Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH EMPLOYABILITY SKILL DAN KONDISI SOSIAL

EKONOMI KELUARGA DENGAN MODERASI ALOKASI DANA


BIDIKMISI TERHADAP KESIAPAN KERJA MAHASISWA BIDIKMISI
FKIP UNS

SKRIPSI

Oleh:

SHELA FEBI ANSARI


K7618079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting pada kemajuan bangsa.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 48 Tahun 2008
tentang Pendanaan Pendidikan Nasional, Bab V pasal 12 ayat 1 C menyatakan
bahwa setiap peserta didik pada satuan Pendidikan berhak mendapatkan
beasiswa bagi yang berprestasi, namun orang tuanya kurang mampu
membiayai Pendidikan. Dan Pada ayat 1 D menyatakan bahwa setiap peserta
didik pada setiap satuan Pendidikan berhak mendapatkan biaya Pendidikan
bagi mereka yang orang tuanya kurang mampu membiayai pendidikannya.
Bidikmisi merupakan program bantuan biaya Pendidikan yang
diberikan oleh pemerintah melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
(Dirjen Dikti) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun 2010
kepada mahasiswa uang memiliki prestasi akademik memadai namun kurang
mamu secara ekonomi. Sebagai salah satu perguruan tinggi yang berada
dibawah Kementrian Riset dan Teknologi, Universitas Sebelas Maret (UNS)
juga mendapatkan bantuan beasiswa bidikmisi yang telah memberlakukan
pemberian beasiswa bidikmisi bagi mahasiswa kurang mampu namun
mempunyai prestasi yang memadai. Berdasarkan data yang telah diperoleh
terdapat 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terbanyak yang menerima
beasiswa bidikmisi melalui jalur SNMPTN tahun 2019. Data dapat dilihat
pada table dibawah ini.
Tabel 1.1 Daftatr Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Penerima Beasiswa
Bidikmisi Terbanyak Tahun 2019

No Peruruan Tinggi Negeri (PTN) Jumlah


Penerima
1 Universitas Negeri Padang 1.390
2 Universitas Haluoleo 1.097
3 Universitas Syiah Kuala 1.063
4 Universitas Andalas 832
5 Universitas Pendidikan Indonesia 825
6 Universitas Jember 678
7 Universitas Sebelas Maret 654
8 Universitas Sumatera Utara 650
9 Universitas Mataram 616
10 Universitas Tadulako 611

Sumber:https://edukasi.kompas.com/read/2019/03/23/09320531/10-ptn-terbanyak-
menerima-siswa-bidikmisi-snmptn-2019?page=all
Berdasarkan tabel 1.1. diatas Universitas Sebelas Maret (UNS)
termasuk kedalam Perguruan Tinggi Negeri terbanyak yang menerima
beasiswa bidikmisi jalur SNMPTN. Universitas Sebelas Maret (UNS)
menempati posisi ke 7 dari 10 Perguruan Tinggi Negeri yang menerima
beasiswa bidikmisi, yaitu sebesar 654. Sesuai pernyataan tersebut dapat
dirumuskan bahwa Universitas Sebelas Maret (UNS) sebagai salah satu
penerima mahasiswa bidikmisi terbanyak dan juga harus diimbangi dengan
penyumbang mahasiswa berprestasi dan ikut berperan aktif dalam
peningkatan Pendidikan di Indonesia. Berdasarkan jumlah mahasiswa yang
relatif besar diharapkan mahasiswa memberikan kontribusi yang nyata dan
akrif sehingga tujuan Pendidikan Indonesia dapat terwujud dengan menjadi
mahasiswa yang berprestasi dan berperan aktif dalam upaya peningkatan
Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret sebagai Pergutuan Tinggi Negeri
penyelenggara program bidikmisi diharapkan mampu menjalankan program
dengan sebaik-baiknya, sehingga sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Penerima Bidikmisi 4 tahun berturut-turut dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:

