Komprehensif
Ahmad Nubli Syamili (23110200002)
Salsabila (23110200006)
Zaki Anshari (23110200053)
Tendensi dan Asumsi Penyelenggaraan Sekolah
Menengah Komprehensif
Pada era 90-an akhir keberadaan sekolah menengah komprehensif (SMK)
menjadi sebuah dilema. Dengan asumsi lulusan sekolah lanjutan tingkat
pertama (SLTP) yang siap bekerja akan melanjutkan pendidikan di SMK
dan yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi akan melanjutkan di
sekolah menengah umum (SMU), terbantahkan.
SLTP, dilihat dari materi pelajarannya, pendidikan disini dapat dikategorikan kedalam tahap persiapan
kejuruan. Dengan demikian, pendidikan tersebut hanya sekedar merupakan dasar untuk menempuh
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (SLTA) atau untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan pekerja
terampil, kalau itu sudah ada di Indonesia. Anggapan yang kurang tepat sudah terlanjur menyebar di
masyarakat yang mengelompokkan lulusan sekolah tersebut kedalam pekerja semiterampil. Selain itu
mereka sebenarnya baru tergolong pada remaja stadium awal yang masih dalam masa transisi dari
dunia anak-anak ke dunia remaja. Maka dari itu, sesuai dengan bakat dan minat masing-masing, mereka
sebaiknya disalurkan ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti pendidikan kejuruan tingkat pertama
yang berorientasi pada praktik untuk kemudian menjadi pekerja terampil
IMPLEMENTASI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI
INDONESIA
SLTA memiliki siswa sekitar 4 juta, 1,3 juta diantaranya berada di jalur kejuruan. Dengan kata lain,
hanya 60% siswa SLTP yang melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTA. Di seluruh Indonesia
tercatat sekitar 430.000 siswa STM. Lulusan STM dianggap baik oleh masyarakat maupun oleh
dunia usaha, sebagai pekerja terampil. Anggapan ini pun kurang tepat sebab kurikulum STM
terlalu berorientasi pada teori dan sangat sedikit praktek. Lulusan STM belum memiliki
keterampilan yang memadai sehingga mereka masih harus melanjutkan pendidikan dan
pelatihan yang lebih menitik beratkan pada praktek
PENDIDIKAN KOMPREHENSIP DENGAN
INOVASI PEMBELAJARAN
1 Keterampilan terminal II
2 Siswa dapat mengambil jenis program berbeda pada waktu yang sama