemampuan
seperti ini merupakan prasarat bagi inovator. Kedua, kurang dogmatis.
Dogmatis
adalah
suatu
variabel
yang
menggunakan
sistem
aspirasi
tinggi
terhadap
pendidikan,
yang
pekerjaan
mempengaruhi
dan
proses
Sikap membantu
Deskripsi
Permasalahan
Spontanitas
Memberi perhatian
Menyamakan diri
Luwes
1. Evaluasi-Deskripsi
Pengirim pesan yang cenderung memberi penilaian terhadap
pendengar akan menghadapi reaksi yang dikonsep dari penerima
pesan itu. Sebaliknya pengirim yang memberi penjelasan secara
deskriptif akan memperoleh respons positif dari pandangan.
itu
hanya
menampakkan
egonya.
Pembicara
yang
parsial
maupun
menyeluruh.
6. Dinamika/arus kebutuhan manusia akan informasi relatif tidak
terikat dengan waktu dan ruang.
Perkembangan dan gejala disebutkan di atas dari masing-masing
negara
berbeda,
demikian
juga
pada
tingkat
birokrasi
atau
kepada
sang
penerima.
Dan
sekaligus
harus
indikator
yang
mempengaruhi
lancar
tidaknya
rangka
penyesuaian
diri
dengan
situasi.
Seorang
(absolutely
komunikasi
dynamic).
mengandung
Penyesuaian
pengertian
upaya
dalam
proses
komunikator
berupa
ajakan
atau
pandangan
tertentu
dapat
proses
komunikasi.
Kalau
pimpinan
memanggil
harus
berusaha
untuk
memahami
para
pegawai
dan
hubungan dengan teman sekerja. Hal ini dihasilkan dari intrinsik dan
ekstrinsik dan persepsi mereka terhadap pekerjaannya (Gibson & James,
1991:150). Sementara itu istilah kepuasan kerja (job satisfaction) merujuk
pada sikap umum seorang individu yang menilai perbedaan antara jumlah
imbalan yang diterima dengan yang diyakininya seharusnya diterima.
Individu yang mempunyai kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap
yang positif terhadap kerja itu, individu yang tidak berpuas hati dengan
kerja mempunyai sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu (Robin,
1989:139). Definisi tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa kerja adalah
kegiatan yang menghasilkan suatu nilai bagi orang lain. Jika yang
dirasakan dari pekerjaannya melampaui biaya marginal yang dikeluarkan
oleh pekerja disebut cukup memadai maka akan muncul kepuasan kerja.
Kepuasan kerja merujuk kepada keadaan emosi yang positif dari
mengevaluasi pengalaman kerja seseorang.
Sementara itu banyak dimensi telah dihimpun dari kepuasan kerja,
lima hal yang terutama mempunyai karakteristik penting, yaitu : 1)
Pembayaran : suatu jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari
pembayaran; 2) Pekerjaan : sampai sejauh mana tugas kerja dianggap
menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan untuk menerima
tanggung jawab; 3) Kesempatan Promosi : adanya kesempatan untuk
maju; 4) Penyelia : kemampuan penyelia untuk memperhatikan
ketertarikan dan perhatian kepada pekerja: 5) Rekan sekerja : sampai
sejauh mana rekan sekerja bersahabat, kompeten dan mendukung (Gibson
& James, 1991:150).
meninggalkan
organisasi.
Para
pegawai
yang
lebih
puas
memperoleh
jabatan/tugas
tambahan
tentu
lebih
banyak
1996:79).
Sedang
pendapat
Hasibuan
(2001:203)
Judul Penelitian
Jenis Penelitian
Alat
Analisa
Kesimpulan
Persamaan
Perbedaan
Penelitian tentang kinerja telah banyak dilakukan antara lain Imam Tejo
Marwoto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Self
Efficacy, Motivasi, Pendidikan Dan Latihan (Diklat), Komunikasi Terhadap
Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan Panca Bhakti Kabupaten
Banjarnegara. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa terdapat pengaruh
positif antara keempat variabel independen tersebut terhadap kinerja guru.
Martanto (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kreativitas,
Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat), Kedisiplinan Kerja, Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Guru SD Di Lingkungan Kantor Cabang Dinas Pendidikan
Kecamatan
Karangtengah
Kabupaten
Wonogiri.
Hasil
penelitiannya
Komunikasi (X2)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Sumber : Spencer & Spender (1993) dalam Usman 2003 : 133
G. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Diduga ada pengaruh yang signifikan variabel self efficacy terhadap
kepuasan kerja guru SMP Darunajah Kecamatan Banjarmangu
Kabupaten Banjarnegara..
data
digunakan
proses
analisis
dengan
kualitas
antar
variabel
independen,
intervening
(Sugiyono:
182).
Rumus
product
moment
Keterangan :
XY
: koefisien korelasi
X
: skor butir
Y
: skor faktor
n
: jumlah
Dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar (>) dari r
tabel (Sugiyono 1999 : 118).
2. Uji Reliabilitas
Analisis reliabilitas menunjukkan pada pengertian apakah
instrumen dapat mengukur suatu yang diukur secara konsisten
dari waktu ke waktu. Ukuran dikatakan reliabel jika ukuran
tersebut memberikan hasil yang konsisten. Reliabilitas diukur
dengan
menggunakan
metode
Keterangan :
r
: reliabilitas instrumen
k
2b
2t
Dikatakan
perhitungan
signifikan
(nilai
signifikan)
simultan.
Langkah-langkah pengujian :
1) Menentukan Ho dan Ha
Ho : B1 = B2 = B3 = B4 = 0 tidak terdapat pengaruh
yang signifikan variabel self efficacy dan komunikasi
terhadap kinerja dengan kepuasan kerja sebagai variabel
proporsi
variabel
dipergunakan
untuk
independen
dalam
DAFTAR PUSTAKA
.
Arikunto, Suhasimi, 2003, Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta,
Bandung.
As'ad, Moh., 2003, Psikologi Industri Seri Sumber Daya Manusia, Yogyakarta,
Liberty.
Dessler, Gary, 2004, Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta, PT. Prenhallindo.
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi A nalisis Muiliivariate dengan SPSS ..Semarang,
Badan Penerbit: Undip Semarang.
Gordon, JR. 2002, Organizational Behavior: A Diagnostic Approach, New Jersey.
USA, Penerbit Prentice hail International. Inc.
Hariyo Priambodo. 2008. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Motivasi, Insentif,
Kepemimpinan dan Lingkungan kerja Terhadap Kinerja Guru
Negeri Sipil di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Karangayar.Surakarta: STIE- AUB.
untuk
bisnis
yang