NO Tahun Angkatan Jumlah Penerima

1 Tahun 2016 1.200

2 Tahun 2017 1.347

3 Tahun 2018 1.412

4 Tahun 2019 1.513

Sumber: https://sibea.mawa.uns.ac.id/index.php?modul=downloads

Berdasarkan data diatas terdapat sejumlah 1.513 Mahasiswa penerima


bidikmisi tahun 2019. Mahasiswa Angkatan 2019 saat ini telah menempuh
semester 6 sehingga membantu keterjangkauan penelitian yang akan
dilakukan. Bebeda dengan mahasiswa Angkatan 2015,2016 dan 2017 yang
saat ini sudah banyak yang lulus dan tidak mendapatkan beasiswa bidikmisi
karena pemberian beasiswa ini hanya sampai semester 8. Sedangkan untuk
Angkatan 2018 yang saat ini menempuh semester 8 juga sudah ada beberapa
yang sudah lulus.
Lulusan Sarjana dan Diploma sejatinya dipersiapkan untuk mengisi
berbagai lowongan pekerjaan yang ada setelah mereka lulus di bangku
perkuliahan. Pendidikan yang telah dilalui pada dasarnya merupakan salah
satu jalan yang ditempuh agar mereka lebih siap dan kompeten dalam
menghadapi dunia kerja. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya melalui
Pendidikan menjadi masalah yang harus ditangani secara serius, karena
persaingan dunia kerja yang semakin ketat di era globalisasi menjadi hal pasti
yang akan dihadapi oleh para calon tenaga kerja sekaligus sebagai tantangan
bagi dunia Pendidikan khususnya dalam hal menghasilkan lulusan sumber
daya manusia yang berkompeten agar siap bersaing memasuki dunia kerja di
pasar bebas.
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat jumlah pengangguran di
Indonesia mencapai 8,75 juta orang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) jumlah penduduk usia kerja Indonesia pada Februari 2021 berjumlah
205,36 juta. Dari jumlah tersebut penduduk usia kerja tersebut, sebanyak
139,81 juta atau 68,08% adalah angkatan kerja. Sisanya adalah bukan
angkatan kerja sebanyak 65,55 juta orang. Rincian dari angkatan kerja
tersebut yaitu 131,06 juta atau 93,74% berstatus bekerja dan 8,75 juta atau
6,26% berstatus penganggur terbuka. Jika dilihat dari data penduduk bekerja
berdasarkan pendidikan, lulusan Sarjana sebesar 10,18%, Diploma 2,74%,
SMK 12,33%, SMA 18,80%, SMP 18,54%, SD 37,41%.
Berdasarkan data diatas Angkatan kerja lulusan sarjana masih
tergolong rendah hal ini selain disebabkan oleh rendahnya kemampuan
perekonomian dalam menyediakan lapangan kerja, juga sering dikaitkan
dengan kegagalan sistem pendidikan dalam menghasilkan lulusan siap kerja.
Apabila kesenjangan keterampilan yang dimiliki pencari kerja dihubungkan
dengan dunia pendidikan, maka permasalahan ini berkaitan dengan persoalan
mutu pendidikan. Dengan kata lain, permasalahan mendasar adalah
kompetensi dan keahlian para lulusan sarjana yang kurang memenuhi
persyaratan sebagaimana diharapkan oleh industri.
Karakteristik dunia kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan
industri juga berubah dengan cepat (Tome, 2007:336). Keadaan ini
memberikan tantangan secara terus-menerus pada dunia pendidikan, untuk
dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang relevan dengan
kebutuhan dunia kerja. Bennet (2006:1) menyebutkan bahwa tantangan
terbesar dunia pendidikan saat ini adalah menghasilkan lulusan yang
mempunyai kemampuan akademik (academic skills), kemampuan pada
penguasaan keterampilan (technical skills), dan kemampuan employabilitas
(employability skills) yang seimbang.
Selain tuntutan basic skills dan juga technical skills atau keterampilan
dalam bidang yang ditekuni, dunia kerja dan industri menuntut adanya
keterampilan employabilitas atau generic skills yang harus dimiliki oleh
seorang calon tenaga kerja sesuai dengan karakteristik iklim kerja saat ini
(Hanafi, 2012:109). Keterampilan employabilitas secara khusus terkait dengan
kemampuan bekerja seseorang dengan berbagai situasi dan memiliki
kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi secara efektif, memiliki kekuatan
dan semangat untuk terus belajar dan bekerja.
The Conference Board of Canada mendefinisikan employability skills
sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan keterampilan dan
kualitas individu yang dikehendaki oleh pemberi kerja terhadap pekerja baru
apabila mulai bekerja. Ogbeide (2006:1) mengungkapkan bahwa
employability skill merupakan keterampilan dan bersifat generik tetapi sangat
bermanfaat dalam membantu setiap orang untuk memasuki dunia kerja.
Employability skill dinilai sangat penting karena setiap pekerjaan menuntut
adanya inisiatif, fleksibilitas, dan kemampuan seseorang untuk menangani
tugas-tugas berbeda. Hal ini berarti bahwa keterampilan yang dimiliki tenaga
kerja tidak harus spesifik tetapi seyogianya lebih berorientasi pada layanan
dan lebih penting lagi memiliki keterampilan sosial (Hanafi, 2014:69).
Menurut Meuter, et.al (2005:67) Kesiapan kerja diadaptasi dari
kerangka kerja konseptual “kesiapan konsumen” yang digunakan dalam
literatur pemasaran. Kesiapan kerja berlandaskan teori organisasi. Teori ini
menyatakan bahwa perilaku karyawan bergantung pada cara memahami
tentang bagaimana mereka diharapkan untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan harapan, serta adanya imbalan dari kemampuan dalam
menyelesaikannya. Kesiapan kerja sebagai suatu kondisi atau keadaan dimana
lulusan siap mencari pekerjaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maya,
Yusmansyah , dan Ratna (2019:5) kesiapan kerja dapat dipengaruhi oleh
keterampilan sosial, kemampuan pengendalian diri, dan kemampuan
komunikasi yang telah dimiliki mahasiswa.
Mahasiswa merupakan agen perubahan yang diharapkan dapat
merubah keadaan menjadi lebih baik. Khususnya mahasiswa FKIP penerima
beasiswa Bidikmisi Angkatan 2019 yang sudah diberikan fasilitas pendanaan
dari pemerinah. Dana beasiswa tersebut dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam diri yang pada nantinya
guna menghadapi persaingan di dunia kerja. Berdasarkan penjelasan diatas,
peneliti akan meneliti mengenai “Pengaruh Employability Skill Dan Kondisi
Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Moderasi Alokasi Dana Bidikmisi
Terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa Bidikmisi FKIP UNS ”
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
1. Ruang Lingkup Penelitian
2. Objek Penelitian
3. Subjek Penelitian
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi UMKM
b. Bagi Program Studi Pendidikan Ekonomi
c. Bagi Mahasiswa
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
1. Kinerja UMKM
1.1 Konsep UMKM
1.2 Kinerja
1.2.1 Pengukuran Kinerja
1.3 Karakteristik UMKM
1.4 Indikator Kinerja UMKM

