PELAKSANAAN MANAJEMEN
KURIKULUM PADA SMA NEGERI 1
BUENGCALA KABUPATEN ACEH BESAR
Amri Yusuf Lubis
Jurusan Magister Administrasi
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Syiah Kuala
baik pada jenjang pendidikan dasar, menengah, disiplin ilmu. Dimana masing-masing disiplin ilmu
maupun tinggi. Jenis pendidikan persekolahan itu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
sendiri terdiri atas pendidikan umum dan diperlukan suatu acuan atau patokan sebagai
pendidikan kejuruan, yang satu sama lain memiliki pedoman suatu proses pembelajaran. Pedoman
implikasi yang berbeda terhadap pengembangan proses pembelajaran tersebut lazim disebut dengan
SDM. kurikulum. Kurikulum dalam suatu system
Melalui pendidikan ini, sikap dan nilai pendidikan merupakan komponen yang teramat
SDM ditanamkan dan dikembangkan secara penting. Dikatakan demikian karena kurikulum
sistematis dan terprogram sehingga setelah merupakan panutan dalam penyelenggaraan proses
melewati proses tertentu, SDM akan semakin tinggi belajar-mengajar.
nilainya, baik dipandang secara ekonomis, sosial-
budaya, kepribadian bangsa; maupun nilai-nilai Kualitas keluaran proses pendidikan antara
yang lebih bermakna bagai pembangunan bangsa. lain ditentukan oleh kurikulum dan efektivitas
pelaksanaannya. Kurikulum itu harus sesuai dengan
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
filsafat dan cita-cita bangsa. Kurikulum sekolah
semakin tinggi jenjang pendidikan yang menengah merupakan seperangkat pengalaman
ditamatkan, semakin tinggi pula kemampuan dan belajar yang dirancang untuk siswa sekolah
keterampilannya sehingga dapat menyumbangkan menengah dalam usaha mencapai tujuan
produktivitas yang dimilikinya terhadap pendidikan. Mengingat bahwa sekolah menengah
merupakan lembaga pendidikan yang bertanggung
kesejahteraan dirinya atau masyarakat bangsanya.
jawab dalam memberikan kemampuan siswa untuk
Produktivitas itu sendiri merupakan konsep yang
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
dipengaruhi oleh berbagai nilai, baik yang ada pada tinggi, kurikulum ini harus dipahami secara intensif
diri manusia seperti wawasan, perilaku, oleh semua personel sekolah, terutama oleh kepala
keterampilan, dan keahlian, maupun yang sekolah dan guru.
bersumber dari nilai-nilai budayanya seperti etos
Pelaksanaan manajemen kurikulum
kerja.
tersebut sangat tergantung pada kemampuan kepala
Guru professional sebagai pengganti
sekolah untuk dapat berperan secara aktif dalam
(surrogate) orang tua bukan berarti merampas
pengelolaan sekolah dengan memberdayakan
kemerdekaan anak didiknya. Sebagai pengganti semua komponen yang terlibat dalam
orang tua guru professional justru lebih membuka penyelenggaraan sekolah secara keseluruhan. Ini
ruang untuk berkembangnya kemerdekaan peserta- berarti kompetensi kepala sekolah dalam
didik. Apabila orang tua sering kehilangan pemberdayaan warga sekolah perlu mendapat
pertimbangan objektif terhadap anaknya, seorang perhatian untuk ditingkatkan secara terus-menerus.
guru professional haruslah bersikap objektif, yang
didalamnya tentu banyak mengalami berbagai Pelaksanaan manajemen kurikulum
hambatan bagi peserta didik yang justru sedang merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
belajar berdiri sendiri. Dari pengalaman peserta dari manajemen pendidikan yang diterapkan di
didik di dalam menghadapi persoalan-persoalan semua jenis dan jenjang pendidikan. Bahkan tidak
kehidupan, di belajar memperoleh kebijaksanaan berlebihan jika dikatakan bahwa keberhasilan suatu
sendiri secara mandiri berkat bantuan pendidikan lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh
professional. manajemen kurikulumnya. Istilah manajemen dan
administrasi pendidikan yang dipergunakan dalam
Pendidikan adalah suatu proses
penulisan ini mengandung arti yang sama yaitu
peningkatan pemahaman dari berbagai bidang
pengelolaan pendidikan. Manajemen pendidikan
mempunyai ruang lingkup yang luas. Sehubungan telah ditata dengan baik kondisi sekolah akan
dengan hal ini, Direktorat Jenderal Pendidikan kondusif untuk pengembangan proses pembelajaran
Dasar dan Menengah (2005:66) mengemukakan yang bermutu. Kegiatan manajemen kurikulum di
bahwa: Sekolah Menengah Atas (SMA) dilaksanakan oleh
Pelaksanaan kurikulum harus diarahkan kepala sekolah dan sebagai pelaksana
agar proses pembelajaran berjalan dengan
operasionalnya adalah wakil kepala bagian
baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan
oleh siswa. Jadi bagaimana strateginya kurikulum. Kedua pejabat ini yang menjadi
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. penanggungjawab pelaksanaan manajemen
Guru perlu didorong untuk terus kurikulum di sekolah. Karena peranan dari
menyempurnakan strategi tersebut, manajemen kurikulum ini sangat penting maka para
misalnya dengan menerapkan kaji tindak
pelaksana dituntut memiliki wawasan dan
dalam pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas (classroom action kemampuan dalam bidang tersebut.