2. Peningkatan Literasi Keuangan


2.1 Definisi Peningkatan
2.2 Definisi Literasi Keuangan

2.3 Indikator Literasi Keuangan


3. Komunikasi pemasaran
3.1 Definisi Komunikasi Pemasaran
3.2 Proses Komunikasi Pemasaran
3.3 Indikator Komunikasi Pemasaran.

4. Digital Marketing
4.1 Definisi Digital Marketing
4.2 Manfaat Digital Marketing
4.3 Keuntungan dan Kelemahan Digital Marketing
4.4 Indikator Digital Marketing
A. Kerangka Berfikir
1. Pengaruh peningkatan literasi keuangan terhadap Kinerja UMKM
2. Pengaruh komunikasi pemasaran terhadap kinerja UMKM
3. Pengaruh digital marketing terhadap kinerja UMKM
4. Pengaruh peningkatan literasi keuangan terhadap digital marketing
5. Pengaruh komunikasi pemasaran terhadap digital marketing
6. Pengaruh peningkatan literasi keuangan terhadap kinerja UMKM
dimediasi digital marketing
7. Pengaruh komunikasi pemasaran terhadap kinerja UMKM dimediasi
digital marketing
A. C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis dalam penelitian yaitu:
H1: Peningkatan l iterasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja UMKM.

H2: Komunikasi pemasaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap


kinerja UMKM.

H3: Digital marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja


UMKM.

H4: Peningkatan literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap


digital marketing.

H5: Komunikasi pemasaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap digital


marketing.

H6: Digital marketing memediasi peningkatan l iterasi keuangan berpengaruh


positif dan signifikan terhadap kinerja UMKM.

H7: Digital marketing memediasi komunikasi keuangan berpengaruh positif dan


signifikan terhadap kinerja UMKM.
Daftar Pustaka
Adi, S. (2003). Pengertian peningkatan menurut ahli. Diperoleh 04 April 2022 dari
http://www.Duniapelajar.com.pengertian-Peningkatan-Menurut-
ParaAhli.Html.
Aribawa, D. (2016). Pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja dan
keberlangsungan UMKM di Jawa Tengah. Siasat Bisnis, 20(1), 1-13.
Andrew, V. & Linawati, N. (2014). Hubungan faktor demografi dan pengetahuan
keuangan dengan perilaku karyawan swasta di Surabaya. Finesta, 2(2), 35-
49.
Assael, H. (1998). Consumer behaviour & marketing action, 61 Edition. Ohio: South
Westhen Collage Publising.
Atkinson, A. & Messy, F. (2012). Measuring financial literacy: Results of the
oecd/international network on financial education (infe) pilot study. OECD
Working Papers on Finance, Insurance and Private Pensions, No. 15: OECD
Publishing. http://www.oecd-ilibrary.org/finance-and-investment/measuring-
financial-literacy_5k9csfs90fr4-en
Chaffey, D. & Chadwick, F. E. (2016). Digital marketing 6th edition. United
Kingdom: Pearson Education.
Chen, H. & Volpe, R. P. (1998). An analysis of personal literacy among college
students. Financial Service Review, 7(2), 107-128.
Eniola, Anthony, A. & Harry, Entebang. (2017). SME managers and financial
literacy. Global Business Review, 8(3), 1-18.
Eun-Ju, Seo & Jin-Woo, Park. A study on the effects of social media marketing
activities on brand equity and customer response in the airline industry.
Journal of Air Transport Management, 66, 36-41.
Eun, Young, K. & Youn-Kyung, K. (2004). Predicting online purchase intentions for
clothing products. European Journal of Marketing, 38(7), 883-897.
Fatmawati, Indah. (2015). Analisis tingkat literasi keuangan pelaku sektor usaha
mikro, kecil, dan menengah di Kabupaten Kudus. Tesis, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Hailwood, D. (2007). Financial literacy and its role in promoting a sound financial
system. Reserve Bank of New Zealand, 7(2).
Hasibuan, Malayu, S. P. (2008). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hapsara, O., Casmudi., Dian, W. S., & Taufik, M. (2018). Perpektif digital marketing
communication dalam memasarkan skincare di Indonesia. Jurnal
Komunikasi Profesional, 5(3), 209-221.
Hariandja, Marihot, T. (2008). Manajemen sumber daya manusia pengadaan,
pengembangan, pengkompensasian dan peningkatan produktivitas pegawai.
Jakarta: Grasindo.
Hendrick & Struggles. (2009). The adoption of digital marketing in financial. Service
under crisis.
Kallier, Safura, M. (2017). The focus or marketing communication efforts of SME’s
within South Africa. Challenges For The Knowledge Society, 12(1), 140-
145.
Kotler, Philip & Amstrong, Gerry. (2010). Principle of marketing. New Jersey:
Pearson.
Kotler, Philip & Amstrong, Gerry. (2014). Principle of marketing, 15th edition. New
Jersey: Pearson.
Kotler, Philip & Keller, Kevin L. (2007). Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Edisi 12
(terjemahan). Jakarta: Indeks.
Krisnawati, I., Ibnu, Auf, U., Hanif, R., & Reminta, L. B. (2019). Strategi digital
marketing dalam perdagangan hasil tani untuk meningkatkan pendapatan