research).
Keberhasilan suatu sekolah dalam
Salah satu bidang garapan dari manajemen meningkatkan prestasi siswanya sebagai indikator
pendidikan adalah manajemen kurikulum yaitu mutu pendidikan dan jenjang pendidikan sangat
bergantung pada efektifitas pelaksanaan manajemen
kegiatan yang berhubungan dengan upaya
kurikulumnya. Jika manajemen kurikulum sudah
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan
berjalan efektif maka proses pembelajaran juga
proses belajar mengajar agar dapat berjalan secara akan berlangsung efektif dan prestasi siswa juga
efektif. Artinya, manajemen kurikulum merupakan mengalami peningkatan secara signifikan.
kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk memberi kemudahan kepada Pelaksanaan manajemen kurikulum
guru dan siswa dalam melaksanakan proses dituntut untuk dapat memberikan kemudahan atau
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang termasuk menfasilitasi penerapan kurikulum tersebut menjadi
kegiatan pembelajaran. Walaupun terdapat
dalam manajemen kurikulum meliputi pembagian
sejumlah persamaan antara kurikulum yang baru
tugas guru, penyusunan jadwal pelajaran,
dengan kurikulum yang lama namun kegiatan
pembagian rombongan belajar, membuat absensi pembelajaran harus ditata sedemikian rupa agar
guru dan siswa, menetapkan kegiatan ekstra sasarannya dapat tercapai secara optimal.
kurikuler, membuat daftar nilai, menentukan waktu Pelaksanaan manajemen kurikulum sangat
ujian dan sebagainya. Kesemua kegiatan ini menentukan keberhasilan sekolah dalam
ditujukan untuk memberikan kemudahan bagi guru meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun dalam
kenyataannya, pelaksanaan manajemen kurikulum
dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran
pada SMA Negeri 1 Buengcala Aceh Besar belum
sebagai aktivitas inti sekolah.
berjalan secara efektif. Dengan perkataan lain
manajemen kurikulum belum mendukung
Manajemen kurikulum sangat terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di pada gilirannya prestasi siswa juga masih rendah.
sekolah dalam upaya mewujudkan tujuan Kondisi ini tidak dapat dibiarkan terus berlangsung
pendidikan yang telah ditetapkan. Jika manajemen karena akan menghambat program pemerintah
untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua
kurikulum tidak berjalan dengan baik maka proses
jenis dan jenjang pendidikan.
belajar-mengajar di sekolah tersebut akan
mengalami hambatan sehingga tujuan yang ingin Hal inilah yang mendorong penulis untuk
dicapai melalui proses belajar mengajar juga melakukan suatu penelitian guna mendapatkan data
terkendala. Sebaliknya jika manajemen kurikulum tentang bagaimana pelaksanaan manajemen
kurikulum pada SMA Negeri 1 Buengcala
15 - Volume 3, No. 1, Februari 2015
Kabupaten Aceh Besar dan hambatan-hambatan mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah
apa yang dialami para pelaksana administrasi ditetapkan.
kurikulum di sekolah tersebut. Hasil penelitian ini
diharapkan menjadi bahan masukan bagi kepala
Hubungan sekolah dengan masyarakat
sekolah dan guru-guru serta pelaksana manajemen
perlu dikelola secara produktif agar masyarakat
kurikulum pada SMA Negeri 1 Buengcala
merasa memiliki sekolah. Sehingga terbentuk
Kabupaten Aceh Besar khususnya dan SMA Negeri
Kabupaten Aceh Besar umumnya untuk sinerjik antara sekolah dengan masyarakat untuk
memperbaiki sistem pelaksanaan manajemen mewujudkan program-program sekolah. Dengan
kurikulum di sekolahnya sehingga mutu demikian keterlibatan masyarakat dalam
pembelajaran dapat ditingkatkan menjadi efektif. manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat
memahami, membantu dan mengontrol
II. TUJUAN PENELITIAN implementasi kurikulum, sehingga lembaga
pendidikan mengidentifikasi kebutuhan kurikulum,
1. Tujuan umum penelitian ini untuk
mendesain kurikulum, menentukan prioritas
membuat deskripsi dan analisis tentang bagaimana
pelaksanaan manajamen kurikulum pada SMA kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai
Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar. kurikulum, mengendalikan serta melaporkan
2. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk sumber dan hasil kurikulum baik kepada
mengetahui jawaban atas permasalahan yang masyarakat maupun pemerintah.
diajukan melalui proses mendeskripsikan dan
menganalisis : Daryanto (2005:5) mengatakan bahwa
a) Untuk mengetahui perencanaan manajemen manajemen pendidikan merupakan tindakan
kurikulum pada SMA Negeri 1 Buengcala mengkoordinasikan perilaku manusia dalam
Kabupaten Aceh Besar. pendidikan untuk menata sumber daya yang ada
b) Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan pendidikan
kurikulum pada SMA Negeri 1 Buengcala dapat tercapai secara produktif. Selanjutnya
Kabupaten Aceh Besar. menurut Daryanto (2005: 6): Ada tiga pola pandang
c) Untuk mengetahui hambatan kepala sekolah tentang sekolah yang produktif, yakni (1)
dalam pelaksanaan manajemen kurikulum administrator, (2) psikolog, (3) ekonomi.
pada SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten
Aceh Besar. 1. Pandangan Administrator
Administrator bertanggung jawab untuk
III. TINJAUAN PUSTAKA mengolah sistem pendidikan. Penentuan untuk
mengkategorikan sekolah produktif dapat dilakukan
Manajemen kurikulum adalah sebagai dengan mengaitkan antara input yang digunakan,
suatu sistem pengelolaan kurikulum yang yaitu ruangan, guru, buku, dan peralatan lainnya
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dengan output yang diharapkan. Output yang
dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan diharapkan harus dapat mencapai keseimbangan
kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen yang paling menguntungkan dengan input yang
kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan tersedia.
konteks Manajemen Berbasis Sekolah dan 2. Pandangan Psikolog
Mereka mengaitkan ukuran sekolah yang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Oleh karena
produktif dengan perubahan dan perilaku peserta
itu, otonomi yang diberikan pada lembaga
didik, yang mencakup pertambahan pengetahuan,
pendidikan atau sekolah dalam mengelola
nilai dan peningkatan kemampuan lainnya dengan
kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan
mengaitkan pula dengan input yang tersedia.
kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan
Kesulitan utama dalam pola pandang ini adalah
misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak
cara mengidentifikasikan dan mengukur perubahan
perilaku sebagai akibat pendidikan di sekolah.
Kesulitan ini terjadi karena perubahan perilaku a. Perencanaan
peserta didik (output) adalah gabungan antara Kurikulum adalah langkah awal
pengaruh sekolah dan lingkungan luar sekolah. membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum
3. Pandangan Ekonomi membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk
Pendidikan memberikan konstribusi pada menghasilkan perencanaan yang akan digunakan
peserta didik untuk berperan dalam sistem oleh guru dan peserta didik. Sedangkan
ekonomi. Sekolah disebut produktif jika nilai perencanaan itu sendiri adalah pemilihan dari
moneter yang diterima oleh setiap individu akibat sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur
pendidikan adalah seimbang atau lebih besar dari pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat
disediakan untuk mencapai tujuan tersebut.
pada biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
Perencanaan merupakan upaya untuk
pendidikan.
merumuskan apa yang ingin dicapai serta
bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut
Untuk dapat mengupayakan
dapat terlaksana melalui rumusan rencana kegiatan.
terlaksananya manajemen kurikulum di
Menurut Simamora (1988:61) mengemukakan
sekolah diperlukan upaya yang sesuai dengan
bahwa: ”Pada hakekatnya perencanaan merupakan
fungsi-fungsi manajemen yang ditinjau dari usaha sadar, terorganisasi dan terus menerus
sistem pendidikan, komponen, dimensi, unsur dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik
dan kriteria pada tingkat pendidikan yang dari sejumlah alternatif diadakan guna mencapai
dimaksud. Sehingga manajemen sebagai salah tujuan”. Dengan terlaksananya kegiatan sesuai
satu alat dalam organisasi pendidikan, perilaku dengan rencana yang telah dirumuskan, maka
manajemen sangat ditentukan oleh perilaku perencanaan itu dapat dikatagorikan sebagai
personil yang terlibat didalamnya. Perilaku perencanaan yang baik atau berhasil dan jika apa
yang telah dirumuskan tersebut tidak dapat
para praktisi dalam suatu organisasi
dilaksanakan, maka perencanaan tersebut dapat
pendidikan, ditetapkan melalui perangkat
dikatakan tidak baik atau belum berhasil.
aturan, perangkat tugas dan mekanisme yang
juga berlaku pada jenjang pendidikan, Selanjutnya perencanaan kurikulum berarti
terutama peraturan yang berlaku atau dengan menentukan hal-hal yang berkaitan dengan
merujuk pada dasar-dasar hukum yang kurikulum itu sendiri, dan sebelumnya apa yang
berlaku. harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.
Hamalik (1001:31) mengemukakan perencanaan
Fungsi-fungsi manajemen pendidikan, kurikulum adalah proses manajerial dalam
tidak mungkin dapat melibatkan berbagai menentukan apa yang akan dikerjakan dan
pihak tanpa adanya suatu legalitas yang dianut bagaimana mengerjakannya. Dalam kaitannnya
dengan manajemen kurikulum, perencanaan
oleh suatu institusi, termasuk lembaga
dipandang sebagai suatu alat yang adapat
pendidikan jalur sekolah. Fungsi-fungsi
membantu para guru dan praktisi lainnya untuk
kegiatan pengelolaan atau manajemen pada lebih menjadi berdaya guna dalam pelaksanaan
umumnya. Hamalik (1991:23) mengatakan, tugas dan fungsinya. Perencanaan dapat menolong
fungsi kegiatan pengelolaan terdiri dari pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis,
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih
pengawasan. Berikut paparan dari keempat mudah dikontrol dan monitor dalam
fungsi manajemen kurikulum yang dimaksud. pelaksanaannya. Karena itu perencanaan sebagai
unsur dan langkah pertama dalam fungsi
manajemen pada umumnya menempati posisi yang Untuk lebih jelas keenam
amat penting dan amat menentukan. pengorganisasian kurikulum yaitu: (1) mata
pelajaran terpisah (isolated subjek); kurikulum
Proses perencanaan manajemen kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-
di sekolah harus dilaksanakan secara kolaboratif, pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tampa ada
artinya dengan mengikutsertakan personel sekolah hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing-
dalam semua tahap perencanaan itu. masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak
Pengikutsertaan ini akan menimbulkan perasaan mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan
ikut memiliki (sense of belonging) yang dapat kemampuan peserta didik, semua materi diberikan
sama. (2) Mata pelajaran berkorelasi; korelasi
memberikan dorongan kepada guru dan personel
diadakan sebagai upaya untuk mengurangi
sekolah yang lain untuk berusaha agar rencana
kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan
tersebut berhasil. Lingkup perencanaan meliputi
mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah
semua komponen manajemen pendidikan seperti menyampaikan pokok-pokok yang saling
yang telah disebutkan di muka, yaitu perencanaan berkorelasi guna memudahkan peserta didik
kurikulum, layanan khusus, hubungan masyarakat, memahami pelajaran tertentu.
proses belajar-mengajar (fasilitasnya), dan
ketatausahaan sekolah, pengalaman-pengalaman Selanjutnya, (3) Bidang studi (broad field);
dalam darmawisata dan lain-lain, kesemuanya yaitu organisasi kurikulum yang berupa
merupakan situasi-situasi belajar yang kaya akan pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis
pendidikan. Karena itu kurikulum meliputi segala serta memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan
(difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah
pengalaman yang sengaja diberikan sekolah untuk
satu mata pelajaran dapat dijadikan ”core subject”,
memupuk perkembangan anak-anak dengan jalan
dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan
menciptakan situasi belajar-mengajar.
core tersebut. (4) Program yang berpusat pada anak
(child centered), yaitu program kurikulum yang
b. Pengorganisasian menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta
Pengorganisasian di sekolah dapat didik, bukan pada mata pelajaran. (5) Inti Masalah
didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk (core program), yaitu suatu program yang berupa
memilih orang-orang (guru dan personel sekolah unit-unit masalah, dimana masalah-masalah diambil
lainnya) serta mengalokasikan sarana dan prasarana dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata
untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-
rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk di kegiatan belajar dalam upaya memecahkan
dalam kegiatan pengorganisasian adalah penetapan masalahnya. Mata pelajaran yang menjadi pisau
tugas, tanggung jawab, dan wewenang orang-orang analisisnya diberikan secara terintegrasi. (6) Electic
tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat program, yaitu suatu program yang mencari
keseimbangan antara organisasi kurikulum yang
menjamin tercapainya tujuan sekolah itu.
terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.
1. Kepada kepala sekolah dan guru di lingkungan Daryanto, 2005. Administrasi Pendidikan. Jakarta:
Kabupaten Aceh Besar khususnya dan di Rineka Cipta.
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam umumnya
Depdiknas, 2005. Kurikulum Sebagai Alat Untuk
dapat agar dapat meningkatkan kompetensi dan
Mencapai Tujuan Pendidikan, Jakarta:
memperkaya pengetahuan terhadap perencanaan Dirjen Depdiknas
manajemen kurikulum pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum yang berlaku sekarang Depdiknas, 2008. Petunjuk Pelaksanaan Proses
(KTSP). Apalagi sekolah sekarang sudah Belajar Mengajar, Jakarta: Depdikbud
diberikan kebebasan untuk menyusun Direktorat Jendral Pendidikan.
kurikulum sendiri sesuai dengan standar
Depdiknas, 2003. Undang-Undang RI Nomor 20
nasional pendidikan dan sesuai dengan kondisi
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
daerah satuan pendidikan itu sendiri. Nasional. Jakarta: Depdiknas
2. Kepada Dinas yang terkait, agar memperhatikan
kendala dan kesulitan guru di lapangan, Depdiknas, 2006. Undang-Undang RI Nomor 14
sehingga perlu adanya perhatian dan pembinaan Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
yang lebih baik melalui penataran, pelatihan, Jakarta: PB. PGRI
seminar, dan forum MGMP ataupun pendekatan
Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
lain yang dapat meningkatkan kemampuan guru Pendidikan. Jakarta: Puskur Balitbang
dalam pelaksanaan manajemen kurikulum. Departemen Pendidikan Nasional.
3. Kepada perguruan tinggi yang memiliki LPTK,
diharapkan dapat meningkatkan kompetensi Koentjaraningrat, 2010. Metode-metode Penelitian
lulusan dengan kemampuan mahasiswa calon Masyarakat Cetakan IV, Jakarta: PT.
guru dalam pelaksanaan manajemen kurikulum Gramedia.
dan pembelajarannya, sehingga dapat
Hamalik, 2007. Kurikulum Sebagai Pedoman
meningkatkan mutu pendidikan ke depan yang dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan,
lebih baik Jakarta: Dirjen Depdiknas
Mulyasa, E., 2005. Menjadi Guru Profesional, Siswanto, H.B., 2007. Pengantar Manajemen,
Menciptakan Pembelajaran Kreatif Jakarta: Bumi Aksara.
dan Menyenangkan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. Siagian. Sondang. P., 2007. Fungsi-fungsi
Manajerial, Jakarta: Bumi Aksara.
, 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Bandung: Penerbit PT. Remaja Sudrajat, Akhmad, 2008. Prinsip Pengembangan
Rosdakarya. Kurikulum.
http://akhmadsudrajat.blogspot.com.
, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, Bandung: Penerbit Sukmadinata, Nana, 2008. Metode Penelitian
PT. Remaja Rosdakarya. Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
, 2009. Manajemen Berbasis Sekolah,
Konsep, Strategi dan Implementasi, Sule, Ernie Tisnawati, 2005. Penantar manajemen.
Bandung: Penerbit PT. Remaja Jakarta: Prenada Media.
Rosdakarya.
Suryo Subroto, 2004. Manajemen Pendidikan di
Nasution, 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Jakarta: Bumi Aksara
Suwarno, 2007. Metoda Kuantitatif Untuk
Nasution, S., 2005. Asas-asas Kurikulum, Bandung: Penelitian Ilmu Sosial dan Pendidikan
Penerbit Jemmars. Cetakan II, Bandung: Bagian Kesatu,
Sekolah Pascasarjana IKIP.
Nata, Abuddin, 2007. Manajemen Pendidikan,
Jakarta: Prenada Media Group. Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan,
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Nazir, Moh., 2005. Metode Penelitian, Jakarta: R&D, Bandung: Alfabeta.
Ghalia.
Winarni, 2006. Analisis Kesulitan Guru Dalam
Oteng Sutisna, 1994. Administrasi Pendidikan, Melaksanakan Pembelajaran di Kelas
Teori dan Praktek Profesional, Pada SMA Negeri Kota Malang. Tesis
Bandung: Penerbit Alumni. pada PPs UM. Tidak diterbitkan.