Kabupaten Karawang. Jurnal Ilmiah Ekonomi Globab Masa Kini, 10(2), 70-
75.
Kulathunga., Jianmu, Ye., Saurabh, S., & Weerathunga. (2020). How does
technological and financial literacy influence SME performance: Mediating
role of ERM practice. Information Journal, 11(297), 1-20.
Lusardi, A. & Mitchell, O. S. (2014). The economic importance of financial literacy:
theory and evidence. Journal of Economic Literature, 52(1), 5–44.
Mangkunegara. (2005). Evaluasi kinerja sumber daya manusia. Bandung: Refika
Aditama.
Markerter, S. (2017). Pengertian digital marketing, kelebihan, dan kelemahannya.
SEO Market Digital Marketing. Diperoleh 06 April 2022 dari
https://www.marketeers.com/magazine/may-2017/
Miller, M., Godfrey, N., Levesque, B., & Stark, E. (2009). The case for financial
literacy in developing countries: Promoting access to finance by
empowering consumers.
Minuzu, M. (2010). Pengaruh faktor-faktor eksternal dan internal terhadap kinerja
usaha mikro kecil (UMK) di Sulawesi Selatan. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan Universitas Hasanuddin.
OJK. (Revisit 2017). Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia. Otoritas Jasa
Keuangan.
PISA. (2012). Financial Literacy Assesment Freamwork. Amerika : International
Network on Financial Education OECD. Report.
http://oecd.org/pisa/pisaproducts/46962580.pdf
Pangestika, W. (2018). Mengenal konsep dan penerapan digital marketing yang
harus anda ketahui. Diperoleh 06 April 2022 dari
Jurnal.id:https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-digital-marketing-
konsep- dan-penerapannya/
Pradini, Theresia. (2017). Pengaruh sistem pemasaran digital marketing terhadap
peningkatan volume penjualan hasil industri rumahan. Jurnal Jibeka, 11(2),
46-53.
Putra, Ida, A. G. S., Raka, J., & Putu, E. S. (2021). Penigkatan kemampuan promosi
online menggunakan Digital Marketing. Jurnal Masyarakat Mandiri, 5(5),
2871-2878.
Rangkuti, Freddy. (2009). Strategi promosi yang kreatif dan analisis kasus
integrated marketing communication. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sanjaya, R. & Tarigan, J. (2009). Creative digital marketing: Teknologi berbiaya
murah, inovatif, dan berdaya hasil gemilang. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Sucuachi, William, T. (2013). Determinants of financial of micro Entrepreneurs in
Davao City. International Journal of Accounting Research, 1(1)
Sulistyanto. A., Dwinarko, A. S., Tabrani, S. & Saeful, M. (2021). Pelatihan
kewirausahaan dan manajemen komunikasi pemasaran bagi pelaku UMKM
pada masyarakat di Kelurahan Ponggang, Kec. Serangpanjang, Kabupaten
Subang. Jurnal ABDIDAS, 2(1), 34-40.
Risnaningsih. (2017). Pengelolaan Keuangan Usaha Mikro dengan Economic Entity
Concept. Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Vol 1 (1), 41-50.
Rumbianingrum, W. & Wijayangka, C. (2018). Pengaruh literasi keuangan terhadap
pengelolaan keuangan UMKM. 2(3), 156–164.
Soemanegara, R. (2012). Strategic Marketing Communication. Bandung: Alfabeta.
Sulaksana, Uyung. (2007). Integrated marketing communication. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Tjiptono, Fandy. (1997). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008. Mikro Usaha Kecil dan
Menengah.
Urban, Glen, L. (2004). Digital marketing strategy: Text and cases. New Jersey:
Pearson Prentice Hall.
Wahyuni, E. H. S. & Tangkilisan, T. (2005). Balance scorecard untuk manajemen
publik. Yogyakarta: YPAI.
Worthington, A. C. (2006). Predicting financial literacy in Australia. Financial
Services Review, 15(1), 59-79.
Yuwono, Sukarno, I. (2007). Petunuk praktis penyusunan balance scorecard. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai